Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH GIZI DASAR

CAIRAN dan ELEKTROLIT

Dosen Pengampu : Yuni Afriani, S. Gz, MPH

Disusun oleh :

Windarie (18120114)

Elisa Aryani (22120050)

Fatichah Meyliana Mutiara Rida (22120066)

Adventri U.T Lolukara (22120071)

Putri Aida Nuroctavia (22120080)

Patrisia Esterlista Wake (22120129)

Yeyen Karlia Pandie (22120130)

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6

2.1 Fungsi Air dan Elektrolit ....................................................................................................... 6

2.2 Pembagian Cairan ..................................................................................................................7

2.3 Pembagian Elektrolit .............................................................................................................. 9

2.4 Proses Pergerakan Cairan dan Elektrolit........................................................................... 10

2.5 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit .................................................................................12

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ................................ 13

2.7 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ..............................................................15

2.8 Cara Mencegah Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ..................................17

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................20

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 20

3.2 Saran ...................................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 21

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, Yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih perlu banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun, demi perbaikan dalam makalah yang akan datang.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir semua reaksi di
dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik,
dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang.
Air atau cairan merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia H2O, artinya satu molekul
air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
mempunyai sifat tidak bewarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar. Zat kimia
ini merupakan pelarut yang penting karena mampu melarutkan banyak zat kimia lainnya,
seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas, dan senyawa organ◦. Air memiliki beberapa sifat
khas, yaitu air memiliki titik beku 0°C dan titik didih 100°C.
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang
bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan
negatif disebut anion. Natrium adalah kation terbanyakdalam cairan ekstrasel, kalium kation
terbanyak dalam cairan intrasel dan klorida merupakan anion terbanyak dalam cairan ekstrasel
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankaqn keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Gangguqan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-
partikel bahan organic dan anorganik yang fital untuk tubuh. Elektrolit tubuh mengandung
komponen-komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan
bermuatan negative (anion). Elektrolit sangat penting dalam fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuscular, dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memgang
peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.

4
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa fungsi air dan elektrolit?


1.2.2 Apa saja yang termasuk dalam pembagian cairan?
1.2.3 Apa saja yang termasuk dalam pembagian elektrolit?
1.2.4 Bagaimana proses pergerakan cairan dan elektrolit?
1.2.5 Bagaimana keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.6 Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.7 Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
1.2.8 Bagaimana cara mencegah terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui fungsi air dan elektrolit
1.3.2 Untuk mengetahui pembagian cairan
1.3.3 Untuk mengetahui pembagian elektrolit
1.3.4 Untuk mengetahui proses pergerakan cairan dan elektrolit
1.3.5 Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
1.3.6 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
1.3.7 Untuk mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
1.3.8 Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Air dan Elektrolit

• Fungsi cairah adalah :


1. Mengatur suhu tubuh
Dalam hal ini apabila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
2. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kekurangan cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan
cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan
berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.
3. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengelurkan racun dalam
tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan
pernapasan.
4. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam
tubuh berguna untuk menjaga kelembabab, kelembutan, dan elastisasi kulit akibat
pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
5. Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui
darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan
membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus
menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.
6. Pernafasan
Paru-paru memrlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam
bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar
tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan
terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.

6
7. Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh
akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air
dengan cukup selama beraktifitas untuk meminimalisir risiko kejang otot dan
kelelahan.
8. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai
berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
• Fungsi elektrolit adalah :
1. Untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh
2. Air mengikuti elektrolit (air akan bergerak ke carah larutan elektrolit yang
berkonsentrasi tinggi) menjadi tekanan osmotic
3. Mengatur keseimbangan asam basa (pH tubuh)
- pH darah : 7,35-7,45
- pH pankreas : 8,0
- pH lambung : < 2,00
- pH urin : 6,00

2.2 Pembagian Cairan

Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraseluler dan kompartemen


ekstraseluler. Lebih jauh kompartemen ekstraseluler dibagi menjadi cairan intravascular dan
intersisial.

➢ Cairan Intraseluler.
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraseluler. Pada orang
dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70
kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan
cairan intraselular.
➢ Cairan Ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah

7
dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setengah usia 1 tahun, jumlah
cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini
sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi :
o Cairan Interstitial.
Cairan yang mengelilingi sel ternasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11-
12 liter orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.
Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada
bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
o Cairan Intravaskular.
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L
dimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah,
sel darah putih dan platelet.
o Cairan Transeluler.
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, pericardial, pleura, sendi synovial, intraocular, dan sekresi
saluran pencernaan. Pada keadaan tertentu, volume cairan transeluler
adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan
keluar dari ruang transeluler.

Di dalam tubuh manusia terdapat 4 macam cairan, yaitu :

1. Cairan Empedu
Sifatnya panas kering yang berasal dari unsur api alami. Letaknya dalam empedu
manusia.
2. Cairan Darah
Sifatnya panas lembab yang berasal dari unsusr udara alami. Letaknya dalam hati
manusia.
3. Cairan Lendir
Sifatnya dingin lembab yang berasal dari unsusr air alami. Letaknya dalam paru-paru.

8
4. Cairan Empedu Hitam
Sifatnya kering yang berasal dari unsur tanah alami. Letaknya dalam limpa kecil
(spleen).

2.3 Pembagian Elektrolit

Elektrolit merupakan zat yang terdiosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negative (anion). Jumlah kation dan
anoin dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).

• Kation.
Kation utama dalam cairan ekstraseluler adalah sodium (𝑁𝑎 + ),sedangkan kation utama
dalam cairan intraseluler adalah potassium (𝐾 + ). Suatu sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
• Anion.
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (𝐶𝑙 − ) dan bikarbonat (𝐻𝐶𝑂3− ),
sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat.
• Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan
didalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter.
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat
berubah -unah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan
keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
Natrium dapat bergerak cepa tantara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke
dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah, diare)
sedangkan pemasukan terbatas akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan
natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan duganti dengan air dan
natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan
ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan
terjadilah kegagalan sirkulasi.
• Kalium.
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting
di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh

9
sekitar 35 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat
berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel.
Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setipa hari 1-3 mEq/kgBB.
Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi 𝐻 + ekstraseluler.
Ekskresi kalium lewat urin 60-90 mEq/liter, feaces 72 mEq/liter dan keringat 10
mEq/liter.
• Kalsium.
Kalsium terdapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan
lewat feaces dan sekitar 20% lewat urin. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake
(pemasukan), besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolism kalsium sangat
dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis.
Sebagian besar (99%) ditemukan di dalam gigi dan +1% dalam cairan ekstraseluler dan
tidak terdapat dalam sel.
• Magnesium.
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk pertumbuhan +10
mg/hari. Dikeluarkan lewat urin dan feaces.
• Karbonat.
Asam karbonat dan karbohidratterdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir
daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali
bikarbonat yang akan dikeluarkan urin. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan
sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.

2.4 Proses pergerakan cairan dan elektrolit

Perpindahan substansi melalui membrane ada yang secara aktif atau pasif. Transpor aktif
memerlukan energi, sedangkan transpor pasif tidak membutuhkan energi. Berikut beberapa
jenis perpindahan substansi antar kompartmen :

• Diffusi.
Difusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampisr semua zat berpindah
dengan mekanisme transportasi pasif.

10
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang rendah sehingga
konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut
difusi. Beberapa faktor yang memengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum
Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah :
➢ Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi
➢ Peningkatan permeabilitas
➢ Peningkatan luas permukaan difusi
➢ Berat molekul substansi
➢ Jarak yang ditempuh untuk difusi
➢ Osmosis
➢ Potensial listrik
➢ Perbedaan tekanan
• Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membrane dan permeabilitas membrane. Tekanan yang memengaruhi
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
• Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal
ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, maka konsentrasi air akan menurun. Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membrane yang semipermeable dengan larutan yang
volume nya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air
atau zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini disebut dengan osmosis.

11
• Transpor Aktif
Transpor aktif berbeda dengan transport pasif karena memerlukan energi dalam bentuk
adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contohnya adalah transportasi pompa kalium dan
natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan
bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian
itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang
dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan
tekanan osmotic koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses
perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain
proses filterisasi adalah pada glomerulus ginjal. Meskipun keadaan diatas merupakan
proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume
cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau
homeostatis.

2.5 Keseimbangan cairan dan elektrolit

a) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memerhatikan dua parameter penting, yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

• Pengaturan volume cairan ekstrasel.


Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah
jangka panjang.
- Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran ( intake dan output) air.
- Memperhatikan keseimbangan garam.
12
• Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. Semakin tinggi osmolaritas, maka semakin tinggi konsentrasi solutnya. Solut
yang konsentrasinya lebih rendah, konsentrasi airnya lebih tinggi dan solut yang
konsentrasinya lebih tinggi, konsentrasi airnya lebih rendah.
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut
yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion
kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.
Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan
kadar. Kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua
kompartmen ini.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui :


- Perubahan osmolaritas di nefron
- Mekanisme haus vasopresin (antidioretic hormone / ADH)
- Pengaturan Neuronendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Keseimbangan asam-basa
- Katabolisme zat organik.

2.6 Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

antara lain :

a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
13
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.

c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen otot.
Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

14
2.7 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh diatur sedemikan rupa agar keseimbangan
fungsi organ vital dapat dipertahankan. Gangguan besar dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat dengan cepat mengubah kardiovaskular, saraf, dan fungsi neuromuskular, dan
penyedia anestesi harus memiliki pemahaman yang jelas air normal dan elektrolit fisiologi.
• Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan cairan
yang mengakibatkan perubahan volume.
1. Overhidrasi
Air, seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara
berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila cairan di
konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber elektrolit yang
menyeimbangi kemasukan cairan tersebut.
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran
darah menjadi sangat rendah. Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan
ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada
terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra,
dan korban tenggelam.
Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan vena jugular,
edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi
dalam plasma. Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal baik),
ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada kondisi yang
darurat.
2. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang
kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk,
yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik),
hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah,, air di
kompartemen intravascular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan

15
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium
tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen
intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskular minimal).
• Bentuk gangguan elektrolit yang paling sering terjadi adalah :
1. Hiponatremia
Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik dari peningkatan mutlak dalam
jumlah berat badan (total body weight, TBW) atau hilangnya natrium dalam relatif
lebih hilangnya air. Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah
130mEq/L. Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan
mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110
mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Antara penyebab terjadinya
Hiponatremia adalah euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia
(disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia
(sirosis, nefrosis). Terapi untuk mengkoreksi hiponatremia yang sudah berlangsung
lama dilakukan secara perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih
agresif.
2. Hipernatremia
Hipernatremia hampir selalu merupakan hasil dari baik kerugian relatif air lebih
dari natrium (hipotonik cairan rugi) atau retensi dalam jumlah besar natrium.
Bahkan ketika kemampuan berkonsentrasi ginjal terganggu, haus biasanya sangat
efektif dalam mencegah hipernatremia. Hipernatremia karena itu paling sering
terlihat pada pasien lemah yang tidak dapat minum, sangat tua, yang sangat muda,
dan pasien dengan gangguan kesadaran. Pasien dengan hipernatremia mungkin
memiliki konten natrium tubuh total yang rendah, normal, atau tinggi.
Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (yang disebabkan oleh diare,
muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang,
asupan natrium berlebihan. Pengobatan hipernatremia bertujuan untuk
mengembalikan osmolalitas plasma normal serta mengoreksi penyebab yang
mendasari. Defisit air umumnya harus diperbaiki dalam 48 jam dengan larutan
hipotonik seperti 5% dextrose dalam air. Kelainan pada volume ekstraseluler juga

16
harus diperbaiki. Namun, koreksi yang cepat dari hypernatremia dapat
mengakibatkan kejang, edema otak, kerusakan saraf permanen, dan bahkan
kematian. Justru pemberian serial 𝑁𝑎+ osmolalitas harus diperoleh selama
pengobatan. Secara umum, penurunan konsentrasi natrium plasma tidak harus
melanjutkan pada tingkat yang lebih cepat dari 0,5 mEq / L / jam.
3. Hipokalemia
Disebut hipokalemia apabila kadar kalium <3,5mEq/L, ini dapat terjadi akibat dari
redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari
pengurangan kronis kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat
berupa disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen
depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi
karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs,
ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan
susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular
(disritmik, perubahan EKG). Efek paling penting dari hiperkalemia berada di otot
rangka dan jantung.
5. Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat karena menyebabkan kejang
umum dan henti jantung. Manifestasi dari hipokalsemia termasuk kulit kering,
parestesia, gelisah dan kebingungan, gangguan irama jantung, laring stridor
(spasme laring), tetani dengan spasme karpopedal (tanda Trousseau), masseter
spasme (Tanda Chvostek), dan kejang. kolik bilier dan bronkospasme.

2.8 Cara mencegah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

• Mencukupi kebutuhan cairan tubuh, bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti :
- Minum segelas air setiap selesai makan, termasuk ketika ngemil.
- Minum sebelum merasa haus
- Konsumsi makanan yang kaya akan cairan, seperti sup, stroberi, dan tomat
- Membawa botol minum setiap bepergian

17
- Mengonsumsi jus tanpa gula atau infused water
- Memilih air putih saat selesai makan di luar rumah
• Memeriksakan warna urin
Urine yang normal umumnya berwarna kuning transparan yang disebabkan oleh
kandungan urobilin. Bila warna urine tampak lebih pekat daripada biasanya, ada
kemungkinan tubuh mengalami dehidrasi.
• Tidak meminum air putih berlebihan
Minum terlalu banyak air bisa menyebabkan kadar elektrolit tidak stabil karena kadar
natrium menurun drastis. Bila hal ini dibiarkan, kemungkinan akan merasa mual,
kembung, dan otot melemah, serta bisa menyebabkan kejang hingga koma. Warna
urine yang transparan bisa menandakan tubuh terlalu banyak mendapat asupan cairan.
• Minum minuman yang mengandung elektrolit setelah beraktivitas berat
Tubuh kehilangan banyak cairan selama berolahraga atau beraktivitas berat, sehingga
lebih rentan mengalami gangguan elektrolit. Untuk itu, sport drink alias minuman
olahraga dengan kandungan mineral yang tinggi bisa dikonsumsi untuk menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Meski begitu, selalu memperhatikan jenis dan jumlah
minuman olehraga yang dikonsumsi.
• Memenuhi kebutuhan mineral dari makanan
Kebutuhan mineral yang diperlukan untuk mencegah gangguan elektrolit tidak hanya
bisa didapatkan lewat minuman, tetapi juga lewat makanan seperti :
- Susu, daging, ikan sarden, telur, atau kacang-kacangan yang mengandung
kalsium.
- Zaitun, gandum hitam, tomat, selada, rumput laut dan seledri yang mengandung
klorida.
- Bayam, ubi jalar, pisang, alpukat, kacang polong, dan plum yang mengandung
kalium.
- Sayuran hijau, biji-bijian, selai kacang, lentil dan kacang kering yang
mengandung magnesium.
- Garam, kecap asin, roti, sayuran dan daging mentah yang mengandung natrium.
- Daging, ikan, ayam, telur, susu dan makanan olahan yang mengandung fosfat.

18
• Membatasi asupan garam
Meski natrium termasuk elektrolit yang penting, tubuh tidak membutuhkan banyak
garam. Pasalnya, terlalu banyak garam dapat meningkatkan risiko darah tinggi dan
masalah kesehatan lain.
• Memperhatikan kadar elektrolit saat sakit
Jika mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti muntah dan diare, tubuh dapat
kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat. Untuk mengembalikan keseimbangan
kadar elektrolit ketika mengalami masalah pencernaan dapat memanfaatkan oralit,
yaitu larutan garam, gula, kalium dan mineral lainnya.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolism
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit (zat pelarut ) di dalam tubuh merupakan suatu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Bentuk gangguan keseimbangan cairan yang umum terjadi adalah
kelebihan atau kekurangan cairan. Kelebihan cairan disebut overdhidrasi dan kekurangan
cairan disebut dehidrasi. Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh adalah elektrolit.

Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh tidak bisa mengatasinya. Ini terjadi apabila kehilangan
cairan dan elektrolit dalam total banyak sekaligus, seperti muntah-muntah, diare, berkeringan
luar biasa, luka atau pendarahan dan sebagainya.

3.2 Saran

Kebutuhan cairan tubuh tidak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan
juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih
baik jika kita memilih untuk mengkonsumsi air putih daripada jenis minuman lainnya yang
banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and Electrolyte
Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-
Graw Hill. 2013.

Hahn RG. Crystalloid Fluids. Dalam Clinical Fluid Therapy in the Perioperative Setting.
Cambridge: Cmbridge University Press. 2012.

Hardinyah, Supariasa. 2014. Buku Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi,Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.

Hidayat,A. Aziz Alimus. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia; Aplikasi Konsep dasar
Proses Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam Handbook for
Stoeling’s Anesthesia and Co-Exiting Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc. 2013

Kaye AD.Fluid Management. Dalam Basic of Anesthesia 6th ed. Philadelphia: Elsevier Inc. 2011

Mangku G,Senaphati TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu Anestesia
dan reanimasi. Jakarta: Indeks 2010

Stoelting RK,Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health. 2015.

Wibawa, A.A Putu Putra. 2016. Kimiabiofisika Cairan Tubuh. Fakultas Peternakan Universitas
Udayana, Bali.

Yaswir,R & Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan
Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas.

21

Anda mungkin juga menyukai