Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

ANALISA KASUS : PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT

Dosen Pengampu: Dzakiyatul fahmi mumtaz,.S.Kep.,N.s.,M.Kep

Untuk Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah

Kebutuhan Fisiologi Dasar Manusia

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang
mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam
tubuh.Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.Cairan tubuh adalah
semua bahan menu yang merupakan zat cair yang terdiri dari air dan semua yang ada di
dalamnya.Elektrolit adalah senyawa dalam tubuh yang mengurai dan ion-ion yang bermuatan
listrik yang berfungsi mengatur keseimbangan asam dan basa membantu memindahkan
cairan dan memungkinkan terjadinya impuls terhadap sel otot dan sel saraf.Kebutuhan cairan
dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan
dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi
dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam
tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti
karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen ke
dalam sel-sel tubuh. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan
produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat.
Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan
memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh
seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief
tubuh,katalisator reaksi biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan
membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar
fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi
sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal
yaitu ± 37 C.

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh di atur oleh ginjal, kulit, paru”, dan
gastrointestinal. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015)

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Ginjal memiliki fungsi seyakni sebagai pengatur air, pengatur kosentras garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan pengatur ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015)

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini di awali oleh keampuan bagian ginjal seperti
glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persen di saring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang di butuhkan. Jumlah urine yang di produksi ginjal dapat di
pengaruhi oleh ADh dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam. (Uliyah, Musrifatul dan A.
Aziz Alimul Hidayat,2015)

2. Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini di atur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotrik dengan
kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi. Banyak
darah yang mengalir melalui pembulu darah dalam kulit memengarhi jumlah keringat yang di
keluarkan. Proses pelepasan panas kemudian dapat di lakukan dengan cara penguapan(Uliyah,
Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat di turunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya
kurang lebih setangah liter sehari.perangsang kelenjar keringat dapat di peroleh dari aktivitas
otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz
Alimul Hidayat,2015).

Proses pelepasan panas lainnya dilakukan dengan cara pemancaran, yaitu dengan melepaskan
panas ke udara sekitarnya. Cara twrsebut berupa cara konduksi dan konveksi. Cara kondusi yaitu
pengalihan panas ke benda yang di sentuh, sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara
yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul
Hidayat,2015).
3. Paru-paru

Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loos


+_ 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan
kedalaman pernapasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang melakukan olahraga
berat(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

4. Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam
system ini sekitar 100-200ml/hari (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015)

Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang di kontrol
oleh sistem endokrin (hormonal), yakni antic diuretic hormone (ADH), sistem aldosteron,
prostaglandin,dan glukortikoid (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

1. ADH

Hormone ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015)

2. Aldosteron

Hormone ini di sekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbs
natrium (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015)

3. Prostaglandin

Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal
(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

4. Glukokortikoid
Hormone ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul
Hidayat,2015).

Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan merangsang
pelepasan rennin. Pelepasan rennin tersebut dapat menimbulkan produksi angiotensin II yang
merangsang hypothalamus, sehingga menimbulkan rasa haus (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz
Alimul Hidayat,2015).

2.2 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis kebutuhan
ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hamper 90% dari total berat badan.
Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase cairan
tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan tubuh BBL sekitar 75% dari total berat badan,
pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa
tua 45% dari total berat badan. Selain itu presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga
tergantung pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalam tubuh lebih sedikit di
banding oleh pria, karena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak di bandingkan
dengan lemak dalam tubuh pria dewasa (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

Kebutuhan air berdasarkan usia dan berat badan :

Kebutuhan air
Usia
Jumlah air dalam 24 jam Ml / kg berat badan
3 hari 250 – 300 80 -100
1 tahun 1.150 – 1.300 120 – 135
2 tahun 1.350 – 1.500 115 -125
4 tahun 1.600 – 1.800 100 – 110
10 tahun 2.000 – 2.500 70 – 85
14 tahun 2.200 – 2.700 50 – 60
18 tahun 2.200 – 2.700 40 – 50
Dewasa 2.400– 2.600 20 – 30
(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

2.3 Faktor yang berpengaruh dalam pengaturan cairan


Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua factor yakni tekanan cairan dan membrane
sempermeabel. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

1. Tekanan cairan,Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses
osmosis, tekanan osmotic merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan
melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan kosentrasi, maka larutan yang
kosentrasi molekul nya lebih pekat dan tidak dapat bergabung di sebut kolid. Sementara
larutan dengan kepekatan yang sama dapat bergabung, maka larutan itu di sebut kristaloid.
Sebagai contoh, koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma, sedangkan larutan
kristaloid adalah larutan garam. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel
permeable tidak terjadi . prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian
cairan intravena. Biasanya larutan yang sering di gunakan dalam pemberian infuse itravena
bersifat isotonic karena mempunyai kosentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini
penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel (Uliyah,
Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).
2. Membrane semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung . membrane seipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang
terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan (Uliyah,
Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).
o Jenis cairan
3. Cairan zat gizi (nutrient )

Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrient
dapat di berikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk
metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrient dapat berkisar antara 200-1.500 kalori
per liter. Cairan nutrient terdiri atas zat sebagai berikut (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul
Hidayat,2015).

1. Karbohidrat dan air, contohnya dekstrosa (glukosa), levulosa (fruktosa), serta invert


sugar( ½ dekstrosa dan ½ levulosa)
2. Asam amino, contohnya amigen, aminosol, dan travamin.
3. Lemak, contohnya lipomul dan liposyn.
4. Blood volume expanders.
5. Blood volume expanders

Blood volume expanders  merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami perddarahan
berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan
luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah di daerah
luka(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

2.4 Gangguan atau masalah dalam pemenuhan kebutuhan cairan

1. Hipovolume atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat teradi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh dengan mengkosongkan
cairan vascular. Sebaga kompensasi akibat penurunan cairan interstisal, tubuh akan mengalir
cairan keluar sel. Pengsongan cairan ini terjadi pasien diare dan muntah. Ada tiga macam
kekurangan volume cairan eksternal dan dehidrasi, yaitu sebagi berikut (Uliyah, Musrifatul dan
A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

Macam dehidrasi (kurang volume cairan ) berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut.

1. Dehidrasi berat
2. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L
3. Serum natrium 159-166 mEq/L
4. Hipotensi
5. Turgor kulit buruk
6. Oliguria
7. Nadi dan pernapasan meningkat
8. Kehilangan cairan mencapai >10% BB
9. Warna urin(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).
10. Dehidrasi sedang
11. Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10% BB
12. Serum natrium 152-158 mEq/L
13. Mata cekung (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).
14. Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 L
(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).
15. Hipervolume atau overhidrasi

Terjadi dua manifestasi yang di timbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan
interstisial tidak terikat dengan air. Tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan
hipervolume yang dapat menyebabkan pitting edema, yang merupakan edema yang berada pada
darah perifer atau akan mencekung setelah di tekan pada daerah yang bengkak (Uliyah,
Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

 2.4 Kebutuhan elektrolit

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient, dan
sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya di sebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan di pecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya NaCl akan di pecah
menjadi Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahntarkan arus
listrik. Ion yang bermuatan negative di sebut anion, sedangkan ion yang bermuatan positif di
sebut kation. Contoh kation ntara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion
antara lin klorida , bikardonat, dan fosfat (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

1. Komposisi elektrolit

Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut.

1. Natrium : 135 – 145 m Eq/L


2. Kalium : 3,5 – 5,3 m Eq/L
3. Kloridina                 :100 – 106 m Eq/L
4. Bikadonat erteri         :22 – 26 m Eq/L
5. Bikardonat vena         :24 – 30 m Eq/L
6. Kalsium                   :4 – 5 m Eq/L
7. Magnesium               :1,5 – 2,5 m Eq/L
8. Fosfat                     : 2,5 -4,5 m Eq/L (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul
Hidayat,2015).

Pengukuran elektrolik dalam satuan mili ekuiveles per liter cairan tubuh atau miligram per 100
ml (mg/ 100ml ). Ekuivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kekuatan
kation dan anon dalam molekul. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

1. Pengaturan keseimbangan kalium

Kalium merupakan katio pertama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbanga elektrolit. Keseimbangan kalium di atur oleh ginjal dengan maknesium perubahan
ion natrium dalam tubulus ginjal da sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma ( cairan ekstrasel ). Sistem pengaturan melalui tiga
langkah, yaitu sebagai berikut . (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

a) Peningkatan kosentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan


produksi aldosteron.
b) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang di keluarkan
melalui ginjal.
c) Peningkatan pengeluaran kalium, kosentrasi kolium yang di keluarkan melalui ekstra
sel menurun. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium ini
befungsi untuk menghatar impus listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru-paru, dan jaringan
usus pencenan. Eksresi kalium di lakukan melalui urina, dan sebagian laghi melalui tinjau dan
keringat. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

2. Pengaturan keseimbangan kalsium

Kalsium adalah tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar infus kontraksi otot,
koagualasi darah (pembekuan darah), dan membantu beberapa enzim pankreas. Konsentrasi
kalsium dalam tubuh di atur langsungoleh hormon paratiroid melalui proses reabsorpis tulang.
Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar pratiroid akan merangsang pembentukan hormon
prtiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah. Kalsium dalam darah.
Kalsium dieksresi melalui urine dan keringat. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul
Hidayat,2015)

3. Pengaturan keseimbangan magnesium

Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedya dalam cairan intrasel.
Keseimbangannya di atur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran
pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesimia
terjadi bila kosentrasi serum turu kurang dari 1,5 m Eq/L. Sementara hipermagnesemia terjadi
bila kadar magnesium lebih dari 2,5 m Eq/L. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul
Hidayat,2015)

4. Pengaturan keseimbanga klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat di temukan pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biyasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah. Hipokloremia merupakan sesuatu
keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sementara hiperklomia merupakan kelebihan
kadar kolorida dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa 95-108 m
Eq/L. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015)

5. Pengaturan keseimbanga bikardonant

Bikardonat merupakan elektrolik utama dalam larutan buffer ( penyyangga) dalam tubuh
(Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

6. Pengaturan keseimbangan fosfat (PO 4)

Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urina. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz
Alimul Hidayat,2015)
2.5 Gangguan atau masalah kebutuhan elektrolit

1. Hipontremia

Hipontremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang di
tandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan
diare. hal tersebut menimmbulkan rasa haus yang belebihan, denyut nadi cepat, hipotensi,
konfulsi, dan membrane mukosa kering. Sesuai dengan penjelasan sebeumnya, maka
hiponetremia ini dapat di sebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi di
area yang berkepanjangan. (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

2. Hipernatremia

Hipernatremia merupakan suatu keadaan kadar natrium dalam plasma tinggi yang di tandai
dengan adanya mukosa kering, oliburia / anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konfulsi, suhu badan naik, serta
kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/L . kondisi demikian dapat di sebabkan oleh
dehidrasi, diare , dan asupan air yang berlebihan dan asupan garam sedikit. (Uliyah, Musrifatul
dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

3. Hipokalemia

Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipolalemia ini dapat terjadi
sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan. Kondisi
hipokalemia di tandai dengan lemahnya denyut nadi turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan
dan muntah-muntah, perutnya kembung, lemah dan lunaknya otot, denyt jantungnya tidak
beraturan(aritmia), penurunan bising usus, serta kadar kalium plasmanya menurun hingga kurang
dari 3,5 mEq/L (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

4. Hiperkalemia
hiperkalemia merupakan suatu keadaan kadar kalium dalam udara tinggi .keadaan ini sering
terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, dan pemberian kalium yang
berlebihan melalui intrervena. Hiperkalemia di tandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urinya sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan
iritabilitas(peka rangsang), serta kadar kalium pada plasma mencapai lebih dari 5mEq/L (Uliyah,
Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

5. Hipokalsemia

hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia di tandai
dengan adanya kram otot , dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang
dari 4,3 mEq/L serta kesemutan pada jari dan sekitar mulut. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi
intestinal (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

6. Hiperkalsemia

hiperkalsemia merupakan suatu kedaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi
pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar hgondok dan makan vitamin D secara
berlebihan. Hiperkalsemia dengan adanya nyeri apada tulang, relaksasi otot , batu ginjal, mual-
mual, koma, dan kadar kalium alam plasma ebih dari 4,3 mEq/L (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz
Alimul Hidayat,2015).

7. Hipomagnesia

Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia di tandai


dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, desorientasi
dan konfulsi, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L (Uliyah, Musrifatul dan
A. Aziz Alimul Hidayat,2015).

8. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini di tandai
dengan adanya koma, gangguan pernafasan, dan kaar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L (Uliyah,
Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat,2015).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Cariran dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda – beda sesuai dengan tingkat usia
seseorang. Kebutuhan cairan sangat di perlukan tubuh dalam menganggkut zat makanan
kedalam sel, sisa metabolisme, sebagia pelarut elektrolit dan nonelektrolit, memelihara
suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Di samping kebutuhan
cairan, elektrolit ( natrium ,kalium , kalsium, klorida, dan fosfat ) sangat penting untuk
menjaga keseimbangan asam-basa, konduksi saraf, kontraksi mosular dan osmolaritas.
Kondisi tidak terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi sistem organ
tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam
keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan.

4.2 Daftar Pustaka

A.Potter Patricia, G. Perry Anne. 2010. Fundamentals Of Nursing. Singapore : Ilmu


Kesehatan Elsevier.

http://www2.poltekkes-smg.ac.id/download/MACAM%20CAIRAN%20INFUS.doc

Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. (2011). KDPK KEBIDANAN Teori dan
Aplikasi (cetakan ketiga). Yogjakarta: Nuha Medika.

Alimul H, A Azis. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.


http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html.
https://www.academia.edu/4799238/Konsep-Dasar-Kebutuhan-Cairan-dan-Eleltrolit.

Anda mungkin juga menyukai