Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN

NAMA: NURELIYATIN
NPM: 18180100130

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


A. Definisi

Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk


Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhannya di atur oleh sistem atau organ di dalam tubuh
seperti ginjal, kulit, paru dan gastrointestinal, sedangkan dalam pengaturan
keseimbangan cairan diatur oleh sistem atau mekanisme rasa haus, sistem hormonal
yakni ADH (anti diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).

B. Anatomi Fisiologi
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus
dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik
dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir
melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan
melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke
benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin). Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan
jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan
kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang
dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari.

Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti: system


hormonal contohnya:

a. ADH. Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat


mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh
hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosteron. Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin renin.
c. Prostaglandin. Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi
merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta
mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam
mengatur sirkulasi ginjal.
d. Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan
cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
C. Proses Kebutuhan Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis.
Kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total
berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh.
Secara keseluruhan, presentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentasi cairan
tubuh bayi baru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat
badan, wanita dewasa 555 dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat
badan. Sealain itu, presentase jumlah cairan tubuh yang bervariasi juga bergantung pada
lemak dalam tubuh dan jenis kelamin.
Cara Perpindahan Cairan
1) Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat
secara bebas atau acak.
2) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui membrane
semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat
ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi
rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi akan bertambah volumenya.
3) Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif.
Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang
memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan
berbagai materi guna menembus membrane sel.
D. Pathway
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit, diantaranya :

1. Usia : perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktifitas organ,
sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
Kebutuhan air berdasar umur dan berat badan

Umur Kebutuhan Cairan(ml/24 jam) ml/kg berat badan

3 hari 250-300 80-100


1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30

2. Temperatur : temperatur yang sangat tinggi menyebabkan proses mengeluaran cairan


melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan mengeluarkan banyak cairan.

3. Iklim : individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi atau daerah dengan
tingkat kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit. Umumya orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan
cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada di tempat yang panas, sedangkan orang
yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan hingga dua liter perjam.
Secara umum pengeluaran cairan dalam tubuh

a. Melalui urine 1400 cc

b. Insensible (keringat/kulit)

- Melalui keringat/kulit 450 cc

- Paru-paru 350 cc

c. Melalui feses 100 cc

Jumlah total 2300 cc


4. Diet : diet dibutuhkan apabila tubuh kekurangan zat gizi atau nutrient, maka tubuh
akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh. Sehingga dalam
tubuh terjadi pergerakan cairan dari instertisial ke interselular, yang dapat
berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

5. Stress : stress dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,melalui


proses peningkatan produksi ADH karena pada proses stress ini dapat meningkatkan
metabolisme dan terjadi glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan
air.

6. Sakit : ketika sakit banyak sel yang rusak, sehingga untuk perbaikan sel
membutuhkan proses pemeuhan kebutuhan cairan yang cukup. Karena keadaan sakit
menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan
hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.

7. Aktivitas : aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam darah. Hal


ini mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian
jumlah cairan yang di butuhakan juga meningkat.

8. Tindakan medis : tindakan medis beberapa menimbulkan efek sekunder terhadap


kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindaka pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

9. Pembedahan : klien dengan pembedahan berisiko tinggi mengalami


ketidakseimbangan cairan. Bebrapa klien bisa kehilanagn banyak darah selama
operasi, sedangkan beberapa klien lainnya justru mengalami kelebihan beban cairan
akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi
hormon ADH selama masa stres akibat obat-obat anestesia (Tamsuri, 2008)

F. Manifestasi Klinis

a. Hipovolume atau dehidrasi merupakan kekurangan cairan eksterenal terjadi karena


penurunan intake cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.
Ada 3 macam dehidrasi :
- Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
- Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air lebih banyak dari
elektrolitnya.
- Dehidrasi hipotonik, keadaan dimana lebih banyak kehilangan elektrolit dibanding
air.
Dehidrasi berdasarkan derajatnya ada 3 :
- Dehidrasi berat : kehilangan cairan 4-6 liter, serum natrium 159-166 mEq/1,
hipotensi, turgor kulit buruk, oliguria, pernapasan meningkat, dan kehilangan
cairan mencapai > 10% BB.
- Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 2-4 atau diantara 5-10% BB, serum natrium
152-158 mEq/1 dan mata cekung.
- Dehidrasi ringan : kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter.
b. Hipervolume atau overhidrasi terdapat dua manifestasi yang di timbulkan akibat
kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema
(kelebihan cairan pada interstisial).

c. Hiponatremia suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah ditandai
dengan adanya rasa kehausan yang berlebihan, cemas, takut, bingung, kejang perut,
denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, membran mukosa kering, kadar natrium dalam
darah < 135 mEq/l. Bisa terjadi pada pasien diare atau yang mendapatkan obat
diuretik yang tak terkontrol.

d. Hipernatremia keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai
dengan adanya mukosa kering, haus, turgor kulit buruk, dan permukaan kulit
membangkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan
naik, kadar natrium dalam plasma > 145 mEq/l. Dapat terjadi pada pasien dehidrasi,
diare, pemasukan air yang berlebihan sedang intake garam sedikit.

e. Hipokalemi keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah di tandai dengan denyut
nadi lemah, TD menurun, tidak nafsu makan, dan muntah-muntah, perut kembung,
otot lemah dan lunak, denyut jantung tak beraturan (aritmia), penurunan bising usus,
kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/l.

f. Hiperkalemia keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi yang ditandai dengan
adanya mual, hiperaktifitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine
sedikit sekali, diare, kecemasan dan irritable, kadar kalium dalam plasma > 5mEq/l.

g. Hipokalsemia kekurangan kadar kalsium dalam plasma yang di tandai dengan adanya
kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium plasma <4,3 mEq/l dan
kesemutan pada jarai dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok, kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

h. Hiperkalsemia keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah, yang ditandai dengan
adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar
kalsium plasma > 4,3 mEq/l. Biasanya pada pasien yang mengalami peningkatan
kelenjar gondok dan makan vitamin D yang berlebihan.

i. Hipomagnesia kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan


adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi
dan konvulsi, kadar amgnesium dalam darah < 1,3 mEq/l

j. Hipermagnesia kadar magnesium yang berlebihan dalam darah yang ditandai dengan
adanya koma, gangguan napas dan kadar magnesium > 2,5 mEq/l.

D. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif, kegagalan mekanisme pengaturan.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah,


asupan cairan berlebih

E. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan

Kekurangan volume NOC : • monitor jumlah intake dan


cairan berhubungan • fluid balace output serta perubahan status
dengan kehilangan • Hydration keseimbangan cairan
volume cairan secara • Nutrition status : food and • pertahankan keseimbangan
aktif, kegagalan fluid intake cairan
mekanisme pengaturan Setelah dilakukan tindakan • rehidrasi oral, parenteral
selama 3x 24 jam defisit sesuai dengan kebutuhan
volume cairan teratasi dengan • monitor kadar elektrolit darah
kriteria hasil : seperti urea nitrogen darah, urin
- Mempertahankan urine dan serum, osmolalitas, kreatinin,
output sesuai dengan usia dan HCT dan Hb.
BB, BJ urine normal • hilangkan faktor penyebab
- TD, nadi, suhu tubuh dalam seperti muntah dengan cara
batas normal memberi minum sedikit tapi
- tidak ada tanda-tanda sering atau minum alternatif
dehidrasi, elastisitas turgor seperti teh.
kulit baik, membran mukosa • lakukan mobilisasi melalui
lembab, tidak ada rasa haus pengaturan posisi dan anjurkan
yang berlebihan cara mempertahankan
- orientasi terhadap waktu keseimbangan cairan.
dan tempat baik
- jumlah dan irama napas
normal
- elektrolit, Hb, Hmt dalam
batas normal
- intake oral dan intravena
adekuat

Kelebihan volume NOC : • monitor jumlah intake dan


cairan • electrolit and base balance output serta perubahan status
berhubungan dengan • fluid balane keseimbangan cairan
mekanisme pengaturan • hydration • pertahankan keseimbangan
melemah, asupan cairan Setelah dilakuakn tindakan cairan
berlebih keperawatan selama 3 x 24 • pengurangan masukan garam
jam • hilangakn faktor penyebab,
kelebihan volume cairan apabila akibat bendungan aliran
teratasi pembuluh darah maka anjurkan
dengan kriteria : untuk istirahat dengan posisi
• terbebas dari edema, efusi, terlentang atau kaki di tinggikan
anaskara atau lihat kondisi penyakit,
• bunyi nafas bersih, tidak ada tinggikan ekstremitas yang
dyspneu/ortopneu mengalami edema diatas posisi
• terbebas dari distensi vena jantung kecuali ada
jugularis kontraindikasi.
• Memelihara tekanan vena • kurangi konstriksi pembuluh
sentral, darah seperti penggunaan kaos
tekanan kapiler paru, output kaki yang ketat
jantung • lakukan mobilisasi melalui
dan vital sign DBN pengaturan posisi dan anjurkan
• terbebas dari kelelahan, cara mempertahankan
kecemasan, atau bingung. keseimbangan cairan
Daftar Pustaka

A. Aziz Alimul Hidayat. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health
Books publishing.

Tamsuri, A. (2008). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta : EGC.

Nanda International. (2018). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:EGC

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classifcation(NIC) (5th


ed.). America: Mosby Elseiver.

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson,L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United states of America: Mosby Elseiver.

Anda mungkin juga menyukai