Anda di halaman 1dari 57

3.

1 TEORI KONSELING

3.1.1 Pengertian Teori, Pentingnya Teori, dan Teori ke Praktik

3.1.1.1 Pengertian Teori

Teori adalah model yang dipergunakan oleh konselor sebagai panduan


untuk merumuskan pembentukan solusi atas suatu masalah.
“Pemahaman teoritis adalah bagian esensial dalam praktik konseling
yang efektif. Teori membantu konselor mengatur data klinis, membuat
proses yang kompleks menjadi koheren, dan memberikan panduan
konseptual untuk berbagai intervensi’ (Hansen, 2006, p. 291)

Dalam penggunaan secara umum, teori berarti sejumlah proposisi-


proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (artinya, kumpulan proposisi
ini mengikuti aturan2 tertentu yang dapat menghubungkan secara logis
proposisi yang satu dengan prosisi yang lain, dan juga pada data yang
diamati), dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang diamati (snelbecker, 1974).

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel untuk
menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan
teori sebagai ide pemikiran, “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan
sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan
pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang


pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks
diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta
yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta.

Beberapa model teori lebih komprehensif dibanding yang lain dan


“semua teori terbelit dengan budaya, politik, dan bahasa” (Hansen, 2006,
p. 293) konselor yang efektif menyadari hal ini, dan sigap dalam memilih
teori mana yang paling komprehensif dan atas alasan apa digunakan.
3.1.1.2 Pentingnya Teori

Teori adalah fondasi dari konseling yang baik. Teori menantang konselor untuk
lebih kreatif dan peduli dalam batasan-batasan hubungan sangat pribadi yang
terstruktur demi kemajuan dan pencerahan. Teori mempunyai dampak pada
bagaimana komunikasi klien dikonsepkan, bagaimana hubungan antar pribadi
berkembang, bagaimana etika profesional diterapkan, dan bagaimana konselor
memandang dirinya sebagai profesional. Tanpa latar belakang teori, konselor
bertindak coba-coba tanpa arah, tidak efektif, dan membahayakan. Teori
membantu menjelaskan apa yang terjadi dalam suatu hubungan konseling dan
membantu konselor dalam mengevaluasi dan meningkatkan hasil. Teori
memberikan kerangka kerja dalam membuat observasi ilmiah mengenai
konseling. penggunaan teori meningkatkan koherensi gagasan mengenai
konseling dan menghasilkan gagasan-gagasan baru.

Konselor yang dipandu oleh teori dapat memenuhi tuntutan perannya, karena
mempunyai alasan untuk apa yang dia lakukan. Boy dan Pine menunjukkan
enam fungsi teori yang membantu konselor dengan cara yang praktis:

1. Teori membantu konselor menemukan persatuan dan kesinambungan


dalam perbedaan eksistensi

2. Teori memaksa konselor untuk mengamati hubungan yang mungkin dia


lewatkan sebelumnya

3. Teori memberikan pada konselor panduan operasional untuk digunakan


dalam bekerja dan membantu konselor mengevaluasi perkembangannya
sebagai seorang profesional

4. Teori membantu konselor memusatkan diri pada data yang relevan dan
menunjukkan apa yang harus dicari

5. Teori membantu konselor dalam membantu klien mengubah


perilakunya secara efektif
6. Teori membantu konselor mengevaluasi pendekatan lama dan baru
pada proses konseling. ini adalah basis untuk membangun pendekatan
konseling yang baru.

Kriteria utama bagi semua teori konseling adalah bagaimana teori dapat
memberikan penjelasan atas apa yang terjadi pada proses konseling.

3.11.3 Teori ke Praktik

Praktik dalam bidang keilmuan dan atau keprofesian sebenarnya bukan barang
baru. Metode ini telah sekian lama menjadi bahan diskusi menarik, namun
tidak demikian halnya dalam tataran operasional. Perbedaan waktu dan
tuntutan kemampuan tertentu di lapangan sering menciptakan opini bahwa
kondisi praktik tak seindah teori/konsep yang dipelajari.

Sebelum membahas hal ini lebih lanjut, perlu dipahami intisari pola ‘teori-
praktik’. Satu hal yang ingin diciptakan adalah pengalaman dari tiap pribadi
dalam profesi yang dijalaninya. Melalui proses pembelajaran di mana
seseorang dapat mengalami kondisi nyata di lapangan, diharapkan seorang
individu dapat menggunakan teori yang telah dipelajari sebagai bekal dalam
menemukan solusi bagi setiap permasalahan yang timbul.

Konselor mempunyai ragam teori untuk dipilih dan digunakan dalam layanan
bimbingan dan konseling. Konselor yang efektif akan meneliti bukti
keefektifan teori-teori yang ada dan mencocokkannya dengan keyakinan
pribadinya dan realitas mengenai sifat manusia serta perubahan. Tetapi,
konselor tampaknya secara pragmatis, luwes mengadaptasikan teknis dan
intervensi-intervensi dari pendekatan teoretis yang berbeda kedalam
pekerjaannya, tanpa benar-benar menerima dasar sudut pandang beberapa
teori.

Kebanyakan konselor profesional masa kini (diperkirakan 60% hingga 70%)


menganggap dirinya eklektik dalam menggunakan teknik dan teori (Lazarus
dan Beutler, 1993 dalam Samuel T. Gladding). Yaitu, menggunakan berbagai
teknik dan teori untuk dicocokkan dengan kebutuhan klien dengan “rata-rata
4,4 teori digunakan untuk kerja terapeutiknya dengan klien” (Cheston, 200, p.
254 dalam Samuel T. Gladding). Sewaktu kebutuhan berubah, konselor pindah
dari satu teori yang mereka gunakan ke pendekatan lainnya. Kekuatan eklektik
terletak pada kemampuannya untuk menarik teori, teknik, dan praktik yang
beragam untuk dicocokkan dengan kebutuhan klien. Pendekatan ini juga
memiliki kekurangan. Contohnya, pendekatan eklektik dapat membahayakan
proses konseling jika konselor tidak familiar benar dengan semua aspek teori
yang terlibat disini.

Melewati sudut pandang teori murni dan pendekatan eklektik, teori konseling
sekarang ini telah masuk pada era perspektif post-modern. Sedemikian rupa
sehingga dipandang sebagai paket naratif baru yang membantu klien
menciptakan sistem arti yang baru, “bukan dengan menelisik hal-hal lama
secara objektif” (Hansen, 2006 dalam Samuel T. Gladding). Inti dari
pandangan semacam itu terlihat pada pendekatan konstruktif sosial.
3.2 TEORI KONSELING PSIKOANALISIS, ADLERIAN DAN
HUMANISTIK

Dari sudut pandang histriokal, teori psikoanalisis dipandang sangat penting. Teori
ini adalah yang pertama mendapat pengakuan dan penerimaan publik. Teori
dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai teori konseling akan
memudahkan dalam menentukan arah proses konseling.

3.2.1 TEORI PSIKOANALISIS

Tokoh paling terkenal dari teori psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud.
Psikoanalisa dapat dipandang sebagai teori kepribadian ataupun metode
psikoterapi. Sigmund Freud lahir tanggal 6 Mei 1856 di Morovia dan meninggal di
London pada tanggal 23 September 1939.

Pengertian psikoanalisis mencakup tiga aspek: (1) sebagai metode penelitian


proses-proses psikis; (2) sebagai suatu tekhnik untuk mengobati gangguan-
gangguan psikis; (3) sebagai teori kepribadian. Selain itu, di dalam gerakannya,
psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yakni :

a) Prinsip konstansi
Artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk
mempertahankan kuantitas konflik psikis pada taraf yang serendah
mungkin, atau setidaknya taraf yang stabil. Dengan perkataan lain bahwa
kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan konflik yang permanen.
b) Prinsip kesenangan
Artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan
ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan
c) Prinsip realitas
Yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata

Sebagai pencetus psikoanalisis, maka Freud bisa menjadi raksasanya intelektual.


Dia mempelopori teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia, dan hasil
dari usaha-usahanya adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang paling
komperhensif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.

3.2.3.1 Konsep utama


Freud memandang sifat manusia sebagai sesuatu yang dinamis dengan
transformasi dan pertukaran energi di dalam kepribadiannya (Hall, 1954).
Manusia mempunyai pikiran sadar, pikiran pra sadar dan pikiran bawah sadar.
Sehingga menurut Freud kepribadian terdiri atas :
 Id
Id adalah sistem kepribadian yang original. Dimana pada waktu
dilahirkan, seseorang hanya terdiri atas id saja. Id merupakan sumber
utama energi psikis dan tempat kedudukan insting. Id tidak memiliki
organisasi, banyak tuntutan dan selalu memaksakan kehendaknya.
Dengan dikendalikan oleh prinsip kesenangan yang tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan, menghindari penderitaan dan
mendapatkan kesenangan, maka id adalah tidak rasional, tidak bermoral
dan didorong oleh satu pertimbangan demi terpenuhinya kepuasan
kebutuhan yang bersifat insting sesuai dengan prinsip kesenangan.
 Ego
Adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, berperan
sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan,
serta mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar, penengah
antara instink dengan dunia luar dengan menilai realita dalam
hubungannya dengan nilai-nilai moralitas. Prinsip kerja ego menganut
prinsip realitas “reality principle”. Ego dan id saling berhubungan,
dimana ego merupakan tempat kedudukan intelegensi dan rasionalitas
yang mengrem serta mengendalikan hawa nafsu dari id. Kalau id hanya
tahu akan realitas subjektif maka ego membedakan antara sosok mental
dan benda yang ada di dunia luar.
 Super Ego
Merupakan pemegang keadilan dan kepribadian. Superego merupakan
kode moral seseorang, yang kepedulian utamanya adalah melihat
apakah tindakan itu baik atau buruk, benar atau salah. Super ego
mewakili yang ideal dan sasaran yang ingin diperjuangkannya adalah
bukan demi kesenangan melainkan demi kesempurnaan. Superego
sebagai wadah impuls id, untuk menghimbau ego agar menggantikan
tujuan yag moralistik dengan yang realistik serta memperjuangkan
kesempurnaan.
Id dan super ego terhubung pada pikiran tidak sadar; ego terutama
bekerja secara sadar tetapi juga secara prasadar dan tidak sadar.
Psikoanalisis juga dibentuk pada apa yang Freud sebut sebagai tahap
perkembangan psikoseksual. Masing-masing tahap berfokus pada zona
kesenangan yang dominan pada waktu tertentu:
 Tahap oral
Dengan mulut sebagai zona utama kesenangan dan kepuasan
dasar didapat saat menggigit dan menyedot.
 Tahap anal
Dengan kepuasan dirasakan saat menahan maupun buang air
besar
 Tahap phalic
Dengan pusat kesenangan utama terletak di organ seks, dan baik
pria maupun wanita harus berupaya melalui hasrat seksual.
 Latency
Dengan energi difokuskan pada aktivitas berpasangan dan
penguasaan pembelajaran kognitif serta keahlian fisik secara
pribadi
 Tahap genital
Dimana jika semuanya telah berjalan dengan baik, masing-
masing gender measa lebih tertarik satu sama lain dan muncul
pola interaksi heteroseksual yang normal
Frustasi yang berlebih atau bahkan kepuasan yang berlebih akan
muncul pada tiga tahapan di aas. Di sini klien dapat menjadi terpaku
(atau tertahan) pada tingkat perkembangan tersebut dan atau terlalu
bergantung pada penggunaan mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan psikoanalitik :
a) Repsresi
Mekanisme pertahanan paling dasar, represi adalah
pengecualian tak sadar dari pikiran dan kenangan yang menekan
atau menyakitkan. Represi digunakan pada mekanisme
pertahanan lainnya
b) Penyangkalan
Pada proses ini, seseorang tidak mau melihat atau menerima
permasalahan apapun atau aspek-aspek kehidupan yang
menyulitkan. Penyangkalan bekerja pada tingkat prasadar atau
sadar
c) Regresi
Ketika individu stres, sering kali dia kembali ke tingkah yang
kurang dewasa
d) Proyeksi
Bukannya menyatakan apa yang sebenarnya dipikirkan atau
dirasakan, dia malah menambahkan pemikiran, perasaan atau
motif yang tidak dapat dipahami
e) Rasionalisasi
Mekanisme pertahanan ini melibatkan pemberian “alasan
intelektual” untuk membenarkan suatu tindakan. Alasan dan
tindakan tersebut hanya berhubungan dalam pikiran orang
tersebut setelah tindakan selesai dilakukan
f) Formasi reaksi
Ketika seseorang berperilaku dalam cara yang merupakan
kebalikan dari apa yang dia rasakan, hal itu dikenal dengan
“formasi reaksi”. Jenis tingkah laku ini biasanya bersifat
melebih-lebihkan, seperti bersikap sangat baik pada orang yang
tidak dia suka sama sekali.
g) Pergeseran
Pada pertahanan ini, arah reaksi emosional diubah ke “target
aman”. Orang atau objek lain yang menerima perasaan ini,
bukannya orang yang langsung berhubungan dengan pesan
tersebut

3.2.3.2 Peranan Konselor


Profesioanal yang mempraktikan psikoanalisis klasik berfungsi sebagai
seorang ahli. Mereka mendorong klien untuk membicarakan apapun yang
muncul dalam benaknya, khususnya pengalaman di masa kanak-kanak. Untuk
menciptakan atmosfir yang membuat klien merasa bebas mengekspresikam
pikiran yang menyusahkannya, ahli psikoanalisis, setelah melalui beberapa
sesi tatap muka, seringkali meminta kliennya untuk berbaring di sofa
sementara ahli analis tetap berada di luar bidang pandang klien. Peranan analis
di sini adalah untuk membiarkan klien mendapatkan pencerahan sekaligus
memecahkan pengalaman masa lalu yang belum terpecahkan. Hal ini untuk
membantu klien menghadapi masalah bawah sadar secara realistis.
3.2.3.3 Proses therapi
 Tujuan therapi psikoanalisa
Tujuan psikoanalisis bervariasi bergantung pada klien, tetapi fokus
utamanya pada penyesuaian pribadi, biasanya memicu reorganisasi
kekuatan internal di dalam diri seseorang. Pada kebanyakan kasus tujuan
utamanya adalah membantu klien agar lebih menyadarai aspek-aspek tidak
sadar dalam kepribadiannya dan untuk menghadapi reaksi-reaksi kini yang
mungkin disfungional.
Selanjutnya, tujuan utama yang kedua, seringkali berkaitan dengan yang
pertama, adalah membantu klien menghadapi tahap perkembangan yang
belum terpecahkan. Jika tercapai, kebuntuan yang dirasakan klien akan
lenyap dan dia dapat hidup lebih produktif. Untuk menghadapi tahap
perkembangan yang belum terpecahkan dibutuhkan rekonstruksi
kepribadian secara besar-besaran.
Sedangkan tujuan akhir psikoanalisis adalah membantu klien menghadapi
tuntutan masyarakat tempat dimana ia hidup. Teori ini menekankan pada
penyesuaian lingkungan, khususnya dalam bidang pekerjaan dan
keintiman. Fokusnya adalah memperkuat ego sehingga persepsi dan
rencana akan menjadi lebih realistis.
 Helping relationship
Dalam teori ini, fungsi terapis adalah sebagai penganalisa dan
penginterpretasi, perannya adalah: (a) menolong klien mendapatkan self-
awarenessnya, kejujuran dan relationship personal yang efektif dalam
menghadapi kecemasan dan dalam memperoleh kontrol atas perilaku yang
impulsif dan irasional, (b) menciptakan hubungan kerja dengan klien,
mendengarkan dan menginterpretasi, (c) memperhatikan resistensi klien
sementara ia pun mendengarkan dan mempelajari kapan mengajukan
pertanyaan yang tepat. Kesemuanya berfungsi untuk mempercepat
menampilkan bahan-bahan yang tidak disadari, (d) therapis mendengarkan
gap dan ketidak konsistenan pada cerita klien, sambil sekali-sekali
menyisipkan makna mimpi dan asosiasi bebas si klien dan peniliti.
Dengan cara mengorganisasi proses penyembuhan ini dalam konteks
pengertian atas struktur kepribadian dan psikodinamika maka therapis
mampu memformulasikan sebab dari pada problem yang dihadapinya.
Proses yang dinyatakan di atas dimaksudkan untuk:
a) Mengajar klien tentang makna proses yang berlangusng sehingga ia
dapat memperoleh insight atas problemnya
b) Meningkatkan kesadaran klien atas cara-cara perubahan. Dengan
demikian memperoleh kontrol rasional yang lebih banyak lagi.
3.2.3.4 Teknik
Teknik psikoanalisis paling sering diterapkan dalam lingkungan khusus, seperti
kantor konselor atau ruang wawancara di rumah sakit. Beberapa diantaranya
yang paling sering digunakan adalah asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis
transference, analisis resistensi dan interpretasi. Meskipun masing-masing
teknik akan diamati terpisah, namun dalam prakteknya saling terintegrasi.
1) Asosiasi bebas
Secara mendasar, tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan
pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang
berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau.
Dalam psikoanalisa tradisional, penerapan teknik asosiasi bebas ini
dilakukan dengan klien berbaring di depan dan konselor duduk di kursi
sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat konselor.
Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan
materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka,
tidak menutup-nutupi tanpa harus malu, meskipun materi tersebut
menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan.
Selama berlangsung asosiasi bebas, konselor harus mampu menjadi
pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu
mengungkapkan secara spontan setiap ingatan yang terlintas dalam
pikirannya, pengalaman traumatik, mimpi, penolakan, dan pengalihan
perasaannya.
Agar konselor dapat menginterpretasikan secara tepat apa yang
dikatakan klien, selama asosiasi bebas berlangsung konselor harus aktif
memperhatikan perasaan, ucapan-ucapannya, mencatat gerak tubuh,
nada suara, dan bahasa tubuh klien secara umum. Penting bagi konselor
untuk mencermati kata-kata yang muncul diluar kesadarannya (misal :
salah ucap, atau kata-kata yang kemudian diralat), serta menafsirkan
segala sesuatu yang dimanifestasikan oleh klien dengan menunjukkan
arti dan maknanya tanpa disertai sikap berprasangka.

2) Interpretasi atau penafsiran


Interpretasi atau penafsiran adalah teknik yang digunakan oleh
konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan
materi yang tidak disadari. Dengan demikian ego klien dapat
mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dan dengan penuh
kesadaran.
Dalam memberikan penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat
memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru
menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya.
Untuk itu, penafsiran hendaknya bersifat hipotetik, bukan menyatakan
fakta, mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang sifatnya
permukaan menuju ke arah yang mempunyai bobot emosional yang
lebih mendalam, serta dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan
pertahanan diri klien sebelum ke hal-hal yang dianggap mendasarinya.

3) Analisis mimpi
Bagi Freud mimpi adalah ekspresi simbolik dari kebutuhan-
kebutuhannya yang terdesak. Dalam keadaaan tidur, kesadaran manusia
menjadi lemah, dan pada saat itulah materi-materi dalam
ketidaksadaran sulit untuk dikontrol, diawasi, dan dikendalikan
sehingga muncul ke permukaan. Sedangkan mimpi adalah jalan utama
bagi semua keinginan, kebutuhan, ketakutan, dan kecemasan yang tidak
disadari diekspresikan dalam bentuk simbolik. Representasi dari
dorongan-dorongan seksual yang tidak terpenuhi, perasaan berdosa,
atau bentuk penghukuman diri dari super ego. Setiap mimpi memiliki
isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga yang bersifat laten
(tersembunyi). Isi yang bersifat manifes adalah mimpi sebagai tampak
pada diri orang yang mipi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri atas
motif-motif tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah
untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang
manifes, untuk memenukan sumber-sumber konflik terdesak. Analisa
mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang sifatnya
berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4) Analisis resistensi
Freud memandang bahwa resistensi merupakan suatu dinamika yang
tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau
penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi
ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada pertahanan
diri terhadap kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini terjadi, maka
sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang penting bagi konselor
adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga
dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga
klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5) Analisis transferensi
Transferensi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari
kepada konselor dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien.
Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik
positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan agar klien
mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap
kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa kanak-kanaknya.
Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik, maka klien dapat
menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses terapi
dapat dirasakan sebagai suatu hukuman. Karena itu dalam menghadapi
trasferensi, konselor harus mampu bersikap obyektif, netral, anonim,
dan pasif. Tidak mengembangkan sikap perlawanan atau
countertransference berupa respon-respon emosional tertentu yang
tidak disadari, karena akan sangat berbahaya bagi obyektivitas
penyuluh dalam memperlakukan kliennya.

3.2.3.5 Kekuatan dan Kontribusi
Psikoanalisis klasik mempunyai beberapa penekanan yang unik :
 Pendekatan ini menekankan pada pentingnya seksualitas dan alam tidak
sadar dalam tingkah laku manusia. Sebelum dibuatnya teori ini,
seksualitas (khususnya pada masa kanak-kanak) disangkal dan
kekuatan alam tidak sadar kurang mendapat perhatian.
 Pendekatan ini memberikan sumbangan pada penelitian-penelitian
empiris
 Pendekatan ini menyediakan dasar teoritis yang mendukung sejumlah
instrumen diagnostik. Beberapa tes psikologi, seperti Tes Apresiasi
Tematik atau Noda Tinta Rorschach, berakar pada teori psikoanalisis
 Psikoanalisis terus berevolusi dan akhir-akhir ini menekankan pada
proses adaptif dan hubungan sosial
 Pendekatan ini tampaknya efektif bagi mereka yang menderita berbagai
macam gangguan, termasuk histeria, narsisme, reaksi obesif-kompulsif,
gangguan karakter, ansietas, fobia dan gangguan seksualitas
 Pendekatan ini menekankan pentingnya tahap perkembanga
pertumbuhan.
3.2.3.6 Keterbatasan
 Pendekatan ini menghabiskan waktu dan biaya yang banyak. Seseorang
yang menjalani psikoanalisis biasanya datang tiga samapi lima kali
seminggu, dalam kurun waktu bertahun-tahun
 Pendekatan ini lebih berguna bagi pria paruh baya dan wanita yang
tertekan karena merasa hidupnya sia-sia serta mencari arti di dalam
kehidupan.
 Di luar harapan Freud, pendekatan ini telah diklaim secara eksklusif
oleh para psikiater. Konselor dan psikolog yang tidak mempunyai
pendidikan medis mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelatihan
ekstensif di bidang psikoanalisis
 Pendekatan ini berdasarkan pada banyak konsep yang tidak mudah
dipahami atau dikomunikasikan.
 Pendekatan ini menuntut ketekunan
 Pendekatan ini tidak begitu cocok dengan kebutuhan kebanyakan
individu yang mencari konseling profesional. Model psikoanalitik
dikaitkan dengan orang yang mempunyai masalah penyesuaian diriatau
yang ingin dan membutuhkan eksplorasi alam tidak sadarnya.

3.2.2 TEORI KONSELING ADLERIAN

Tokoh konseling psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), seorang


penganut psikoanalisa Freud yang kemudian memisahkan diri karena ia percaya
bahwa penekanan Freud pada ketentuan biologis insting sangatlah sempit. Adler
percaya bahwa apa yang teradi pada diri seseorang individu di masa dewasa sangat
dipengaruhi oleh enam tahun pertama kehidupan. Teori Adler ini juga disebut dengan
Psikologi Individual karena dalam teorinya, Adler lebih menekankan kepada
pendekatan kemanusiaan dan penyakit dari sudut pandang individu sebagai pribadi
satu kesatuan yang utuh, bukan membagi-baginya menjadi bagian-bagian, seperti
gejala, insting, atau dorongan-dorongan.
3.2.2.1 Sudut Pandang Tentang Sifat Manusia
Dalam hubungannya dengan sifat manusia, gagasan utama Adler adalah
bahwa manusia secara primer dimotivasi oleh kepedulian sosial, yaitu
perasaan mempunyai kaitan dengan masyarakat sebagai bagian dari
masyarakat secara keseluruhan, suatu kepedulian aktif dan empati kepada
sesama, selain kebutuhan dan kemauan untuk berkontribusi pada
kepentingan umum masyarakat.
Teori Adler menyatakan bahwa aspek sadar dari tingkah laku, bukan yang
tidak sadar, merupakan pusat dari perkembangan kepribadian. Prinsip
utama teori Adlerian adalah bahwa manusia berjuang untuk kesuksesan.
Juga ada kecendrungan pada setiap orang untuk merasa lebih rendah
daripada yang lain. Jika perasaan ini tidak diatasi, orang tersebut
mengembangkan kompleks inferioritas. Kompleks semacam itu jika tidak
diubah, maka menjadi dasar menetapnya kepribadian seseorang.
Sebaliknya, orang yang mengkompensasi perasaan inferioritas secara
berlebihan mengembangkan kompleks superioritas, yang juga disebut
Adler sebagai neurotik fisik yang tidak produktif.
Adler juga percaya bahwa manusia dipengaruhi oleh tujuan masa depan
selain oleh akibat dari masa lalu. Teori Adler ini juga memberi banyak
penekenan pada urutan kelahiran. Sebagai tambahan urutan kelahiran,
lingkungan keluarga juga penting bagi perkembangan seseorang,
khususnya 5 tahun pertama kehidupan. Dalam teorinya, Adler menegaskan
bahwa masing-masing orang menciptakan gaya hidup mulai usia 5 tahun,
khususnya melalui interaksi dengan anggota keluarga lainnya. Suasana
keluarga yang negatif dapat berupa terlalu otoriter, penolakan, supresif,
materialstis, terlalu protektif atau mengasihani, sementara suasana keluarga
yang positif dapat berupa demokratis, penerimaan, terbuka, sosial.
Bagaimanapun juga, persepsi atmosfir keluarga, alih-alih peristiwanya
sendiri, lebih penting bagi perkembangan gaya hidup.
Secara keseluruhan, penganut Adler percaya bahwa ada tiga tugas utama
kehidupan : masyarakat, pekerjaan dan seksualitas
3.2.2.2 Peranan Konselor
Konselor Adlerian berfungsi terutama sebagai ahli diagnostik, guru dan
model dalam hubungan kesetaraan yang mereka bangun dengan klien.
Mereka mencoba untuk menilai mengapa klien berorientasi ke cara
berpikir dan bertindak tertentu. Konselor membuat penilaian dengan
mengumpulkan informasi dalam keluarga dan dari kenangan awal klien.
Konselor kemudian membagi impresi, opini, dan perasaannya bersama
klien dan berkonsentrasi untuk meningkatkan hubungan terapi. Klien
didorong untuk memerikasa dan mengubah gaya hidup yang salah dengan
mengembangkan kepedulian sosialnya.
Penganut Adlerian serigkali juga aktif berbagi firasat atau perkiraan dengan
klien dan sering mengarahkan ketika memberi tugas rumah pada klien.
3.2.2.3 Tujuan
Tujuan dari konseling ini adalah membantu orang untuk mengembangkan
gaya hidup holistik dan sehat. Ini berarti mendidik klien mengenai gaya
hidup serta membantunya mengatasi perasaan inferioritas. Tujuan utama
dari konseling ini adalah membantu klien mengatasi gaya hidup yang
salah, yaitu gaya hidup yang egois dan berdasarkan tujuan yang salah serta
asumsi yang tidak benar berkitan dengan perasaan inferioritas.
3.2.2.4 Teknik
Konselor Adlerian mencoba untuk mengembangkan suatu hubungan yang
hangat, suporitf, bersahabat, empati serta setara dengan kliennya. Konselor
mendengarkan secara aktif dan menanggapi dengan cara yang sama seperti
yang dilakukan konselor yang berpusat pada manusia.
Setelah hubungan terbangun, konselor berkonsentrasi pada analisis gaya
hidup klien, termasuk memeriksa keluarga, kenangan awal, mimpi,
prioritas. Seringkali klien bisa mendapatkan pencerahan dengan
mengenang kembali kenangannya, khususnya peristiwa sebelum usia 10
tahun. Adler mengemukakan bahwa orang mengingat masa kanak-kanak
yang konsisten dengan sudut pandangnya masa kini terhadap diri sendiri,
orang lain, dan dunia secara umum. Selain itu, teori Adlerian juga
menyebutkan bahwa mimpi adalah latihan awal bagi tindakan di masa
depan. Mimpi yang berulang sangatlah penting. Dengan memperhatikan
apa yang menjadi prioritas bagi klien akan sangat membantu dalam
memahami gaya hidupnya. Klien dapat tetap mempertahankan gaya
hidupnya yang dominan.
Berikutnya usaha konselor adalah membantu klien untuk mengembangkan
pencerahan, khususnya dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan
membuat interpretasi. Pertanyaan terbuka membuat klien dapat
mengeksplorasi pola-pola di dalam kehidupan mereka yang terlewatkan.
Pada proses ini, kemampuan empati sangat penting, karena konselor harus
dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi klien sebelum memberikan
penilaian buruk terhadap alasan perilaku klien saat ini. untuk mencapai
perubahan tingkah laku, konselor menggunakan teknik spesifik:
 Konfrontasi
Konselor menantang klien untuk mempertimbangkan logika
pribadinya. Hal ini dilakukan untuk menyadarkan klien bahwa ia
dapat mengubah logika dan perilakunya
 Mengajukan “pertanyaan”
Berupa pertanyaan “apa yang berbeda jika keadaan anda baik?”
klien sering diberi pertanyaan yang demikian pada wawancara
awal, namun juga dapat diberikan kapan saja
 Dorongan
Konselor mendorong klien agar merasa nyaman dengan diri sendiri
 Bertindak “seandainya”
 “Meludah di sup klien”
 Menangkap diri sendiri
 Penatapan tugas
 Tekan tombol
3.2.2.5 Kekuatan dan kontribusi
 Pendekatan ini membina atmosfir kesetaraan melalui teknik positif
yang digunakan konselorr
 Pendekatan ini fleksibel untuk semua usia
 Pendekatan ini berguna untuk perawatan berbagai kelainan,
termasuk kelainan perilaku, perilaku antisosial, ansietas masa
kanak-kanak dan remaja, beberapa kelainan afektif dan kelainan
kepribadian
 Pendekatan ini memberi kontribusi pada toeri-teori pembantu
lainnya dan pada pengetahuan serta pemahaman umum akan
interaksi manusia
 Pendekatan ini dapat digunakan secara selektif di berbagai konteks
budaya.
3.2.2.6 Keterbatasan
 Pendekatan ini kurang memiliki dasar penelitian yang suportif dan
tegas
 Pendekatan ini masih kabur dalam hubungannya dengan beberapa
konsep dan istilah
 Pendekatan ini terlalu optimis perihal sifat manusia khususnya
kerja sama dan kepedulian sosial
 Prinsip dasar pendekatan ini, seperti struktur keluarga yang
demokratis tidak terlalu cocok untuk klien yang konteks budayanya
menekankan pada hubungan sosial linear
 Pendekatan ini sangat bergantung pada pengetahuan verbal, logika
dan pencerahan, penerapnnya terbatas untuk klien yang kurang
cerdas.

3.2.3 TEORI KONSELING HUMANISTIK

Teori humanistik sebagai deskriptor konseling, terfokus pada potensi individu untuk
memelih secara aktif dan menentukan secara sengaja hal-hal yang berhubungan
dengan dirinya sendiri dan lingkungan.
Tiga dari teori ini yang akan dibahas adalah : Berpusat pada orang, eksistensial dan
Gestalt.

3.2.3.1 Konseling Berpusat Pada Orang


Carl Rogers (1902-198), Sebagai seorang psikolog humanistic, lebih
menekankan pentingnya relasi antarpribadi dengan sikap saling menghargai
dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya serta dalam mempermudah
perkembangan kepribadian. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya
memiliki jawaban sendiri atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas
terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut
Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat terapis bukanlah hal yang
penting dalam treatment kepada klien.
3.2.3.1.1 Sudut pandang tentang manusia
Dalam konseling ini, manusia dipandang secara positif atau
menurut mereka, manusia pada dasarnya baik. Menurut Rogers
pula, bahwa aktualisasi diri merupakan penggerak yang paling
umum dan sangat memotivasi keberadaan, serta mencakup
tindakan yang mempengaruhi orang tersebut secara keseluruhan.
Rogers juga memandang individu mirip dengan teori Adler,
sehingga gagasannya sering disebut teori diri. Diri adalah hasil
dari pengalaman yang dialami seseorang dan suatu kesadaran
akan diri dapat membantu orang membedakan dirinya dari orang
lain (Nye, 2000). Agar muncul diri yang sehat, maka seseorang
membutuhkan perhatian positif-cinta, kehangatan, kasih sayang,
respek dan pnerimaan. Rasa berharga ini berkembang jika
seseorang berperilaku dalam cara tertentu karena penerimaan
dengan pamrih mengajarkan pada orang tersebut bahwa dirinya
dihargai hanya jika berkompromi dengan keinginan orang lain.
Individu yang terjebak di dalam dilema semacam itu akan
menyadari adanya ketidaksamaan antara persepsi pribadi dan
pengalaman. Dari sinilah muncul idealisme diri (sosok yang ingin
ditiru) dean realita diri (diri apa danya). Semakin jauh idealisme
diri dengan realita diri, semakin asing dan menyimpang diri orang
itu.
3.2.3.1.2 Peran konselor
Konselor berperan penting di sini. Ia membuat dan meningkatkan
atmosfer dimana klien bebas dan didorong untuk mengeksplorasi
semua aspek mengenai dirinya. Atmosfer ini difokuskan pada
hubungan konselor-klien, yang digambarkan Rogers sebagai
kualitas pribadi. Konselor menaruh kepercayaan pada kliennya
untuk mengembangkan agenda tentang apa yang ingin ia
kerjakan. Tugas konselor di sini adalah sebagai fasilitator
daripada pengarah. Dalam pendekatan ini konselor adalah ahli
proses tersebut dan ahli penelitian. Kesabaran menjadi kunci.
3.2.3.1.3 Tujuan
Tujuan dari konseling ini adalah berkisar pada klien sebagai
manusia, bukan prmasalahannya. Klien dibantu untuk lebih
terbuka terhadap pengalaman, lebih mempercayai persepsi diri
dan berpartisipasi dalam eksplorasi serta evaluasi diri. Klien
berfungsi penuh untuk mengembangkan penerimaan yang lenih
besar akan dirinya dan orang lain serta menjadi pembuat
keputusan yang lebih baik di masa kini dan masa mendatang.
3.2.3.1.4 Teknik
Bagi terapis yang menggunakan pendekatan berpusat pada orang,
kualitas hubungan konseling jauh lebih penting daripada teknik
yang digunakan. Rogers percaya bahwa ada tiga kondisi yang
penting dan perlu pada konseling :
 Empati
Dalam situasi terapi, empati adalah kemampuan konselor untuk
menyatu dengan klien dan memantulkan pemahaman ini kembali
kepada mereka. Hal semacam ini dpat dilakukan dengan berbagai
cara, namun empati secara esensial adalah suatu upaya untuk
berpikir dengan , alih-alih untuk atau mengenai, klien dan utnuk
menyerap komunkasi, maksud dan pengertian klien tersebut.
 Perhatian positif tanpa pamrih
Juga dikenal sebagai penerimaan, merupakan kasih sayang yang
tulus dan dalam bagi klien sebagai seorang manusia, yaitu
menghargai manusia sebagai seorang manusia.
 Kecocokan (ketulusan, keterbukaan, autentik, transparansi)
Merupakan kondisi transparan di dalam hubungan terapi dengan
menghilangkan aturan dan penghalang.
3.2.3.1.5 Kekuatan dan Kontribusi
 Merevolusi profesi konseling dengan cara menghubungkan
konseling dengan psikoterapi dan memperjelasnya melalui
pembuatan rekaman suara daei sesi aktual dan menerbitkan
salinan aktual mengenai sesi konseling
 Diterapkan untuk berbagai macam konseling
 Menghasilkan penelitian yang ekstensif
 Efektif dalam sejumlah keadaan
 Sangat membantu bagi konseli yang mengalami tragedi
 Berfokus pada keterbukaan
 Dasar pendektan ini hanya membutuhkan waktu yang relatif
singkat untuk dipelajari
 Mempunyai pandangan positif perihal sifat manusia dan terus
berevolusi
3.2.3.1.6 Keterbatasan
 Terlalu sederhaa, optimis, santai dan tidak berfokus untuk
klien yang dalam krisis
 Terlalu bergantung pada klien yang suka bekerja keras, cerdas
dan berwawasan luas untuk mendapatkan hasil terbaik
 Mengabaikan diagnosis, ketidaksadaran, teori-teori
perkembangan dan dorongan agresif serta seksual yang alami
 Hanya menangani permasalahan yang ada di permukaan dan
tidak menantang klien untuk mengeksplorasi area-area yang
lebih dalam
 Lebih berdasarkan pada sikap ketimbang teknik

3.2.3.2 Konseling Eksistensial


Rollo May (1909-1994) dan Viktor Frankl (1905-1997) adalah dua orang yang
paling berpengaruh di bidang konseling eksistensial. May secara ekstensif
bergumul dengan masalah ansietas, khususnya yang berkaitan dengan
perjuangan hidup matinya melawan tuberkulosis; sementara Frankl, yang
ditawan dalam kamp konsentrasi Nazi selama perang dunia II, berfokus pada
arti hidup, meski berada di bawah kondisi yang sangat mengerikan dalam kamp
kematian.
3.2.3.2.1Sudut pandang tentang sifat manusia
Sebagai sebuah kelompok, para penganut eksistensial ini meyakini
bahwa manusia memebentuk kehidupan mereka melalui pilihan yang
mereka buat. Para penganut eksistensial berfokus pada kebebasan
memilih ini dan tindakan yang menyertainya. Mereka memandang
manusia sebagai penulis kehidupannya sendiri. Mereka menyebutkan
bahwa manusia bertanggung jawab atas keputusan apapun yang
mereka buat di dalam kehidupannya dan beberapa pilihan tersebut
mungkin lebih sehat dan lebih berarti dari yang lain. Menurut Frankl,
kita dapat menemukan arti kehidupan dalam tiga cara, yaitu :
 Dengan melakukan perbuatan baik, yaitu dengan mencapai atau
mendapatkan sesuatu
 Dengan mengalami suatu nilai, seperti cara kerja alam, kebudayaan
atau cinta
 Dengan menderita, yatu dengan mencari suatu perilaku yang tepat
terhadap takdir yang tidak dapat diubah

3.2.3.2.2Peran Konselor
Dalam konseling ini, tidak ada aturan yang seragam. Setiap klien
dianggap unik. Oleh sebab itu konselor peka terhadap semua aspek
karakter klien mereka. Dalam konseling ini, konselor berkonsensrasi
untuk bersikap autentik terhadap klien dan masuk ke dalam hubungan
yang lebih dalam dan personal dengannya, sehingga bukan menjadi
hal yang aneh apabila konselor eksistensial berbagi pengalaman
pribadi dengan klien, guna memperdalam hubungan dan membantu
klien untuk menyadari perjuangan dan sisi kemanusiaannya. Fokus
dari konseling ini adalah hidup secara produktif di masa kini,
bukannya mencari masa lalu pribadi.
3.2.3.2.3Tujuan
Tujuan penganut eksistensial adalah membantu klien menyadari
pentingnya arti, tanggung jawab, kesadaran, kebebasan dan potensi.
Penganut eksistensial berharap bahwa selama proses konseling, klien
akan lebih bertanggung jawab atas kehidupannya. Dalam prosesnya,
klien tidak lagi menjadi pengamat suatu peristiwa tetapi menjadi
seorang pembentuk aktivitas personal yang berarti dan pemegang
nilai-nilai pribadi yang mengarah pada gaya hidup yang bermakna.
3.2.3.2.4Teknik
Tidak seperti teknik-yeknik pada konseling lainnya. Teori eksistensial
tidak membatasi konselor untuk menggunakan teknik dan intervensi
tertentu. Teknik dalam pendekatan eksistensial ini lebih sedikit
daripada model konseling lainnya sehingga membolehkan
konselornya untuk meminjam gagasan lain dan menggunakan
keahlian pribadi dan profesioanal yang luas cakupannya. Teknik yang
paling efektif dan kuat yang dimiliki oleh konselor eksistensial adalah
hubungannya dengan klien. Pada proses ini konselor membuka diri
sebagai upaya untuk membantu kliennya menjadi lebih dekat dengan
perasaan dan pengalaman pribadinya. Konselor juga menggunakan
konfrontasi. Klien dikonfrontasi dengan gagasan bahwa semua orang
bertanggung jawab atas kehidupannya masing-masing.
3.2.3.2.5 Kekuatan dan Kontribusi
 Menunaikan keunikan masing-masing individu
 Mengakui bahwa kegelisahan tidak harus merupakan kondisi
yang negatif
 Memberi konselor akses ke banyaknya filosofi dan literatur yang
sangat informatif
 Menegaskan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang
berkelanjutan
 Efektif bagi konseling multikultural
 Membantu individu menghubungkan permasalahan universal
 Dapat dikombinasika dengan perspektif dan metode lain.
3.2.3.2.6 Keterbatasan
 Belum menghasilakn model konseling yang berkembang secara
penuh
 Kekurangan program pelatihan dan pendidikan
 Sulit diterapkan di luar tingkatan individual
 Lebih dekat pada filosofi eksistensial
3.2.3.3 Gestalt
Terapi Gestalt diasosiasikan dengan psikologi Gestalt, sebuah aliran pemikiran
yang menekankan persepsi kesatuan dan keutuhan. Psikologi dan terapi ini
muncul sebagai reaksi atas tindakan para ahli yang lebih menekankan aliran
psikologi dan konseling lain, seperti paham tingkah laku dan psikoanalisa. Jadi,
terapi Gestalt menekankan pada bagaimana manusia berfungsi dalam totalitas
mereka. Frederick Perls (1893-1970) diasosiasikan sebagai orang yang
membangun terapi Gestalt dan mempopulerkannya melalui kepribadiannya
yang flamboyan dan tulisannya.

3.2.3.3.1 Sudut pandang tentang sifat manusia

Penganut Gestalt percaya bahwa manusia bekerja untuk kesatuan


dan keutuhan di dalam kehidupan. Setiap orang mempunyai
kecendrungan aktualisasi diri yang muncul melalui interaksi pribadi
dengan lingkungan dan awal mula kesadarn diri. Pandangan Gestalt
mengakui bahwa setiap orang dapat berubah dan bertanggung jawab.
Menurut terapi Gestalt, banyak individu yang bermasalah mempunyai
ketergantungan yang berlebihan pada pengalaman intelektual.
Penekanan ini tentu saja menghilangkan pentingnya emosi dan indra
yang dapat membatasi kemampuan seseorang untuk merespons
berbagai situasi. Permasalahan umum lainnya adalah
ketidakmampuan untuk mengenali dan memecahkan masalah yang
belum terselesaikan, yaitu pemikiran awal, perasaan dan reaksi yang
masih mempengaruhi fungsi pribadi dan menganggu kehidupan di
masa kini. Menurut penganut Gestalt, orang dapat mengalami
kesulitan dalam beberapa cara, yaitu : 1) kehilangan hubungan dengan
lingkungan dan sumber daya yang ada di dalamnya, 2) terlalu terlibat
dengan lingkungannya dan kehilangan kontak dengan dirinya sendiri,
3) gagal mengesampingkan masalah yang belum terselesikan, 4)
tercecer di berbagai arah, 5) mengalami konflik antara unggulan (apa
yang menurut seseorang seharusnya dilakukan), 6) kesulitan dalam
menangani dikotomi kehidupan seperti cinta/benci,
maskulin/feminim, dan kesenangan/kepedihan.

3.2.3.3.2 Peranan konselor

Peran konselor Gestalt adalah untuk menciptakan atmosfer yang


meningkatkan eksplorasi klien mengenai apa yang dibutuhkan untuk
bertumbuh. Atmosfer semacam ini diciptakan konselor dengan cara
terlibat secara intens dan pribadi dengan klien dn bersikap jujur.
3.2.3.3.3 Tujuan

Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu klien memecahkan msa
lalu sehingga menjadi terintegrasi. Tujuan ini termasuk selesainya
pertumbuhan mental. Pendekatan semacam ini menekankan pada
penyatuan aspek emosional, kognitif dan tingkah laku seseorang. .
sebagai sebuah kelompok, terapis Gestalt menekankan tindakan,
mendorong klien untuk mengalami perasaan dan tingkah laku. Mereka
juga menekankan arti kini. Masa lalu sudah tidak ada lagi dan masa
depan belum ada.

3.2.3.3.4 Teknik

Beberapa teknik yang dinilai paling inovatif yang pernah


dikembangkan dapat kita temukan pada terapi ini. teknik itu antara
lain:

 Latihan
Adalah teknik siap pakai seperti memeragakan fantasi, model
peran dan psikodarama. Latihan ini digunakan untuk
membangkitkan tanggapan tertentu dari klien, seperti
kemarahan atau eksplorasi
 Eksperimen
Eksperimen di lain pihak merupakan aktivitas yang tumbuh
dari interaksi antara klien dan konselor. Eksperimen tidak
direncanakan dan apa yang dipelajari biasanya mengejutkan
bagi konselor atau klien.

Teknik lain yang juga efektif adalah kursi kosong. Pada prosedur ini,
klien berbicara kepada berbagai bagian kepribadiannya, seperti bagian
yang dominan dan bagian yang pasif. Kursi kosong adalah fokusnya.
Klien dapat berbicara pada kursi kosong tersebut sebagai perwakilan
salah satu bagian dirinya, atau klien pindah dari satu kursi ke kursi
yang lain dan masing-masing kursi mewakili bagian diri yang
berbeda-beda. Dalam dialog ini, baik bagian rasional maupun
irasioanal dari klien menjadi fokus; klien tidak hanya melihat sisi-sisi
tersebut tetapi juga mampu menghadapi dikotomi di dalam dirinya.
Metode jenis ini tidak disarankan bagi klien yang emosinya sangat
terganggu.
3.2 TEORI TINGKAH LAKU, KOGNITIF, SISTEMIK, SINGKAT DAN
KRISIS DARI KONSELING

3.2.1 Teori Tingkah laku atau Behavior

B.f (Burrhus Frederik) Skiner (1904-1990) adalah orang yang mempopulerkan


metode perawatan tingkah laku. Analisis terapan tingkah laku terapan adalah
“perpanjangan langsung dari tingkah laku radikal, Skiner (1953)”yang
didasarkan pada pengondisian operan yaitu bentuk belajar yang menekankan
respon-respon atau tingkah laku yang sukarela dikontrol oleh konsekuen-
konsekuennya.

Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190) konseling
behavioristik adalah suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan
masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Penekanan istilah
belajar dalam pengertian ini adalah atas pertimbangan bahwa konselor
membantu klien belajar atau mengubah perilaku.

Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang


mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat,
dan disfungsi psikoseksual. Juga bermanfaat untuk mambantu gangguan yang
diasosiasikan dengan anxietas, stres, asertivitas, berfungsi sebagai orangrua
dan interaksi sosial (Gladding, 2004).

a. Sudut pandang tentang sifat manusia

 Berkonsentrasi pada proses tingkah laku yaitu proses yang


berhubungan erat dengan tingkah laku yang berlebihan
(kecuali untuk penganut tingkah laku kognitif)
 Berfokus pada tingkah laku sekarang dan kini, berlawanan
dengan tingkah laku nanti dan berikutnya.

 Mengasumsi bahwa semua tingkah laku dipelajari, baik itu


adaptif maupun mal-adaptif.

 Memiliki keyakinan bahwa belajar efektif dalam mengubah


tingkah laku mal-adaptif.

 Berfokus pada penerapan tujuan terapi yang tepat bersama


klien.

 Menolak gagasan bahwa kepribadian manusia adalah


gabungan watak.

b. Peranan Konselor

Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral


bersikap aktif dalam sesi-sesi konseling. Klien belajar,
meghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku tertentu.
Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru,
penasihat, pemberi dukungan dan fasilitator. Konselor juga
memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang pendukung
yang ada dilingkungan klien yang membantu dalam proses
perubahan tersebut. Konselor behavioral yang efektif beroperasi
dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan klien dalam
setiap fase konseling (Gladding, 2004).

c. Tujuan
Tujuannya pun sama dengan kebanyakan konselor lainnya. Pada
dasarnya, konselor ingin membantu klien untuk menyesuaikan
diri dengan baik terhadap kondisi kehidupannya, dan mencapai
tujuan pribadi dan profesionalnya. Jadi fokusnya adalah
mengubah atau menghapuskan tingkah laku mal-adaptif yang
ditunjukkan klien, sambil membantunya mendapatkan cara
bertindak yang sehat dan konstruktif.

d. Teknik

Konselor tingkah laku mempunyai beberapa teknik konseling yang


paling efektif dan sudah di riset dengan baik.

1) Teori Tingkah laku Umum

Teknik yang dapat diterapkan dalam semua teori tingkah


laku,meskipun ada teknik tertentu yang lebih cocok untuk
pendekatan tertentu dalam kondisi tertentu.

2). Penggunaan Penguat

Penguat adalah peristiwa yang ketika mengikuti suatu tingkah


laku meningkatkan kemungkinan tingkah laku itu diulang lagi.
Penguat bisa positif atau negative.

3). Jadwal Penguatan

Jadwal penguatan ditentukan sesuai dengan jumlah tanggapan


(rasio) atau lamanya waktu(interval), antara penguatan satu
dengan yang berikutnya.

4). Pembentukan
Tingkah laku yang dipelajari secara bertahap melalui aproksimasi
berurutan. Saat klien mempelajari kemampuan baru,konselor
dapat membantu memecah tingkah laku menjadi unit-unit yang
mudah dikelola.

5). Generalisasi

Menunjukkan tingkah laku tersebut pada lingkungan di luar


lingkungan tempat tingkah laku itu dipelajari pada awalnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa transference kelingkungan
baru tlah terjadi.

6). Pemeliharaan

Sebagai konsistensi dalam melakukan tindakan yang


diinginkan tanpa bergantung pada dukungan orang lain. Salah
satu cara untuk melakukan hal ini melalui pengawasan diri
sendiri, saat klien mengubah tingkah lakunya. Hal tersebut
melibatkan dua proses pemantauan diri yang saling
berhubungan yaitu observasi diri yang mengharuskan orang
menyadari tingkah laku tertentu yang dia lakukan dan Rekam
diri berfokus pada merekam tingkah laku tersebut
(Goldiamond, 1976).

7). Pemusnahan

Penghapusan suatu tingkah laku dikarenakan ditariknya


penguat. Hanya sedikit individu yang akan terus melakukan
sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat.
8). Hukuman

Hukuman mencakup memberikan stimulus yang sangat tidak


diinginkan terhadap suatu situasi untuk menekan atau
menghapus sebuah tingkah laku.

9). Teknik Tingkah Laku Spesifik

Metode tingkah laku yang diperhalus, yang mngkombinasikan


teknik umum dengan cara yang tepat.

10). Latihan Tingkah Laku

Terdiri atas mempraktikan tingkah laku yang diinginkan


sampai tingkah laku tersebut dapat dilakukan sesuai yang
diharapkan (Lazaruz, 1985)

11). Prencanaan Lingkungan

Adalah klien membuat suatu lingkungan untuk meningkatkan


atau membatasi tingkah laku tertentu.

12). Desensitisasi Sistematik

Bertujuan untuk membantu klien mengatasi ansietas pada


situasi tertentu,kemudian klien diminta menggambarkan
situasi yang menyebabkan kegelisahan dan mengurutkan
situasi serta pristiwa yang terkait.

13). Latihan Asertif


Prinsip utamanya adalah bahwa orang harus dapat
mengkspresikan perasaan dan pikiran secara bebas dan tepat
tanpa ansiesta (Albert & Emmons,2001). Klien diajarkan
bahwa semua orang mempunyai hak (bukan kewajiban)
mngekspresikan diri, kemudian klien mempelajari perbedaan
antara agresif,pasif dan asertif.
14). Kontrak Kemungkinan (contingency)

Menyebutkan tingkah laku yang akan dilakukan, diubah,


atau diakhiri, imbalan yang berhubungan dengan
dicapainya tujuan tersebut, dan kondisi yang dibutuhkan
untuk mendapatkan imbalan tersebut (Corey, 2005)

15). Implosif dan flooding

Terapi implosive adalah teknik lanjutan yang mencakup


mendensensitisasi klien terhadap suatu situasi,dengan cara
membuat klien membayangkan situasi yang menimbulkan
ansietas dan mempunyai konsekuensi serius. Flooding tidak
begitu traumatis karena pristiwa yang menimbulkan ansietas
tidak mempunyai konsekuensi serius.

16). Time-Out

Adalah teknik Aversin (Penolakan) ringan dimana klien tidak


diberi kesempatan untuk menerima penguatan positif.

17). Overkoreksi

Adalah teknik dimana klien prtama-tama mengmbalikan


lingkungan kekondisi yang alami dan kemudian membuatnya
menjadi “lebih baik menjadi normal.”

18). Sensitisasi Tertutup

Adalah teknik menghapus tingkah laku yang tidak


diinginkan,dengan menghubungkannya ketidak senangan.
e. Kekuatan dan Kontribusi

 Pendekatan ini berfokus pada masa kini dan sekarang. Klien tidak harus
memeriksa masalalu untuk mendapatkan bantuan dimasa kini.
Pendekatan tingkah laku menghemat waktu dan biaya.

 Pendekatan ini menawarkan banyak teknik untuk digunakan oleh


konselor.

 Pendekatan ini berdasarkan pada teori pembelajaran, yang merupakan


cara pendokumentasian yang dirumuskan dengan baik, untuk mencatat
bagaimana tingkah laku baru diperoleh (Krumboltz & Thoresen, 1969,
1976).

 Pendekatan ini diperkuat oleh ABCT (Association for Behavioral and


Cognitive Therapies), yang meningkatkan praktek metode konseling
tingkah laku.

 Pendekatan ini didukung oleh penelitian yang sangat baik, mengenai


bagaimana teknik tingkah laku dapat memengaruhi proses konseling.

 Pendekatan ini objektif dalam mendefinisikan dan menghadapi


permasalahan serta mempermudah pemahaman akan proses konseling.
f. Keterbatasan

 Pendekatan ini tidak menangani klien secara keseluruhan, hanya


prilaku eksplisit saja. banyak kritik yang menyebutkan bahwa
penganut pendekatan ini menghadapi klien diluar kepribadiannya.

 Pendekatan ini terkadang diterapkan secara mekanik.

 Pendekatan ini tampak paling baik pada kondisi terkontrol yang


mungkin sulit diulangi pada situasi konseling normal.

 Pendekatan ini mengabaikan masa lalu klien dan kekuatan tidak sadar.

 Pendkatan ini tidak mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan.

 Pendekatan ini memrogram klien kearah tingkat brperilaku minimal


atau dapat ditolerasnsi, memperkuat konformitas, menghambat
kreativitas, dan mengabaikan kebutuhan klien akan kepuasan pribadi,
aktualisasi diri dan percaya diri (James &Gilliland, 2003)

3.2.2. Teori Kognitif

Kognisi adalah pikiran, keyakinan dan gambaran internal yang dipunyai


seseorang tentang peristiwa-peristiwa di dalam kehidupanya.(Holden, 1993,
2001) Teori konseling Kognitif berfokus pada proses mental dan pengaruhnya
pada kesehatan mental dan tingkah laku. Landasan umum dari pendekatan ini
adalah apa yang dipikirkan manusia sanagt menentukan bagaimana mereka
berperilaku dan merasakan (Beck E Weishaar, 2008). Teori kognitif cukup
sukses pada klien yang mmpunyai karakteristik brikut ini (Cormier & Hackny,
2008).
 Klien mempunyai intelegnsi rata-rata hingga di atas rata-rata

 Klien mmpunyai tingkat distress fungsional menengah hingga tinggi

 Klien dapat mengidentifikasi pikiran dan perasaan

 Klien tidak psikotik atau dilumpuhkan oleh permasalahan saat ini

 Klien mau dan mampu menyelesaikan pekerjaan rumah yang sistemik

 Klien memiliki keahlian tingkah laku dan memberi tanggapan yang berulang.

 Klien memproses informasi pada tingkat visual dan audio

 Klien sering mengalami tekanan fungsi mental, sepoerti depresi.

Teori yang mempunyai dasar kognitif adalah rational emotive behavioral therapy
(REBT), terapi realita (RT), dan terapi kognitif (CT), teori ini menekankan
kognisi dan tingkah laku sekaligus. Teori ini juga humanistic.

1. Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT)

Penemu REBT adalah Albert Ellis (1913-2007) Teorinya mempunyai


kmiripan dengan terapi kognitif Aaron Beck (yang dirumuskan secara terpisah
pada waktu yang hampir bersamaan).
a. Sudut pandang tentang sifat manusia

Ellis (2008) percaya bahwa manusia mempunyai kepedulian diri dan


kepedulian sosial. Bagaimanapun juga REBT menganggap manusia “rasional
dan irasional, masuk akal skaligus gila”(Weinrach, 1980, P.154). menurut Ellis
keyakinan irasional melibatkan pembentukan pikiran yang mengganggu dan
menjengkelkan. Ellis berpendapat bahwa anak-anak lebih gampang terkena
pengaruh dari luar dan memiliki cara berpikir yang tidak rasional daripada
orang dewasa. Manusia itu naïf mudah disugesti, dan mudah terusik. Orang
mempunyai kemampuannya sendiri untuk mengontrol pikiran, perasaan dan
tindakan, tetapi pertama-tama dia harus menyadari apa yang mereka katakana
kepada diri sendiri (bicara pada diri sendiri) untuk mendapatkan komando atau
kehidupannya. Ini adalah masalah kesadaran pribadi. Ellis mengatakan bahwa
suatu kesalahan jika manusia mengevaluasi atau menilai diri sendiri melebihi
gagasan bahwa semua orang adalah makhluk yang bisa berbuat salah.

b. Peranan Konselor

konselor harus aktif dan langsung. Mereka adalah instruktur yang mengajarkan
dan membetulkan kognisi kliennya. “melawan keyakinan yang tertanam kuat
membutuhkan lebih dari sekedar logika. Dibutuhkan repetisi yang kuat”
(Krumbolz, 1992). Oleh karena itu konselor harus menyimak dengan cermat
untuk menemukan pernyataan tidak logis atau salah dari kliennya dan
keyakinan yang bertentangan. Konselor harus cerdas, berwawasan, empatik,
respek, tulus, konkret, bertekad kuat, ilmiah, berminat membantu orang lain.

c. Tujuan

Membantu orang untuk menyadari bahwa mereka dapat hidup lebih rasional
dan produktif serta membantu klien agar tidak memberikan tanggapan
emosional melebihi yang selayaknya terhadap suatu peristiwa (Weinrach et al.,
2001). Tujuan lainnya membantu orang mengubah kebiasaan berpikir atau
bertingkah laku yang menghancurkan diri sendiri.
d. Teknik

Dua teknik yang paling penting adalah pengajaran dan pertentangan.


Pengajaran melibatkan tindakan meminta klien mempelajari gagasan dasar dan
memahami bagaimana pikiran terhubung dengan emosi dan tingkah laku,
tindakan ini bersifat mengarahkan. Sedangkan pertentangan pikiran dan
keyakinan mengambil salah satu dari tiga bentuk; kognitif, imajinal, dan
tingkah laku. Dua teknik yang sama kuatnya adalah konfrontasi dan dorongan.

e. Kekuatan dan Kontribusi

 Pendekatan ini jelas mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan klien


hanya mengalami sedikit kesulitan dalam memahami prinsip ataupun
terminology REBT.

 Pendekatan ini dapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik


tingkah laku lainnya untuk membantu klien mengalami apa yang
mereka pelajari lebih jauh lagi.

 Pendekatan ini relative singkat dank lien dapat melanjutkan


menggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.

 Pendekatan ini telah banyak menghasilkan banyak literature dan


penelitian untuk klien dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat
mengembangkan materi ini.

 Pendekatan ini berevolusi terus menerus selama bertahun-tahun dan


teknik-tekniknya lebih diperbaiki.

 Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan


kesehatan mental yang parah seperti depresi dan ansietas (Puterbaught,
2006)
f. Keterbatasan

 Pendekatan ini tidak bisa digunakan secara efektif pada individu yang
mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, dan mereka yang mempunyai
kelainan pemikiran yang berat.

 Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemuannya, Albert Ellis.


Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-
eksentrikan Ellis.

 Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor terlalu fanatic dan
ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya (Jams &
Gilliland, 2003).

 Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang


paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.

2. Terapi Realita (RT)

William Glasser (1925) mengembangkan terapi realita pada pertengahan tahun


1960-an.

a). Sudut pandang tentang sifat manusia

Pendekatan ini menawarkan kepada para praktisinya suatu focus


pandangan mengenai beberapa aspek penting dari kehidupan
manusia dan sifat manusia. Prinsip dasar paling penting dalam
terapi realita adalah fokusnya pada kekuatan tidak sadar atau naluri
(Glasser, 1065, 1988, 2005)

b). Peranan Konselor


Konselor bertindak khususnya sebagai guru dan model, menerima
klien dengan hangat dan penuh keterlibatan serta menciptakan
suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya konseling.
Interaksi klien-konselor difokuskan pada tingkah laku yang ingin
diubah klien dan cara untuk membuat keinginan tersebut menjadi
kenyataan. Pendekatan ini menekankan tindakan konstruktif dan
positif (Glasser, 1988, 2005)

c). Tujuan

Membantu klien menjadi rasional dan memiliki mental yang kuat


serta menyadari bahwa dia mempunyai pilihan dalam melakukan
diri sendiri serta orang lain,membantu klien mengklarifikasi apa
yang diinginkannya didalam khidupan dan membantu klien
merumuskan rencana yang realistis untuk mencapai kebutuhan dan
harapan pribadi.

d). Teknik

Menggunakan teknik berorientasi tindakan yang membantu klien


menyadari bahwa dia mempunyai pilihan, mngenai cara mreka
menanggapi berbagai peristiwa dan orang dan mengendalikan
mereka. Beberapa teknik terapi realita yang lebih efektif dan aktif
adalah mengajar, humor, konfrontasi, model peran, mnawarkan
umpan balik, merumuskan rencana spesifik, dan membuat kontrak.

e). Kekuatan dan Kontribusi

 Pendekatan ini fleksibel dan dapat diterapkan pada banyak


populasi.
 Pendekatan ini konkret. Konselor maulun klien dapat dinilai
untuk mengetahui seberapa besar kemajuan yang telah dibuat
dan pada bidang apa saja,khususnya jika dibuat kontrak tujuan
tertentu.

 Pendekatan ini menekankan pada perawatan jangka pendek.


Terapi ini biasanya terbatas hanya beberapa sesi yang berfokus
pada tingkah laku masa sekarang.

 Pendekatan ini mempunyai pusat latihan nasional dan


diajarkan secara internasional

 Pendekatan ini meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan


dalam diri individu, tanpa menyalahkan atau mengkritik
seluruh kepribadiannya.

 Pendekatan ini telah terbukti sukses menantang model


perawatan klien secara medis,

 Pendekatan ini membahas rsolusi konflik

 Pendekatan ini menekankan pada masa kini karena tingkah


laku masa kini adalah yang paling responsive terhadap
pengendalian klien.

f). Keterbatasan

 Pendekatan ini terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini


sehingga terkadang mengabaikan konsep lain.

 Pendekatan ini menyakini bahwa semua bentuk gangguan mental


adalah upaya untuk menghadapi peristiwa eksternal.
 Pendekatan ini hanya mempunyai sedikit teori, meskipun
sekarang dikaitkan dengan teori pilihan, yang berarti pendekatan
ini sedah semakin canggih.

 Pendekatan ini tidak menangani kompleksitas kehidupan manusia


secara penuh dan malah tidak mengindahkan tahap
perkembangan.

 Pendekatan ini rentan menjadi terlalu moralistic.

 Pendekatan ini bergantung pada terciptanya suatu hubungan yang


baik antara konselor dank lien.

 Pendekatan ini bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi


dua arah,

 Pendekatan ini terus mengubah fokusnya.

3.2.3. Terapi Kognitif (CT),

Aaron Back (1921) seorang psikiater, diakui sebagai penemu terapi kognitif
(CT)

a. Sudut pandang tentang sifat manusia

Beck mengatakan bahwa persepsi dan pngalaman adalah “proses aktif


yang melibatkan data inspektif dan introspektif” (Tursi&Cochran,
2006, p,388). Tingkah laku yang tidak fungsional disebabkan oleh
pikiran yang tidak fungsional. Jika keyakinan tidak diubah maka tidak
ada kemajuan dalam tingkah laku seseorang.
b. Peranan Konselor

Konselor aktif dalam sesi konseling. Dia baekerja dengan klien untuk
membuat pikiran yang terselubung menjadi terbuka.

c. Tujuan

Memeriksa dan mengubah pikiran yang belum teramati dan negative.


Bersama-sama konselor bekerja dengan klien untuk mengatasi
kurangnya motivasi yang sering kali berhubungan dengan kcendrungan,
bahwa klien memandang permasalahanya sebagai suatu yang paling
besar untuk dipecahkan.

d. Teknik

 Menantang individu mmproses invormasi

 Memukul balik system keyakinan yang salah.

 Melakukan latihan memonitor diri sendiri yang bertujuan untuk


menghentikan yang negative.

 Memperbaiki kemampuan komunikasi

 Meningkatkan pernyataan diri yang positif dan latihan.

 Melakukan pkerjaan rumah, termasuk mnghilangkan pikiran


tak-rasional.
e. Kekuatan dan Kontribusi

 CT telah diadaptasikan pada berbagai macam penyimpangan, termasuk


depresi dan ansietas.

 CT telah menelurkan, dalam hubungan dengan terapi tingkah-laku


kognitif.

 CT dapat diterapkan pada brbagai lingkungan budaya

 CT adalah terapi yang berdasarkan atas bukti , telah ditliti dengan baik,
terbukti efektif bagi klien dari berbagai latar belakang.

 CT telah menelurkan sejumlah instrument klinis yang terpenting dan


berguna.

 CT mempunyai sejumlah pusat latihan di Amerika serikat dan Eropa.

f. Keterbatasan

 CT adalah pendekatan yang terstruktur dan menuntut klien untuk aktif

 CT bukanlah terapi yang tepat untuk orang yang mencari pendkatan


yang tidak terstruktur, berorientasi pada pencrahan, yang tidak
membutuhkan partisipasi penuh dari klien.

 CT pada dasarnya bersifat kognitif dan biaasanya bukan pendekatan


yang tepat bagi orang yang kuran cerdas atau tidak mempunyai
motivasi untuk berubah.
 CT menuntut konslor dank lien aktif dan inovatif. Pendekatan ini lebih
kompleks dari pada yang tampak dari luar.

3.2.4 Teori Sistem

1. Sistem Teori Bowen

a. Sudut pandang tetang sifat manusia

Bowen percaya bahwa ada ansietas kronis didalam semua kehidupan yang
bersifat fisik dan emosional. Karena cara generasi sebelumnya dalam
keluarga mereka mentransmisikannya. Jika ansietisnya rendah, masalah
yang muncul pada diri orang tersebut atau keluarganya, sedikit. Jika
nasietisnya menjadi tinggi, orang ini lebih rentan terhadap penyakit dan
menjadi disfungsional secara menahun . jadi fokus teori Bowen terletak
pada perbedaan atau membedakan pikiran seseorang dari emosi seseorang
dan diri sendiri dari orang lain. Contohnya, pasangan suami istri yang
menikah pada tingkat kematangan emosional yang sama dibanding dengan
pasangan yang kurang matang yang lebih rentan mengalami permasalahan
dalam hubungan pernikahan mereka dibandingkan pasangan yang matang.
Sebab ketika bergesekan dengan perbedaan, pasangan yang kurang
matang cenderung memperlihatkan tingkat emosi yang tinggi, sebab
kestabilan pengaruh keluarga besarnya masih cenderung terbawa sehingga
belum terbentuk konsep diri pernikahan yang stabil.

b. Peranan Konselor

Yaitu untuk melatih dan mengajar klien agar lebih kognitif saat
berhadapan dengan orang lain. Proses konseling dalam kondisi terbaik
ibaratnya adalah “dialog Socrates, dengan guru atau pelatih mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sampai siswa belajar untuk berfikir bagi dirinya
sendiri”
c. Tujuan

Jika konseling berjalan dengan sukses, klien akan memahami dan


mengubah strategi dan polanya dalam menghadapi stress yang diwariskan
dari generasi ke generasi

d. Teknik

Teknik pendekatan ini berfokus pada cara untuk menciptakan seorang


individu dengan konsep diri yang sehat, yang mampu berinteraksi dengan
orang lain dan tidak mengalami ansietas berlebih, setiap kali hubungannya
mengalami tekanan. Cara untuk mencapai tujuan ini melibatkan penilaian
atas diri sendiri dan keluarga dengan sejumlah cara. Salah satunya melalui
konstruksi genogram multigenerasi, yang merupakan representasi visual
dari pohon silsilah keluarga yang digambarkan dalam figure geometric,
garis-garis dan kata-kata. Taknik lainnya difokuskan pada kognitif, seperti
mengajukan pertanyaan berdasarkan kepuasan keluarga seseorang.
Tujuannya adalah untuk memahami apa yang terjadi didalam keluarga
seseorang tanpa didominasi emosi.

e. Kekuatan dan Kontribusi

 Pendekatan ini berfokus pada riwayat keluarga multigenerasi dan


pentingnya memahami dan menghadapi pola-pola dimasa lalu, agar
dapat menghindari pengulangan tingkah laku tertentu dalam
hubungan antarpribadi.

 Pendekatan ini menggunakan genogram dalam memplot hubungan


riwayat, yang merupakan alat spesifik yang asalnya dari pendekatan
Bowen. Sekarang alat ini telah menjadi instrument yang digunakan
oleh banyak pendekatan lain.
 Penekanan kognitif pada pendekatan ini dan fokusnya pada
pembedaan diri dan detriangulasi, juga merupkan hal yang unik.

f. Keterbatasan

 Pendekatan ini kompleks dan ekstensif. Teorinya tidak dapat dipisahkan


dari terapi, dan jalinan tersebut membuat pendekatan ini lebih mempunyai
keterlibatan daripada kebanyakan pendekatan terapi lainnya.

 Klien yang dapat memetik keuntungan paling banyak dari teori Bowen
adalah yang mempunyai disfungsi berat atau pembedaan diri yang rendah.

 Pendekatan ini membutuhkan investasi cukup besar pada berbagai


tingkatan, yang mungkin sebagian klien tidak mau atau tidak bisa
melakukannya.

2. Konseling Keluarga Struktural

a. Sudut Pandang tentang sifat manusia

Menurut Minuchin (1921) setiap keluarga mempunyai struktur yaitu cara


resmi dimana suatu keluarga mengatur dirinya dan salung berhubungan.
Struktur mempengaruhi orang-orang dalam keluarga, membuatnya makin
buruk atau makin baik.

b. Peranan Konselor

Praktisioner konseling keluarga structural merupakan pengamat sekaligus


ahli dalam menciptakan intervensi untuk mengubah dan memodifikasi
struktur yang menggaris bawahi suatu keluarga.
c. Tujuan

Tindakan ditekankan di atas pemahaman agar dapat mengubah dan mengatur


ulang suatu keluarga mnjadi unit yang lebih berfungsi dan produktif.

d. Teknik

Salah satu teknik paling utama adalah bekerja dengan interaksi keluarga.
Ketika anggota keluarga pola perilaku yang tidak produktif atau
menunjukkan satu posisi yang trjebak di dalam struktur keluarga, konselor
akan mengatur ulang lingkungan fisiknya, sehingga mereka harus bertindak
dalam cara yang berbeda.

e. Kekuatan dan Kontribusi

 Pendekatan ini cukup fleksibel, cocok diterapkan untuk keluarga dengan


status ekonomi rendah maupun tinggi.

 Pendekatan ini fektif, sudah digunakan untuk merawat criminal remaja,


alkoholik, dan pendrita anoreksia.

 Pendekatan ini peka budaya dan tepat digunakan dalam berbagai budaya

 Pendekatan ini jelas dalam definisi istilah-istilahnya dan prosedurnya


sertan mudah diterapkan.

 Pendekatan ini menekankan penghilangan simtom dan reorganisasi


keluarga dengan cara yang pragmatis.
f. Keterbatasan

 Banyak kritik yang mengatakan bahwa pendekatan ini tidak cukup kompleks,
bersifat gender pada saat tertentu dan terlalu berfokus pada masa sekarang.

 Tuduhan bahwa terapi ini telah dipengaruhi oleh trapi keluarga strategis dan
tuntutan pendekatan ini sulit dibedakan dati terapi stratgis pada saat tertentu
akan mnjadi suatu masalah.

 Karena konselor adalah yang berwnang pada proses perubahan, keluarga tidak
diperdayakan sepenuhnya, hal ini dapat membatasi penyesuaian dan perubahan
secara keseluruhan dimasa mendatang.

3.2.5 Teori Singkat (Brief Counseling)

Pendekatan ini ditandai oleh focus dan waktu yang terbatas. Teknik yang
digunakan dalam pendekatan ini berorientasi pada tujuan dan konkret. Konslor
aktif dalam membantu mendorong dan menimbulkan perubahan. Pendekatan
ini menekankan pada identifikasi solusi dan sumber daya bukan brfokus pada
etiologi, patologi, atau disfungsi. Oleh karena itu jumlah sesi yang diadakan
dibatasi untuk mningkatkan focus dan motivasi klien.

1. Konseling Berfokus Solusi

a. Sudut pandang tentang sifat manusia


Pendekatan ini tidak mempunyai pandangan komprehensif tentang sifat
manusia, tetapi berfokus pada kekuatan dan kesehatan klien (Fernando,
2007). Sebagai warisan Erickson, pendekatan ini mnganggap manusia
bersifat konstruktivis, artinya bahwa realitas adalah refleksi dari observasi
dan lapangan. Akhirnya pendekatan ini berfokus solusi didasarkan pada
asumsi, bahwa manusia ingin benar-benar berubah dan perubahan tersebut
tidak terelakkan.

b. Peranan konselor

Peran utama konselor berfokus solusi adalah menentukan seberapa besar


komitmen dan keaktifan untuk menjalani proses perubahan. Klien biasanya
digolongkan dalam tiga kategori.

 Pengunjung, yang tidak terlibat dalam permasalahan dan bukan


bagian dari solusi

 Tukang komplain, seseorang yang senang mengeluh mengenai suatu


situasi tetapi dapat menjadi pengamat dan penjelas masalah, meski
mereka tidak membantu dalam memecahkan masalah tersebut.

 Pelanggan, yang tidak hanya mampu menggambarkan masalah dan


bagaiman mereka terlibat didalamnya, tetapi berkemauan untuk
bekerja menemukan solusinya (Fleming & Rickord, 1997).

c. Tujuan

Tujuan utama ini adalah membantu klien mengenal sumber daya dalam
dirinya dan menyadari pengecualian di dalam dirinya pada saat dia
bermasalah. Kemudian mengarahkan klien pada solusi terhadap situasi yang
telah ada dalam pengecualian tersebut.
d. Teknik

Pertanyaan keajaiban, yang pada dasarnya difokuskan pada situasi hipotesis


dimana suatu masalah menghilang.

 Mengukur

Dapat membantu klien memahami dimana dia berada dalam


hubungannya dengan masalah tersebut, dan kemana dia perlu
bergerak untuk mencapai tujuan secara realistis.

 Pujian

Merupakan pesan tertulis yang bertujuan untuk memuji klien atas


kekuatannya dan membangun kepastian di dalam dirinya.

 Petunjuk

Yang ditujukan untuk membuat klien sadar akan gagasan bahwa


beberapa tingkah laku yang dilakukannya saat ini akan berlanjut, dan
dia tidak perlu mencemaskannya.

 Kunci tengkorak.

Merupakan prosedur yang telah berjalan dengan baik sebelumnya dan


dapat diterapkan secara universal untuk membuka berbagai
permasalahan.
e Kekuatan dan kontribusi :

 Pendekatan ini menekankan pada singkatan waktu konseling dan


pemberdayaan keluarga klien

 Pendekatan ini fleksibel dan mempunyai banyak riset yang


membuktikan ke efektifannya.

 Pendekatan ini positif sifatnya untuk digunakan dengan klien yang


berbeda-beda.

 Pendekatan ini difokuskan pada perubahan dan dasar pemikran yang


menekankan perubahan kecil pada tingkah laku.

 Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan pendekatan konseling


lainnya, seperti eksistensialisme

f Keterbatasan :

 Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan riwayat klien

 Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan

 Pendekatan ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi,


sehingga membuat perawatan ini mahal.
2. Konseling Naratif

a. Sudut pandang tentang sifat manusia

Manusia dipandang sebagai makhluk yang menilai dan menginternalisasi diri


sendiri dengan menciptakan cerita kehidupannya. Kebanyakan cerita tersebut
menyoroti kualitas negative mengenai individu atau situasi kehidupan mereka
dan sangat mengganggu atau membuat depresi. Melalui pendekatan ini klien
dapat menulis kembali kehidupanya dan dapat mengubah pandanganya dalam
cara yang positif.

b. Peranan konselor

Pendekatan ini konselor sebagai kolaborator dan ahli dalam membrikan


pertanyaan (Walsh & Keenan, 1997). Konselor membangun hubungan dengan
klien dan menggunakan keahlian dasar dalam hubungan seperti bertemu,
paraphrase, klarifikasi, menyimpulkan, dan memeriksa untuk memastikan
bahwa konselor mendengarkan cerita atau permasalahan klien dngan benar.

c. Tujuan

“Manusia menjalan kehidupan mereka melalui cerita” (Kurtz & Tandy, 1995,
p.177). klien yang menjalani pendekatan ini akan belajar untuk menghargai
pengalaman dan kisah kehidupanya.
d. Teknik

Pendekatan ini menekankan pada pengembangan kisah alternative dan unik


dalam kehidupan seseorang, dengan harapan bahwa klien akan menemukan
pilihan dan strategi baru untuk kehidupanya. Konselor memunculkan dilemma,
shingga klien mengamati aspek-aspek yang mungkin terjadi dari suatu masalah
sebelum kebutuhanya meningkat, dan prediksi kemunduran, sehingga klien
dapat memikirkan apa yang harus dilakukan jika ada kesulitan. Menulis ulang
kehidupan merupakan focus utama perawatan.

e. Kekuatan dan Kontribusi

 Menghilangkan tuduhan dan menghasilkan dialog, ketika orang bekerja


untuk memecahkan masalah bersama

 Klien menciptakan kisah baru dan kmungkinan tindakan yang baru

 Pengecualian masalah disoroti,

 Klien dipersiapkan sebelumnya untuk menghadapi kemunduran atau


dilema, melalui pertanyaan=pertanyaan yang diberikan konselor

f. Keterbatasan

 Pendekatan ini cukup rumit dan tidak bekerja baik untuk klien yang
intelektualnya kurang memadai

 Tidak ada norma yang mengatur akan menjadi siapa klien nantinya

 Sejarah masalah tidak dibahas sama sekali


3.2.6. Konseling Krisis

Erich Lindemann dan Gerald Caplan (1944, 1956) dipandang sebagai dua
pionir yang paling dikenal dalam bidang konseling krisis. Lindemann
membantu tenaga profesional untuk mengenali kesedihan normal akibat
kehilangan dan tahap-tahap yang dilalui seseorang dalam memecahkan
kesedihan tersebut. Konseling krisis adalah penggunaan beragam pendekatan
langsung dan berorientasi pada tindakan, untuk membantun individu
menemukan sumber daya di dalam dirinya dan atau mnghadapi krisis scara
ekstrnal.

a. Sudut pandang tentang sifat manusia

Kehilangan adalah bagian kehidupan yang tidak dapat dielakkan. Baik


melalui prkembangan ataupun situasi, manusia sehat tumbuh dan
melanjutkan kehidupannya, meninggalkan sesuatu dibelakang baik
secara sengaja, tidak sengaja, atau karena pertumuhan. Saat
meninggalkan sesuatu mungkin ada rasa sedih, suatu reaksi alami
terhadap kehilangan. Manusia dapat mengalami berbagai macam krisis,
empat tipe yang paling umum adalah:

1) Perkembangan

Yang terjadi secara normal di dalam pertumbuhan dan


perkembangan manusia pada situasi yang dianggap normal.

2) Situasional

Terjadinya peristiwa yang tidak biasa dan tidak umum, yang


tidak dapat diprediksi.

3) Eksistensial
Yang melibatkan “konflik internal dan ansietas yang menyertai
persoalan penting manusia.

4) Ekosistemik.

Dibanjiri akibat suatu kejadian yang dapat member pengaruh


buruk pada hamper semua makhluk dalam lingkungan tmpat dia
hidup.

b. Tujuan

Tujuan dari konseling krisis berkisar pada memberikan bantuan segera dan
dalam berbagai bentuk kepada orang yang membutuhkan (misal; psikologis,
keuangan, hukum).

c. Peranan konselor

Konselor yang bekerja pada kondisi krisis harus merupakan individu yang
matang kepribadiannya, serta mempunyai banyak pengalaman kehidupan yang
telah dia hadapi dengan sukses. Dia juga harus mempunyai keahlian dasar
untuk member bantuan, berenergi tinggi, mempunyai refleks mental yang
cepat, tetapi juga seimbang, kalem, dan fleksibel dalam menghadapi situasi
yang sulit. Konselor seringkali terarah dan aktif dalam situasi krisis. Perannya
cukup berbeda dari konseling biasa.

d. Teknik

Menurut James (2008) apa yang dilakukan seorang pekerja krisis dan kapan
dia melakukannya brgantung pada hasil penilaian trhadap pengalaman krisis
seseorang yang dilakukan secara kontinu dan mngalir. Setelah penilaian,ada
tiga aktivitas mendengarkan yang esensial, yang harus diterapkan:
 Mendfinisikan maslah, dari sudut pandang klien.

 Memastikan keselamatan klien, yang artinya meminimalkan bahaya


psikologis dan fisik pada klien atau orang lain.

 Menyediakan dukungan, artinya berkomunikasi dengan klien secara


tulus, dan peduli tanpa pamrih.

Setelah, dan kadang-kadang selama, pertengahan mendengarkan tersebut digunakan


strategi bertindak yang melibatkan:

 Memeriksa alternative lain (misalnya, mengenali alternative yang dapat


digunakan dan menyadari adanya beberapa pilihan yang lebih baik)

 Membuat rencana, membuat klien merasa mempunyai kendali dan otonomi


didalam proses yang sedang berjalan, sehingga mereka menjadi mandiri

 Mendapatkan komitmen dari klien untuk mengambil tindakan yang telah


direncanakan.

Jika memungkinkan konselor harus menindak lanjuti dengan klien untuk memastikan
mereka dapat menyelsaikan rncana tersebut dan menilai lebih lanjut apakah
mereka mengalami reaksi trtunda atas krisis yang mereka alami.

e. Kekuatan dan kontribusi :

 Pendekatan ini memberikan keuntungan karena singkat dan langsung

 Pendekatan ini menggunakan tujuan dan maksud yang sederhana


karena sifat krisis yang tiba-tiba dan atau traumatis.
 Pendekatan ini bergantung pada intensitas, yang lebih besar dari pada
bentuk konseling biasa

 Pendekatan ini sifatnya lebih transisional

f. Keterbatasan :

 Pendekatan ini berhadapan dengan situasi yang harus ditangani dengan


cepat

 Pendekatan ini tidak member resolusi sedalam seperti yang dilakukan


pendekatan konseling lainnya

 Pendekatan ini lebih terbatas waktu dan berorientasi pada trauma


dibanding kebanyakan bentuk intervensi terapi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai