Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT DIAGNOSA MEDIS DIARE

PADA ANAK DI PUSKESMAS AMPENAN

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK


1. Istianah., S. Kep., Ners., M. Kep
2. Misroh Mulianingsih., S. Kep., Ners., M.
PH

DI SUSUN OLEH:
NAMA : HAURA INAS ANISA
NIM : 019 STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK MAHASISWA TINGKAT I
SEMESTER II PRODI S1 KEPERAWATAN DI PUSKESMAS AMPENAN

Waktu pelaksana

Laporan pendahuluan dan resume ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi oleh
pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan pada :
Hari :
Tanggal :

Di susun oleh :
Haura Inas Anisa (019 STYC 20)

Mengetahui :

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

(Dian Ardinimediasty, S. Kep., Ners) ( Istianah., S. Kep., Ners., M. Kep)


BAB I

A. Konsep Kebutuhan Dasar


1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
dan homeostatis tubuh.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air
yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk
hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen- komponen kimiawi. Elektrolit
tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh termasuk fungsi neuromuskular
dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular, elektrolit memegang
peranan penting terkait dengan tranmisi impuls saraf.
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar
60% air yang tersebar didalam sel maupun luar sel. Proporsi tubuh manusia yang
terdiri atas cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai 60% berat badan rata-
rata orang dewasa adalah air, cairan tubuh primer. Bila tubuh sehat maka volume
ini relatif konstan dan berat badan individu bervariasi kurang dari 0,2 kg dalam 24
jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan yang dikonsumsi. Usia, jenis kelamin
dan lemak tubuh mempengaruhi air dalam tubuh total. Bayi memiliki proporsi air
terbesar, yaitu 70% sampai 80% dari berat tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh
menurun seiring dengan pertambahan usia. Pada individu yang berusia lebih dari 60
tahun, air tubuh menurun sampai sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas
air, sementara jaringan tanpa lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air
memberikan presentase, lebih besar pada berat tubuh orang kurus dibandingkan
orang gemuk. Wanita, yang secara proporsional memiliki lebih banyak lemak
dibandingkan pria, memiliki persentasi air tubuh yang lebih rendah.

2. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit


Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,
kulit,paru, dan gastrointerstinal.
a.Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu
sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa dara, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500cc plasma yang mengalir
melalui glumerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-
selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-
rata 1 ml/kg/bb/jam.
b.Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
disarafi oleh vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat

dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan


tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (yaitu, pengalihan panas ke
benda yang disentuh), dan konveksi (yaitu,pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin). Keringat merupakan sekresi aktif dari
kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar
keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar
keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas. Disebut juga isensible
water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.
c.Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernafas.
Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
3.Pengaturan volume cairan
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan cairan
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau di tambah dari makanan
lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakana
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.
b.Pengeluaran cairan
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan
jumlah dan kecepatan pernafasan, demam, keringat, diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang
dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah
secara terus menerus. Hasil pengeluaran cairan adalah:
1.)Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria
(kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang
utama. Cairan dalam ginjal disaring di glomerolus dan dalam tubulus ginjal untuk
kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses
ini disebut urine. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30 – 50 ml per jam.

Tabel 2.1 Volume pengeluaran urine


Usia Volume urine (ml/kg/BB/jam)
Bayi lahir 10-90

Bayi 80-90
Anak-anak 50
2.)Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu panas.
Keringat banyak mengandung garam,urea,asam laktat, dan ion kalium.
Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar
natrium dalam plasma.
3.)Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata
–rata pengeluaran cairan melalui feses antara 100-200 ml perhari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(Kolon).
4.Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor
a. Usia
Pada bayi atau anak anak, keseimbangan cairanm dan elektrolit
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan
yang besar di diimbangi dengan haluaran yang besar pula,
metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas
fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal , paru-
paru , dan proses penguapan.
b. Temperatur
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas,
seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30gr
garam/hari. Suhu tubuh meningkat dan individu beresiko mengalami
keletihan akibat panas atau mengalami heatstroke.

c. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi
yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum.
Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak bisa masuk ke
pembuluh darah sehingga menjadi edema.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsenrasi
darah,dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine.
e. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit
menimbulkan ketidakseimbangan hormonal, yang dapat ,menganggu
kesesimbangan kebutuhan cairan.
Menurut Insersible Water Loss (IWL)
- Anak 60-70%BB
- Bayi 75-80% BB
Tabel 2.2 Kebutuhan IWL
Usia Besaran IWL (mg/kg/BB/hari)
Bayi Lahir 30
Bayi 50-60
Anak-anak 40

Rumus IWL untuk anak-anak


IWL = (30-Usia Anak dalam Tahun) x kgBB/24 jam
Jika ada kenaikan suhu
IWL = Nilai IWL Normal + 200 (Suhu badan sekarang-36,8℃)

B .Etiologi

A. Hypervolemia, ini dapat terjadi jika terdapat :


1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intravena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
B.. Hipovolemia, ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui kulit, gastrointestinal, ginjal
abnormal.
3) Pendarahan.

C.Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia
antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,mual, muntah, haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jeniskehilangan cairan
hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa,osmolar/elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme
kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalahdapat berupa peningkatan
rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatanfrekwensi jantung, inotropik
(kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasahaus, pelepasan hormon
antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron.Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkn gagal ginjal akut.
D.Patispologi.

Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairandan elektrolit


ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan inidiawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi
ini,tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisitvolume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairanabnormal melalui kulit, penurunan
asupancairan , perdarahan dan pergerakancairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudahuntuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi
cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selainitu,
kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan

E. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit
dasar. Obat-obatan tersebut misalnya ; prednison yang dapat megurangi beratnya diare
dan penyakit.
B. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta
larutan elektrolit dapat di berikan untuk rehidrasi pasien
C. Untuk diare sedang akibat sumber non infeksius obat-obatan tidak spesifik.
D. Preparat untuk anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifikasi atau
bila diare sangat berat
E. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan hydrasi cepat, khususnya untuk anak
kecil dan lansia.

F.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan cairan
dan elektrolit yaitu :
A. Pemeriksaan Radiologi Photo thorak dapat mengarah ke kardio megali :
pembesaran paru dengan kongestif paru
B. EKG EKG dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya infark miokardial akut,
guna mengkaji aritma dan untuk mengenal respon kompensatori seperti terjadinya
hypertropi ventrikel.
C. Laboratorium
1) Darah
2) Urine
3) Pemeriksaan keseimbangan asam basa (AGD).

G.Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
a.Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b.Renjatan hipovolemik.
c.Kejang pada dehidrasi hipertonik.
2.Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalamiatau berisiko
mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.(Carpenito, 2000). Kelebihan
volume cairan mengacu pada perluasanisotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi
air dan natrium yangabnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka
secaranormal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatankandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan air tubuh total.
H.Asuhan Keperawatan Cairan dan Elektrolit
Pengkajian
1.Data Demografi
Data demografi meliputi : tanggal wawancara, tanggal MRS, No
RMK, Nama, Umur, Imunisasi, Jenis Kelamin, Suku/ Bangsa, Agama,
Pendidikan, dan Alamat.
2.Riwayat keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah
pemasukan secara oral,parental atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat
diukur melalui jumlah produksi urin, feses,muntah atau pengeluaran
lainnya. Status kehilangan/ kelebihan cairan, dan perubahan berat badan
yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
3.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan masalah
cairan dan elektrolit, seperti sistem integumen (status turgor kulit dan
edema), sistem kardiovaskular (adanya distensi vena jugulari. tekanan
darah, dan bunyi jantung), sistem penglihatan (kondisi dan cairan mata),
sistem neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran,dan
adanya refleks), dan sistem gastrointestinal (keadaan mukosa mulut,
lidah, dan bising usus).
4.Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan yang paling sering dilakukan yaitu:
1) Elektrolit Serum
Kadar elektrolit serum biasanya secara rutin diprogramkan untuk
setiap klien yang masuk ke rumah sakit sebagai sebuah uji untuk
ketidakseimbangan elektrolit.
2) Darah Periksa Lengkap
Hitung darah lengkap, uji lapis dasar yang lain, meliputi infomasi
mengenai hematokrit (Ht). Hematokrit mengukur volume seluruh dara
yang tersusun atas sel darah merah. Karena hematokrit adalah
pengukuran volume sel dalam hubungannya dengan plasma,
hematokrit dipengaruhi oleh perubahan volume plasma. Dengan
demikian hematokrit meningkat pada dehidrasi berat.
3) Osmolaritas Serum
Pengukuran Konsentrasi zat terlarut dalam darah. Osmolaritas serum
dapat diperkirakan dengan menggandakan natrium serum,karena
natrium dan ion klorida adalah penentu utama osmolaritas serum.
Nilai osmolaritas serum digunakan terutama untuk mengevaluasi
keseimbangan cairan. Peningkatan osmolaritas serum mengindikasi
adanya defisit volume cairan.

I.Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017 Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien yang mengalami gangguan cairan
dan elektrolit kejang demam adalah :
a. Hipovelemia

Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau


interseluler
Gejala dan tanda:
 Frekuensi nadi meningkat
 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah meningkat
 Turgor kulit menurun
 Membran mukosa kering
 Volume urin menurun
 Hematokrit meningkat
 Status mental berubah
 Suhu tubuh meningkat
 Berat badan turun tiba tiba
Kondisi klinis terkait:
 Penyakit addison
 Trauma / perdarahan
 Luka bakar
 AIDS
 Muntah
 Diare

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien yang mengalami


gangguan cairan dan elektrolit kejang demam menurut Nabiel ridha (2017) adalah
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan kehilangan intake yang kurang
dan diaporesis
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi,kehilangan cairan dengan
pengeluran sodium
Batasan karakteristik:
 Kelemahan
 Haus
 Penurunan turgor kulit/lidah
 Membran mukosa/kulit kering
 Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
 Pengisian vena menurun
 Perubahan status mental
 Konsentrasi urine meningkat
 Temperatur meningkat
 Hematokrit tinggi
 Kehilangan berat badan seketika
Faktor yang berhubungan:
 Kehilangan volume cairan secara aktif
 Kegagalan mekanisme pengaturan
.Intervensi
Tabel 2.8Rencana tindakan asuhan keperawatan hipovolemia menurut Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia
Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung
Hipovolemia Manajemen Hipovolemia - Dukungan
Observasi : kepatuhan program
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia pengobatan
misalnya frekuensi nadi meningkat, - Edukasi pengukuran
nadi teraba lemah,haus, lemah,tekanan nadi radialis
darah menurun) - Insersi intravena
- Monitor intake dan output - Manajemen aritmia
cairan Teraupetik: - Manajemen diare
- Berikan posisi modified trendelenburg - Manajemen elektrolit
- Hitung kebutuhan cairan - Manajemen syok
- Berikan asupan cairan - Manajemen
oral Edukasi: spesimen darah
- Anjurkan memperbanyak asupan - Pemantuan cairan
cairan oral - Pemantauan elektrolit
Kolaborasi: - Pemantuan
- Kolaborasi pemberian cairan IV hemodinamik invasif
isotonis misalnya NaCl,RL
- Kolaborasi pemberian cairan Iv
hipotonis misalnya glukosa 2,5 % NaCl
0,4%
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Kolaborasi pemberian produk darah
Manajemen Syok Hipovolemik
Observasi
- Monitor Status kardiopulmonal (frekuensi
dan kekuatan nadi,frekuensi
nafas,TD,MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD)
- Monitor status cairan masukan dan
haluaran,turgor kulit, CRT
- Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
- Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap
adanya DOTS (deformity,open
wound,tenderness,swelling)
Terapeutik
- Pertahankan jalan nafas paten
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
- Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan lengkap dan elektrolit
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20mL/kgBB pada anak
anak
- Kolaborasi dalam pemberian
tranfusi darah, bila perlu
Tabel 2.9 Rencana Asuhan Keperawatan cairan dan elektrolit menurut Nabiel Ridha.
Diagnosa Tujuan Intervensi
Resiko defisit NOC: NOC:
volume cairan - Fluid Balance Fluid Management
berhubungan - Hydration - Timbang popok jika diperlukan
kehilangan - Nutritional status : Food - Pertahankan catatan intake dan
intake yang and Fluid Intake output yang akurat
kurang dan - Monitor vital sign
diaporesis Kriteria Hasil: - Monitor masukan makanan/ cairan
- Mempertahankan urien dan hitung intake kalori harian
output sesuai dengan usia - Lakukan terapi IV
dan BB dan HT normal. - Monitor status nutrisi
- Tekanan darah, suhu - Berikan cairan
tubuh dalam batas normal - Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Tidak ada tanda-tanda - Dorong masukan oral
dehidrasi, elestisitas - Kolaborasi dengan dokter jika ada
turgor kulit baik, tanda cairan berlebihan muncul
membran mukosa memburuk
lembab, tidak ada rasa
harus yang berlebihan

Sumber : Nabiel Ridha (2017)


.Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan dan
mengobservasi kondisi anak. Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan
pada anak dengan intervensi yang telah ditetapkan.

.Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon anak terhadap hasil yang diharapkan
dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi rencana. Setelah
intervensi, pantau tanda vital anak untuk mengevaluasi perubaha.
DAFTAR PUSTAKA

Aras, Sriwaty. 2007.


Artikel Ilmiah: Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit pada Lanjut Usia di Bangsal
Penyakit Dalam RSUP Dr. KariadiSemarang
. Semarang.Asmadi. 2008.
Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien
. Jakarta: Salemba Medika.Herdman, T. Heather. 2015.
Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017
. Jakarta: EGC.Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Ulliyah. 2012.
Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
. Surabaya: Health Book.Kozier, B. 2010.

Anda mungkin juga menyukai