Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KELUHAN

PEMENUHAN CAIRAN ELEKTROLIT


MAKALAH INI DISUSUN BERTUJUAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
DOKUMENTASI KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING:

Binti Yunariyah, S.Kep.,Ns.,M.Kes


DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. Denny eka P. (P27820521009)

2. Helmi Chentia (P27820521018)

3. Khusnul Maisaroh (P27820521022)

4. M.Kamalul Kahfi (P27820521033)

5. Shovia Mei S.W (P27820521043)

6. Vellsa Zahrotul C. (P27820521047)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN 2021/2022


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Elektrolit ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Binti
Yunariyah, S.Kep.,Ns.,M.Kes pada mata kuliah Dokumentasi Keperawatan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Elektrolit bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Binti Yunariyah, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen
mata kuliah Dokumentasi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
 
Tuban, 11 April 2022

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang
dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi
jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
I. Bagaimana konsep teori Pemenuhan Kebutuhan Cairan Elektrolit
II. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Cairan Elektrolit
C. Tujuan
I. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep teori Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Elektrolit
II. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Elektrolit

D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori Pemenuhan Kebutuhan Cairan Elektrolit
sehingga mahasiswa dapat mengetahui mengenai Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Elektrolit dan mampu menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Elektrolit dengan baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. ANATOMI
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan
gastrointestinal.
a. Ginjal Ginjal
merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan Universitas
Sumatera Utarabuangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan
air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomelurus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (Filtrat glomerulus),
kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosterone dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
b. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktifitas kelenjer
keringat. Rangsangan kelenjer keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur
lingkungan yang meningkat dan demam, disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-
20 ml/24 jam.
c. Paru-paru
Organ paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan IWL sekitar 400
ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan
kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang
hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Perhitungsn IWL secara keseluruhan adalah
10-15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat
Celcius.
2. DEFINISI
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh.
Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Cairan dan Elektrolit penting
untuk fungsi tubuh dan untuk mempertahankan homeostatis. Cairan membentuk sekitar 60%
berat badan pada pria dewasa, 50% pada wanita dewasa dan 70% pada bayi (McCance et
al.2010). Persentase cairan tubuh bervariasi bergantung pada faktor usia, aktivitas, iklim, diet,
stres, penyakit, tindakan medis, pengobatan, pembedahan. Wanita memiliki cairan tubuh
lebih sedikit dibandingkan pria karena wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dan pria
mempunyai massa otot lebih banyak (McCance et al.2010). Cairan tubuh adalah larutan yang
tersusun dari air dan zat terlarut seperti elektrolit (natrium, kalium, dan klorida) gas (oksigen
dan karbon dioksida), nutrient, enzim dan hormon. Elektrolit adalah senyawa kimia yang
terpisah dari air untuk membentuk partikel bermuatan yang disebut ion. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler
adalah cairan yang berada didalam sel diseluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalh
cairan yang berada diluar sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu cairan intravaskuler
(plasma), Cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan didalam system vaskuler, cairan interstitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler dan sekresi saluran cerna

3. ETIOLOGI
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak
di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang
dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water
loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini,
cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di
dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan
elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,
mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang
yang biasa berada di 15 lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan
panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan
tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress
juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga
dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung
menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila
asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH
sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan,
ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan,
kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi
gangguan ginjal (missalnya gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 40ml/24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.

9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa
klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui
intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat
anastesia (Situmorang, 2010)

4. PATOFISIOLOGI

Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler
dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan perpindahan
cairan intraseluler. Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan
pergerakan cairanke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istrahat). Cairan
dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan

5. MANINFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien yang kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional antara lain: pusing, kelemahan,
keletihan, anoreksia, mual muntah, rasa haus, kekacauan mental, konstipasi dan oliguria,
penurunan tekanan darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering
dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata cekung,
pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air mata.
Tergantung pada jenis kehilanagn cairan dapat disertai dengan ketidakseimbanagn asam basa,
osmolar atau elektrolit. Penipisan cairan ekstraseluler berat dapat menimbulkan syok .
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

7. PENATALAKSANAAN

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, nomor registrasi.

B. Keluhan Utama
Keluhan utama pada gangguan kebutuhan cairan elektrolit adalah badan terasa lemah,
letih, lesu, sembab pada tangan dan kaki.

C. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien dengan keluhan kekurangan cairan elektrolit terjadi penurunan volume
darah,frekuensi atau jumlah buang air kecil menurun, dan urine berwarna kuning pekat,
derajat elastisitas kulit menurun, bibir serta mulut kering. Selain itu juga akan terjadi
dehidrasi, Gangguan elektrolit akibat mengalami dehidrasi hebat bisa ditandai dengan
hilangnya cairan lewat keringat berlebih, diare, atau muntah. Apabila kondisi
ketidakseimbangan elektrolit parah tidak segera ditangani, bisa muncul dampak serius, seperti
kejang, serangan jantung, dan koma.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adakah riwayat penyakait hypovolemia atau penyakit lainnya. Termasuk kebiasaan
makan makanan yang tinggi protein, daging yang diawetkan ataupun minum minuman
beralkohol, bersoda dan mengandung kafein
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kekurangan cairan dan elektrolit bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak akan berdampak pada penyakit ini. Namun perlu dikaji adanya riwayat
keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti, Asma, penyakit jantung, dan hemofilia.

f. Pemeriksaan Fisik
g. Pemeriksaan Penunjang

2. DIAGNOSA
1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang
berlebihan (Diare)
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan output yang berlebihan
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak adanya sumber informasi.
3. INTERVENSI DAN RASIONAL

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur dan catat setiap 4 jam 1. Menentukan kehilangan dan
kebutuhan cairan
a. Intake dan output cairan
b. Warna muntahan, urin, dan feses
c. Monitor turgor kulit
d. Tanda vital
e. Monitor IV infus
f. CVP
g. Elektrolit, BUN, hematocrit, dan
hemoglobin
h. Status mental
i. Berat badan
2. 2. Memenuhi kebutuhan makanan dan
Berikan makanan dan cairan cairan
3. 3. Menurunkan pergerakan usus dan
Berikan pengobatan seperti antidiare muntah
dan antimuntah
4. 4. Meningkatkan konsumsi yang lebih
Berikan support herbal dan pemberian
cairan
5. 5. Meningkatkan nafsu makan
Lakukan kebersihan mulut sebelum
makan
6. 6. Meningkatkan sirkulasi
Ubah posisi pasien setiap 4 jam
7. 7. Meningkatkan informasi dan
Berikan pendidikan kesehatan tentang kerjasama
a. Tanda dan gejala dehidrasi
b. Intake dan output cairan
c. Terapi

4. IMPLEMENTASI
1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output yang berlebihan (Diare)

Pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membrane mukosa kering, rasa haus,
keadekuatan nadi), Pantau masukan dan keluaran yg cermat meliputi frekuensi, warna
dan konsistensi,Meningkatkan asupan oral, misalnya sediakan sedotan, beri minum
diantara waktu makan yaitu susu, air putih yang tidak memperburuk kondisi
,Hilangkan faktor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah dengan cara
memberikan minuman secara sedikit-sedikit tetapi sering,Timbang berat badan setiap
hari ,Mengukur tanda- tanda vital setiap 4 jam ,Melakukan tindakan untuk
mengurangi demam (ganti pakaian katun, kompres dingin)

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake dan outpu yang berlebihan

Menganjurkan memberikan makanan pada klien sedikit tetapi sering,Timbang berat


badan setiap hari ,Menganjurkan klien supaya banyak istrahat, Melakukan perawatan
mulut terutama sebelum makan,Menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, jauh
dari bau yang tidak sedap atau sampah, Mendorong klien untuk menyatakan perasaan
tentang masalah makanan/ makanan yang disukainya, Observasi muntah dan BAB
setiap 4 jam, Berikan penyuluhan pada klien tentang makanan/ diet selama diare dan
cara pembuatan oralit.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan tidak adanya sumber informasi.

Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapat dipahami jelaskan tentang agen
penyakit, tindakan pencegahan, dan pentingnya cuci tangan sampai bersih, Jelaskan
tentang makanan tinggi serat (buah segar), makanan tinggi lemak (susu) , Jelaskan
tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan antara masukan dan haluaran
cairan, manfaat istrahat, dan tindakan pencegahan diare (misalnya penyimpanan
makanan yang tepat serta cuci tangan sebelum dan sesudah memegang makanan)

5. EVALUASI
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dam elektrolit secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai
elektrolit dalam batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada
penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi edema dan lain sebagainya
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Tarwotoh & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson dkk. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: dengan diagnosa NANDA,
Intervensi NIC, Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : ECG.
Doenges. ME. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: ECG
Hidayat, AA. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Muralitharan & Pette. (2015). Dasar_Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta: Bumi Medika.

Anda mungkin juga menyukai