S
DENGAN MASALAH PRIORITAS KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT PADA PASIEN DIARE
Oleh :
Ely Isnaeni, S. Kep, Ns. M.Kes Ely Isnaeni, S. Kep, Ns. M.Kes
NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. DEFINISI
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlaurt).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel- partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru dan gastrointestinal (Hedrman, 2015).
B. KLASIFIKASI
1. Cairan intrafaskuler
Merupakan cairan yang terkandung dalaam sel tubuh. Memiliki ion natrium dan kalium
yang berlawanan dengan cairan ekstrafaskuler.
2. Cairan ekstraseluler
Merupakan ciran dari luar sel tubuh memiliki ion natrium dan ion bikarbonat dakam
jumlah besar tetapi sedikit ion kalium, kalsium. Magnesium, fosfat, sulfat dan asam
organik.
a. Cairan Interstitiel yaitu bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembuluh darah.
Plasma darah.
b. Cairan Transeluler yaitu cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti
dalam pleura, perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
D. ETIOLOGI
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain:
1. Usia
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Kebutuhan cairan pada bayi
dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Berat badan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30-50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udara rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang dapat mempengaruhi intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat mka tubuh akan membakar protein dan lemak dan akan berpengaruh pada
kadar albumin dan cadangan protein akan menurun, padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan rentensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit,
misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan mengakibtkan kehilangan sir mellui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat memepengaruhi proses pasien dalam
penurunan tingkat keseimbangan cairan.
6. Tindakan medis
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
E. PATOFISIOLOGI
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit secara
overlood atau adanya gangguan mekanisme homestatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan. Kelebihan cairan hampir selalu di sebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam
serum.
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam
jumlah yang proporsional (isotonik). Secara umum devisit volume cairan di sebabkan oleh
beberapa hal yaitu kehilangan cairan yang abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
pendarahan.
F. MANIFESTSI KLINIS
1. Hipovolemia
a. Pusing, kelemahan, keletihan
b. Sinkope
c. Anoreksia, mual, muntah, haus
d. Kekacauan mental
e. Konstipasi dan oliguria.
f. Peningkatan nadi, suhu.
g. Turgor kulit menurun.
h. Lidah kering, mukosa mulut kering.
i. Mata cekung.
2. Hipervolemia
a. Sesak nafas
b. Ortopnea.
c. Oedema.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboraturium (darah lengkap)
H. PENATALAKSANAAN
1. Menghitung balance cairan.
a. Input Input merupakan jumlah cairan yang berasal dari minuman, makanan, ataupun
cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, baik secara oral maupun parenteral. Cairan
yang termasuk input yaitu:
1.) Minuman dan makanan
2.) Terapi infus
3.) Terapi injeksi
4.) Air Metabolisme (5cc/kgBB/hari)
5.) NGT masuk
b. Output Output merupakan jumlah cairan yang dikeluarkan selama 24 jam. Cairan
tersebut berupa:
1.) Muntah
2.) Feses, satu kali BAB kira-kira 100cc.
3.) Insensible Water Loss (IWL), menggunakan rumus15cc/kgBB/hari
4.) Cairan NGT terbuka
5.) Urin
6.) Drainage dan perdarahan
2. Hipovolemia
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam basa dan
elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
3. Hipervolemia, tindakan:
a. Pembatasan natrium dan air.
b. Diuretik.
c. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue: pada gagal ginjal atau kelebihan
beban cairan yang mengancam hidup.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. PENGKAJIAN
1. `Anamnesa
a. Identitas :
Terdiri nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal
MRS dan diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama
Berdasarkan PQRST, penyebab dari kekurangan cairan, seberapa parah gangguan
kekurangan cairan yang terjadi seberapa jauh gangguan kekurangan cairan yang terjadi,
kapan gangguan kekurangan cairan mulai di rasakan pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi riwayat penyakit menular, penyakit keturunan dan alergi obat-obatan atau
makanan.
3. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
- Keadaan penyakit : Ringan, sedang, berat, akut, kronik.
- Kesadaran : Apakah kompesmetis, apatis, soporus, prekoma, koma.
- Suara bicara : Apakah Jelas, serak, aphasia.
- Pernapasan : Apakah Meningkat/Menurun.
- Suhu tubuh : Apakah Meningkat/Menurun.
- Nadi : Apakah Meningkat/Menurun, kuat, lemah.
- Tekanan darah : Apakah Meningkat/Menurun.
b. Sistem Intergumen
- Kulit : Apakah pucat,oedem.
- Turgor : Apakah Baik atau Jelek.
- Rambut : Apakah kusam,kusut,rontok.
- Kuku : Apakah Cyianosis, pucat.
c. Kepala
Ada tidaknya ubun-ubun terlihat cekung, sakit kepala, kepala pusing/pening.
d. Muka
Apakah simetris,raut muka terlihat layu dan lemas.
e. Mata
Apakah konjungtifa pucat,simestris.
f. Telinga
Apakah simestris.
g. Hidung
Apakah simestris, polip.
h. Mulut + Gigi
Apakah simestris, mukosa binir kering atau basah,apakah ada caries gigi.
i. Leher
Apakah ada pembesaran limfe,vena jugluralis.
j. Thoraks
Apakah simestris.
k. Paru
Apakah ada nyeri, whizzing,rhongki,timpani.
l. Abdomen
Apakah abdomen terlihat membucit, datar atau menonjol. Adakah nyeri tekan,bisung
usus atau menunjukkkan obstruksi.
4. Pemeriksaan Penunjang
Laaboratorium (darah lengkap)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermia
b. Resiko ketidak seimbangan cairan
c. Resiko ketidak seimbangan elektrolit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Hipertermia b/d dehidrasi
- Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama 1x8 jam di harapkan
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal.
- Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal
- Intervensi :
1. Observasi
- Identifikasi penyebab hiperterima (misal : dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor luaran urine
- Monitor kompikasi akibat hipertermi
2. Terapeutik
- Sedikan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi atau kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen bila perlu
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baraing
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemebrian cairan dan elektrolit intavena jika
perlu
2. Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
3. Kolaborasi
- Jelaskan tujuan dan procedure pemantaun
- Informasi hasil pemantauan jika perlu
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE
A. DEFINISI
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar yang
tidak normal dan bentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian, 2010).
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan,
dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari perubahan jumlah,
konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Ridha, 2014).
Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015).
B. ETIOLOGI
1. Faktor Infeksi dapat dibagi menjadi 2 :
a. Infeksi Internal yang merupakan infeksi saluran pencernaan yang menjadi
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. Colli, Salmonela,
Shigella), infeksi virus (Enterrovirus, Rota virus, Andenovirus, Astrivirus).
b. Infeksi parasit (cacing yaitu Ascaris, Ticturis, Oxyiuris, Stangloides, Protozoa
meliputi Glarida lambliatrichomonashominis dan jamur yaitu kandida albicans.
Infeksi Parental infeksi di luar alat pencernaan (OMA, Faringitis,
Brochopneumonia, Ensepalitis).
2. Keracunan makanan
Disebabkan oleh toksin bakteri dan toksin yang dikeluarkan oleh makanan itu sendiri.
3. Faktor malabsorbsi Yaitu intoleransi disacarida (laktosa, maltosa, sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa) malabsorbsi lemak.
4. Faktor imunologik Difinisi IgA akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi
infeksi dan parasit dalam usus.
C. PATOFISIOLOGI
Sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa dapat menyebabkan diare. Pada
orang dewasa terdapat perbedaan yang berkaitan dengan umur, apakah infeksi di daerah
tropik dan faktor presipitasi seperti pengorbanan antibiotik yang terdahulu atau imun.
Enterokolitis menyebabkan kram dan diare. Sedangkan gastro entero kolitis menimbulkan
mual, muntah dan kram.
Sekresi entero toksin bakterial menyebabkan sekresi air dan elektrolit dengan diare
berair yang banyak. Enterotoksin dapat dihasilkan sesudah kolonisasi bakteri (tanpa invasi)
pada usus halus (masa inkubasi 6-24 jam). Enterotoksin ini mungkin masuk ke dalam
karena makanan yang terkontaminasi kurang dimasak terutama oleh pencemaran makanan
stafilokoki.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Gelisah
2. Suhu tubuh meningkat
3. Tinja cair, warna kehijau-hijauan, disertai lendir atau darah
4. Anus dan daerah sekitarnya lecet
5. Muntah
6. Berat badan menurun
7. Dehidrasi
a. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dan BB, turgor masih baik, penderita
belum jatuh dalam keadaan pre syok, haus.
b. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8% dari BB, turgor kulit menurun, UUB
cekung, mata cowong, nadi cepat, nafas cepat dan dalam (kusmoul), penderita
jatuh pada pre syok/syok.
c. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10 % dari BB, turgor jelek, kesadaran turun
(apatis sampai koma), otot kaku, sianosis, nadi cepat, nafas cepat dan dalam,
penderita jatuh pada pre syok/syok.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest bila
terdapat toleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut
ASTRUP (bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare kronik.
6. Endoskopi usus halus di indikasikan jika ada pendarahan gastrointestinal gtersamar
yang tidak terlihat di lihat oleh endoskopi konvensional
7. Potosigmoidoskopi dan biopsy mukosa untuk mendeteksi diare akibat inflamai.
F. KOMPLIKASI
1. Hipokalemia
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5. Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi
G. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi terhadap
berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit ( terutama
Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang )
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
H. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DIARE
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
b. Identitas
Penanggung Jawab Meliputi nama, jenis kelamin, umur, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
c. Keluhan utama Meliputi buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali
dan cair (diare tanpa dehidrasi) BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang),
atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan dahulu Penyakit yang pernah diderita
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah suhu badan mungkin
meningkat. b) Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu
b) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
c) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
d) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai tampak.
e) Penurunan nafsu makan
2. Kebutuhan dasar
a. Pola eliminasi Pada pola eliminasi biasanya anak akan mengalami perubhan yaitu
buang air besar>3x/hari, buang air kecil sedikit atau jarang/olguri bahkan anuri
pada anakdengan dehidrasi berat.
b. b) Pola Nutrisi Pada anak diare biasanya disertai mual muntah dan tidak nafsu
makan yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.
c. Pola tidur atau istirahat Pola tidur atau istirahat pada anak yang mengalami diare
akan terganggu karena seringnya BAB dan adany distensi abdomen yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga anak rewel dapat mengganggu istirahat
tidur.
d. Kebersihan diri dan lingkungan Jarang membersihkan rumah serta lingkungan dan
membuang sampah sembarangan , jarang cuci tangan sebelum dan sesudah
aktivitas, kurang kebersihan ibu dalam memberikan ASI/PASI
e. Pola aktivitas Pada anak dengan diare akan terganggu atau berkurang dikarenakan
kondisi tubuh lemah akibat dari BAB yang terus menerus.
3. Pemeriksaan fisik
a. Fisiologis
Keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmetis bahkan bisa berlanjut
menjadi koma, suhu tinggi, nadi cepat, dan lemah, pernafasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistimatika
1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun cekung, selaput lender mulut dan kulit
tampak kering, BB menurun anus dan sekitarnya kemerahan dan lecet
karena seringnya defikasi. 2) Perkusi: adanya distensi abdomen.
2) Palpasi: tugor kulit kembali segera/sangat lambat.
3) Auskultasi: terdengar bising usus (>20x/menit)
c. Pemeriksaan singkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak penderita diare
biasanya mengalami gangguan pada pertumbuhan fisiknya karena anak
mengalami dehidrasi sehigga berat badan menurun, namun jika kondisi tersebut
tidak ditangani dengan cepat maka anak akan mengalami gangguan
perkembangan.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopi dan mikroskopi
2) PH dalam tinja, dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
b. Pemeriksaan darah: darah lengkap, analisa gas darah, dan elektrolit (terutama Na,
K, dan P serum pada diare yang disertai kejang).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite
secara kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare
2. Hipertermia
3. Resiko kekurangan cairan
4. Resiko kekuranan elektrolit
C. INTERVENSI
a. Diare b/d proses infeksi
- Tujuan : Setelah dilakukan intervensikeperawatan selama 1x24jam maka eleminasi
fekal membaik
- Kriteria hasil : Kosistensi feses membaik
- Intervensi :
1. Observasi
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja.
- Monitor tanda dan gejala hipovolemia
- Monitor jumlah pengeluaran diare.
- Monitor ulserasi dan iritasi kulit di daerah perineal
2. Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Berikan cairan intravena
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap danelektrolit.
- Ambil sampel feses untuk kultur jika diperlukan
3. Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
b. Hipertermia b/d dehidrasi
- Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama 1x8 jam di harapkan
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal.
- Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal
- Intervensi :
1. Observasi
- Identifikasi penyebab hiperterima (misal : dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor luaran urine
- Monitor kompikasi akibat hipertermi
2. Terapeutik
- Sedikan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi atau kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen bila perlu
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baraing
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemebrian cairan dan elektrolit intavena jika perlu
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
No Intensitas Diskripsi
Nyeri
1 Tidak Pasien mengatakan
Nyeri tidak nyeri
2 √ Nyeri √ Pasien mengatakan sedikit
Ringan nyeri atau ringan
√ Pasien nampak gelisah
3 Nyeri Pasien mengatakan nyeri
Sedang masih bisa ditahan /
sedang
Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit
berpartisipasi dlm
keperawatan
4 Nyeri Berat Pasien mengatakan
nyeri tidak dapat ditahan
/ berat
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan
perilaku pasien berubah
5 Nyeri Sangat Pasien mengataan nyeri
Berat tidak tertahankan /
sangat berat
Perubahan ADL yang
mencolok
( Ketergantungan ),
putus asa
KULIT
Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit baik √ kurang jelek
Lesi ada √ tidak
Oedema ya √ tidak
Peradangan ya √ tidak
PENGLIHATAN
Bola mata √ simetris tidak
Pergerakan bola mata √ normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya √ normal tidak
Kornea √ bening tidak
Konjungtiva anemis √ tidak
Sclera ikterik √ tidak
Pupil √ isokor anisokor
ketajaman pengelihatan √ normal tidak
PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk √ simetris tidak
Fungsi penciuman √ baik tidak
Peradangan √ ada tidak
Polip ada √ tidak
Perdarahan ya √ tidak
PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga √ simetris tidak
Letak √ simetris tidak
Peradangan ada √ tidak
Fungsi pendengaran √ baik tidak
Serumen √ ada tidak
Cairan ada √ tidak
Perdarahan ya √ tidak
MULUT
Mulut √ bersih kotor berbau
Bibir √ pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab √ kering stomatitis
Gigi √ bersih tidak
Gusi berdarah ya √ tidak
Tonsil radang √ tidak
Lidah tremor ya √ tidak
Fungsi pengecapan √ baik tidak
LEHER
Benjolan/massa ada √ tidak
Kekakuan ya √ tidak
Nyeri tekan ya √ tidak
Kedudukan trachea √ normal tidak
Gangguan bicara ada √ tidak
DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif Kering Darah
Sekret :…….. Konsistensi :......................
Warna :.......... Bau :..................................
Irama nafas √ teratur tidak teratur
Pola Dispnoe Kusmau Cheyne Stokes
Bentuk dada √ Simetris Asimetris
Bentuk thorax √ Normal chest Pigeon chest Funnel chest Barrel chest
Retraksi Intercosta ya tidak
Retraksi Suprasternal ya tidak
Pernafsn cuping hidung ya √ tidak
Alat bantu napas ya √ tidak
Jenis................... Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba ( sama ), lebih
bergetar pada sisi -
Perkusi
Area paru : ( sonor)
Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih √ Halus Kasar
Area Brochial Bersih √ Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih √ Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub
JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran - cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba (Kuat)
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas :................................( N = ICS II )
Batas bawah :................................( N = ICS V )
Batas Kiri :................................( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )
Batas Kanan :................................( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )
Auskultasi
BJ I terdengar ( tunggal), (Keras), (reguler)
BJ II terdengar ( tunggal), Keras), (reguler)
Bunyi jantung tambahan : -
BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm ( + / - ), Murmur ( + / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya √ tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : > 3 detik
d. Akral hangat √ panas dingin kering basah
e. JVP √ normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya tidak
ABDOMEN
Bentuk √ simetris tidak
Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan √ ya tidak
Peristaltik usus : 34 x/menit
Oedem ya √ tidak
REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya √ tidak
Lesi ya √ tidak
Siklus menstruasi √ teratur tidak
Pengeluaran cairan ya √ tidak
EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak ya √ tidak
Varises ada √ tidak
Tromboplebitis ada √ tidak
Nyeri ya √ tidak
Kemerahan ya √ tidak
Kelemahan tungkai/tidak ya √ tidak
Kekuatan otot
5 5
5 5
Oedem - -
- -
b. Pola Eliminasi
N Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
o Eliminasi
BAB / BAK
1 Jumlah / Pagi : BAB Pagi :2X
Waktu dan BAK 1x BAB dan BAK
Siang : 1x Siang : 1x
BAK BAB DAN 2X
Malam : 1x BAK
BAK Malam :3X
BAK DAN 2x
BAB
2 Warna BAK : Kuning BAK : Kuning
BAB : Kuning BAB : Kuning
3 Bau Khas Khas
menyengat
4 Konsistensi Lunak Encer dan
berlendir
5 Masalah - Diare
eliminasi
6 Cara Mengkonsumsi Pergi ke RS
mengatasi diapet
masalah
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan hukuman √ lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
√ Murung/diam gelisah
tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi √ kooperatif
tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri ya √ tidak
Masalah Keperawatan :-
B. Kimia Darah
Ureum : 2,5 mg/dl ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : 4,1 ( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
C. Analisa aelektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :5,1 mml / l ( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
Frekuensi BAB
Dehidrasi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b.d proses penyakit (Infeksi)
2. Resiko ketidak seimbangan elektrolit d.d dehidrasi, mata cowong, mukosa bibir
kering, CRT > 3 detik, turgor kulit jelek, kadar elektrolit serum Ureum 2,5 mg/dl,
Creatinin 4,1, Kalium 5,1 mml / l.
E. INTERVENSI
NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI
1. Hipertermia b.d Tujuan : Setelah di berikan 1. Observasi
proses penyakit tindakan keperawatan - Identifikasi penyebab
(Infeksi) selama 1x8 jam di hiperterima (misal :
harapkan suhu tubuh tetap dehidrasi, terpapar
berada pada rentang lingkungan panas,
normal. penggunaan incubator)
Kriteria hasil : Suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
dalam rentang normal - Monitor luaran urine
- Monitor kompikasi akibat
hipertermi
2. Terapeutik
- Sedikan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi atau kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen bila perlu
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baraing
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemebrian cairan
dan elektrolit intavena jika
perlu
2. Resiko ketidak Tujuan : Setelah di 1. Observasi
seimbangan lakukan tindkan - Identifikasi kemungkinan
elektrolit d.d keperawtan 1x24jam di penyebab ketidak
dehidrasi harapkan kebutuhan cairan seimbangan elektrolit
elektrolit meningkat - Monitor kadar elektrolit
Kriteria hasil : Cairan serum
elektrolit meningkat - Monitor mual,muntah dan
diare
- Monitor kehilangan cairan,
jika perlu
2. Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
3. Kolaborasi
- Jelaskan tujuan dan proc
edure pemantaun
- Informasi hasil pemantauan
jika perlu