Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOLOGI MANUSIA

PRO DAN KONTRA GENETICALLY MODIFIED FOOD (GMF)

Disusun oleh :

Agata Orchalya Mahing (22120069)

A19.2

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................3

1.1 Latar belakang ........................................................................................................3


1.2 Rumusan masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................................4
1.4 Manfaat....................................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1 Pengertian Genetically Modified Food (GMF)........................................................6


2.2 Sejarah bioteknologi pangan dan GMF...................................................................7
2.3 Jenis dan Produk Genetically Modified Food (GMF).............................................11
2.4 Manfaat Genetically Modified Food (GMF)...........................................................12
2.5 Dampak Positif dan Negatif Genetically Modified Food (GMF) terhadap kesehatan,
ketahanan pangan dan lingkungan...........................................................................12
2.6 Keamanan dan pembelaan Genetically Modified Food (GMF)..............................14
2.7 Tanggapan Organisasi kesehatan dan pangan dunia...............................................15

BAB III : PENUTUP...........................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................16
3.2 SARAN....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Genetically modified food merupakan makanan yang dihasilkan dengan
menggunakan teknik modifikasi genetika. Modifikasi genetika atau rekayasa genetika
adalah kegiatan sengaja melakukan manipulasi materi genetika dengan teknik biokimia
dan bioteknologi modern. Pada kegiatan bioteknologi modern dengan teknologi
rekombinan DNA (rDNA), pengklonan atau teknik sejenis dengan pemindahan suatu
sifat tertentu yang dibawa gen dari suatu spesies ke spesies yang sama atau yang berbeda
untuk menghasilkan spesies baru yang lebih unggul hasil rekayasa genetika dapat berupa
hasil tanaman ternak dan ikan dalam bentuk varietas/klon/jenis baru yang mempunyai
sifat unggul tertentu. Para ahli rekayasa genetika pertanian berharap untuk menggunakan
metode baru tersebut sebagai kelanjutan kegiatan pemulihan tanaman hal ini bertujuan
untuk pengembangan varietas tanaman yang memiliki produktivitas tinggi sehingga
tanaman akan tahan dari hama penyakit dan gulma dan dapat hidup tidak dibatasi musim
serta untuk memperbaiki nilai gizi dan daya simpannya. Ancaman krisis pangan
membayang-bayangi dunia pada tahun 2050. FAO, gerakan memperkirakan akan terjadi
kelangkaan pangan pada tahun 2050 disebabkan meningkatnya jumlah penduduk di dunia
yang diprediksikan akan menembus angka 9 miliar jiwa. Selain itu terjadi juga perubahan
iklim global yang akan mempengaruhi ketahanan pangan. Oleh karena itu ketahanan
pangan dunia harus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pada masa yang akan
datang. Ketahanan pangan yang kuat akan berpengaruh pada manfaat dan ketahanan nilai
gizi, mendukung nilai ekonomi nasional, perdagangan dan kepariwisataan serta
menyokong sustainable development. Salah satu upaya dalam mengatasi ancaman krisis
pangan adalah dengan menerapkan bioteknologi melalui rekayasa genetik. Namun namun
seiring dengan banyaknya penelitian yang mengkaji rekayasa genetik banyak pendapat
negatif yang menanyakan apakah makanan yang dimodifikasi secara genetik dalam
jangka panjang akan benar-benar aman bagi kehidupan

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa pengertian Genetically Modified Food (GMF)?
1.2.2 Bagaimana sejarah Bioteknologi Pangan dan GMF?
1.2.3 Apa jenis Genetically Modified Food (GMF) di pasaran?
1.2.4 Apa saja manfaat Genetically Modified Food (GMF)?
1.2.5 Bagaimana dampak Positif dan Negatif Genetically Modified Food (GMF)
terhadap kesehatan, ketahanan pangan dan lingkungan?
1.2.6 Bagaimana keamanan dan pembelaan Genetically Modified Food (GMF)?
1.2.7 Bagaimana tanggapan Organisasi kesehatan dan pangan dunia?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui pengertian Genetically Modified Food (GMF)
1.3.2 Mengetahui Sejarah Bioteknologi pangan dan GMF
1.3.3 Mengetahui jenis dan produk Genetically Modified Food (GMF) di pasaran
1.3.4 Mengetahui manfaat Genetically Modified Food (GMF)
1.3.5 Mengetahui dampak Positif dan Negatif Genetically Modified Food (GMF)
terhadap kesehatan, ketahanan pangan dan lingkungan
1.3.6 Mengetahui Bagaimana keamanan dan pembelaan Genetically Modified Food
(GMF)
1.3.7 Mengetahui tanggapan Organisasi kesehatan dan pangan dunia

1.4 MANFAAT
1.4.1 Pembaca mendapatkan informasi tentang pengertian Genetically Modified Food
(GMF)
1.4.2 Pembaca mendapatkan informasi tentang sejarah Bioteknologi Pangan dan GMF
1.4.3 Pembaca mendapatkan informasi tentang jenis dan produk Genetically Modified
Food (GMF) di pasaran
1.4.4 Pembaca mendapatkan informasi tentang manfaat Genetically Modified Food
(GMF)
1.4.5 Pembaca mendapatkan informasi tentang dampak Positif dan Negatif Genetically
Modified Food (GMF) terhadap kesehatan, ketahanan pangan dan lingkungan

4
1.4.6 Pembaca mendapatkan informasi tentang keamanan dan pembelaan Genetically
Modified Food (GMF)
1.4.7 Pembaca mendapatkan informasi tentang tanggapan Organisasi kesehatan dan
pangan dunia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Genetically Modified Food (GMF)


Genetic Engineering (rekayasa genetika) pangan adalah ilmu yang melibatkan
modifikasi genetik tumbuhan dan hewan. Hal ini telah lama dipraktekkan oleh petani
sejak awal sejarah yang yang telah dikembangkan menggunakan teknologi pada saat ini.
Beberapa makanan yang dikonsumsi saat ini ada yang berasal dari modifikasi rekayasa
genetik atau mengandung bahan yang telah mengalami modifikasi gen. Genetically
Modified Food (GMF) atau makanan transgenik adalah makanan yang melalui proses
teknologi pemindahan atau penyisipan gen atau yang disebut teknologi berasal dari
organisme transgenik. Organisme transgenik adalah organisme yang telah direkayasa gen
transgenik. Prinsip teknologi transgenik adalah memindahkan satu atau beberapa gen
yaitu potongan DNA yang menyandingkan sifat tertentu dari satu makhluk hidup ke
makhluk hidup lainnya dengan demikian suatu tanaman yang tadinya tidak mempunyai
sifat tertentu dapat direkayasa sehingga memiliki sifat tersebut. Dengan teknologi ini para
ahli berupaya meningkatkan kualitas atau melakukan pemulihan tanaman.
Genetically modified food juga merupakan makanan yang dihasilkan dengan
menggunakan teknik modifikasi genetika. Modifikasi genetika atau rekayasa genetika
adalah kegiatan sengaja melakukan manipulasi materi genetika dengan teknik biokimia
dan bioteknologi modern. Rekayasa genetik digambarkan sebagai ilmu dimana
karakteristik suatu organisme yang sengaja dimodifikasi dengan manipulasi materi
genetik, terutama DNA dan transformasi gen tertentu untuk menciptakan variasi yang
baru. Dengan memanipulasi DNA dan memindahkannya dari satu organisme ke
organisme lain (disebut teknik rekombinan DNA), memungkinkan untuk memasukkan
sifat dari hamper semua organisme pada tanaman, bakteri, virus atau hewan. Organisme
transgenik saat ini diproduksi secara massal, seperti enzim, antibodi monoklonal, nutrien,
hormon dan produk farmasi yaitu obat dan vaksin (Brown, 1996; Campbell, 1996).
Bioteknologi pangan didefinisikan sebagai aplikasi teknik biologis untuk hasil tanaman
pangan, hewan, dan mikroorganisme dengan tujuan meningkatkan sifat, kualitas,

6
keamanan, dan kemudahan dalam pemrosesan dan produksi makanan. Hal ini termasuk
proses produksi makanan tradisional seperti roti, asinan/ acar, dan keju yang
memanfaatkan teknologi fermentasi (Uzogara, 2000). Aplikasi bioteknologi untuk
makanan yang lebih modern adalah Genetic Modification (GM) yang diketahui sebagai
teknik rekayasa genetik, manipulasi genetik dan teknologi gen atau teknologi rekombinan
DNA. Pada kegiatan bioteknologi modern dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA),
pengklonan atau teknik sejenis dengan pemindahan suatu sifat tertentu yang dibawa gen
dari suatu spesies ke spesies yang sama atau yang berbeda untuk menghasilkan spesies
baru yang lebih unggul. logi gen atau teknologi rekombinan DNA.

2.2 Sejarah bioteknologi pangan dan GMF


Produksi makanan dengan proses mengubah bahan baku dari tanaman atau hewan
telah dilakukan sejak dulu dengan mengunakan api. Sejarah produksi bioteknologi
pangan dimulai dengan produksi makanan fermentasi seperti wine, roti atau keju. Baik
pemanasan makanan dan aplikasi fermentasi menghasilkan peningkatan signifikan pada
keamanan dan kualitas pangan (de Vos, 1999).
Makanan hasil rekayasa genetika pertama kali muncul di pasaran pada tahun
1960. Pada tahun 1967, ditemukan varietas kentang baru yang disebut Lenape dengan
kandungan padatan yang tinggi dan dimanfaatkan untuk pembuatan kripik kentang.
Setelah dua tahun, ditemukan dalam varietas kentang baru ini terdapat racun Solanin.
Akibatnya, kentang ini ditarik dari pasar oleh USDA. Adanya racun di dalam kentang ini
menunjukkan bahwa perubahan rekayasa genetic tanaman atau hewan memiliki
kemungkinan efek yang tidak terduga (McMillan and Thompson, 1979). Meskipun
demikian, pemuliaan tanaman memiliki catatan keamanan yang baik dan telah berhasil
menghilangkan unsur – unsur beracun di beberapa makanan. Pada tahun 1979, di Cornell
University, New York, para ilmuwan memulai penelitian pertama mengenai recombinant
bovine somatotrpin (rBST) yaitu hormone pertumbuhan sintetik untuk sapi. Hormon ini
disuntikkan ke sapi perah untuk meningkatkan produksi susu. Pada tahun 1980-an, para
peneliti di Amerika Serikat (Perusahaan Monsanto), Jerman Barat (Max Panck Institute),
dan Belgia menemukan metode untuk menciptakan tanaman transgenik dengan
menggunakan bakteri patogen, Agrobacterium tumefaciens (Zambrynski et al., 1983).

7
Tahun 1983 sampai 1989 terjadi perkembangan lebih canggih pada teknik rekombinan
DNA yang memungkinkan transformasi genetik tanaman dan hewan. Selama periode ini,
pemerintah Amerika Serikat memberikan persetujuan penggunaan rBST pada sapi perah.
Pada tahun 1990-an, makanan hasil rekayasa genetik pertama kali tersedia untuk
masyarakat umum. American Medical Association (AMA) dan National Institute of
Health (NIH) secara independen menyimpulkan bahwa daging dan susu dari sapi yang
diberi rBST sama amannya dengan sapi biasa. Setahun kemudian, American Pediatric
Association juga menyetujui rBST. Pada tahun 1993, FDA memberikan persetujuan
untuk penggunaan rBST pada sapi perah. Peneliti dari Universitas Cornell juga
menghasilkan rPST (recombinant procine somatotropin) yang digunakan pada babi untuk
menghasilkan daging babi tanpa lemak. rPST juga mengurangi konsumsi pakan ternak
tetapi meningkatkan produksi daging babi. Pada tahun 1994, FDA akhirnya memberikan
persetujuan untuk Calgene Corporation yaitu tomat Flavr Savr untuk dipasarkan (Thayer,
1994).

Sejarah bioteknologi pangan

Tahun Pristiwa

Millennium ke-4 Orang Mesir mengembangkan penggilingan gabah, baking, membuat


bir.

Millennium ke-3 Orang Mesir dan Sumeria pengawetkan susu, sayur dengan
fermentasi asam.

Millennium Freeze-drying udara terbuka kentang oleh Andean Amerindians.


pertama

Abad ke-4 -Aristotle mengklasifikasikan tenaman dan hewan.

-Theophrastus menulis “History of Plant”

-Linnaeus (Swedia) membuat formula taksonomi klasifikasi tanaman


dan hewan.

8
-Spallanzani (Italia) mensterilisasi makanan dan bahan organik
dengan memanaskan dalam tangki kedap udara.

-Spallanzani mendemonstrasikan fertilisasi telur dengan


spermatozoa.

Abad ke-18 -1820. Bracconot (Prancis) menghidrolisa gelatin untuk


memproduksi glycine, daging, dan wool-leucine.

-1840-50s. J. von Liebig mengenali protein, lemak, karbohidrat, dan


berbagai mineralpenting untuk nutrisi manusia dan hewan.

-1854. Lawes & Gilbert (UK) mendemonstrasikan perbedaan nilai


nutrisi antara tanaman berprotein yang diumpakan ke babi.

-1825. F. B. Raspall menggunakan iodine sebagai pewarna untuk


menampilkan distribusi pati dalam sel tanaman, dikenal sebagai
bapak histo-chemistry.

-1827. K. E. von Baer (Estonian) mendeskripsikan telur mamalia.

-1830. Robert Brown (Scotland) mendeskripsikan nukleus sel


tanaman.

-1860s. Louis Pasteur (French) membuktikan bahwa mikroba adalah


penyebab bukan hasil dari fermentasi dari barang yang telah busuk.

-1866. Gregor Mendel mengidentifikasikan sifat yang diwariskan


dari varietas kacang polong yang berbeda. Hasil penemuan Mendel
ditolak sampai ditemukan lagi oleh peneliti Amerika pada 1900.

-1883. Johann Kjeldahl (Netherland), menemukan metode analisa


nitrogen dalam protein.

Abad ke-19 dan Pengakuan teori Mendel tentang penurunan sifat pada semua
abad ke-20 tanaman dan hewan. 1980/90s. Rockafella Foundation dan
International Rice Research Institute menemukan cara transgenik

9
untuk mentransfer sifat anti hama antara Oryza spp. liar dan hasil
panen, dikembangkan pangan transgenik lain.

a) Bioteknologi pangan tradisional


Proses fermentasi adalah proses tradisional untuk meningkatkan daya
simpan hasil pertanian seperti susu, sayuran, dan daging. Banyak sekali jenis
fermentasi makanan dan minuman yang dilakukan di beberapa negara
berkembang terutama di Asia Tenggara. Di Amerika Utara dan Eropa mempunyai
sistem distribusi yang cepat dan terdapat sistem cooling dan freezing sehingga
membuat proses fermentasi tidak terpakai lagi. Tren ini tidak berlangsung lama,
lebih banyak orang dan perusahaan makanan tertarik pada makanan alami dan
tradisional. Industri makanan dan minuman terus mengalami inovasi untuk
memenuhi daya tahan dan kealamiannya. Fermentasi adalah cara tradisiona yang
dapat dikembangkan menjadi proses yang lebih besar. Contohnya adalah produksi
kefir (Dobson et al., 2011). Kefir adalah minuman tradisional cair terfementasi
mengggunakan campuran bakteri asam laktat, yeast, dan jamur untuk fermentasi
susu.
b) Bioteknologi pangan modern
Teknologi modern yang telah dilakukan untuk tanaman atau hewan
pangan yaitu dengan rekayasa genetik. Bentuk rekayasa genetik telah
dipraktekkan oleh petani dengan pembibitan silang tanaman dan hewan untuk
meningkatkan atribut tertentu, melalui pengumpulan dan penanaman benih biji-
bijian yang lebih gemuk, pemilihan hewan yang lebih gemuk untuk
dikembangbiakan dan pemupukan silang tanaman untuk menciptakan varietas
baru yang memiliki sifatsifat yang diinginkan dari tanaman induk (Schardt, 1994).
Penyilangan dalam pembibitan tanaman secara tradisional bersifat acak dan tidak
pasti, serta membutuhkan waktu 20 tahun untuk menghasilkan varietas baru yang
komersial. Dengan metode ini, petani atau peternak hanya dapat menyilangkan
tanaman dengan tanaman kerabat dekatnya (Phillips, 1994).

10
2.3 Jenis dan Produk Genetically Modified Food (GMF)
Beberapa tanaman pangan hasil rekayasa genetika yang sudah tersedia di pasar
antara lain:
1) Tomat yang dirancang agar proses pematangan terhambat sehingga lebih tahan lama
dalam penyimpanan.
2) Bt corn, yaitu jagung yang dirancang mengandung protein inteksida yang berasal dari
bakteri bacillus thuringiensis (Bt)
3) Round up ready R Soybean, yaitu kedelai yang toleran terhadap senyawa aktif mesofate
yang terdapat dalam herbisida yang dikenal secara komersial sebagai round up R;
4) Glyphosate tolerant corn line GA21, yaitu jagung yang toleran glysofate dan beras yang
mengandung vitamin A atau golden rice. Golden rice adalah beras yang berwarna kuning
keemasan beras ini direkayasa genetika melalui penyisipan gen penyandi pytoene
synthase digabungkan menjadi carotane desaturase. Kedua gen ini membuat beras
golden mengandung beta karoten atau pro-vitamin A
5) Tanaman kedelai transgenik mengandung asam alinea tinggi dan tahan terhadap herbisida
glifosat. Gen resistance herbisida dari bakteri agrobacterium Galur CP4 dimasukkan
kedelai dan juga digunakan teknologi molekuler untuk meningkatkan pembentukan asam
oleat. Produk yang terbuat dari kacang kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, tahu,
tempe, tauco, susu kedelai, ekstra sayuran, atau produk lainnya yang mempunyai turunan
kedelai transgenik seperti vitamin e, sereal, es krim, biscuit, roti, permen, makanan
gorengan, tepung, saus dan lain-lain.
6) Produk yang terbuat dari jagung tepung jagung, minyak jagung, pemanis jagung, sirup
jagung, kemudian produk turunan jagung transgenik seperti vitamin c, keripik, es krim
formula bayi, kecap, soda dan lain-lain
7) Produk yang terbuat dari kentang, keripik kentang, tepung kanji kentang dan lain-lain
8) Produk yang terbuat dari atau dengan tomat seperti saus, pasta tomat, pizza, lasagna dan
lain-lain
9) Produk susu yang diambil dari sapi yang diberi hormon pertumbuhan sapi transgenik
( atau rBGH di AS) seperti susu, keju, mentega, krim asam, yogurt, air didih, dan produk
olahannya

11
10) Pepaya transgenik tahan terhadap virus pepaya ringspot (PRSV). Gen rekayasa
didapatkan dari menyandingkan selubung virus PRSV
11) Gandum ini memiliki keunggulan tahan terhadap penyakit hawar. Gen didapatkan dari
menyandingkan enzim kiktinase atau pemecah dinding sel cendawan yang berasal dari
barley
12) Gula bit transgenik tahan terhadap herbisida glifosat dan glufositat. Gen berasal dari
bakteri agrobacterium Galur CP4 dan cendawan streptomyces viridokromogenes.

2.4 Manfaat Genetically Modified Food (GMF)


Para pendukung makanan rekayasa genetic melihat peningkatan ketersediaan pangan
sepanjang tahun, peningkatan kualitas gizi dan perpanjangan umur makanan dipilih
sebagai alasan mengapa mereka mendukung ilmu baru yang akan menguntungkan
konsumen, petani dan lingkungan. Selain itu, mereka percaya bahwa hal ini akan
mengarah pada peningkatan secara umum dalam pertanian dan pangan, dan juga
memberikan kesehatan, harga murah, lebih stabil, bernutrisi, rasa lebih enak dan aman
dikonsumsi. Aplikasi masa depan ilmu ini akan meningkatkan resistensi tanaman
terhadap hama, serangga, herbisida, cuaca dan tekanan lingkungan. Banyak tanaman
rekayasa genetik dan hewan tumbuh dan berkembang biak lebih cepat.

2.5 Dampak positif dan Negatif Genetically Modified Food (GMF) terhadap kesehatan,
ketahanan pangan dan lingkungan

 Dampak Positif Genetically Modified Food (GMF)


(1) Peningkatan ketersediaan pangan (Rudnitsky, 1996; Schardt, 1994),
(2) Peningkatan umur simpan dan kualitas organoleptik makanan (BIO, 1998;
Thayer, 1994),
(3) Peningkatan kualitas gizi dan manfaat kesehatan (BIO, 1998; Clinton, 1998),
(4) Peningkatan kualitas protein (BIO, 1998),

12
(5) Peningkatan kandungan karbohidrat makanan (BIO, 1998; Liu, 1999),
(6) Peningkatan kuantitas dan kualitas daging dan susu (Wilmut et l., 1997),
(7) Peningkatan yield tanaman pertanian (BIO, 1998; Wood, 1995),
(8) Pembuatan vaksin dan obat-obatan yang edible atau dapat dimakan (Lesney,
1999; Sloan, 1999),
(9) Ketahanan biologis terhadap penyakit, hama, gulma, herbisida dan virus
(Losey et al., 1999; Wilkinson, 1997; Wood, 1995),
(10) Bioremidiasi (Gray, 1998),
(11) Efek positif pada produk pertanian/makanan (Thayer, 1999),
(12) Perlindungan lingkungan (BIO, 1998),
(13) Tanaman rekayasa genetik berfungsi sebagai biofactories dan sumber dari
bahan baku industri (Sloan 1999),
(14) Terciptanya lapangan kerja (Alliance For Better Foods, 1999; Thayer,
1999).
(15) Fitoremediasi yaitu penekanan diberikan dalam perbaikan pencemaran
tanah dan air in situ dengan tanaman transgenetik dan mikroorganisme
tanaman transgenetik dapat menyerap logam berat di tanah atau mendeteksi
polutan
(16) Menekan biaya produksi pangan dan penurunan penggunaan pestisida
(17) Pertumbuhan tanaman transgenik lebih cepat daripada tanaman alaminya
tanaman ini dapat mewariskan gen atau sifat baru yang bermanfaat pada
keturunannya sehingga menghasilkan panen yang berlimpah dari tanah yang
tidak begitu subur.
(18) Umur simpan yang lama dan tidak mudah busuk sehingga mengurangi
resiko cacat di perjalanan atau pengiriman.

 Dampak negatif Genetically Modified Food (GMF)


(1) Perubahan kualitas gizinmakanan (Phillips, 1994),
(2) Resistensi antibiotic (Philpis, 1994),
(3) Potensi racun dari makanan rekayasa genetik (Phillips, 1994);

13
(4) Potensi alergi dari makanan rekayasa genetik (Coleman, 1996),
(5) Transfer gen yang tidak disengaja pada tanaman liar (Phillips, 1994),
(6) Kemungkinan pembentukan virus dan racun baru (Phillips, 1994),
(7) Keterbatasan akses terhadap benih dengan adanya paten dari tanaman hasil
rekayasa genetik (Koch, 1998),
(8) Ancaman terhadap keragaman genetik tanaman (Koch, 1998; Phillips, 1994),
Tanaman transgenik yang dapat dikatakan super karena memiliki kelebihan
dibandingkan tanaman asli dapat menyaingi tanaman asli yang masih
memiliki beberapa kelemahan alami sehingga dapat mengancam
keberlanjutan kehidupan tanaman asli
(9) Kekhawatiran agama/budaya/etika (Crist, 1996; Robinson, 1997),
(10) Kekhawatiran karena tidak ada pelabelan pada makanan rekayasa genetik
(Hoef et al., 1998).
(11) Pengaruh terhadap rantai makanan tanaman transgenik yang mengandung
pestisida alami disinyalir dapat mempengaruhi rantai makanan karena
konsumen tingkat 1 yang mengkonsumsinya akan mati dan dalam skala besar
hal ini dapat mengacaukan rantai makanan pada konsumen tingkat tingkat
berikutnya

2.6 Bagaimana keamanan dan pembelaan Genetically Modified Food (GMF)


Menurut kelompok pakar anti teknologi modifikasi genetik dengan modifikasi
genetika terdapat suatu kemungkinan timbulnya bahaya yang dapat menghancurkan
lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Berkenaan dengan itu Jeremy Ritkin
pengkritik modifikasi genetik yang vokal dari Amerika serikat menuntut perlunya label
yang jelas pada produk pangan yang telah mengalami modifikasi genetika. Sebelum
diedarkan ke masyarakat produk tersebut harus dilakukan pre-market test terhadap
keamanannya dengan adanya label akan memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk memutuskan apakah mereka hendak mengkonsumsi produk baru tersebut. Play
market testing terhadap keamanan sangat penting karena tingkat kekurangan kita
terhadap sifat biologi produk masih sangat besar tak seorangpun dapat memprediksi apa
yang sebenarnya akan terjadi bila suatu gen khusus dicopot dari posisi alamiahnya dan

14
dipindahkan ke lokasi baru apakah langkah tersebut tidak akan menyebabkan timbulnya
rangsangan terhadap gen lain yang memproduksi racun atau senyawa penyebab alergi
bila kemungkinan itu ada maka harus ada langkah-langkah pencegahan yang dilakukan.
Instrumen hukum terkait peredaran produk pangan transgenik sudah ada di Indonesia
diantaranya
 Undang-undang pangan nomor 7 tahun 1996 pasal 13 ayat 1 secara jelas
mewajibkan pangan rekayasa genetika terlebih dahulu memeriksakan
keamanan pangan bagi kesehatan sebelum diedarkan.
 Peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan
 Peraturan yang mengatur soal keamanan hayati terhadap pada beberapa
peraturan diantaranya undang-undang nomor 12 tahun 1996 tentang sistem
budidaya tanaman, undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,
undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup, undang-undang nomor 29 tahun 2000 tentang perlindungan varietas
tanaman, peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2005 tentang keamanan
hayati produk rekayasa genetik, peraturan pemerintah nomor 44 tahun
1995 tentang pembenihan tanaman.

2.7 Tanggapan Organisasi kesehatan dan pangan dunia


Seluruh GMF harus diberi penilaian tetap sebelum penjualannya dilegalkan di
pasar nasional maupun dunia. Untuk menganalisa kehalalan resiko alergenik dan resiko
lain dari produk GMF, FEO/WHO memberikan guideline dalam bentuk FAO/WHO
codex guidelines on safety assessment of GMF dan aturan ini harus diikuti oleh seluruh
negara yang memproduksi dan mengimpor GMF. The food and drugs administration
(FDA) mengatur produksi dan pelabelan makanan rekayasa genetika. Codex dan
pelabelan makanan merupakan sebagian salah satu solusi untuk menangani ketakutan
masyarakat tentang GMF

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Genetically Modified Food merupakan makanan yang dihasilkan dengan
menggunakan teknik modifikasi genetika. Modifikasi atau rekayasa genetika merupakan
kegiatan sengaja melakukan manipulasi materi genetika dengan teknik biokimia dan
bioteknologi modern. Hasil rekayasa genetika dapat berupa tanaman ternak dan ikan
dalam bentuk varietas atau clone atau jenis baru yang mempunyai sifat unggul tertentu.
Kontroversi terhadap pangan transgenik masih terjadi karena sebagian produk teknologi
baru risiko jangka panjangnya belum diketahui. Produk transgenik yang beredar di
pasaran atau hanya digunakan sebagai bahan baku perlu diberi label secara jelas dan jujur
namun kenyataannya di lapangan hal ini masih belum terlaksana sehingga munculnya
pertanyaan apakah produk transgenik aman bagi kesehatan manusia apabila dikonsumsi?.
Keputusan untuk memilih produk transgenik diserahkan sepenuhnya kepada konsumen
atas pertimbangan matang terhadap kerugian dan keuntungan serta dampak yang
ditimbulkan.
3.2 SARAN
1. Sebaiknya pilih makanan genetic yang telah memiliki lebel sehingga dapat dipastikan
keamanannya

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Ni Putu. “Aspek Keamanan Pangan Genetically Modified Food (GMF)”. Jurnal
Ilmu Gizi, Vol 2, Nomor 1,( February 2011 ) 27-36

Sujadmiko, Bayu Dkk.” Local Certification: Genetically Modified Organisms and


Commercialization.” Jurnal Kertha Patrika, Vol. 43, No. 1 ( April 2021) h. 1 – 13

Adlhiyati, Zakki. 2010. “PRODUK REKAYASA GENETIKA (GMO/GENETICALLY


MODIFIED ORGANISM) SEBAGAI SUBJEK PERLINDUNGAN PATEN DAN
PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN” Universitas Diponegoro.
https://core.ac.uk/download/pdf/11723857.pdf

Pramashinta, Alice Dkk.” Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan Potensi Risiko”
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, nomor 1 ( 2014 )

17

Anda mungkin juga menyukai