Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOLOGI GIZI

SISTEM KOMPLEMEN

Dosen Pengampu: Puspita Mardika Sari., S.Gz.

Disusun Oleh:

1. Mariani Berlian Agung (22120049)


2. Elisa Aryani (22120050)
3. Elsa Meylani Shafitri (22120058)
4. Fatichah Meyliana Mutiara Rida (22120066)
5. Anggi Indri Wulandary (22120067)
6. Jesica Filandra Rambu Wala Gole (22120068)
7. Ester Adriana Fernandez (22120072)
8. Novia Bettyana Sischa (22120076)
9. Yosefina Ferlina Ngongo (22120078)
10. Grace Monika (22120124)
11. Wina Hana Nur Zahra (22120126)
12. Herlisa Anggraeni Puspitasari (22120127)
13. Alice Elsiana Djoru (22120128)
14. Patrisia Esterlista Wake (22120129)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karuni-Nya kepada kami semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun, demi perbaikan dalam makalah yang akan datang.

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5

2.1 Mekanisme Sistem Komplemen....................................................................................... 5

2.2 Pengaktifan Sistem Komplemen ...................................................................................... 5

2.3 Unsur Dalam Komplemen ................................................................................................ 8

2.4 Efek Biologis Dari Sistem Komplemen ........................................................................... 8

2.5 Defisiensi Dalam Sistem Komplemen ............................................................................. 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem imun adalah sistem pertahanan atau sistem perlindungan tubuh terhadap infeksi
dari makromolekul asing atau serangan patogen, seperti virus, bakteri, protozoa, dan parasit.
Sistem imun berperan sebagai perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti
yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang bertransformasi menjadi tumor. Sistem
imun ini merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi.

Komplemen adalah sistem enzim kompleks, pengaturan protein dan reseptor


permukaan sel yang terlibat dalam pertahanan tubuh, inflamasi, dan modulasi respon
kekebalan. Sistem ini memiliki mekanisme yang cepat untuk mengidentifikasi kation dan
pembuangan zat-zat asing, memberikan perlindungan sebelum sistem adaptif imun berperan.
Sistem komplemen berkontribusi dalam inflamasi dengan menginduksi perubahan lokal di
aliran darah dan influx sel inflamatori ke dalam darah yang terkena dampaknya. Fragmen
komplemen juga menyebabkan pelepasan mediator tambahan, sitokin, dan enzim dari sel dekat
sisi aktivasi.

Sistem komplemen adalah sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks protein yang
satu dengan lainnya yang sangat berbeda. Pada keadaan normal komplemen beredar disirkulasi
darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak
tergantung antara satu dengan yang lain, yang disebut dengan jalur klasik dan jalur alternatif.
Aktivasi sistem komplemen bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat
membahayakan. Jika aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen antibodi pada
jaringan berlangsung secara terus menerus, maka akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat
menimbulkan penyakit.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme sistem komplemen?


2. Bagaimana pengaktifan sistem komplemen?
3. Apa saja unsur yang termasuk dalam komplemen?
4. Apa saja efek biologis dari sistem komplemen?
5. Apa saja defisiensi dalam sistem komplemen?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui mekanisme sistem komplemen


2. Untuk mengetahui pengaktifan sistem komplemen
3. Untuk mengetahui unsur yang termasuk dalam komplemen
4. Untuk mengetahui efek biologis dari sistem komplemen
5. Untuk mengetahui defisiensi dalam sistem komplemen

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Sistem Komplemen

Reaksi sistem kompelemen adalah cascade (berurutan) misalnya, suatu reaksi akan
mengaktifkan reaksi selanjutnya dan seterusnya. Contoh reaksi: lima komponen terakhir dalam
reaksi sistem komplemen (C5-C9) akan membentuk kompleks protein yang besar (membrane
attack complex) yang dapat merusak membran sel sehingga terjadi kebocoran pada membran
sel yang dapat menyebabkan sitolisis (merupakan mekanisme utama pembunuhan
mikroorganisme tanpa fagositosis).

Langkah-langkah:
1. C3 diaktifkan menjadi C3a dan C3b.
2. Kompleks C4bC2aC3b mengaktifkan C5 menjadi C5a-C5b.
3. C5b mengikat C6 dan C7 membentuk kompleks C5bC6C7 dan mengikat C8 → dimulai
proses perusakan membran sel mikroorganisme pathogen.
4. Kompleks C5bC6C7C8 mengikat C9 menjadi C5bC6C7C8C9, lalu melkat pada
permukaan sel → perubahan ultra struktur dan muatan listrik permukaan sel dan inflamasi.
5. Kompleks C5bC6C7C8C9 (MAC) menembus membran sel merusak lapisan lipid dan
fosfolipid pada membrane → lubang-lubang pada membran → cairan masuk ke dalam sel
dan ion-ion keluar dari sel → lisis sel.

2.2 Pengaktifan Sistem Komplemen

Aktivasi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu:


a. Komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk yang tidak stabil
sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya akan rusak,
b. Adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase inhibitor, faktor I dan faktor
H,
c. Pada permukaan membran sel terdapat protein yang dapat merusak fragmen komplemen
yang melekat.

5
1. Jalur Klasik
Diaktifkan oleh adanya kompleks antigen-antibody atau agregat imunoglobulin.
Langkah-langkah:
1) Pengikatan CIq dengan salah satu bagian dari fragmen Fc dari suatu molekul IgG
atau lgM
2) Pengaktifan proenzim Clr menjadi enzim protease
3) Protease mengaktifkan C1s, maka terbentuk cnzim Clqrs aktif
4) Enzim Clqrs menjadi C4 dan C2 konvertase → C4a-C4b dan C2a-C2b
5) C4b dan C2a membentuk kompleks C4bC2a dan menjadi C3 konvertase → C3a-
C3b
6) C4bC2a bergabung dengan C3b menjadi C4bC2aC3b yang merupakan C5
konvertase → 5a-5b.
2. Jalur Alternatif
Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui
tiga reaksi yang pertama terdapat pada jalur klasik (C1, C4 dan C2) dan juga tidak
memerlukan antibodi lgG dan IgM. Pada keadaan termal ikatan titester pada C3
diaktifkan terus menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2
ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma.
Komplemen C3 dipecah menjadi fragmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan
ion Mg++ dan faktor B membentuk C3bB. Fragmen C3bB diaktitkan oleh faktor D
menjadi C3bBb yangaktif (C3 konvertase). Pada keadaan reaksi normal ini berjalan
terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi
pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I menjadi iC3b, dan selanjutnya
dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat dilarutkan dalam plasma.
Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat yang dapat mengikat dan melindungi C3b
dan menstabilkan C3bB sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang tebentuk
dari pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya.
Bahan atau zat tersebut dapat berupa mikroorganisme polisakarida (endotoksin,
zimosan), dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui cara ini dinamakan aktivasi jalur
alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik misalnya IgG4, IgA2 dan
IgE juga dapat mengakifKan komplemen melalui jalur altematif. Jalur alternatif mulai

6
dapat diaktitkan bila molekul C3b menempel pada sel sasaran. Dengan menempelnya
C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi jalur alternatif dimulai, enzim
pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk selanjutnya akan mengaktitkan C3
dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a dan C3b dalam jumlah yang besar
pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin dapat ikut beraksi menstabilkan
C3Bb, oleh karena itu seringkali jalur ini juga disebut sebagai jalur properdin. Juga oleh
proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses penghancuran oleh faktor H dan
faktor I. Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang terjadi setelah lingkaran
aktivasi C3, C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan berikatan pada permukaan
membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b yang berada pada permukaan
membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3bB yong aktif akan dipecah menjadi C5a
dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur alternatif (kompleks
serangan membran). Diaktifkan dengan adanya protein komplemen tertentu yang terikat
dengan mikroorganisne patogen.
Langkah-langkah:
1) C3 dalam darah bereaksi dengan faktor B. faktor D dan faktor P (properdin) pada
permukaan sel patogen → C3a-C3b.
2) C3a berpartisipasi dalam proses inflamasi dan C3b berfungsi untuk sitolisis dan
opsonisasi.
3. Jalur Lektin
Aktifitasnya diperantarai oleh terjadinya reaksi antara mannose-binding lectin
(MBL) dengan senyawa karbohidrat (mannose-containing polysaccharides) di dinding
sel mikroorganisme.
Langkah-langkah
1) Makrofag menelan bakteri, virus atau bahan asing lainnya (fagositosis) → makrofag
mengeluarkan senyawa kimia → menstimulasi hati memproduksi lektin.
2) Terjadi reaksi antara MBL (mannose-binding lectin) dan mannans (mannose-
containing polysaccharides) yang ada di dinding sel mikroorganisme.
3) Ikatan MBL-mikroorganisme menghasikan protease MASP1 dan MASP2 (MBL-
associated scrinc proteases).

7
4) Tebentuk kompleks MBL/MASP1 MASP2 mengaktifkan C4 dan C2 → C4a-C4b
dan C2a-C2b.
5) Kompleks C4bC2a menjadi C3 konvertase → C3a-C3b
6) Terbentuk kompleks C4bC2aC3b yang menjadi C5 konvertase → C5a-C5b.

2.3 Unsur Dalam Komplemen

• Unsur pokok sistem komplemen diwujudkan oleh sekumpulan komponen protein yang
terdapat didalam serum. Protein-protein ini dapat dibagi menjadi protein fungsional yang
menggambarkan elemen dari berbagai jalur dan protein pengatur yang menunjukkan fungsi
pengendalian.
• Komplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit dan sel fagosit
mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen C-1 juga dapat disintesis oleh
sel epitel lain di luar hepar. Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit mononuklear
terutama akan disintesis di tempat dan waktu terjadinya aktivasi.
• Sebagian dari komponen protein komplemen diberi nama dengan huruf C: Clq, Clr, Cls,
C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9 berurutan sesuai dengan urutan penemuan unit tersebut,
bukan menurut cara kerjanya.
• Komponen C3 mempunyai fungsi sangat penting pada aktivasi komplemen, baik melalui
jalur klasik maupun jalur alternatif. Konsentrasi C3 jauh lebih besar dibandingkan dengan
fraksi lainnya, hal ini menempatkan C3 pada kedudukan yang penting dalam pengukuran
kadar komplemen di dalam serum. Penurunan kadar C3 di dalam serum dapat dianggap
menggambarkan keadaan konsentrasi komplemen yang menurun serta dijadikan sebagai
gambaran adanya aktivasi pada sistem komplemen.

2.4 Efek Biologis Dari Sistem Komplemen

1. Inflamasi
Tubuh mengerahkan elemen-elemen sistem imun ke tempat benda asing dan
mikroorganisme yang masuk tubuh atau jaringan yang rusak sebagai langkah awal untuk
menghancurkan benda asing serta membersihkan jaringan yang rusak.
Fagositosis merupakan komponen penting pada inflamasi. Ada 3 proses
pada intlamasi yaitu:
8
1) Peningkatan pasokan darah ke tempat benda asing atau jaringan yang rusak.
2) Peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkun oleh pengerutan sel endotel yang
memungkinkan molekul yang lebih besar seperti antibodi.
3) Fagosit bergerak ke luar pembuluh darah menuju tempat benda asing (diapedeisi).
Selanjutnya loukosit terutama fagosit polimorfonuklear dan monosit dikerahkan dari
sirkulasi ke tempat asing.
2. Pengerahan Sel- kemokin
Kemokin adalah molekul yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit. C3a,
C5a, C5-6-7 merupakan kemokin yang mengerahkan sel-sel fagosit baik mononuclear serta
polimorfonuklear ke tempat infeksi.
C5a adalah kemoatraktan untuk neutrofil yang juga merupakan anafilatoksin.
Makrofag yang diaktifkan melepas berbagai mediator yang ikut berperan dalam reaksi
inflamasi.
3. Fagositosis-Opsonin
Opsonin adalah molekul yang dapat diikat di satu pihak oleh kuman dan di lain
pihak oleh reseptornya pada fagosit sehingga memudahkan fagositosis bakteri. C3 dan C4b
mempunyai sifat opsonin, C3 yang sering diaktifkan pada aktivasi komplemen merupakan
sumber opsonin utama (C3b).

2.5 Defisiensi Dalam Sistem Komplemen

1. Defisiensi
Penyakit pada manusia yang berkaitan dengan sistem komplemen dapat terjadi oleh
karena dua keadaan. Pertama adalah adanya defisiensi dari salah satu protein komplemen
atau protein regulator. Kedua, suatu sistem komplemen yang normal diaktifkan oleh
stimulus yang tidak normal seperti mikroorganisme yang persisten atau suatu reaksi
autoimun.
2. Defisiensi Komplemen
Berhubungan dengan peningkatan insiden infeksi atau penyakit autoimun Lupus
Eritematosis Sistemik (LES). Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat
seperti infeksi bakteri yang rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun.
Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter.

9
a) Defisiensi Komplemen Kongenital
Biasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun
seperti LES.
1) Defisiensi inhibitor esterase C1 (C1 INH deficiency)
• Angioedem herediter: edem lokal sementara
• Menimbulkan aktivitas C1 tidak dapat dikontrol dan produksi kinin yang
meningkatkan permeabilitas kapiler.
• C2a dan C4a juga dilepas yg merangsang sel mast melepas
• histamin di daerah dekat trauma yang berperan pada edem lokal.
• Kulit, saluran cerna, dan saluran nafas dapat terkena sehingga menimbulkan
edem laring yang fatal.
2) Defisiensi C2 dan C4
Penyakit serupa LES, disebabkan kegagalan eliminasi kompleks imun yang
komplemen dependen.
3) Defisiensi C3
Reaksi berat yang fatal terutama yang berhubungan dengan infeksi piogenik seperti
streptokok dan stafilokok.
4) Defisiensi C5
Kerentanan terhadap infeksi bakteri yang berhubungan dengan gangguan
kemotaksis.
5) Defisiensi C6, C7, C8
• Kerentanan terhadap septikemi meningokok dan gonokok.
• ↑ Infeksi neseria, sepsis, artritis dan ↑ DIC.
b) Defisiensi Komplemen Fisiologik
Defisiensi Ck, C7, dan C8 menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap
septikemi meningokok dan gonokok oleh karena lisis melalui jalur komplemen
merupakan mekanisme kontrol utama. Defisiensi komplemen fisiogenik hanya
ditemukan pada neonatus yang disebabkan karena kadar C3, C5, dan faktor B yang
masih rendah.
c) Defisiensi Komplemen Didapat

10
Disebabkan oleh depresi sintesis. Misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi
protein/kalori. Meningkat resiko infeksi salmonela dan pneumokok
1) Defisiensi Clqrs
• Terjadi bersamaan dgn penyakit autoimun (LES).
• Sangat rentan terhadap infeksi bakteri. Defisiensi C4.
• Ditemukan pd beberapa penderita LESiii. Defisiensi C2.
• Paling sering terjadi.
• Terdapat pada penderita LES.
2) Defisiensi C3
• Infeksi bakteri rekuren.
• Pada beberapa penderita disertai dengan glomerulonefritik kronik.
3) Defisiensi C5-8
• Kerentanan yg meningkat terhadap infeksi terutama Nesseria sp.
4) Defisiensi C9
• Sangat jarang.
• Tidak menunjukkan infeksi rekuren, mungkin karena lisis masih dapat terjadi
walau pengaruh C8 tanpa C9 meskipun perlahan-lahan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem komplemen adalah sekelompok protein plasma yang apabila diaktifkan secara
sekuensial dapat menghancurkan sel-sel asing dengan menyerang membran plasma, dihasilkan
di hati dan terdapat dalam sirkulasi darah dan seluruh jaringan. Pada kedaan normal
komplemen beredar di sirkulasi darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat
diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik
dun jalur alternatif. Penyakit pada manusia yang berkaitan dengan sistem komplemen dapat
terjadi oleh karena dua keadaan. Pertama adalah adanya defisiensi dari salah satu protein
komplemen atau protein regulator. Kedua, suatu sistem komplemen yang normal diaktifkan
oleh stimulus yang tidak normal seperti mikroorganisme yang persisten atau suatu reaksi
autoimun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson JP. 2013. Complement System. Kelley's Textbook of Rheumatology, 9th Edition.
Chapter 23.

Bratawidjaja, K. G. & Iris Rengganis. 2010. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Brown E. J., Joiner K. A., Frank M. M., Complement In Fundamental Immunology. 3th edition.
New York: Raven Press.

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC. Insenman
DE, R. Mandle, and MC, Caroll. 2013. Complement and Immunoglobulin Biology,
Immunologic Basis of Hematology, Chapter 22.

Janeway CA., P, Travers, M. Walport, and ML. Shlomchik. 2001. Immunobiology, 5th edition,
The Immune System in Health and Disease, New York: Garland Science.

Johnston RB., 2011. Complement System, Nelson Textbook of Pediatrics, 19th Edition. Chapter
4.

Johnston RB., 2011. Disorder and Complement System, Nelson Textbook of Pediatrics, 19th
Edition. Chapter 128.

Kindt, TJ., RA. Goldby, BA. Osbrne ang J.Kuby. 2007. Immunology.

Leslie RGQ., 2001. Complement Receptors. Encyclopedia of Life Science. Nature Publishing
Group.

Male D., J. Bronstoff, DB. Roth, and I. Roitt. 2006. Immunology. 7th Ed.

Sullivan and Grumach. 2014. Middleton's Allergy; Principles ans Practice. 8th ed.

Ricklin D., G. Hajishengallis, K. Yang, and JD. Lambris. 2010. Complement- A Key System for
Immune Surveillance and Homeostatis. Nat Immunol, 11(9): 785-797

13

Anda mungkin juga menyukai