Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FARMAKOLOGI

MEKANISME ANTIBIOTIK

DISUSUN OLEH :

1. NURMILA PUTRI (34190299)


2. SITI MARYATUL KIBTIAH (
3. YULLY TRI ASTUTI (34190314)

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRODI D3 FARMASI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat limpahan rahmat serta hidayahnya lah sehingga kelompok ini dapat
menyelsaikan tuga makalah dengan judul “MEKANISME KERJA ANTIBIOTIK” ini
dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dyah
Anggraeni S,Farm.M,Sc.Apt sebagai dosen pengampu mata kuliah Farmakologi
yang telah membimbing dan membagikan ilmu kepada kami .

Kritik dan saran yang membangun selalu kita harapkan demi menyempurnakan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Yogyakarta 27 november 2019


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

BAB 1 ....................................................................................................................................3

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ........................................................................................................3

B.Rumusan Masalah.....................................................................................................3

C.Tujuan.......................................................................................................................3

BAB 2 ...................................................................................................................................4

PEMBAHASAN

A.Pengertian ..................................................................................................................4

B.Penjelasan...................................................................................................................5

C.Contoh........................................................................................................................6

BAB 3 ...................................................................................................................................8

PENUTUP

A.Kesimpulan.................................................................................................................8

Daftar Pustaka......................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia
terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Menurut WHO 2006, rumah sakit
selalu mengeluarkan lebih dari seperempat anggarannya untuk biaya penggunaan
antibiotik. Di negara yang sudah maju 13% sampai 37% dari seluruh penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun
kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30% sampai 80% penderita yang
dirawat mendapat antibiotik.
II. Rumusan Masalah
A. Pengertian antibiotik
B. Sejarah antibiotik
C. Penggolongan antibiotik
D. Mekanisme kerja antibiotik
III. Tujuan
A. Untuk memahami golongan obat antibiotik
B. Untuk mengetahui mekanisme kerja antibiotik
C. Untuk mengetahui macam macam obat yang termasuk golongan antibiotik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti artinya
lawan, bios artinya hidup. Antibiotika adalah zat zat yang dihasilkan oleh
mikroba terutama fungsi dan bakteri tanah, yang menghambat
pertumbuhan atau pembasmi mikroba jenis lain, sedangkan toksisitasnya
terhadap manusia relatif sedikit .
Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat
membunuh, terdapat banyak jenis antibiotik yang bekerja secara berbeda
terhadap bakteri, organisme eukariotik, termasuk tanaman. Biasanya
dihasilkan untuk melindungi diri dan membunuh bakteri lain (lerner, K lee
and Lerner, Beranda Wilmoth, 2003)

B. Sejarah Antibiotik
Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris Dr. Alexander
Flemmng (Penicilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru
dikembangkan dan digunkan dalam terapi di tahun 1941 oleh Dr Florey.
Kemudian banyak zat dan khasiat antibiotik di isolir oleh penyelidik
penyelidik lain di seluruh dunia namun toksisitasnya hanya beberapa saja
yang dapat digunakan sebagai obat antibiotik juga dapat dibuat secara
sintesis atau semi sintesis.

C. Penggolongan antibiotik
1. Golongan penisilin
a. Ampicilin
b. Nafcilin
c. Oxacyclin
d. Flucloxacilin
e. Amoxicilin
f. Penisilin G
g. Penisilin V
h. Co amoxiclav
2. Golongan sefalosporin
a. Generasi pertama :
 Cefadroxil
 Cefazolin
 Cefalexin
 Cefradin
b. Generasi kedua :
 Cefaclor
 Ceffaman dode
 Cefotetan
 Cefoxitin
 Cefprozil
 Cefuroxim
 Cefonocid
 Ceforanid
c. Generasi ketiga
 Cefidinir
 Cefotaxim
 Ceftiaxon
 Cefixime
 Cefditoren
d. Generasi ke empat
 Cefipim
3. Golongan tetrasiklin
4. Golongan kloramfenikol
5. Golongan makrolida
6. Golongan kuinolon
7. Golongan aminoglikosida
D. Mekanisme Antibiotik
1. Penghambat dinding sel
Bakteri memiliki dinding sel yang merupakan lapisan luar dan
kaku untuk memperthankan benuk sel dan mengatur tekanan osmotik
didalam sel. Dinding sel bakteri gram (+) memiliki sturuktur dinding
sel yang berbeda dengan bakteri gram (-). Dinding sel bakteri gram
positif mengandung peptidoglikan dan teikhoat atau asam teikuronat
dengan atau tanpa envelog yang terdiri dari protein dan folisakarida,
sedangkan dinding sel gram (-) mengandung peptidoglikan,
lipopolisakarida, lipopotein, fospolipid, dan protein.
Dinding sel mengandung polimer mukopeptida komplek
(murein dan peptidoglikan) yang berbeda secara kimiawi yaitu terdiri
dari polisakarida dan polipeptida. Polisakarida mengandung gula asam
amino N-asetilglukosamin dan asam asetil muramad. Asam asetil
muramad ini hanya dimiliki oleh sel bakteri. Pada gula asam amino
menempel rantai peptida pendek dan ikatan silang dari rantai peptida
ini mempertahankan kekakuan dinding sel.
Tempat kerja antibiotik pada dinding sel bakteri adalah lapisan
peptidoglikan. Lapisan ini sangat penting dalam mempertahankan
kehidupan bakteri dari lingkungan yang hipotenik, sehingga kerusakan
atau hilangnya lapisan ini menyebabkan kekakuan dinding sel dan
akan mengakibatkan kematian (neu dan goodz, 2001)
a. Antibiotik ß-laktam
Antibiotik ß-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara
menginhibisi sintesis dinding selnya. Pada proses pembentukan
dinding sel , terjadi reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim
transpeptidase dan menghasilkan ikatan silang antara dua rantai
peptidoglikan. Enzim transpeptidase yang terletak pada membran
sitoplasma bakteri tersebut juga dapat mengikat antibiotik beta-laktam
sehingga menyebabkan enzim ini tidak mampu mengkatalisis reaksi
transpeptidasi walaupun dinding sel tetap terus dibentuk. Dinding sel
yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang dan peptidoglikan yang
terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah
terdegradasi. Pada kondisi normal, perbedaan tekanan osmotik di
dalam sel bakteri gram negatif dapat membentuk terjadinya lisis sel.
Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik beta-laktam
akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding
sel bakteri tersebu. Dengan demikian bakteri yang kehilangan dinding
sel akan mengalami lisis.
Gambar cincin ß-laktam

Contoh antibiotik ß-laktam : penisilin, sefalosporin, monobaktam,


karbapenem.

2. Penghambatan pada fungsi membran plasma.


Contoh antimikroba yang bekerja melalui mekanisme ini adalah
amfoterisin B, kolistin, imidazol, polien dan polimiksin.
Sitoplasma pada sel-sel hidup berikatan dengan membran
sitoplasma yang berperan di dalam barier permeabilitas selektif,
berfungsi di dalam transport aktif dan mengontrol komposisi internal
dari sel. Bila fungsi integritas membran sel ini terganggu maka ion dan
makromolekul akan keluar dari sel dan akan menghasilkan kerusakan
dan kematian sel. Membran sitoplasma bakteri dan jamur mempunyai
struktur yang berbeda dengan sel-sel hewan dan dapat lebih mudah
dirusak oleh beberapa bahan kimia atau obat. Sebagai contoh adalah
polimiksin B yang bekerja pada bakteri gram negatif yang
mengandung lipid bermuatan positif pada permukaannya. Polimiksin
mempunyai aktivitas antagonis Mg2+ dan Ca2+ yang secara kompetisi
menggantikan Mg2+ atau Ca2+ dari gugus fosfat yang bermuatan
negatif pada lipid membran. Polimiksin ini menyebabkan disorganisasi
permeabilitas membran sehingga asam nukleat dan kation-kation akan
pecah dan sel akan mengalami kematian. Biasanya polimiksin tidak
digunakan untuk pemakaian sistemik karena dapat berikatan dengan
berbagai ligand pada jaringan tubuh dan juga bersifat toksik terhadap
ginjal dan sistem saraf. Gramisidin juga merupakan antibiotik yang
aktif pada membran sel yang bekerja melalui pembentukan pori pada
membran sel dan biasanya hanya digunakan secara topikal. Polien
bekerja pada membran sel jamur dengan mengadakan ikatan pada
sterol yang ada pada membran sel jamur yang tidak ada pada sel
bakteri, sebaliknya polimiksin inaktif terhadap jamur (Brooks dkk.,
1998)

3. Penghambatan melalui sintesis asam nukleat.


Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri melalui
pengikatan pada DNA-dependent RNA polymerase. Rantai polipeptida
dari enzim polimerase melekat pada faktor yang menunjukkan
spesifisitas di dalam pengenalan letak promoter dalam proses
transkripsi DNA. Rifampin berikatan secara nonkovalen dan kuat pada
subunit RNA polimerase dan mempengaruhi proses inisiasi secara
spesifik sehingga mengakibatkan hambatan pada sintesis RNA bakteri.
Resistensi terhadap rifampin terjadi karena perubahan pada RNA
polimerase akibat mutasi kromosomal Semua kuinolon dan
fluorokuinolon menghambat sintesis DNA bakteri melalui
penghambatan DNA girase.
4. Penghambatan pada sintesis protein. Mekanisme kerja antibiotik
golongan ini belum diketahui secara jelas. Bakteri memiliki ribosom
70S sedangkan mamalia memiliki ribosom 80S. Subunit dari masing-
masing tipe ribosom, komposisi kimiawi dan spesifisitas fungsionalnya
jelas berbeda sehingga dapat dijelaskan mengapa obat-obat
antimikroba dapat menghambat sintesis protein pada ribosom bakteri
tanpa menimbulkan efek pada ribosom mamalia Pada sintesis protein
mikroba secara normal, pesan pana mRNA secara simultan dibaca oleh
beberapa ribosom yang ada di sepanjang untai RNA yang disebut
sebagai polisom.
Antibiotik yang bekerja melalui mekanisme ini adalah
a. Aminoglikosida : Mekanisme kerja dari streptomisin telah
dipelajari jauh sebelum ditemukannya aminoglikosida yang lain
seperti kanamisin, neomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, dan
sebagainya, namun diduga bahwa semua antibiotik ini mempunyai
mekanisme kerja yang sama. Tahap awal adalah perlekatan
aminoglikosida pada reseptor protein spesifik yaitu subunit 30S
pada ribosom bakteri dan selanjutnya aminoglikosida akan
menghambat aktivitas kompleks inisiasi dari pembentukan peptida
(mRNA + “formyl methionine” + tRNA). Kemudian pesan mRNA
akan dibaca salah oleh “regiopengenal” pada ribosom, sehingga
terjadi insersi asam amino yang salah pada peptida yang
menghasilkan protein nonfungsional. Sebagai akibat terakhir
perlekatan aminoglikosida akan menghasilkan pecahnya polisom
menjadi monosom yang tidak mampu mensintesis protein Reistensi
kromosomal mikroba terhadap aminoglikosida tergantung pada
tidak adanya reseptor protein spesifik pada subunit 30S dari
ribosom. Resistensi melalui plasmid tergantung dari pembentukan
enzim-enzim adenilat, fosforilat dan asetilat yang dapat merusak
obat. Resistensi lain terjadi karena defek permeabilitas yaitu
perubahan membran luar yang dapat menurunkan transport aktif
aminoglikosida ke dalam sel sehingga obat tidak dapat mencapai
ribosom. Mekanisme ini juga melalui plasmid. 8
b. Tetrasiklin : Tetrasiklin berikatan dengan subunit 30S dari ribosom
mikroba. Selanjutnya akan menghambat sintesis melalui
penghambatan pada perlekatan aminoasil-tRNA. Akibatnya akan
terjadi penghambatan di dalam pengenalan asam amino yang baru
terbentuk pada rantai peptida. Resistensi terhadap tetrasiklin terjadi
karena perubahan permeabilitas envelop sel mikroba. Pada sel yang
peka, obat akan berada pada lingkungan dan tidak akan
meninggalkan sel, sedangkan pada sels-sel yang resisten obat tidak
dapat di transportasikan secara aktif ke dalam sel atau akan hilang
dengan cepat sehingga konsentrasi hambat minimal tidak dapat
dipertahankan. Mekanisme dikontrol oleh plasmid.
c. Kloramfenikol : Antibiotik ini berikatan dengan subunit 50S dari
ribosom dan akan mempengaruhi pengikatan asam amino yang
baru pada rantai peptida karena kloramfenikol menghambat
peptidil transferase. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan
pertumbuhan mikroorganisme akan berlangsung lagi apabila
antibiotik ini menurun. Resistensi bakteri terhadap kloramfenikol
disebabkan bakteri menghasilkan enzim kloramfenikol
asetiltransferase yang dapat merusak aktivitas obat. Pembentukan
enzim ini berada di bawah kontrol plasmid.
d. Makrolid : eritromisin, azitromisin, klaritromisin. Obat-obat ini
berikatan dengan subunit 50S ribosom dengan tempat ikatan pada
23S tRNA. Selanjutnya akan berpengaruh dalam pembentukan
inisiasi kompleks pada sintesis rantai peptida atau berpengaruh
pada reaksi translokasi aminoasil. Beberapa bakteri resisten
terhadap makrolid tidak memiliki reseptor yang tepat pada ribosom
melalui metilasi tRNA. Mekanisme ini dapat melalui kontrol
plasmid atau kromosom.
e. Linkomisin, klindamisin : Antibiotik golongan ini bekerja dengan
berikatan pada subunit 50S ribosom mikroba dengan tempat ikatan,
aktivitas antibakteri dan cara kerja seperti makrolid. Mutasi pada
kromosom menimbulkan resistensi karena tidak terjadi ikatan pada
subunit 50S ribosom.
5. Penghambatan pada metabolisme folat.
Trimetoprim dan sulfonamid mempengaruhi metabolisme folat
melalui penghambatan kompetitif biosintesis tetrahidrofolat yang
bekerja sebagai pembawa 1 fragmen karbon yang diperlukan untuk
sintesis DNA, RNA dan protein dinding sel.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Antibiotik merupakan sustansi yang dihasilkan oleh suatu organisme dan dapat
menghambat pertumbuhan organisme lain.
Penggunaan antibiotik khusus nya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,
andibitika berkerja seperti peptisida dan menekan atau menutus satu matar rantai
metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara
langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada pertumbuhan
bakteriostatis dan produksi antibodi biasanya akan masuk mikroorganisme.
Ada beberapa cara kerja antibioti terhadap bakteri sebagai targetnya,yaitu
menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran
plasma, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit
esensial.

Anda mungkin juga menyukai