Anda di halaman 1dari 35

Delta Baharyati, M.S.

Farm
 Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul yang dihasilkan
oleh sel plasma (proliferasi dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T
dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing
 Grup polipeptida yang disebut immunoglobulin (Ig)
 Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar
 2 rantai berat (heavy chain/H)  α, δ, ε, γ, μ
 2 rantai ringan (light chain/L)  κ, λ

 Enzim papain memecah molekul antibodi dalam fragmen masing-


masing. Fab : Fragmen Antigen Binding . Fc : Fragmen crystallizable
 Ada 5 imunoglobulin : IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
Enzim papain  memecah molekul antibody
 2 rantai berat (heavy chain/H)  α,
δ, ε, γ, μ
 2 rantai ringan (light chain/L)  κ, λ
 2 regio : variabel (V) dan constant (C)

CHO

Menentukan
spesifitas Ab
thd Ag
CHO

450
 Terbanyak, terutama dalam cairan
ekstravaskular, berfungsi untuk netralisasi toksi
dan mikroorganisme, dapat melewati plasenta
dan saluran cerna neonatus
 IGg dapat menembus plasenta masuk ke janin
dan berperan pada imunitas bayi sapai umur 6-9
bulan
 Molekul ini berfungsi sebagai pelindung
terhadap organisme dan toksin yang
bersirkulasi, mengaktifkan komplemen dan
meningkatkan keefektifan sel fagositik
 Pertahanan permukaan luar tubuh, bergabung
dengan komponen sekretori
 Ditemukan dalam kolostrum, saliva, air mata,
cairan hidung, dan sekret respiratorius, GI
serta urogenital
 15-20% merupakan imunoglobulin dalam serum
darah
 Terdapat di intravaskuler, diproduksi saat awal respon
imun, pertahanan utama pada bakteremia, aglutinasi,
dan sitolisis
 Ab pertama yang tiba di tempat infeksi pada pajanan
awal terhadap antigen
 Pajanan kedua peningkatan IgG
 Mengaktivasi komplemen dan memperbanyak fagositosis,
tetapi umur relatif pendek
 Karena ukurannya molekul ini menetap dalam pembuluh
darah dan tidak keluar ke jaringan
 Bayi yang baru lahir mengandung IgM 10% dari kadar IgM
dewasa, karena IgM ibu tidak bisa menembus plasenta.
 Dalam serum darah dan limfe relatif sedikit, tetapi banyak ditemukan
dalam limfosit B
 Terdapat pada permukaan limfosit, berfungsi sebgai reseptor antigen (Ag)
 Membantu memicu respon imun
 Ditemukan dalam konsentrasi darah sangat rendah
 Kadar meningkat saat alergi dan parasitik tertentu
 Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil serta
menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya
1. HOST DEFENCE
 Terhadap mikroorganisme penyebab penyakit
 Rekruitmen mekanisme efektor
 Netralisasi toksin dan antigen asing dari sirkulasi IgM  Terdapat di
intravaskuler, diproduksi saat awal respon imun, pertahanan utama
pada bakteremia, aglutinasi, dan sitolisis

2. CLINICAL MEDICINE
 Antibodi spesifik untuk diagnosis dan monitoring
penyakit
 Sebagai proteksi dan terapi
3. LABORATORY SCIENCE
Diagnosis dan Riset
Fungsi antibodi

1)Mencegah ikatan antara


antigen dengan sel atau
jaringan sebagai target
2)Menstimulasi dan
mengaktivasi fagositosis oleh
makrofag dan netrofil
3)Mengaktivasi komplemen
 Sistem yang terdiri atas sejumlah protein yang berperan dalam
pertahanan awal, baik dalam sistem imun non spesifik maupun sistem
imun spesifik.
 Sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari protein yang diproduksi
dalam hati dan berada dalam peredaran darah.
 Molekul sistem imun nonspesifik larut dalam keadaan tidak aktif.
Aktivasi oleh antibodi atau antigen yang menghasilkan kaskade reaksi
kimia
 Sistem enzim serum yang berfungsi dalam inflamasi, opsonisasi, dan
kerusakan (lisis) membran patogen.
 Kerja sistem komplemen adalah proses “cascade”, yaitu
suatu proses bila satu reaksi memicu reaksi lainnya dan
reaksi lain memicu reaksi lain berikutnya begitu terus
menerus.
 Reaksi terjadi secara berkelipatan dan dalam waktu yang
cepat
 Protein komplemen dilambangkan dengan ”C” dan tidak
aktif sampai dibagi menjadi produk. Contoh: C2 menjadi
aktif ketika dibagi menjadi produk yang lebih kecil misal
C2a dan C2b.
 Reaksi Inflamasi  Reaksi tubuh terhadap
masuknya benda asing dengan mengerahkan
elemen-elemen sisem imun ke tempat infeksi. Pada
proses inflamasi terjadi peningkatan persediaan
darah, peningkatan permeabilitas kapiler,
pergerakan sel leukosit ke tempat infeksi
 Kemotaksis dan Opsonisasi
 Kemotaksis : gerakan fagosit ke tempat infeksi
 Opsonisasi : proses melapisis partikel antigen oleh
antibodi dan/atau komponen komplemen sehingga lebih
mudah dan cepat difagositosis

 AktivitasSitolitik aktivitas akhir sistem


komplemen, perusakan membran akibat lisis
osmotik
Sistem komplemen terdiri dari 9 protein
Protein individu dengan awalan C: C1 to C9 pada jalur klasik
atau
Secara alfabet: factor B, D pada jalur alternatif

Protein komplemen pada jalur klasik disebut components


C1(C1q, C1r and C1s), C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9
Protein komplemen pada jalur alternatif disebut factors
C3, B, D, C5, C6, C7, C8, C9
Protein komplemen pada jalur mannose-lectin disebut collectins
(collagen like region and lectin region)
 Ada 9 komponen dasar komplemen yaitu C1 sampai C9 yang bila diaktifkan, dipecah
menjadi bagian-bagian yang besar dan kecil (C3a, C3b dan sebagainya).
 C1qrs : Meningkatkan permeabilitas vaskular
 C2 : Mengaktifkan kinin
 C3a & C5a : Kemotaksis mengerahkan leukosit juga sebagai anafilatoksin,
mempengaruhi mastosit
 C3b : Opsonin & adherens imun
 C4b : Opsonin
 C5-6-7 : Kemotaksis
 C8-9 : Melepas sitolisin menghancurkan sel.
C3 Memegang
peranan utama
dalam aktivasi
komplemen dan
komponen paling
penting dalam
sistem komplemen
ketika dalam bentuk
C3b
 Molekul C3b diproduksi dari aktivasi
C3 kompleks
 C3b melekat dan melapisi
permukaan Ag (bakteri)
 C3b adalah opsonin, molekul yang
melekat pada bakteri dan sel
makrofag
 Opsonisasi dapat meningkatkan
kekuatan fagositosis
C3a dan C5a meningkatkan respon inflamasi dan
menyebabkan terjadinya pembebasan histamin
 Bila perlekatan C3b pada permukaan bakteri telah cukup, akan
melarut
 Bila C3b mengikat C2a dan C4b maka akan membentuk komplek baru
yaitu C5 activation complex
 C5 activation complex(C2a, C4b, C3b) mengaktifkan protein C5
dengan jalan membelahnya menjadi C5a dan C5b
 C5b ini mulai melapisi pada permukaan bakteri
 C5a melepaskan diri dari permukaan dengan sel bakteri: melekat pada
sel mast dan meningkatkan daya proses inflamasi, meningkatkan
faktor kemotaktik untuk leukosit
 C5b pada permukaan sel bakteri melekat pada C6 dan mengaktifkan C6
sehingga melekatkan C7
 C7 mengikat C8 sehingga meningkatkan jumlah molekul C9
 Semua ikatan molekul kompleks tersebut membentuk lubang lingkaran pada
dinding sel bakteri dan proses tersebut dinamakan Membrane attack
complex (MAC)
 MAC menyebabkan cairan sitoplasma sel bakteri keluar dan air masuk
kedalam sel mengakibatkan sel lisis dan mati
• Bagian dari sistem pertahanan non spesifik karena tidak
memerlukan Ab untuk inisiasinya.
• Jalur alternatif berjalan lebih lambat daripada jalur klasik
• C3 terhidrolisis menjadi C3a dan C3b.
• C3b pada permukaan sel asing mengikat plasma protein lain yang
disebut factor B
• Ikatan C3b pada faktor B membentuk enzim protein disebut
faktor D membelah faktor B menjadi Ba dan Bb.
• Faktor B tetap mengikat C3b sedang Ba dan faktor D melepaskan
diri
• Properdin, atau disebut faktor P, melekat pada C3bBb compleks
untuk menstabilkan C3bBbP dan membentuk C3 activation
complex untuk jalur alternatif
• C3 activation complex memicu produksi C3b lebih banyak
dimulainya proses Alternative Pathway pada tahap inisiasi untuk
mengulang dan amplifikasi
• Bila terjadi penambahan ikatan C3b mengikat C3 activation
complex maka ia berubah mejadi C5 activation complex
• C5 activation complex membelah C5 menjadi C5a dan C5b.
• C5b mulai memproduksi MAC.
1. MBL dalam darah membentuk komplek dengan serine protease MASPs (MBL-associated serine
proteases).
2. Ketika MBL berikatan dengan manosa pada permukaan bakteri, MASPs berfungsi seperti konvertase
memotong C3 menjadi C3a dan C3b
3. C3b berikatan dengan permukaan bakteri dan menyebabkan kaskade komplemen
 Inflamasi
 Pengerahan Sel-Kemokin
 Fagositosis-Opsonin
 Adherens Imun
 Eliminasi Kompleks Imun
 Lisis Osmotik Bakteri
 Neutralisasi Infeksi Virus
 Aktivitas Sitolitik ADCC
 Imunitas Nonspesifik dan Spesifik
PEMERIKSAAN SISTEM IMUN HUMORAL
A. Pemeriksaan Sistem Imun Humoral Umum
1. Pemeriksaan Imunoglobulin Pengukuran
imunoglobulin mutlak diperlukan pada
infeksi berulang berat
a. Hemaglutinasi
Merupakan cara untuk menemukan
antibodi atas dasar aglutinasi sel darah
merah. Uji “Coombs Direk” merupakan
cara untuk menentukan antibodi yang
dapat mengaglutinasikan sel darah merah
Uji “Coombs Indirek”
merupakan cara
untuk menentukan
antibodi yang tidak
begitu efektif untuk
mengaglutinasikan
sel darah merah.
Aglutinasi terjadi
melalui yang sudah
disensitisasi dengan
antigen tertentu.
b. Reaksi Presipitasi Presipitasi dapat terjadi bila antibodi bereaksi dengan
antigen yang larut. Bila reaksi terjadi dengan bantuan medium / agar, akan
terbentuk lengkung presipitasi.

2. Pemeriksaan Autoantibodi
a. Autoantibodi Organ Spesifik
b. Autoantibodi nonorgan spesifik
3. Pemeriksaan Komplemen (Complement Fixation Test) Kadar yang meningkat sering
ditemukan pada proses inflamasi akut. Komponen komplemen dibagi menjadi :
a. Komponen dini pada jalur klasik (C1, C4 & C2)
b. Komponen dini pada jalur alternatif (faktor B, D & P)
c. Komponen lambat pada kedua jalur (C3 & C9)
4. Pemeriksaan Kompleks Imun
Kompleks patogen yang potensial ditemukan dalam sirkulasi bila ada
antigen yang berlebihan. Kompleks imun berperan pada berbagai
penyakit seperti arthritis rheumatoid, glomerulonefritis, poliarthritis
dan endokarditis.
Adanya kompleks imun dapat dibedakan dengan 2 cara :
a. Analisi spesimen jaringan untuk melihat komponen endapan
kompleks imun dengan teknik imunofluoresen.
b. Kompleks imun dalam serum atau cairan tubuh lain.
B. Pemeriksaan Sistem Imun Humoral Khusus
1. Radioimmunoassay (RIA)
2. Radioallergosobent Test
3. Competition RIA
4. Radio Immunosorbent Test (RIST)
5. Sandwhich RIA
6. Immunoradiometric Assay
7. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
8. Fluoresence Immuno Assay
9. Immunodouble Diffusion (ID Ouchterlony)
10. Countercurrent Electrophoresis
11. Single Radial Immunodouble Diffusion (Mancini)
12. Rocket Electrophoresis
13. Immunoelectrophoresis
PEMERIKSAAN SISTEM IMUN SELULER
A. Pemeriksaan Limfosit
1. Kuantitas Sel
a. Isolasi Sel (Ficoll Isopaque)
b. E Rosette
Sel T manusia memiliki reseptor untuk sel darah merah biri – biri.
Bila kedua sel tersebut dicampur maka akan terbentuk “rosette”.
c. EA Rosette
Sel T dapat dibedakan dari sel B yang tidak membentuk rosette.
Cara lain untuk menunjukkan rosette yaitu dengan menggunakan
reseptor lain yang ada pada permukaan sel T.
d. Flow Cytometry
Alat yang dapat menghitung serta membedakan satu sel dengan sel
yang lain. Sel dilabel dengan 2-3 bahan flueresence yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai