(INFUS)
Oleh:
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita
dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Keterampilan Dasar kebidanan tentang
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elekrtolit secara Parenteral (Infus) dengan tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat makalah ini
tidak dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada.
1. Ibu Sri Utami, S.ST, M.Mkes selaku direktur Akademi Kebidanan Delima Persada
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini belum sempurna, maka kritik dan
saran pembaca kami harapkan untuk penyempurnaan di masa datang. Sehingga makalah
berikutnya dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik
dan diambil dari makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk menambah wawasan bagi
para pembaca khususnya bagi mahasiswa
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar . i
Daftar isi .. ii
BAB I PENDAHULUAN
2.3 Indikasi
2.9.1 Dewasa
2.9.2 Anak
4.1 Kesimpulan.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.1 Sebagai sumber pengetahuan mengenai cara pemasangan infus yang benar.
1.3.2 Supaya kita dapat mengetahui dan mengerti cara menghitung cairan infus
dengan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Cairan intrasel cairan didalam membran sel yang berisi substansi terlarut
atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40 % berat tubuh. Kompartmen cairan
intrasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama dengan cairan yang
berada di ruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi-substansi tersebut berbeda.
Misalnya proporsi Kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam
cairan ekstrasel (Potter Perry : 2005)
Elektrolit adalah sebuah unsur atau senyawa, yang jika melebur atau
larut di dalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu
membawa muatan listrik. Elektrolit yang memiliki muatan positif disebut kation,
sedangkan elektrolit yang memiliki muatan negatif disebut anion. Konsentrasi
setiap elektrolit didalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda. Namun jumlah
total anion dan kation didalam setiap kompartmen cairan harus sama (Potter
Perry : 2005)
Elektrolit adalah unsur yang sangat penting pada banyak fungsi tubuh,
termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Elektrolit
umumnya diukur dalam milliekuivalen per liter (mEq/L), yang digunakn untuk
mengukur aktivitas kimiawi yang mencerminkan jumlah kation atau anion yang
akan bereaksi terhadap kation atau anion lain yang diberikan (Weldy : 1992)
2.3 Indikasi
1. Rumatan cairan, elektrolit dan nutrisi bila pemberian cairan atau nutrisi per oral
tidak diperbolehkan atau tidak dapat dilakukan, misalnya pada pra dan pasca
operasi. Prosedur operasi menyebabkan perubahan keseimbangan cairan setelah
operasi karena respons stres tubuh terhadap trauma pembedahan.
2. Perdarahan dalam jumlah banyak karena kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah.
3. Trauma abdomen berat karena kehilangan cairan tubuh dan komponen darah.
4. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) karena
kehilangan cairan tubuh dan komponen darah.
5. Serangan panas (heat stroke) karena kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi.
8. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung karena kehilangan cairan tubuh
dan komponen darah.
11. Sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
Permukaan dorsal
4. Infus set
5. Abbotach / medicut
8. Tourniquet
9. Plester/hypafix/tegaderm
12. Betadine
14. Bengkok
20. Skort
1. Memperkenalkan diri
1. Member salam (mengenalkan diri pada klien jika pertemuan pertama kali).
5. Mengatur klem roll sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan menutup klem
yang ada pada saluran infus.
6. Menusukkan pipa saluran infus ke dalam botol cairan dan mengisi tabung
tetesan sampai 1/3 sampai penuh dengan cara memencet tabung tetesan
infus. (lihat gambar 2.2 dan 2.3)
7. Melepaskan pelindung jarum dan buka klem roll untuk mengalirkn cairan
melalui selang ke dalam bengkok sehingga tidak ada udara pada selang
infus. Pastikan selang bersih dari gelembung udara. Kembalikan klem roll
ke posisi off.
8. Memakai handschoon.
11. Melakukan disinfeksi daerah penusukan dengan kapas alcohol 70% secara
sirkular dengan diameter 5 cm. (lihat gambar 2.6)
13. Menusukkan medicut atau jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas dengan menggunakan tangan yang dominan.
16. Tahan abbocath yang sudah masuk menggunakan tangan kiri dan dengan
cepat tangan kanan menghubungkan abbocath dengan selang infus.
18. Melepaskan klem roller untuk memulai infus dan melihat kelancaran
tetesan.
19. Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester dan menutup tempat
tusukan dengan kassa steril yang telah diberi bethadine, lalu rekatkan
dengan plester. (lihat gambar 2.9)
20. Mengatur kecepatan aliran cairan infus sampai tetesan yang tepat per
menit.
21. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak digerak-
gerakkan agar jarum infus tidak bergeser. Bila perlu memasang spalk.
22. Tulis tanggal dan waktu pemasangan plester.
29. Mencatat hasil kegiatan dalam format infus : tanggal dan jam pemberian,
macam cairan dan jumlah yang di berikan, jumlah tetesan permenit.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.8
Gambar 2.9
2.7 Efek samping
Perdarahan
Infiltrasi (dimana cairan infus masuk kedalam jaringan disekitar pembuluh darah)
Infeksi
Overdose (karena respon obat i.v. lebih cepat)
Inkompabilitas antara obat dengan cairan infus ketika dicampur
Kecepatan infus yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban cairan yang
berlebih, yang sangat berbahaya pada beberapa gangguan ginjal, kardiovaskular,
dan neurologis.
2.8.1 Dewasa
Atau
tetesan/menit=
keb .cairan x faktor tetesan
lama infus ( jam ) x 60 menit
Keterangan:
Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus
(10 tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit)
Contoh:
1000 ml
tetesan/menit= =333 /menit
1 x3
Atau
1000 ml x 20
tetesan/menit= =333 / menit
1 x 60 menit
(Menurut A.Alimul)
500 x 20
=41,67=42 tetes /menit
240
(menurut Johnson:2004)
2.8.2 Anak
Contoh:
250
tetesan/menit= =125 tetes /menit
2
(Menurut A.Alimul)
Kecepatan infus per jam dapat di hitung dengan membagi volume infus total
dengan waktu infus total dalam jam.
Misalnya:
Jika 3000 ml di infuskan dalam 24 jam jumlah milliliter per jam adalah:
3000 ml (total volume infus)
=125 ml/ jam
24 jam(total waktu infus)
Perawat yang memulai dan memantau infus harus mengatur tetes per menit
untuk memastikan bahwa jumlah larutan yang telah di resepkan akan di
infuskan. Tetes per menit dihitung dengan rumus berikut:
Jika kebutuhan sebesar 1000 ml dalam 8 jam dan faktor tetesnya 20 tetes / ml
maka tetes per menitnya adalah:
1000 ml x 20
=41 tetes/menit
8 x 60 menit (480 mnt )
2.8.3 Bayi
jumlah cairanx 60
jumlah tetesan /menit=
lama infus x 60
jumlah cairan x 60
lama waktu=
jumlah tetesan dalam menit x 60
Contoh :
Seorang pasien neonatus memerlukan cairan sebesar 700 ml dalam 8 jam dan
faktor tetesnya 60 tetes / ml maka tetes per menitnya adalah:
700 ml x 60
=87 tetes /menit
8 x 60 mnt
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2008. Keperawatan Perioperatif : Prinsip dan Praktik. Jakarta : EGC
Barbara kozier, 2010. Buku Ajar Fundamentak Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses keperawatan. Jakarta . Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta. EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2011. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya.
Health Book
Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta.
EGC
Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC
http://www.widatra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=79&Itemid=59&lang=en di akses pada
hari minggu 25 november 2012, pukul: 12.00
http://www.widatra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=79&Itemid=59&lang=en di akses pada
hari minggu 25 november 2012, pukul: 12.00
http://rachmad-tensei.blogspot.com/2011/04/pemasangan-infus_24.html
http://ninniepurnamasari.wordpress.com/2011/12/29/rumus-rumus-
hitungan-dalam-keperawatan/ diakses pada hari Rabu, 28 november 2012,
pukul 11.05
http://dokteryudabedah.com/infus-cairan-intravena-macam-macam-cairan-infus/