Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT SECARA PARENTERAL

(INFUS)

Dosen Pembimbing : Munisah, S.ST

Oleh:

1. NIKMATUL FAIQOH (1206.036) / (A)

2. NORITA PUSPITA SARI (1206.037) / (A)

3. NOVITA SARI (1206.094) / (B)

4. NOVITA SARI EKA P. (1206.095) / (B)

5. NUR AISYAH (1206.038) / (A)

6. NUR LAILI FITRIANA (1206.096) / (B)

AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK

Jl. Proklamasi No.54 Gresik

TAHUN 2012

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita
dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Keterampilan Dasar kebidanan tentang
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elekrtolit secara Parenteral (Infus) dengan tepat
waktu.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat makalah ini
tidak dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada.

1. Ibu Sri Utami, S.ST, M.Mkes selaku direktur Akademi Kebidanan Delima Persada

2. Ibu Munisah, S.ST selaku dosen pembimbing makalah Keterampilan Dasar


Kebidanan.

3. Teman-teman selaku tim pembuatan makalah.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini belum sempurna, maka kritik dan
saran pembaca kami harapkan untuk penyempurnaan di masa datang. Sehingga makalah
berikutnya dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik
dan diambil dari makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk menambah wawasan bagi
para pembaca khususnya bagi mahasiswa

Gresik, 21 November 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar . i

Daftar isi .. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang . 1

1.2 Tujuan penulisan .

1.3 Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ......................................................................................................

2.1.1 Pengertian cairan

2.1.2 pengertian elektrolit .

2.1.3 Pengertian parenteral

2.1.4 pengertian Infus

2.2 Tujuan pemasangan infus ..........................................................................

2.3 Indikasi

2.4 Tempat atau lokasi pemasangan infuse

2.4.1 Anatomi tempat pemasangan infuse ..

2.4.2 Daerah tempat infus intravena yang memungkinkan ..

2.4.3 Pemilihan Vena ...

2.4.4 Pertimbangan dasar dalam pemilihan vena

2.4.5 Faktor yang mempengaruhi pemilihan vena .

2.5 Alat dan bahan

2.6 Prosedur kerja

2.6.1 Persiapan alat

2.6.2 Persiapan pasien

2.6.3 Persiapan petugas

2.6.4 Persiapan lingkungan


2.6.5 Prosedur tindakan

2.8 Efek samping

2.8.1 Kecepatan infus yang terlalu lambat

2.8.2 Kecepatan infus yang terlalu cepat

2.9 Perhitungan cairan infus

2.9.1 Dewasa

2.9.2 Anak

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh


manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan
tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda
dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih tinggi karena
permukaan tubuh yang relatif luas dan prosentase air tubuh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan orang dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam
mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit,
memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan.
Disamping kebutuhan cairan, elektrolit sangat penting untuk menjaga keseimbangan
asam-basa, konduksi saraf, kontraksi muscular dan osmolalitas.

Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat


mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi
cairan dan elektrolit dalam keaadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai
dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dapat
dilakukan melalaui pemberian cairan per oral atau intravena.

1.2 Tujuan penulisan

1.2.1 Untuk mengetahui proses pemasangan infus yang benar.

1.2.2 Untuk mengetahui cara menghitung cairan infus.

1.3 Manfaat penulisan

1.3.1 Sebagai sumber pengetahuan mengenai cara pemasangan infus yang benar.

1.3.2 Supaya kita dapat mengetahui dan mengerti cara menghitung cairan infus
dengan benar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian cairan


Cairan adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompartmen yang berbeda, yakni
cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS).

Cairan ektrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan


intravaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian
besar sel tubuh dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar
15 % berat tubuh merupakan cairan interstisial.Cairan intravaskular terdiri dari
plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna, dan darah
yang mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun
5 % berat tubuh.

Cairan intrasel cairan didalam membran sel yang berisi substansi terlarut
atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40 % berat tubuh. Kompartmen cairan
intrasel memiliki banyak solut (zat terlarut) yang sama dengan cairan yang
berada di ruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi-substansi tersebut berbeda.
Misalnya proporsi Kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam
cairan ekstrasel (Potter Perry : 2005)

2.1.2 Pengertian elektrolit

Elektrolit adalah substansi yang di dalam larutan berdisosiasi menjadi


partikel-partikel bermuatan listrik (Denise Tiran : 2005)

Elektrolit adalah sebuah unsur atau senyawa, yang jika melebur atau
larut di dalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu
membawa muatan listrik. Elektrolit yang memiliki muatan positif disebut kation,
sedangkan elektrolit yang memiliki muatan negatif disebut anion. Konsentrasi
setiap elektrolit didalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda. Namun jumlah
total anion dan kation didalam setiap kompartmen cairan harus sama (Potter
Perry : 2005)

Elektrolit adalah unsur yang sangat penting pada banyak fungsi tubuh,
termasuk fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Elektrolit
umumnya diukur dalam milliekuivalen per liter (mEq/L), yang digunakn untuk
mengukur aktivitas kimiawi yang mencerminkan jumlah kation atau anion yang
akan bereaksi terhadap kation atau anion lain yang diberikan (Weldy : 1992)

2.1.3 Pengertian parenteral


Parenteral adalah tindakan memasukkan suatu substansi ke dalam
tubuh melalui jalur yang bukan saluran cerna (Denise Tiran : 2005)

2.1.4 Pengertian infus

Infus adalah proses mengekstraksi unsur-unsur substansi terlarutkan


(khususnya obat) atau terapi dengan cara memasukkan cairan ke dalam tubuh
(Denise Tiran : 2005)

Infus adalah tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang


dilakukan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan (A. Aziz Alimul Hidayat :
2008)

Infus adalah teknik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet


tajam yang kaku, seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan
pada spuit (Eni Kusyati : 2006)

Infus adalah memasukkan cairan (cairan obat atau makanan) dalam


jumlah yang banyak dan waktu yang lama ke dalam vena dengan menggunakan
perangkat infus (infus set) secara tetesan (Yuni Kusmiyati : 2009)

Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah


jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (dr. Yuda Handaya : 2010)

3.2 Tujuan pemasangan infus

1. Mengganti dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh


2. Sebagai akses pemberian obat, kemoterapi dan tranfusi darah serta produk darah
3. Memberikan parenteral nutriens
4. Pra dan pasca bedah sesuai program.

2.3 Indikasi

1. Rumatan cairan, elektrolit dan nutrisi bila pemberian cairan atau nutrisi per oral
tidak diperbolehkan atau tidak dapat dilakukan, misalnya pada pra dan pasca
operasi. Prosedur operasi menyebabkan perubahan keseimbangan cairan setelah
operasi karena respons stres tubuh terhadap trauma pembedahan.
2. Perdarahan dalam jumlah banyak karena kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah.

3. Trauma abdomen berat karena kehilangan cairan tubuh dan komponen darah.

4. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) karena
kehilangan cairan tubuh dan komponen darah.

5. Serangan panas (heat stroke) karena kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi.

6. Diare dan demam yang dapat mengakibatkan dehidrasi.

7. Luka bakar (combustio) luas karena kehilangan banyak cairan tubuh.

8. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung karena kehilangan cairan tubuh
dan komponen darah.

9. Gagal ginjal dapat mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit.

10. Hipovolemia misalnya syok.

11. Sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

2.4 Tempat atau lokasi pemasangan infus

2.4.1. Anatomi tempat pemasangan infus


2.4.2. Daerah tempat infus intravena yang memungkinkan:

Permukaan dorsal tangan

Lengan bagian dalam

Permukaan dorsal

2.4.3. Pemilihan Vena


1. Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan sebelum
keputusan dibuat, sering digunakan untuk terapi rutin.
2. Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV.
3. Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut kebijakan
institusi dan keinginan dokter.
4. Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan
keinginan dokter ; sering dipilih pada bayi.
5. Insisi : dilakukan oleh dokter untuk terapi panjang.
6. Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka panjang
atau infus cairan yang mengiritasi (hipertonik).
7. Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur
tekanan vena sentral.
Contoh:
Vena sentral adalah : v. subkalvia, v. jugularis interna/eksterna, v.
sefalika atau v.basilika mediana, v. femoralis, dll.
- Vena jugularis : biasanya dipasang untuk mengukur tekanan vena
sentral atau memberikan nutrisi parenteral total (NPT) jika melalui
vena kava superior.
- Vena femoralis : biasanya hanya diguakan pada keadaan darurat
tetapi dapat digunakan untuk penempatan kateter sentral untuk
pemberian NTP.
8. Jalur umbilikal : rute akses yang biasa pada UPI neonatus.

2.4.4 Pertimbangan dasar dalam pemilihan sisi (vena)


1. Vena Perifer
Cocok untuk kebanyakan obat dan cairan isotonik
Cocok untuk terapi jangka pendek
Biasanya mudah untuk diamankan
Tidak cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi
Tidak cocok untuk terapi jangka panjang
Sukar untuk diamankan pada pasien yang agitasi
2. Vena Sentral
Cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi atau cairan hipertonik
Cocok untuk terapi jangka panjang
Obat-obatan harus diencerkan
Resiko komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan kateter
vena sentral, seperti infeksi, hemothoraks, pneumothoraks.
Tidak disukai karena bisa terganggu oleh pasien (namun masih
mungkin)

2.4.5 Faktor yang mempengaruhi pemilihan vena


1. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat
penting dan mempengaruhi berapa lama IV berakhir.
2. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima
jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti
pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun
3. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, takbergerak, perubahan
tingkat kesadaran
4. Jenis IV : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
memaksa tempat-tempat yang optimum (misal, hiperalimentasi adalah
sangat mengiritasi vena-vena perifer)
5. Durasi terapi IV : terapi jangka panjang memerlukan pengukuran
untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi
dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misal,
mulai di tangan dan pindah ke lengan)
6. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada ,pemilian
sisi dan rotasi yang berhati hati menjadi sangat penting ; jika sedikit
vena pengganti ( misal, pemasangan kateter broviac atau hickman)
7. Terapi IV sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena menjadi
tidak baik untuk di gunakan ; kometerapi sering membuat vena
menjadi buruk (misal, mudah pecah atau sklerosis )
8. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena
pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misal, pasien
mastektomi ) tanpa izin dari dokter .
9. Sakit sebelumnya :jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien
dengan stroke .
10. Kesukaan pasien : jika mungkin ,pertimbangkan kesukaan alami
pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi .

2.6 Prosedur kerja

2.6.1 Persiapan alat

1. Baki dan alasnya / trolly

2. Handschoon bersih pada tempatnya

3. Perlak dan pengalas

4. Infus set

5. Abbotach / medicut

6. Cairan infus yang dibutuhkan

7. Standart / tiang infus

8. Tourniquet

9. Plester/hypafix/tegaderm

10. Gunting perban

11. Kapas alcohol dan alcohol 70%

12. Betadine

13. Kassa steril

14. Bengkok

15. Spalk (untuk bayi dan anak)

16. Jam tangan

17. Format infus dan pulpen

18. Tempat sampah medis dan non medis

19. Waskom berisi larutan chlorine 0.5%

20. Skort

2.6.2 Persiapan pasien

1. Memperkenalkan diri

2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan

3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat


4. Atur posisi yang nyaman bagi klien

2.6.3 Persiapan petugas

1. Member salam (mengenalkan diri pada klien jika pertemuan pertama kali).

2. Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan.

3. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan.

4. Menggunakan skort dan celmek.

5. Cuci tangan dengan 7 langkah.

2.6.4 Persiapan lingkungan

1. Tutup tirai/ jendela/ pintu kamar pasien

2. Jika ada pasien lain, beri pembatas.

3. Penunggu pasien diminta untuk keluar.

2.6.5 Prosedur tindakan

1. Membebaskan area yang akan di infus dari pakaian.

2. Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang


infus.

3. Membuka botol cairan infus dan mendesinfeksi tutup botol cairan


menggunakan kapas alcohol. (lihat gambar 2.1)

4. Membuka kemasan infus set .

5. Mengatur klem roll sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan menutup klem
yang ada pada saluran infus.

6. Menusukkan pipa saluran infus ke dalam botol cairan dan mengisi tabung
tetesan sampai 1/3 sampai penuh dengan cara memencet tabung tetesan
infus. (lihat gambar 2.2 dan 2.3)

7. Melepaskan pelindung jarum dan buka klem roll untuk mengalirkn cairan
melalui selang ke dalam bengkok sehingga tidak ada udara pada selang
infus. Pastikan selang bersih dari gelembung udara. Kembalikan klem roll
ke posisi off.
8. Memakai handschoon.

9. Mencari dan memilih vena yang akan dipasang infus.

Pilih vena yang berdilatasi baik, dengan :

- Menggosok ekstremitas dari distal ke proximal di bawah tempat vena yang


dimaksud.

- Menepuk perlahan diatas vena.

10. Meletakkan tourniquet 10 - 12 cm diatas tempat yang akan ditusuk. (lihat


gambar 2.5)

11. Melakukan disinfeksi daerah penusukan dengan kapas alcohol 70% secara
sirkular dengan diameter 5 cm. (lihat gambar 2.6)

12. Komunikasi ke pasien akan memulai penusukan.

13. Menusukkan medicut atau jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas dengan menggunakan tangan yang dominan.

14. Melihat apakah darah terlihat pada pipa abbocath.

15. Menurunkan jarum abbpcath sampai menyentuh kulit dan masukkan


pelan-pelan jarum yang ada dalam abbocath hingga plastic abbocath
masuk semua dalam vena dan jarum keluar semua.

16. Tahan abbocath yang sudah masuk menggunakan tangan kiri dan dengan
cepat tangan kanan menghubungkan abbocath dengan selang infus.

17. Melepaskan ikatan tourniquet dan menganjurkan pasien membuka


genggaman tangannya.

18. Melepaskan klem roller untuk memulai infus dan melihat kelancaran
tetesan.

19. Merekatkan pangkal jarum pada kulit dengan plester dan menutup tempat
tusukan dengan kassa steril yang telah diberi bethadine, lalu rekatkan
dengan plester. (lihat gambar 2.9)

20. Mengatur kecepatan aliran cairan infus sampai tetesan yang tepat per
menit.

21. Mengatur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak digerak-
gerakkan agar jarum infus tidak bergeser. Bila perlu memasang spalk.
22. Tulis tanggal dan waktu pemasangan plester.

23. Merapikan dan menyingkirkan alat-alat yang ada di samping pasien.

24. Member tahu pasien bahwa prasat sudah selesai dikerjakan.

25. Merapikan pasien dan lingkungan.

26. Masukkan tangan yang memakai hanschoon ke dalam larutan chlorine


0,5% dan lepas.

27. Membuang sampah dan mengambalikan alat pada tempatnya.

28. Petugas mencuc tangan 7 langkah dan mengeringkan dengan handuk


kering.

29. Mencatat hasil kegiatan dalam format infus : tanggal dan jam pemberian,
macam cairan dan jumlah yang di berikan, jumlah tetesan permenit.

Gambar 2.1

Gambar 2.2
Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5 Gambar 2.6


Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9
2.7 Efek samping

Resiko pemasangan infus

Perdarahan
Infiltrasi (dimana cairan infus masuk kedalam jaringan disekitar pembuluh darah)
Infeksi
Overdose (karena respon obat i.v. lebih cepat)
Inkompabilitas antara obat dengan cairan infus ketika dicampur

2.7.1 Kecepatan infus yang terlalu lambat

Kecepatan infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular


dan sirkulasi yang lebih lanjut padea klien yang mengalami dehidrasi, syok, atau
menderita penyakit kritis.

2.7.2 Kecepatan infus yang terlalu cepat

Kecepatan infus yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban cairan yang
berlebih, yang sangat berbahaya pada beberapa gangguan ginjal, kardiovaskular,
dan neurologis.

2.8 Perhitungan cairan infus

Tujuan perhitungan cairan infus adalah untuk mencegah pemberian cairan


yang terlalu cepat atau terlalu lambat.

2.8.1 Dewasa

Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)


jumlah cairan yang masuk
tetesan/menit=
lamanya infus ( jam ) x 3

Atau

tetesan/menit=
keb .cairan x faktor tetesan
lama infus ( jam ) x 60 menit

Keterangan:

Faktor tetesan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus
(10 tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit)

Contoh:

Seorang pasien dewasa diperlukan dehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam 1


jam maka tetesan per menit adalah:

1000 ml
tetesan/menit= =333 /menit
1 x3

Atau

1000 ml x 20
tetesan/menit= =333 / menit
1 x 60 menit

(Menurut A.Alimul)

volume cairan ( ml ) x jumlahtetesan per mil(faktor tetesan)


waktu pemberian infus yang diperlukan (menit)
Contoh: jika 500 ml larutan Hartman diresepkan untuk diberikan
dalam waktu 4 jam, dengan set infuse yang memiliki factor tetesan 20. Maka
kecepatan tetesannya adalah

500 x 20
=41,67=42 tetes /menit
240

(menurut Johnson:2004)

2.8.2 Anak

jumlah cairan yang masuk


tetesan/menit=
lamanya infus ( jam )

Contoh:

Seorang pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250 l dalam 2 jam,


maka tetesan per menit adalah:

250
tetesan/menit= =125 tetes /menit
2

(Menurut A.Alimul)

Cara menghitung tetesan infus menurut Barbara

Milliliter per jam

Kecepatan infus per jam dapat di hitung dengan membagi volume infus total
dengan waktu infus total dalam jam.

Misalnya:

Jika 3000 ml di infuskan dalam 24 jam jumlah milliliter per jam adalah:
3000 ml (total volume infus)
=125 ml/ jam
24 jam(total waktu infus)

Tetesan per menit

Perawat yang memulai dan memantau infus harus mengatur tetes per menit
untuk memastikan bahwa jumlah larutan yang telah di resepkan akan di
infuskan. Tetes per menit dihitung dengan rumus berikut:

Total volume infus x faktor tetes


Tetes permenit=
Total waktuinfus dalam menit

Jika kebutuhan sebesar 1000 ml dalam 8 jam dan faktor tetesnya 20 tetes / ml
maka tetes per menitnya adalah:

1000 ml x 20
=41 tetes/menit
8 x 60 menit (480 mnt )

2.8.3 Bayi

jumlah cairanx 60
jumlah tetesan /menit=
lama infus x 60

Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:

jumlah cairan x 60
lama waktu=
jumlah tetesan dalam menit x 60

Contoh :

Seorang pasien neonatus memerlukan cairan sebesar 700 ml dalam 8 jam dan
faktor tetesnya 60 tetes / ml maka tetes per menitnya adalah:

700 ml x 60
=87 tetes /menit
8 x 60 mnt
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tindakan keperawatan ini dilakukan kepada klien yang memerlukan masukan


cairan melalui intravena atau infus. Pemberian cairan infus dapat diberikan pada
pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini
membutuhkan kesterllan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat
dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi
darah, ataun pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
Terapi IV ini menolong tapi mempunyai risiko. Apabila kecepatan infus yang
terlalu lambat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular dan sirkulasi yang lebih
lanjut padea klien yang mengalami dehidrasi, syok, atau menderita penyakit kritis.
Sedangkan kecepatan infus yang terlalu cepat dapat menyebabkan beban cairan
yang berlebih, yang sangat berbahaya pada beberapa gangguan ginjal,
kardiovaskular, dan neurologis.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan Perioperatif : Prinsip dan Praktik. Jakarta : EGC

Barbara kozier, 2010. Buku Ajar Fundamentak Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses keperawatan. Jakarta . Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta. EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2011. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya.
Health Book

Johnson, Ruth.2004.Buku Ajar Praktik Kebidanan.Jakarta.EGC

Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta.
EGC

Kusmiyati, Yuni. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta.


Fitramaya

Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan kebidanan. Jakarta : EGC

http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/10/abocath.html di akses pada hari minggu 25


november 2012, pukul: 12.10

http://www.widatra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=79&Itemid=59&lang=en di akses pada
hari minggu 25 november 2012, pukul: 12.00

http://www.widatra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=79&Itemid=59&lang=en di akses pada
hari minggu 25 november 2012, pukul: 12.00

http://rachmad-tensei.blogspot.com/2011/04/pemasangan-infus_24.html

diakses pada hari minggu 25 november 2012, pukul 11.45

http://ninniepurnamasari.wordpress.com/2011/12/29/rumus-rumus-
hitungan-dalam-keperawatan/ diakses pada hari Rabu, 28 november 2012,
pukul 11.05

http://dokteryudabedah.com/infus-cairan-intravena-macam-macam-cairan-infus/

diakses pada hari Senin, 12 november 2012, pukul 11.05

Anda mungkin juga menyukai