Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing

Paramita Ratna Gayatri, S.Kep., Ns, M.Kes

ko

Oleh :

1. Delina Kartika Murti Rahma (10217010)


2. Elvita Ratna Kusuma Dewi (10217020)
3. Gilang Prasetyo (10217030)
4. Guci Niken Mustikasari (10217032)
5. Nurul Hidayah (10217046)
6. Suci Agustina (10217058)

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN LANSIA KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT”. Tidak lupa sholawat serta
salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Makalah ini merupakan
inovasi pembelajaran yang bertujuan untuk memahami tentang asuhan keperawatan lansia kebutuhan
cairan elektrolit.

Begitu pula dengan pembuatan makalah ini. Semoga makalah yang penulis buat bisa menambah
pengetahuan dan dapat dinilai dengan baik serta dihargai oleh pembaca. Penulis mohon maaf apabila
ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena
penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis selaku penyusun
makalah ini mohon kritik dan sarannya dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa membawa manfaat dan berguna bagi semua pembaca.Terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................................5
A. Definisi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.................................................................................5
B. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.................................5
C. Cara Perpindahan Cairan Tubuh...............................................................................................7
D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia...................................................................................8
E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh.............................................................................................9
F. Jenis Cairan.................................................................................................................................10
G. Pengaturan Elektrolit.............................................................................................................10
H. Jenis Cairan Elektrolit............................................................................................................11
I. Keseimbangan Asam Dan Basa.................................................................................................12
J. Masalah Keseimbangan Asam-Basa.........................................................................................12
K. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.......................................13
L. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit...................................................14
BAB II.....................................................................................................................................................30
PENUTUP...............................................................................................................................................30
A. Kesimpulan..................................................................................................................................30
B. Saran............................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh seperti
ginjal, kulit, paru dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran, keseimbangan cairan diatur
oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH (Anti Diuretic Hormonal), si se
aldesteron, prostaglandin dan glukokortiroid.

Kebutuhan cairan bagi tubuh manusia memiliki proposi dalam bagian tubuh yang besar,
hamper 90% dari total berat tubuh, sedangkan sisanya merupakan bagian padat dari tubuh, atau
keseluruhan dapat dikategorikan prosentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah sebagai
berikut bayi baru lahir adalah 75% dari total berat badan, laki-laki dewasa 57% dari total berat
badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan

Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal tersebut
dapat tercapai dalam serangkaian maneuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati
proporsi yang besar di dalam tubuh. Seseorang dengan berat badan 70 kg bisa memiliki sekitar
50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa, dan 55% tubuh pria usia lanjut. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative
banyak (relative bebas air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibanding pria.
Air tersimpan didalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra seluler dan
cairan ekstra seluler (Wahid, 2007).

Cairan di dalam tubuh terdiri dari cairan intra seluler dan cairan ekstra seluler. Cairan
intra seluler merupakan cairan yang berada dalam sel, sedangkan cairan ekstra seluler adalah
cairan yang berada di luar sel. Sekitar 60% berat tubuh total terdiri atas air. Dari jumlah ini dua
pertiga tiganya 66% adalah cairan intra sel. Cairan berperan penting dalam pembentukan energi,
pemeliharaan tekanan osmotik, dan transport zat-zat tubuh dan menembus membrane sel, dan
satu pertinga 33% adalah cairan ekstrasel. Sedangkan organ utama pengatur keseimbangan
cairan tubuh adalah ginjal. Jika keseimbangan cairan tidak baik, ginjal akan mengalami masalah
(Corwin, 2009)

Menurut Hierarki Maslow kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
pertama yang harus dipenuhi. Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan volume cairan
apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan beban sirkulasi berlebihan, edema, hipertensi
dan gagal jantung kongestif (Hedrman, 2015). Tipe Dasar keseimbangan cairan adalah isotonik
dan osmolar. Kekurangan atau kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau
1
hilang dalam proporsi yang sama. Ketidakseimbangan isotonik meliputi kekurangan volume
cairan dan kelebihan volume cairan. Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium
dipertahankan dalam proposi isotonik sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa desertai
perubahan kadar elektrolit serum. Seseorang beresiko mengalami kelebihan volume cairan
meliputi seseorang yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis

Gagal ginjal yaitu kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan


komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi
menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah
keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible sehingga tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Keadaan
tersebut mengakibatkan terjadinya uremia dan sampah nitrogen dalam darah yang
mengakibatkan peningkatan ureum atau azotemia (Clevo & Margareth, 2012)

Penyakit Gagal Ginjal Kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh


dunia. Prevalensi penderita Gagal Ginjal Kronik di Amerika Serikat dengan jumlah
penderita meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah penderita GGK sekitar 80 orang
dan tahun 2010 meningkat menjadi 660.000 orang. Indonesia juga termasuk Negara tingkat
penderita cukup tinggi. Pada tahun 2007 jumlah pasien Gagal Ginjal Kronik mencapai 2.148
orang, kemudian tahun 2008 meningkat menjadi 2.260 orang. Menurut data dari Pernefri
(Persatuan Nefrologi Indonesia), diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa sekitar 4-5 ribu orang

Dalam pelaksanaanya, pasien yang mengalami gagal ginjal kronik harus


mempertahankan diit pembatasan cairan untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan yang
beresiko timbulnya hipertensi, gagal jantung kongestif, edema paru akut dan penyakit
kardiovaskuler lainnya. Pembatasan cairan dapat mempengaruhi beberapa aspek dalam tubuh
manusia, diantaranya keracunan hormonal, perubahan sosial, psikologi, dan rasa haus serta
xerostomia atau mulut kering karena di sebabkan produksi saliva menurun

Pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan, karena asupan cairan yang berlebih dapat
mengkibatkan kenaikan berat badan yang cepat melebihi (5%). Cairan yang diminum pada
pasien gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi dengan seksama. Beberapa pasien mengalami
kesulitan dalam pembatasan asupan cairan yang masuk, tetapi mereka tidak mendapatkan
pemahaman bagaimana strategi yang dapat membantu mereka dalam pembatasan cairan.
Apabila pasien yang mengalami terapi hemodialisis tidak memetuhi pembatasan cairan yang
direkomendasikan, hal ini dapat meningkatkan kenaikan Interdialytic Weight Gain (IDGW)
melebihi batas normal. IDGW merupakan peningkatan volume cairan yang dimanifestasikan
dengan peningkatan berat badan sebagai indikator untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk

2
dan kepatuhan pasien terhadap pengaturan keseimbangan cairan pada pasien yang mendapat
terapi hemodialisis

Pada penderita gagal ginjal kronik pengaturan keseimbangan cairan sangat penting
karena ginjal merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah
untuk disaring setiap hari. Oleh karena itu pada gangguan fungsional ginjal seperti gagal ginjal
kronik sangat beresiko terjadi kelebihan volume cairan yang disebabkan oleh gangguan
mekanisme regulasi. Hal ini menunjukan dibutuhkannya tindakan keperawatan untuk
manajemen cairan dan menilai balance cairan seakurat mungkin. Balance cairan adalah suatu
tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh dan mengukur jumlah cairan
yang keluar dari tubuh (Kusyati dkk, 2006)

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Bagaimana Sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit?
3. Bagaimana Cara perpindahan cairan tubuh?
4. Apa saja Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia?
5. Bagaimana Pengaturan volume cairan tubuh?
6. Apa saja Jenis cairan?
7. Bagaimana Pengaturan elektrolit?
8. Apa saja Jenis cairan elektrolit?
9. Bagaimana Keseimbangan asam dan basa?
10. Apa saja Masalah keseimbangan asam-basa?
11. Apa saja Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
12. Apa saja Masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan pada kebutuhan cairan dan elektrolit
3. Untuk mengetahui cara perpindahan cairan tubuh
4. Untuk mengetahui kebutuhan cairan tubuh bagi manusia
5. Untuk mengetahui pengaturan volume cairan tubuh
6. Untuk mengetahui jenis cairan
7. Untuk mengetahui pengaturan elektrolit
8. Untuk mengetahui jenis cairan elektrolit
9. Untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa
10. Untuk mengetahui masalah keseimbangan asam-basa
11. Untuk mengetahui kaktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
12. Untuk mengetahui masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit

3
D. Manfaat Penulisan
Untuk meningkatkan pengetahunan serta menambah wawasan dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
pada kasus Gagal Ginjal Kronik.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.

Cairan tubuh adalah semua bahan menu yang merupakan zat cair yang terdiri dari air
dan semua yang ada di dalamnya.

Elektrolit adalah senyawa dalam tubuh yang mengurai dan ion-ion yang bermuatan
listrik yang berfungsi mengatur keseimbangan asam dan basa membantu memindahkan cairan
dan memungkinkan terjadinya impuls terhadap sel otot dan sel saraf.

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama
yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan
berfungsi sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu,air didalam tubuh juga
akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon
dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang
terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai
pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi
02 Sports Science Brief tubuh,katalisator reaksi biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh
serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu
agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi
sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ±
37 C.

B. Sistem Tubuh Yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


1. GINJAL
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu
liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring

5
keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. KULIT
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke
udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi
(pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh
yang panas.
3. PARU
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas
4. GASTROINTESTINAL
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system
ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal contohnya :
a. ADH
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis
b. Aldosterone
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium dan system angiotensin rennin.
c. Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal
d. Glukokortikoid

6
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium
e. Mekanisme rasa haus
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang
pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga
merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

C. Cara Perpindahan Cairan Tubuh


1. DIFUSI
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler
yang permeable. Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran
molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan
bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari
larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan
konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi
berjalan lebih cepat
2. OSMOSIS
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi
lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan
solven, sedang garam adala solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan
cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam
tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya
dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan
seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan
NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan
isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang
dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke
larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan
yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi
lebih tinggi akan bertambah volumenya
3. TRANSPORT AKTIF
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel

7
4. TEKANAN CAIRAN
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk
menarik larutan melalui membrane
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan
yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan
kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur
dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable
tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan
intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena
bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting
untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena
bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi
plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic
cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar
dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud
membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan
yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan
ekstra dan intrasel
5. MEMBRAN SEMIPERMEABLE
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh
tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan

D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh
berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari
total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total
berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak dalam
tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit
dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding
pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:
NO Umur Berat Badan (Kg) Kebutuhan Cairan

(mL/24 jam
1 3 hari 3,0 kg 250-300 ml
2 1 tahun 9,5 kg 1150-1300 ml
8
3 2 tahun 11,8 kg 1350-1500 ml
4 6 tahun 20,0 kg 1600-1800
5 10 tahun 28,7 kg 2000-2500
6 14 tahun 45,0 kg 2200-2700
7 18 tahun 54,0 kg 2200-2700
8 Dewasa 60,0 kg 2400-2600

E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan
fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan
ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

1. Asupan cairan.

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500 cc/hari.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa
haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya
pendarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
darah.

2. Output Cairan

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

3. Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-
1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

4. IWL (Insesible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300- 400
mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
9
meningkat.

5. Keringat

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

6. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon)

F. Jenis Cairan

Cairan nutrien. Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam cairan
nutrient dapat berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:

a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar ( ½
dextrose dan ½ levulose)
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn

Blood Volume Expanders


Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah
setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya
pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah
volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh
darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood
volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang
berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat
meningkatkan jumlah volume darah.

G. Pengaturan Elektrolit
1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan volume
cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi
cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh kosteks
suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma
dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke
dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium
10
yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh,
tetapi juga mengatur keseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium dapat dilakukan
melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat, urine, dan air mata.
2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi
mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan
mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron
juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel).
Sistem pengaturan keseimbangan kalium melalui tiga langkah, yaitu:
a. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan produksi aldosteron.
b. Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui ginjal.
c. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel
menurun.
d. Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam
kalium berfungsi menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru.
Dan jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, sebagian
melalui feses dan keringat.
3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan mpuls kontraksi
otot, koagulasi (pembekuan) darah, dan membantu beberapa enzim pankreas. Kalsium
diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung
oleh hormon paratiroid dalam reabsobsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar
paratirod akan merangsang pembentukkan hormon paratiroid yang langsung menigkatkan
jumlah kalsium dalam darah.
4. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua dalam
cairan intrasel. Keseimbangannya kelenjar paratiroid, magnesium diabsorbsi dari saluran
pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Hipomagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/1t dan
hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta serum meningkat menjadi > 2,5
mEq/1t.
5. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat: Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan
buffer (penyangga) dalam tubuh.
6. Pengaturan Keseimbangan Fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang.
Posfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine

11
H. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap
dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh
cairan elektrolit:

a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+


b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

I. Keseimbangan Asam Dan Basa


Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan
asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan
tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses
metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan
system regulasi (pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah
larutan bikarbonat, fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat
(NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan
keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan
H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi
dianggap memadai apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2. Pembuangan melalui
paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai
dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel


juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika
kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini
menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan
ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2
menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga
akan mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi
kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang
tinggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut
alkalosis.

J. Masalah Keseimbangan Asam-Basa


1. Asidosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan pada pernapasan,
peningkatan pCO2 arteri diatas 45 mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat
disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan dan lain-lain.

12
2. Asidosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan asam yang
ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22
mEq/lt.
3. Alkalosis Respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru dapat menimbulkan terjadinya
pCO2 arteri < 35 mmHg dan pH > 7,45 akibat adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli
paru dan lain-lain.
4. Alkalosis Metabolik
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45 atau
secara umum keadaan asam-basa dapat dilihat dari :

a. HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa

b. Meningkat Menurun Meningkat Asidosis Respiratorik

c. Menurun Menurun Menurun Asidosis Metabolik

d. Menurun Meningkat Menurun Alkalosis Respiratorik

e. Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis Metabolik

K. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya
adalah :

1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan
berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut
akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.

2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
13
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel
yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan system dalam tubuh, seperti
ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular

L. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


a) Masalah Kebutuhan Cairan
1. Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan
mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial,
tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien
diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:
a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit
secara seimbang.
b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada
elektrolit.
c. Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada air

Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:

a. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri: pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt;


serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt; hipotensi; turgor kulit buruk; oliguria;
nadi dan pernapadan meningkat serta kehilangan cairan mencapai > 10 % BB.
b. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10% BB;
serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt serta mata cekung.
c. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri; kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 lt.
b) Masalah Kebutuhan Elektrolit
1. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa
haus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa
kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan,
misalya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.
2. Hipernatremia
14
Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, ditandai
dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan
kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu
badan naik serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi ini
dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan sementara
asupan garam sedikit.
3. Hipokalemia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia
dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang
mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi,
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut
krmbung,lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak beraturannya denyut jantung
(aritmia), penurunan bising usus dan turunnya kadar kalim plasma hingga kurang
dari 3,5 mEq/lt.
4. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering
terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian kalium
yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas
system pencernaan, aritmia, kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan diare, adanya
kecemasan dan iritabilitas serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5
mEq/lt.
5. Hipokalsemia
Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
dengan adanya kram otot dankram perut, kejang, bingung,kadar kalsium dalam
plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat
disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
6. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah yang dapat terjadi pada
pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal,
mual-mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.
7. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disoriensi dan konvulasi. Kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3
mEq/lt.
8. Hipermagnesia

15
Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan
adanya koma, gangguan pernapasan dan kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5
mEq/lt.

16
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN LANSIA

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Tn. D

Alamat :Desa Toyoresmi kec ngasem kab Kediri

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 62 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Agama : Islam

Status perkawinan : kawin

Orang yang paling dekat dihubungi : Ny. S

Hubungan dengan klien : Istri

B. RiwayatKeluarga

Pasangan

Hidup / Meninggal : Hidup

Umur : 59 tahun

Pekerjaan :-

Status kesehatan :Sehat

Tahun meninggal :-
17
Penyebab meninggal :-

Anak

Hidup / Meninggal : Hidup

Umur : 40

Pekerjaan : PNS

Status kesehatan : Sehat

Tahun meninggal :-

Penyebab meninggal : -

Genogram :

Keterangan :

= meninggal dunia

= klien

C. Riwayat Pekerjaan
18
Status pekerjaan saat ini :Wiraswasta

Pekerjaan sebelumnya : Wiraswasta

Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Gaji pekerjaaan

Riwayat Lingkungan Hidup

Kebersihan dan kerapihan ruangan :bersih

Penerangan :penerangan cukup

Keadaan kamar mandi dan WC :bersih

Pembuangan sampah :ada

D. Riwayat Rekreasi

Hobi / minat : menonton tv

Keanggotaan organisasi :-

Liburan / perjalanan :-

Sumber/sistem Pendukung yang digunakan :

……………………………………………………………………………………………………
………..
………………………………………………………………………..
……………………………………

E. Status Kesehatan

Status kesehatan saat ini

Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Pasien mengatakan BAK keluar sedikit

Gejala yang dirasakan : BAK keluar sedikit, nyeri pinggang , tidak tahan mual,
nyeri muntah setiap kali makan, nyeri terasa bila digerakkan, berkurang jika diistirahatkan,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, dibagian pinggang belakang, skal nyeri 5, nyeri dirasakan 3 hari
sebelum masuk RS.

Faktor pencetus : baru oertama kali mondok di RS, sebelumnya


pengobatan kencing batu sekitar 10 tahun yang lalu dengan berobat jalan. Tidak mempunyai
riwayat penyakit jantung, diabetes militus dan penyakit TBC/asma.

Timbulnya keluhan : (√) Ya ( ) Tidak


19
Upaya mengatasi :-

Konsumsi obat – obatan sendiri : (√ ) Ya ( ) Tidak

Konsumsi obat tradisional : ( ) Ya (√ ) Tidak

Obat-obatan

NO NAMA OBAT DOSIS

1 Antasyid 3x1 tablet

F. Status kesehatan masa lalu

Penyakit yang pernah di derita : GGK

Riwayat alergi (obat, makanan, debu, binatang) :tidak ada

Riwayat kecelakaan :tidak ada

Riwayat dirawat di RS :pernah

Riwayat konsumsi obat :

G. Aktivitas Hidup Sehari-hari

Nutrisi

Frekuensi makan :3 kali sehari

Pantangan makanan :makanan manis

Keluhan yang berhubungan dengan makan :lemas, mual

Eliminasi

BAK :Frekuensi : 3 kali sehari

Kebiasaan BAK pada malam hari : 1 kali

20
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : nyeri saat BAK

BAB : Frekuensi : 1 kali

Keluhan yang berhubungan dengan BAB :tidak ada

Pengalaman memakai pencahar :tidak ada

Aktivitas

Aktifitas sehari – hari : mampu beraktifitas membersihkan rumah

Keluhan saat aktifitas :lelah

Kebersihan diri :bersih

Kemampuan kemandirian :mandiri

Istirahat dan tidur

Lama tidur malam : 5-6 jam

Lama tidur siang : 1 jam

Keluhan yang berhubungan dengan tidur :-

Psikososial

Cemas :( ) Ya (√ ) Tidak

Depresi :( ) Ya ( √) Tidak

Gugup :( ) Ya (√ ) Tidak

Kesulitan dalam mengambil keputusan :( ) Ya (√ ) Tidak

Kesulitan berkonsentrasi :( ) Ya (√ ) Tidak

kesulitan berhubungan dengan oranglain : ( ) Ya (√ ) Tidak

Stressor yang dihadapi saat ini :tidak ada

Mekanisme koping yang digunakan :adaptif

21
H. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum :Cukup TD: 120/80mmHg RR : 20x/menit S : 36◦C Nadi :


78x/menit

Tingkat kesadaran : compos metis

GCS : 456

Tanda-tanda vital : TD : 150/100mmHg RR : 18x/menit

S : 36◦C Nadi : 100x/menit

Sistem Integumen

Luka : ( ) Ya (√ ) Tidak

Pruritus : ( ) Ya ( √) Tidak

Pigmentasi : ( ) Ya (√ ) Tidak

Mudah memar : ( ) Ya (√ ) Tidak

Perubahan tahi lalat : ( ) Ya (√ ) Tidak

Perubahan kuku : ( ) Ya ( √) Tidak

Pola penyembuhan lesi :tidak ada

Hemopoetik

Perdarahan abnormal : ( ) Ya ( √) Tidak

Pembengkakan kelenjar limfe: ( ) Ya (√ ) Tidak

Anemia : ( ) Ya ( √) Tidak

Riwayat transfusi darah : ( ) Ya (√ ) Tidak

Kepala

Sakit kepala :( ) Ya (√ ) Tidak

Pusing saat perubahan posisi :( ) Ya (√ ) Tidak

Mata

22
Masalah penglihatan : (√ ) Normal ( ) Terganggu : ( ) Kiri ()
Kanan

Kabur : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Gatal : ( ) Ya: ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak

Nyeri : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Pemakaian kacamata : ( ) Ya (√ ) Tidak

Bengkak sekitar mata : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak

Keluhan lain : ada kantung mata

Telinga

Masalah pendengaran : ( √) Normal ( ) Terganggu : ( ) Kiri


( ) Kanan

Tinitus : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √)


Tidak

Pemakaian alat bantu pendengaran : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Tuli : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Keluhan lain : tidak ada

Hidung dan sinus

Epistaksis : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak

Riwayat infeksi : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak

Keluhan lain :tidak ada

Mulut dan tenggorokan

Nyeri tenggorokan : ( ) Ya ( √) Tidak

Luka : ( ) Ya (√ ) Tidak

Serak : ( ) Ya (√ ) Tidak
23
Kesulitan menelan : ( ) Ya ( √) Tidak

Perdarahan gusi : ( ) Ya ( √) Tidak

Pemakaian gigi palsu : ( ) Ya ( √) Tidak

Masalah dalam pemakaian gigi palsu : ( ) Ya ( √) Tidak

Riwayat infeksi : ( ) Ya ( √) Tidak

Keluhan lain : Tidak ada

Leher

Kekakuan : ( ) Ya (√ ) Tidak

Benjolan : ( ) Ya ( √) Tidak

Nyeri tekan : ( ) Ya ( √) Tidak

Keluhan lain :tidak ada

Payudara

Benjolan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak

Bengkak : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Nyeri tekan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Keluhan lain :tidak ada

Sistem Pernapasan

Batuk : ( ) Ya ( √) Tidak

Sesak nafas : ( ) Ya ( √) Tidak

Asma : ( ) Ya ( √) Tidak

Keluhan lain :tidak ada

Sistem kardiovaskuler

Nyeri dada : ( ) Ya (√ ) Tidak

Palpitasi : ( ) Ya (√ ) Tidak

Keluhan lain :tidak ada


24
Sistem endokrin

Polifagia : ( ) Ya ( √) Tidak

Polidipsi : ( ) Ya ( √) Tidak

Poliuria : ( ) Ya ( √) Tidak

Keluhan lain : sulit BAK (sedikit)

Sistem persyarafan

Kejang : ( ) Ya (√ ) Tidak

Tremor : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan (√ ) Tidak

Kelumpuhan : ( ) Ya : ( ) Kiri ( ) Kanan ( √) Tidak

Keluhan lain :tidak ada

25
K. Data Tambahan

Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ )

Mini - Mental State Exam ( MMSE )

Depresi Geriatri

Indeks Katz

L. Data Penunjang

...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................

Kediri, 14 November 2020

(Kelompok 10)

26
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Kelebihan asupan cairan Kelebihan volume


cairan
- Pasien mengatakan BAK
keluar sedikit dan tidak
lancar sekitar 5 cc, BAK
berwarna seperti teh
- Pasien mengatakan sudah
minum 2 gelas air putih
dan teh

DO:

- BAK 5 cc

- Edema di wajah 1 mm

- TTV

TD : 120/80mmHg

RR : 20x/menit

S : 36◦C
Nadi : 78x/menit

2. DS: Agen Cedera Biologis Nyeri akut

P : Pasien mengatakan nyeri


bertambah saat bergerak, hilang
saat istirahat
Q : Pasien mengatakan nyeri
seperti situsuk-tusuk
R : pasien mengatakan nyeri
dipinggang belakang sebelah
kanan

27
S : pasien mengatakan nyeri skala
6
T : pasien mengatakan nyeri terus
menerus

DO :

- Eskpresi wajah pasien


terlihat meringis menahan
nyeri

- Pasien terlihat memegangi


area nyeri

TD : 150/100mmHg

RR : 18x/menit

S : 36◦C
Nadi : 100x/menit

28
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan

2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis

29
RENCANA KEPERAWATAN

NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI


1. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan Observasi
kelebihan asupan intervensi selama 1. Periksa tanda gejala hipervolemia
cairan 2x24 jam maka (mis, ortopnea, dispnea, edema,
keseimbangan cairan JVP/CVP meningkat, dll)
meningkat dengan 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
kriteria hasil 3. Monitor intake dan output cairan
- asupan cairan 4. Monitor kecepatan infus secara ketat
meningkat
- haluaran urin Terapeutik
meningkat 1. Timbang BB setiap hari pada waktu
- edema menurun yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
40o

Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin
<0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
2. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran cairan
3. Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Kolaborasi pemberian continous
renal replacement therapy (CRRT),
jika perlu

2. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Observasi


agen cedere intervensi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
biologis keperawatan selama durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1x24 jam maka nyeri
tingkat nyeri menurun 2. identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil 3. Identifikasi faktor yang memperberat
- keluhan nyeri dan memperingan nyeri
menurun
- gelisah menurun Terapeutik
- meringis menurun 1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
30
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

31
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NAMA :
Dx medis :

NO
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
DX
1 01/12/20 09.00 1. Mengindetifikasi tanda gejala S : Pasien mengatakan
. hipervolemia yang timbul mengatakan BAK
2. mengidentifikasi penyebab masih keluar
hipervolemia sedikit dan tidak
3. Memantau intake dan output lancar
cairan O : Edema wajah
4. Memantau kecepatan infus masih terlihat
secara ketat dan berkala TTV : TD : 120/80
5. Menimbang dan memantau BB mmhg, RR :
setiap hari 20x/menit, S : 36oc,
6. Menganjurkan untuk Nadi : 78x/menit
membatasi cairan dan garam A : Hipervolemia
7. Menganjurkan keluarga untuk belum teratasi
melapor haluaran urin P : Intervensi
8. Kolaborasi untuk pemberian dilanjutkan
diuretik

S : Pasien mengatakan
01/12/20 11.00 1. mengidentifikasi lokasi, masih nyeri dan
2 karakteristik, durasi, frekuensi, bertambah saat
. kualitas, intensitas nyeri bergerak
2. mengidentifikasi skala nyeri O : Tampak meringis,
3. Mengajarkan teknik relaksasi memegangi area
nafas dalam nyeri
4. Menjelaskan penyebab, periode TTV : TD :
dan pemicu nyeri 150/100 mmHg,
5. Kolaborasi dengan dokter RR : 18x/menit, S:
untuk pemberian analgetik 36oc, Nadi :
78x/menit
A : Nyeri akut belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

32
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan
system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami kebutuhan cairan dan elektrolit terutama


cara memasangkan infuse, menghitung tetesan infuse dan tranfusi darah, serta mampu
melakukan tindakan yang benar kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit

33
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Azis. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

34

Anda mungkin juga menyukai