Anda di halaman 1dari 28

KONSEP KESEIMBANGAN CAIRAN

DAN ELEKTROLIT

DI

S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK 4

Nurul Fitri 23010176


Ayya Magfirah 23010157
Nurul Fitri 23010176
Nika Fitria 23010172
Nur Misna Rahma Sufi 23010174
Moch Syauqi Amal Zikrullah 23010169
Nadiatul Istiqamah 23010018

KELAS 1 A KEPERAWATAN
DOSEN : Ns. NOVITA SARI, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit” tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kan kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut
beliau hingga akhir zaman. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Sigli, November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 2

BAB II : TINJAUAN TEORI .................................................................. 3


A. Konsep Kebutuhan Cairan .................................................. 3
B. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa ............... 5
C. Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa 8
D. Variabel yang mempengaruhi Gangguan Keseimbangan
Normal Cairan, Elektrolit dan Asam Basa .......................... 12

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN ................................................... 15


BAB IV : PENUTUP .................................................................................. 23
A. Kesimpulan ......................................................................... 23
B. Saran ................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis karena
memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir 90% dari berat badan total
berbentuk cairan. Air merupakan 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa, dan 55% berat badan pria lanjut usia. Pada wanita, kandungan air dalam
tubuhnya 10% lebih sedikit dibandingkan pria karena umumnya wanita memiliki
simpanan lemak yang lebih banyak (Agustina, 2016).
Keseimbangan cairan mengacu pada keseimbangan antara volume cairan
yang keluar dari tubuh dan volume cairan yang masuk kedalam tubuh.
Dokumentasi pencatatan cairan telah menjadi dokumen dalam sistem perawatan
kesehatan untuk lebih 50 tahun dalam menilai status hidrasi pasien yang mencatat
input dan output pasien dalam periode 24 jam. (Tamsuri, Anas, 2019)
Pengukuran keseimbangan cairan menjadi masalah dan luar biasa berbahaya
jika datanya yang diperoleh tidak akurat atau tidak memadai. Staf medis, perawat
dan ahli gizi mengharapkan total keseimbangan cairan yang akurat untuk
merencanakan perawatan yang tepat dan mengurangi komplikasi risiko pasca
operasi, komplikasi yang mungkin terkait dengan dehidrasi, malnutrisi dan
ketidakseimbangan elektrolit (Georgiades, 2016).

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang dapat diambil oleh penulis adalah :
1. Bagaimana yang dimaksud dengan konsep kebutuhan cairan?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan variabel yang mempengaruhi gangguan
keseimbangan normal cairan, elektrolit dan asam basa?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami yang dimaksud dengan konsep kebutuhan cairan
2. Memahami bagaimana yang dimaksud dengan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa.
3. Memahami bagaimana yang dimaksud dengan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa.
4. Mempelajari bagaimana yang dimaksud dengan variabel yang
mempengaruhi gangguan keseimbangan normal cairan, elektrolit dan asam
basa.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebutuhan Cairan


Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam proses
homeostatis dan memelihara fungsi tubuh. Air menyusun sekitar 60% tubuh
manusia dan tersebar baik di dalam sel maupun di luar sel. (Tarwoto & Wartonah,
2016).
Kebutuhan cairan pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada usia
individu tersebut. Cairan berfungsi dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan sangat dibutuhkan dalam tubuh untuk mengangkut zat makanan
ke dalam sel, sisa metabolisme, zat pelarut elektrolit, memelihara suhu tubuh,
mempermudah eliminasi dan membantu pencernaan (Vita & Fitriana, 2017).
Pada anak-anak kebutuhan cairan merupakan hal yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Pada anak 1 tahun pertama, volume air total
dalam tubuh sebanyak 65% – 80% dari berat badan. Persentase ini akan berkurang
seiring bertambahnya usia, menjadi 55% – 60% saat remaja. Cairan diperlukan
untuk berbagai fungsi tubuh, antara lain dalam metabolisme, fungsi pencernaan,
fungsi sel, pengaturan suhu, pelarutan berbagai reaksi biokimia, pelumas, dan
pengaturan komposisi elektrolit. Secara normal, cairan tubuh keluar melalui urin,
feses, keringat, dan pernapasan dalam jumlah tertentu. Cairan merupakan
komponen yang penting karena status hidrasi yang cukup bermanfaat untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan cairan berbeda berdasarkan usia,
jenis kelamin, massa otot, dan lemak tubuh. Diperkirakan, bayi usia 0 – 6 bulan
memerlukan cairan 700 mL/hari: bayi 7 – 12 bulan memerlukan cairan 800
mL/hari: anak 1 – 3 tahun memerlukan 1300 mL/hari: anak 4 – 8 tahun
memerlukan 1700 mL/hari: anak 9 – 13 tahun memerlukan 2400 mL/hari pada
laki – laki dan 2100 mL/hari pada perempuan; anak 14 – 18 tahun memerlukan
3300 mL/hari (laki – laki) dan 2300 mL/hari untuk perempuan. Cairan tersebut
dapat berasal dari makanan maupun minuman. Cairan dari minuman dapat berasal
dari air putih, susu, atau jus buah (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2016).

3
Menurut (Solikhah et al., 2017) cairan dalam tubuh dibagi menjadi 2, yaitu
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
a) Cairan intraseluler (CIS) merupakan cairan yang berada dalam sel tubuh,
dan jumlahnya sekitar 70% dari total cairan tubuh atau TBW (total body
water). (Solikhah et al., 2017)
b) Cairan ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang berada diluar sel
tubuh, menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES terbagi
menjadi tiga yakni Cairan interstisial (CIT), cairan intravaskuler (CIV)
dan cairan transseluler (CTS). Cairan interstisial (CIT) Merupakan cairan
yang berada disekitar sel. Pada bayi baru lahir jumlahnya 2 kali lebih
besar dari orang dewasa. Kemudian cairan intravaskuler (CIV) adalah
cairan yang berada di dalam pembuluh darah. Pada anak-anak jumlahnya
sama dengan orang dewasa yaitu sekitar 5-6 liter. Sedangkan untuk
cairan transeluler (CTS) merupakan cairan yang berada di rongga khusus
pada tubuh. Cairan transeluler terdiri dari cairan serebrospinal,
pericardial, pleural, sinovial, cairan intraokular dan sekresi lambung.
(Solikhah et al., 2017)
1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
a. Usia
Pada usia anak-anak dimasa pertumbuhan memerlukan proporsi
jumlah cairan yang lebih besar dibandingkan orang dewasa dikarenakan
kebutuhan cairan intake dan output juga lebih besar dibandingkan usia
dewasa. Pada usia anak-anak, rentan mengalami kekurangan cairan karena
pada usia tersebut masih rentan terserang penyakit yang dapat menyebabkan
dehidrasi, sehingga kebutuhan cairan yang cukup merupakan hal yang
penting. Sedangkan pada usia lansia, penurunan kebutuhan cairan umumnya
dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang mulai menurun yang mengakibatkan
sistem perkemihan terganggu. (Aningsi, 2018)
b. Iklim atau temperatur lingkungan
Iklim dan temperatur lingkungan bisa mempengaruhi kebutuhan
cairan seseorang, individu yang tinggal di daerah yang lingkungannya
bersuhu tinggi atau daerah yang panas cenderung lebih sering mengalami

4
kehilangan cairan melalui keringat. Umumnya, individu tersebut dapat
kehilangan cairan sebanyak 700 ml/jam, sedangkan untuk seseorang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas bisa kehilangan cairan hingga 2
liter/jam (Shakespeare, 2016).
c. Status kesehatan
Status kesehatan anak berpengaruh terhadap kebutuhan cairan tubuh
misalnya pada anak dengan penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
umumnya akan mengalami demam tinggi dan pada kondisi yang lebih buruk
bisa terjadi kebocoran plasma akibat dari peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah sehingga terjadi trombositopenia atau fungsi trombosit yang
mengalami penurunan kemudian terjadi perdarahan yang dapat
mengakibatkan kekurangan volume cairan dalam tubuh (Fitria, 2019).
d. Aktivitas
Aktivitas seseorang dapat mempengaruhi kebutuhan cairan. Tingkat
intensitas aktivitas yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
dan berakibat meningkatnya haluaran cairan melalui keringat. Contohnya
pada anak-anak usia sekolah dengan aktivitas yang padat, mereka akan
beresiko kehilangan cairan (Abdurrahman, 2018).

B. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa


1. Konsep Dasar Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat
diberbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian
manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam
tubuh. (Aningsi, 2018)
Seseorang dengan berat badan 70kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam
tubuhnya. Air menyusun 75% berat bdan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan
55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relatif
lebih banyak (relatif bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih
sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam
tubuh, yaitu:

5
a. Cairan intraselular (CIS)
CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun
sekitar 70% dari tootal cairan tubuh (total body water[TBW]). CIS
merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Aningsi, 2018).
Pada individu dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau
2/3 dari TBW. Sisanya, yaitu 1/3 TBW atau 20% berat tubuh, berasa diluar
sel yang disebut sebagai cairan ekstraselular (CES) (Solikhah et al., 2017)
b. Cairan ekstraselular (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat sel dan menyusun sekitar 30%
dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskular, cairan interstisiel,
dan cairan transelular. Cairan interstisel terdapat antara ruang antar-sel,
plasma darah, cairan celebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam
keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan
elektrolit tubuh serta mempertahankan pH normal, tubuh melakukan
mekanisme perputaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang
berperan adalah: anion dan kation. (Solikhah et al., 2017)
2. Cairan
Agar sel bertahan dan berfungsi secara normal, medium secara normal,
medium cairan di mana mereka hidup harus berada dalam kesetimbangan. Hal itu
berarti berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat dalam jumlah yang
tepat.Cairan tubuh terdiri atas dua kompartemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermiabel.Kedua kompartemen tersebut adalah kompartemen
intraseluler dan ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada di dalam sel, atau
intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada di luar sel, atau ekstraseluler.
(Solikhah et al., 2017)
3. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan di dalam dan di
luar sel. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan dikeluarkan
utamanya melalui ginjal.Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati, kulit, dan paru-
paru dalam jumlah lebih sedikit. Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui
penyerapan dan pengeluaran untuk menjaga level yang diharapkan untuk fungsi

6
tubuh optimal. Dalam hal kalsium, hormone paratiroid dan kasitonin disekresikan
untuk menstimulasi penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk
mengatur level dalam darah. Elektrolit lain diserap dari makanan dalam jumlah
sedikit atau banyak atau disimpan atau disekresikan oleh ginjal atau lambung
dalam jumlah sedikit atau banyak yang diperlukan untuk mengurangi atau
menaikkan level elektrolit ke level yang diperlukan untuk fungsi tubuh optimal.
(Solikhah et al., 2017)
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan
Asam-Basa
a. Asupan Makanan dan Cairan
Makanan dan cairan yang kita makan dan minum berperan besar dalam
pengaturan cairan, elektrolit, dan asam-basa.Selain minuman, kita juga
mengonsumsi makanan, khususnya buah dan sayuran, yang menyediakan
cairan untuk kita.Tipe cairan dan makanan yang kita masukan mungkin
mengganggu keseimbangan elektrolit dan asam-basa. (Solikhah et al., 2017)
b. Obat-obatan
Asupan obat (diresepkan, bebas, rekreasional) adalah factor pengaruh
lain. Medikasi tertentu dapat menyebabkan retensi cairan, dan medikasi lain
dapat meningkatkan perkemihan. Obat juga dapat menggangu kadar elektrolit
atau fungsionalitasnya dengan menyaingkannya untuk reseptor pada level kini.
Kejadian ini juga memngaruhi keseimbangan asam-basa. (Solikhah et al.,
2017)
c. Gangguan kesehatan
Gangguan kesehatan, akut dan kronis serta fisiologis dan psikologis,
juga dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam memelihara keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam-basa.Gangguan akut dalam keluaran, seperti dalam
kasus muntah dan diare, dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan,
eletrolit, dan asam-basa dengan cepat. Penyakit kronis seprti gagal jantung,
gagal renal, dan gagal napas pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan
cairan. Elektrolit, dan asambasa. Seseorang yang mengalami stress, tanpa
memandang sumbernya,lebih sering menahan cairan. (Vita & Fitriana, 2017).

7
d. Usia
Usia seseorang memengaruhi fungsi organ. Individu yang sangat muda
mungkin mempunyai organ yang belum berkembang pada fungsi maksimal,
dan individu sangat tua mungkin mulai mempunyai fungsi organ yang
berkurang sebagai bagian dari proses penuaan. Dalam kedua kasus itu,
kemampuan organ (missal jantung, ginjal, paru-paru) untuk mengelola
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa secara efesien juga
terpengaruh. Karena usia merupakan factor pengaruh terkontrol yang telah
disebutkan sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan sangat tua. (Vita
& Fitriana, 2017).

C. Gangguan Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa


1. Terapi cairan
Pemberian cairan bertujuan untuk memulihkan volume sirkulasi darah.
Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien dengan tindakan bedah,
termasuk bedah sesar. (Vita & Fitriana, 2017).
Gangguan cairan yang terjadi dikarenakan kombinasi dari faktor-faktor
sebelum pembedahan, selama pembedahan dan sesudah pembedahan. Faktor
sebelum bedah berhubungan dengan kondisi penyerta, prosedur diagnostik yang
dilakukan sebelum operasi, pemberian obat sebelum proses operasi dan restriksi
cairan sebelum operasi. Faktor selama pembedahan berhubungan dengan
perlakuan anestesi, kehilangan akibat perdarahan, dan kehilangan cairan akibat
proses penguapan oleh karena proses operasi yang lama. Perlakuan anestesi spinal
dapat menyebabkan terjadinya hipotensi akibat hilangnya mekanisme kompensasi
seperti takikardi dan vasokonstriksi. (Vita & Fitriana, 2017).
Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa yang sering terjadi pada selama
pembedahan diantaranya asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis
respiratorik dan alkalosis repiratorik. Faktor sesudah pembedahan berhubungan
dengan stres dan nyeri pasca operasi, peningkatan katabolisme jaringan dan
penurunan volume sirkulasi yang melebihi batas efektif. Trauma, pembedahan dan
anestesi akan menimbulkan perubahan-perubahan pada keseimbangan air dan

8
metabolisme yang dapat berlangsung sampai beberapa hari pasca trauma atau
bedah. Perubahan-perubahan tersebut terutama sebagai akibat dari :
1) Kerusakan sel di lokasi pembedahan
2) Kehilangan dan perpindahan cairan baik lokal maupun umum
3) Pengaruh puasa pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah
4) Terjadi peningkatan metabolisme, kerusakan jaringan dan fase
penyembuhan. (Vita & Fitriana, 2017).

Pasien hamil dengan operasi bedah sesar, akan mengalami kondisi


gangguan cairan dan elektrolit. Perubahan fisiologis pada kehamilan dipengaruhi
oleh perubahan hormon estrogen. Perubahan yang berpotensi mengakibatkan
gangguan cairan adalah gangguan yang berasal dari sirkulasi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa volume jantung dikatakan bertambah besar secara normal
sekitar 75 ml antara awal dan akhir kehamilan. Peningkatan isi sekuncup dapat
mencapai 30% dengan frekuensi denyut sampai 15%. Sedangkan peningkatan
curah jantung dapat meningkat sampai 40%. Uterus yang besar dapat menekan
aorta abdominal dan vena cava, sehingga pada posisi terlentang tekanan yang
diberikan juga besar. Hal ini dapat menurunkan curah jantung yang
mengakibatkan tensi menurun. (Solikhah et al., 2017)
1) Ringer laktat
Ringer laktat adalah cairan yang isotonis dengan darah dan dimaksudkan
untuk cairan pengganti. Ringer laktat merupakan cairan kristaloid.Ringer laktat
digunakan diantaranya untuk luka bakar, syok, dan cairan preload pada operasi.
(Solikhah et al., 2017)
Ringer laktat merupakan cairan yang memiliki komposisi elektrolit mirip
dengan plasma. Satu liter cairan ringer laktat memiliki kandungan 130 mEq ion
natrium setara dengan 130 mmol/L, 109 mEq ion klorida setara dengan 109
mmol/L, 28 mq laktat setara dengan 28 mmol/L, 4 mEq ion kalium setara dengan
4 mmol/L, 3 mEq ion kalsium setara dengan 1,5 mmol/L. Anion laktat yang
terdapat dalam ringer laktat akan dimetabolisme di hati dan diubah menjadi
bikarbonat untuk mengkoreksi keadaan asidosis, sehingga ringer laktat baik untuk
mengkoreksi asidosis. Laktat dalam ringer laktat sebagian besar dimetabolisme

9
melalui proses glukoneogenesis. Setiap satu mol laktat akan menghasilkan satu
mol bikarbonat. Pasien dengan kondisi hamil memiliki kadar laktat yang berbeda
karena plasenta menghasilkan laktat yang akan menuju sirkulasi maternal.
(Solikhah et al., 2017)
2) Ringer asetat malat
Saat ini berbagai penelitian tentang cairan pengganti dilakukan untuk
menemukan cairan yang paling tepat. Cairan pengganti yang diberikan pada
pasien harus memiliki kadar elektrolit yang mendekati kadar elektrolit plasma
untuk mencegah terjadinya gangguan elektrolit dan gangguan metabolisme.
(Solikhah et al., 2017)
Ringer asetat malat berbeda dengan ringer laktat. Ringer asetat malat
mengandung anion asetat dan malat yang dapat dimetabolisme di hati menjadi
bikarbonat. Asetat dan malat akan dimetabolisme di hati menjadi bikarbonat, satu
mol asetat akan diubah menjadi satu mol bikarbonat sedangkan satu mol malat
akan dirubah menjadi dua mol bikarbonat. Malat bekerja dalam waktu lebih lama
dibandingkan asetat, oleh karena itu kombinasi asetat dan malat merupakan
pilihan yang baik dalam suatu cairan. (Solikhah et al., 2017)
B.Braun mengatakan bahwa ringer asetat malat lebih baik dari ringer laktat
karena ringer asetat malat lebih isotonis. Ringer asetat malat memiliki kadar
natrium, kalium dan magnesium yang hampir sama dengan plasma, sedangkan
konsentrasi klorida memilki kadar yang sedikit lebih tinggi dalam rangka
mencapai osmolaritas fisiologis. (Georgiades, 2016).
Ringer Asetat malat menunjukkan fitur sebagai berikut:
1. Larutan elektrolit penuh
2. Isotonis
3. Berisi Asetat/Malat bukan laktat
4. Memiliki base excess potential yang seimbang
5. Menjaga konsumsi oksigen rendah.
Ringer asetat malat digunakan dalam situasi klinis seperti berikut:
1. Penggantian kehilangan cairan ekstraseluler
2. Penggantian kehilangan cairan akibat muntah, diare, luka bakar, fistula

10
3. Kompensasi tuntutan kebutuhan cairan yang meningkat (deman,
berkeringat, hiperventilasi)
4. Dehidrasi isotonis
5. Penggantian volume intravasal sementara
6. Pemeliharaan perioperatif homeostasis cairan
7. Koreksi defisit cairan preoperatif
8. Penggantian kehilangan darah atau trauma (misalnya dalam kombinasi
dengan koloid)
9. Penggantian kehilangan cairan karena penguapan dari daerah bedah atau
mekanik ventilasi dengan gas kering
10. Pengisian cairan interstitial
11. Pasokan cairan menggunakan anion yang dapat dimetabolisme selama
insufisiensi hati
12. Pengelolaan cairan isotonis pada pasien anak
13. Tambahan cairan substitusi intravasal pada orang tua. (Georgiades, 2016).
Suatu cairan dikatakan sebagai cairan isotonis apabila mereka memiliki
osmolalita sama dengan plasma manusia atau osmolaritas teoritis yang sama
sebagai cairan NaCl fisiologis. Ringer asetat malat, dengan osmolalitas 286
mosm/kgH2O dan osmolaritas 304 mosm/l adalah isotonis. Tekanan osmotik
ditentukan oleh osmolaritas dan osmolalitas dari cairan. Osmolaritas dan
osmolalitas merupakan ukuran dari jumlah konsentrasi molar dari zat terlarut.
(Solikhah et al., 2017)
Ringer asetat malat mengandung asetat dan malat berbeda dengan laktat,
laktat tidak selalu disarankan untuk digunakan dalam larutan infus karena :
1. Laktat tidak boleh digunakan dalam kasus insufisiensi hati, karena laktat
ini sebagian besar dimetabolisme di hati dan administrasi dari laktat dapat
menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. (Solikhah et al., 2017)
2. Laktat tidak boleh digunakan dalam kasus syok dengan hiperlaktasidemia
atau asidosis laktat. Hiperlaktasidemia dan asidosis laktat adalah tanda
tanda dari ratio diprosporsional antara produksi asam laktat dan
metabolime hepar yang terganggu. Konsumsi yang oksigen dipicu oleh

11
laktat cukup besar dan tidak harus meningkat lebih lanjut apabila ada
jaringan hipoksia. (Solikhah et al., 2017)
3. Persediaan oksigen laktat meningkatkan risiko alkalosis rebound.
(Solikhah et al., 2017)
4. Konsentrasi serum laktat sering digunakan sebagai penanda hipoksia.
Dengan demikian administrasi laktat eksogen akan menyebabkan
kesalahan pembacaan penanda. (Solikhah et al., 2017)
Ringer asetat malat adalah larutan elektrolit penuh pertama mengandung
kombinasi unik dari asetat dan malat. Ringer asetat malat berisi 24 mmol/l asetat
dan 5 mmol/l malat, dimana total asetat dan malat melepaskan 34 mmol/l
bikarbonat. Asetat dan malat lebih disukai daripada laktat, karena metabolisme
mereka tidak hanya terbatas pada hati tetapi juga dimetabolisme di seluruh
jaringan. (Solikhah et al., 2017).

D. Variabel yang mempengaruhi Gangguan Keseimbangan Normal Cairan,


Elektrolit dan Asam Basa
Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit
Usia Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. (Tamsuri dan Anas, 2019)
Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh
laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung
atau gangguan ginjal. (Tamsuri dan Anas, 2019)
1) Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam

12
tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain
itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat. (Tamsuri dan Anas,
2019)
2) Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan
yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,
mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat.
(Tamsuri dan Anas, 2019)
3) Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin. (Tamsuri dan Anas, 2019)
4) Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium. Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone
anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine. (Tamsuri dan Anas, 2019)
5) Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien
yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal

13
juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran
darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan
melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam
tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak
dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam
keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan
berbagi cara. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk
melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis.,
gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari
40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
(Tamsuri dan Anas, 2019)
6) Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. (Tamsuri dan Anas, 2019)
7) Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh. (Tamsuri dan Anas, 2019)
8) Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan
beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia. (Tamsuri
dan Anas, 2019)

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada tanggal 22 Juni 2020, pukul 11.30 WIB Ny. S datang ke UGD dengan keluhan
diare selama 2 hari. Klien berumur 50 th dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB
encer berlendir dengan frekuensi 4-5 kali setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat
badan klien panas, warna dan bau feses khas. Setelah ditanya kembali klien mengatakan
sebelumnya makan makanan pedas.Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
vital:TD: 110/70 mmHg,Nadi : 78 x/menit,RR : 20x/menit, Suhu : 37,5 C, Keadaan umum :
lemah, mukosa bibir kering.

PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN

I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat :-

b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
hubungan dengan klien : Anak Klien

II. RIWAYAT KESEHATAN


a. Keluhan Utama
Klien menyatakan diare 2 hari.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien menyatakan sudah diare ± 2 hari yang lalu sejak tanggal 20 juni 2020. Klien
BAB encer,dengan frekuensi 4-5x setiap harinya ( ± 500cc),warna dan bau khas feses.
Klien menyatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan pedas. Klien juga mengatakan
badannya panas.

15
c. Riwayat Penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga tidak
pernah MRS sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi, dan
penyakit menurun lainnya.

III. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI

No Pola Aktivitas Di Rumah Di RS


1. Nutrisi
Makan - 3x/ hari dengan - 3x/ hari dengan porsi
porsi sedang (± 8 sedang (± 4 sendok
sendok makan) makan) bubur merah
Nasi, lauk, sayur

Minum - Air putih ± 7 gelas/ - air putih ± 7 gelas / hari


hari (± 1500 cc) (± 1500 cc )

2. Pola Eliminasi - 1 – 2x / hari, - 4 – 5x / hari, dengan


BAB dengan konsisten konsisten cair
lunak dan berwarna
kuning

BAK - 6 – 7x / hari ( ± - 6 – 7x / hari (± 1400 cc)


1400 cc) berwarna berwarna kuning jernih
kuning jernih

- Klien hanya menghabiskan


3. Aktivitas Fisik - Klien biasanya waktunya di tempat tidur
bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan
waktu senggang
biasanya digunakan
klien untuk
berkumpul bersama
keluarganya

4. Istirahat Tidur - Klien tidur ± 10 - Klien tidur ± 12 jam / hari


jam / hari menggunakan kasur dengan
menggunakan peneranga terang
kasur, bantal,

16
guling, dengan
penerangan terang

5. Personal Hygiene - 2x / hari - 1 x / hari


Mandi (Belum sejak MRS)

Keramas - 3x/ minggu - 1x / hari


Gosok Gigi - 2x / hari - 1x / hari
Ganti Pakaian - 2x / hari - 1x / hari

IV. DATA PSIKOSOSIAL


a. Status Emosi
Klien tampak tenang saat dilakukan pengkajian
b. Konsep Diri
- Body image
Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya sebagai cobaan
dari Tuhan
- Self Ideal
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang agar dapat beraktivitas seperti
biasa dan dapat berkumpul dengan keluarganya kembali.
- Self Esteem
Klien mengatakan diperlakukan dengan baik oleh dokter dan perawat
- Role Performance
Klien di rumahnya berperan sebagai ibu rumah tangga
- Self Identify
Klien adalag seorang ibu dengan tiga orang anak dan seorang istri dari seorang
suami
c. Interaksi Sosial
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian.
d. Spiritual
Klien beragama Islam.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 78x/ menit
- RR : 20x/ menit
- Suhu : 37,5 º C
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Rambut : Rambut beruban, persebaran merata, berminyak.

17
- Wajah : Simetris, tidak ada luka
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat membuka mata
secara spontan
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret.
- Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
e. Thorax
- Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada
- Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur
f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut datar
- Auskultasi : Bising usus 14x / menit
- Perkusi : Suara hipertimpani
- Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
g. Ekstermitas
- Atas : Jari lengkap, terpasang infus RA : D5 pada tangan kanan,
tonus otot 5 I 5
- Bawah : Jari lengkap, tonus otot 5I5
h. Genetalia : Tidak dikaji

VI. DATA PENUNJANG


- HB : 11,56
- Leukosit : 6100
- Trombosit : 154.000
- PCU : 36
- Widal : TO : -
TH : -
VII. TERAPI
- Infus RA : D5 30 TMP
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1
- Sanmol 3 x 1
- Plantasit syrup 3 x 1
- Luminal 2x1 / 2

VIII. DATA SENJANG


DS : - klien mengatakan diare 2 hari
- klien mengatakan BAB klien encer dengan frekuensi 4 – 5 x / hari
- klien mengatakan feses berbau dab berwarna khas feses
- klien mengatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan pedas
- klien mengatakan badannya panas

18
DO :
- Keluhan utama Lemah
- Suhu : 37,5 º C - TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 78 x / menit - RR : 20 x /menit
- Konsistensi feses cair
- Mukosa bibir kering
- Suara perut hipertimpani

ANALISA DATA

Nama : Ny. S
Dx. Medis : Gastroenteritis

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. Ds: - Klien mengatakan diare Kehilangan cairan Ketidak seimbangan
2 hari sekunder akibat diare. cairan dan elektrolit.
- Klien mengatakan saat
BAB feses klien encer
dan berlendir.
- Klien mengatakan
BAB 4-5X dalam sehari.
- Klien mengatakan
mengonsumsi makanan
pedas sebelumnya.

Do: - Keluhan utama lemah


- Konsistensi fases cair
dan berlendir
- Mukosa bibir kering
- Suara perut hipertimpani
- Tugor kulit menurun
Ds: - Klien mengatakan badan
panas
Do: - Keluhan utama
2. Proses infeksi penyakit Peningkatan suhu
lemah
- S : 37,5 OC tubuh
- N : 78 X/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 20 X/menit

19
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny.S
Dx. Medis : Gastrointeritis

No DIAGNOSA MEDIS

1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan


sekunder.

2. Hipertermi brerhubungan dengan proses infeksi penyakit.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.S
Dx.Medis : Gastroenteritis

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Ketidakseimbangan Setelah 1. Pantau tanda dan 1.Penurunan volume
cairan dan dilakukan gejala dehidrasi. cairan dan elektrolit
elektrolit tindakan menyebabkan
berhubungan keperawatan 2. Pantau input dan dehidrasi jaringan.
dengan kehilangan dalam waktu output. 2.Dehidrasi dapat
cairan sekunder. 1X24 jam meningkatkan laju
diharapkan : 3. Bina hubungan filtasi glomerulus.
- TTV dalam saling percaya. 3.Mempermudah
batas normal melakukan
- Tidak ada 4. Pemberian cairan intervensi
tanda-tanda parenteral sesuai selanjutnya.
dehidrasi dengan umur. 4.Pemberian cairan
- Frekuensi secara cepat dapat
BAB 1X / hari 5. Kolaborasi sebagai penganti
dengan dokter cairan yang hilang.
dalam pemberian 5.Menentukan
obat. pemberian obat
secara tepat.

2. Hipertermi Setelah 1.Bina hubungan salin 1.Mempermudah


brerhubungan diberikan percaya. melakukan

20
dengan proses tindakan intervensi
infeksi penyakit. keperawatan 2. Berikan kompres selanjutnya.
dalam waktu pada klien. 2.Membantu
1X24 jam menurunkan suhu
diharapkan : 3.Anjurkan klien tubuh klien.
- Suhu tubuh untuk memakai baju 3.Membantu
normal tipis dan dapat mengurangi
- Keluhan utama menyerap keringat. penguapan pada
kembali normal tubuh.
- Demam klien 4.Anjurkan klien
turun minum sedikit tapi 4.Menganti cairan yang
sering. hilang.

5.Kolaborasi 5.Menentukan
dengan dokter pemberian obat
dalam pemberian secara tepat.
obat.

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI TGL/JAM EVALUASI TTD


DX
1. 22/06/20 1. Memantau TTV 23/06/10 S : Klien
09.00 2. Memantau intake dan output 08.00 mengatakan
dengan memperhatikan tetesan diare dan
infus dan BAB, BAK klien panas
3. Membina hubungan saling O : Keluhan utama
percaya dengan klien hilang, diare
4. Memberikan cairan parentera berkurang 3-
dengan memasang infus pada 4x/hari, panas,
klien. T = 120/70
5. Mengkolaborasikan dengan mmHg, S = 37
dokter. C
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : lanjutkan
intervensi 1-5

2. 22/06/20 1. Membina hubungan saling 24/06/10 S : Klien


11.00 percaya antara perawat 08.00 mengatakan

21
dengan klien. diare sudah
2. Memberikan kompres pada jarang dan
klien. klien sudah
3. Membantu menggati tidak panas
pakaian klien O : keluhan utama
hilang, diare
cair tapi
4. Memberi klien minum berampas,
5. Mengkolaborasikan frekuensi 1-2
dengan dokter x/hari, panas
hilang,
T=120/80
mmHg, S=36,5
C
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara normal, cairan tubuh keluar melalui urin, feses, keringat, dan
pernapasan dalam jumlah tertentu. Cairan merupakan komponen yang penting
karena status hidrasi yang cukup bermanfaat untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan cairan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, massa
otot, dan lemak tubuh. Diperkirakan, bayi usia 0 – 6 bulan memerlukan cairan 700
mL/hari: bayi 7 – 12 bulan memerlukan cairan 800 mL/hari: anak 1 – 3 tahun
memerlukan 1300 mL/hari: anak 4 – 8 tahun memerlukan 1700 mL/hari: anak 9 –
13 tahun memerlukan 2400 mL/hari pada laki – laki dan 2100 mL/hari pada
perempuan; anak 14 – 18 tahun memerlukan 3300 mL/hari (laki – laki) dan 2300
mL/hari untuk perempuan.
Seseorang dengan berat badan 70kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam
tubuhnya. Air menyusun 75% berat bdan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan
55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relatif
lebih banyak (relatif bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih
sedikit dibandingkan pria.
Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa yang sering terjadi pada selama
pembedahan diantaranya asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis
respiratorik dan alkalosis repiratorik. Faktor sesudah pembedahan berhubungan
dengan stres dan nyeri pasca operasi, peningkatan katabolisme jaringan dan
penurunan volume sirkulasi yang melebihi batas efektif. Trauma, pembedahan dan
anestesi akan menimbulkan perubahan-perubahan pada keseimbangan air dan
metabolisme yang dapat berlangsung sampai beberapa hari pasca trauma atau
bedah.
Pasien Ny. S datang ke UGD dengan keluhan diare selama 2 hari. Klien
berumur 50 th dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB encer berlendir
dengan frekuensi 4-5 kali setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat badan
klien panas, warna dan bau feses khas. Setelah ditanya kembali klien mengatakan
sebelumnya makan makanan pedas, dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan

23
tanda-tanda vital:TD: 110/70 mmHg,Nadi : 78 x/menit,RR : 20x/menit, Suhu :
37,5 C, Keadaan umum : lemah, mukosa bibir kering, implementasi dan catatan
perkembangan terakhir di tentukan dengan: S : Klien mengatakan diare sudah
jarang dan klien sudah tidak panas, O : keluhan utama hilang, diare cair tapi
berampas, frekuensi 1-2 x/hari, panas hilang, T=120/80 mmHg, S=36,5 C, A :
Masalah teratasi, P : Intervensi dihentikan.

B. Saran
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat
diberbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian
manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam
tubuh.

24
DAFTAR PUSTAKA

Aningsi, (2018) Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan


Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG

Agustina, (2016) Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Ed. 2. Jakarta: EGC,2000

Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology to


Therapy.Verlag Italia: Springer.

Solikhah et al., (2017) Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan asam –basa / Mima
M. Home ;alih bahasa, Indah Nurmala Dewi, Monika Ester ; editor,
Yasmin Asih, -Ed. 2. Jakarta: EGC,2000

Martin.T. (1998). Standar Keperawatan Pasien : Pasien Standar Care. Jakarta :


EGC

Patricia A. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Tamsuri, Anas. 2019. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan


Keseimbangan Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with Fluid


andElectrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology 5 ed. New York: Mc-Graw Hill. 2016 th

Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body Fluids.
Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2017 th

Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku


Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2018 th

Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam
Handbookfor Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc.

Miller RD. 2016. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders.

Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and


Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3 ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2016 th

25

Anda mungkin juga menyukai