Anda di halaman 1dari 20

PROMKES PADA IBU NIFAS TENTANG PERSONAL

HYGIEN, PERAWATAN PAYUDARA SERTA


PERAWATAN LUKA PERINEUM

DI SUSUN

O
L
E
H

INTAN NOVITA RAMADHANI


092401S21016

DOSEN : ZAITUN M.K.M

AKADEMI KEBIDANAN DARUL HUSADA SIGLI


DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan
sesuai dengan dasar kesehatan pda ibu pada masa nifas yaitu paling sedikit 4x
kunjungan pada masa nifas, yaitu kunjungan pertama 6-8 jam post patum,
kunjungan kedua 6 hari post patum, kunjungan ketiga 2 minggu post partum, dan
kunjungan keempat 6 minggu post partum (Suherni dkk, 2008; h.3).
Menurut data world Health Organization ( WHO )tahun 2012, sebanyak
99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-
negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan
yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka kematian ibu ( AKI ) akibat
komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum.
Departemen kesehatan Republik Indonesia menargetkan angka kematian
ibu pada tahun 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang
pertahun. Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%),
terutama perdarahan postpartum. Selain itu ada keracunan kehamilan (24%),
infeksi (11%),dan partus lama atau macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya
terjadi pada waktu persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Dalam
mencapai upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) maka salah
satu upaya promotif dan salah satu prefentif yang nulai gencar dilakukan adalah
kelas ibu hamil (http://www.scribd.com/Depkes-RI, 2010).

B. Rumusan Masalah

Identifikasi Rumusan Masalah ini adalah “Bagaimana Melakukan Personal


Hygien,Perawatan Payudara serta Perawatan Luka Perineum pada Ibu Nifas”

1
C. Tujuan Penulisan
1. Bagaimana yang dimaksud dengan Masa Nifas
2. Bagaimana Melakukan Personal Hygien,Perawatan Payudara serta
Perawatan Luka Perineum pada Ibu Nifas
3. Bagaimana Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis Masa Nifas


1. Masa nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat
kandungan kembali seperti keaadaan sebelum hamil. (Saleha,2009 ;h.2). Masa
nifas atau puerpurium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta samapai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Prawihardjo,2008; h.356). Masa nifas atau
purpureum di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari). (Vivian,2009; h.1).
b. Tujuan Masa nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,baik fisik maupun psikologis
2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari
4. Memberikan pelayanan KB.
c. Peran Bidan Pada masa nifas
a. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang
baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik
dan psikologis
c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara rasa nyaman
(Saleha,2009; h. 4-5).
d. Tahapan masa nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a. Puerpurium dini

3
Yaitu kepulihan dimana ibu dibolehkan untuk berdiri dan bejalan -
jalan. Puerpurium intermediet
b. Puerpurium intermedial
Yaitu kepulihan dari organ – organ reproduksi selama kurang lebih 6
minggu.
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu waktu hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
e. Kebijakan program nasional masa nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya. (Yanti, 2011 ;h. 2-3 ).

Tabel 2.1. Program dan kebijakan tekhik masa nifas


Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah a. Mencegah terjadinya perdarahan pada
persalinan masa nifas
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberikan rujukan bila
perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling kepada ibu atau
salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi
ibu
e. Mengajarkan ibu untuk mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

4
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi

2 6 hari setelah a. Memastikan involusi uteri berjalan


persalinan normal,uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus tidak ada perdarahan
abnormal,dan tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam,infeksi atau kelainan pasca
melahirkan
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan,dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi,cara merawat
tali pusat,dan menjaga bayi agar tetap
hangat
3 2 minggu Sama seperti di atas (enam hari setelah
setelah persalinan)
persalinan
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang di alami atau bayinya
persalinan b. Memberikan konseling untuk KB
secara dini
(Saleha,2009; h.6)
f. Kebersiahan diri
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga.( Sitti saleha:h. 73 ).
Mengajarkan pada ibu bagaiman cara membersihkan daerah kelamin dengan
air dan sabun. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang
air kecil dan besar. Sarankan ibu untuk menganti pembalut setidaknya dua kali
seharui. Jika ibu mempunyai luka episiotomitau lasersi sarankan ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.(Ai yyeh, 2011; h.78).
Bersihkkan perinium dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari.
Biasanya ibu akan merasa tkut pada kemungkinan jahitan nya akan lepas, juga

5
merasa sakit sehinga perinium tidak dibersihkan, atau dicuci. Cairan sabun atau
sejenisnya sebaiknya dipakai setelah BABA atau BAK.
Membersihkan dimulai dari simpisi smapai ke anal sehingga tidak terjaadi
infeksi. Ibu diberitahu cara menganti pembalut yitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor diganti paling sedikit 4
kali. (Ambarwati, 2008; h.106).

B. Perawatan Diri (Personal Hygiene)


Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan
pendidikan kesehatan / health education seperti personal hygiene. Setelah
dilakukan penyuluhan tentang Personal Hyegine diharapkan ibu – ibu dapat
mengetahui dan mengerti teknik perawatan diri yang baik bagi dirinya sendiri,
pada masa nifas atau masa pulih kembali yang berlangsung selama 40 hari atau 6
minggu.
1. Pengertian Perawatan Diri (Personal Hygiene)
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis.
2. Kebutuhan Personal Hygiene Pada Ibu
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan
alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal.
Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik
dengan menggunakan antiseptik (PK / Denthol) dan selalu diingat bahwa
membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri secara
keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.

6
a. Pakaian
Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak
tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi
iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Jumlah kerontokan berbeda-beda antara wanita
satu dengan yang lain. Cucilah rambut dengan conditioner yang cukup, lalu
menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
d. Kebersihan Kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam
minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang
lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap
kering.
e. Kebersihan Vulva dan sekitarnya
Membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut / kain pembalut, setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci
menggunakan sabun.

7
3. Personal Hygiene Pada Ibu Nifas Post SC (Pasca Operasi Bedah Cesar)
1) Setiap minggu kasa harus dibuka
2) Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa
3) Jaga luka agar tidak lembab
4) Menjaga Kebersihan diri dan lingkungan
5) Gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (Opset)
Akibat Kurang atau Tidak Menjaga Personal Hygiene :
1) Ibu Mudah Sakit
2) Ibu terlihat kotor / kurang bersih
3) Bayi ibu sakit
4) Ibu kurang percaya diri
5) Ibu mengalami infeksi

C. Perawatan Payudara (Breast Care)


Perawatan payudara (Breast Care) adalah salah satu upaya untuk
memperlancar ASI, dimana dengan perawatan payudara dapat memperlancar
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu. Perawatan payudara
dilakukan sejak dini, bahkan tidak menutupi kemungkinan perawatan payudara
sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Perawatan payudara mempunyai manfaat
untuk melancarkan sirkulasi aliran darah, mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Agar tujuan dapat tercapai perawatan
payudara sebaiknya dilakukan secara teratur sejak hari pertama melahirkan,
menjaga kebersihan diri, pemenuhan gizi seimbang, menghindari stress dan
menumbuhkan percaya diri bahwa ibu bisa menyusui. Perawatan payudara bisa
dilakukan dengan posisi duduk / berbaring bagi yang belum mampu duduk
(Mufdlilah, 2017).
Langkah-langkah perawatan payudara dimulai dengan memasangkan
handuk dari bahu ke daerah ketiak dan handuk yang lainnya simpan dipangkuan
ibu dan gunakan penitik agar handuk tidak menutupi payudara. Selanjutnya,
kompres puting dengan kapas yang telah diberi baby oil / minyak kelapa selama 3
– 5 menit, kemudian angkat dengan cara memutar.

8
Perhatikan apakah puting kotor, bila kotor bersihkan kembali
menggunakan kapas yang telah diberi baby oil/ minyak kelapa. Licinkan kedua
tangan dengan minyak kelapa / baby oil, gerakan pengurutan 20 – 30 kali untuk
tiap payudara sebanyak 2 kali sehari, bila ibu sudah memahami dapat dilakukan
dirumah dan lakukan sebelum mandi (Mufdlilah, 2017).
Mufdlilah (2017) menjalaskan, terdapat berbagai macam variasi teknik
pengurutan dalam perawatan payudara diantaranya : 1) Pengurutan 1 yaitu
tempatkan kedua telapak tangan diatas kedua payudara, arah urutan dimulai ke
arah atas kemudian ke samping (telapak tangan kiri ke arah sisi kiri, telapak
tangan kanan menuju ke sisi kanan). Arah gerakan yang terakhir adalah melintang
kemudian dilepas perlahan – lahan. 2) Pengurutan 2 yaitu satu telapak tangan
menopang payudara, sedang tangan lainnya mengurut payudara dari pangkal
menuju puting susu. 3) Pengurutan 3 yaitu merangsang payudara dengan cara
kompres kedua payudara dengan air hangat, kemudian air dingin dan air hangat.
4) Bersihkan minyak / baby oil yang menempel pada sekitar payudara dengan air
hangat kemudian keringkan dengan handuk bagian atas. 5) Stimulasi reflex
oksitosin pada bagian punggung ibu dengan memijat. 6) Gunakan BH khusus
untuk menyusui dan menyokong.
Kegiatan demonstrasi dilakukan setelah penyampain materi untuk
memperagakan langkah-langkah perawatan payudara yang baik dan benar. Pada
kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa setelah melakukan
demontrasi perawatan payudara sebagian besar ibu nifas 78,6% (11 orang)
mampu melakukannya sendiri dengan baik dan benar, 3 orang ibu nifas masih
dalam proses recovery sehingga belum bisa melakukan mobilisasi dan
memperagakannya sendiri. Berdasarkan pengamatan demonstrasi ternyata
memberikan pengaruh yang signifikan. Demontrasi dapat meningkatkan
keterampilan dalam melakukan perawatan payudara sendiri pada ibu nifas.
1) Perawatan Payudara Ketika Menyusui
Merawat payudara ketika memberikan ASI membuat aktivitas menyusui
bisa dilakukan dengan nyaman, lancar, dan tanpa rasa sakit. Ketahui cara merawat
payudara terutama pada masa nifas agar Busui (ibu menyusui) terhindar dari

9
beragam keluhan yang dapat muncul ketika menyusui. Perawatan payudara
(BREAST CARE) terdiri atas breast massage (pijat payudara), merawat payudara
ketika menyusui, dan merawat payudara usai menyusui.
2) Pijat Payudara (Breast Massage)
o Kompres putting susu dengan kapas yang telah diberi minyak selama 3-5
menit
o Bersihkan dan tariklah putting susu yang keluar
o Gunakan ujung-ujung jari untuk mengetuk-ngetuk sekeliling puting susu
o Kedua tangan diberi minyak kelapa dan diletakan diantara kedua payudara
o Pengurutan dimulai dari atas, samping, ke telapak tangan kiri, kea rah sisi
kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan
o Diteruskan kebawah, samping, lalu melintang, telapak tangan mengurut
kedepan kemudian dilepas dari kedua payudara.
o Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri, lalu jari-jari tangan
kanan sisi kelingking mengurut payudara kearah putting susu
o Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya memegang
dan mengurut payudara dari arah pangkal kearah putting susu.
3) Merawat Payudara Ketika Menyusui
o Pelajari bagaimana memosisikan Si Kecil dan mulutnya dengan benar
ketika menyusui. Pastikan mulut Si Kecil mencakup sebagian besar areola
(area gelap di sekitar puting) ibu, jangan hanya puting. Jika posisi mulut Si
Kecil benar, ibu pun akan merasa nyaman dan tidak pegal. Posisi mulut
yang tepat juga membantu mencegah puting terasa sakit dan melancarkan
proses menyusui.
o Cobalah posisi menyusui yang berbeda. Ada beberapa posisi menyusui
yang dapat ibu coba. Temukan posisi terbaik untuk ibu dan Si Kecil. Minta
saran dokter atau bidan tentang cara menggendong dan menyusui bayi
dengan benar.
o Cegah Si Kecil agar tidak menggigit puting. Pada usia 3-4 bulan, gigi pada
bayi mungkin sedang mulai tumbuh. Untuk mencegah agar puting tidak
digigit, hentikan isapan ASI setelah Si Kecil selesai menyusui atau ketika

10
tertidur. Untuk menghentikan isapan ASI, selipkan jari Anda ke sisi mulut
Si Kecil.
o Menyusui Si Kecil secara teratur, setiap 2-3 jam. Ibu mungkin perlu
membangunkan Si Kecil pada malam hari untuk memberinya ASI. Bayi
harus menyusu dari kedua payudara sama banyaknya selama sehari. Jika
pada jam 8 Si Kecil menyusu dari payudara kanan, maka pada jam 10
tawarkan payudara kiri ibu.
o Untuk melancarkan aliran ASI, bunda dapat mencoba memberi pijatan
payudara atau kompres hangat pada payudara untuk membuka saluran-
saluran kelenjar ASI. Untuk nyeri pada payudara, berikan kompres hangat
dan dingin secara bergantian untuk mengurangi nyeri.
4) Merawat Payudara Usai Menyusui
Selain melakukan perawatan saat menyusui, Ibu dapat melanjutkan
perawatan usai menyusui dengan beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan
ketika Si Kecil sedang tidur, antara lain:
o Bersihkan puting dengan lembut tanpa menggunakan sabun atau sampo
hingga bersih. Jangan oleskan alkohol, lotion, atau parfum pada puting.
Gunakan salep antibakteri untuk mengatasi puting pecah-pecah.
o Biarkan puting kering dengan sendirinya tanpa perlu dilap.
o Oleskan salep pelembap yang mengandung lanolin pada puting setiap kali
selesai menyusui. Ini akan mengurangi rasa sakit atau nyeri dan mencegah
puting mengering dan pecah-pecah.
o Sering-seringlah mengganti bantalan payudara (breast pad).
o Jika payudara sakit ketika menyusui, berhenti menyusui secara langsung
dan gunakan pompa ASI selama beberapa hari.
o Jika merasa putting Ibu datar atau masuk ke dalam, segera periksakan ke
dokter.
o Setiap selesai menyusui, oleskan beberapa tetes ASI pada puting Anda dan
biarkan hingga kering. ASI melembapkan dan melindungi puting dari
infeksi.
o Selalu memegang payudara dengan tangan yang bersih.

11
Segera konsultasi ke dokter jika pada puting atau payudara muncul tanda-
tanda infeksi, seperti demam, muncul bisul atau benjolan merah pada payudara
yang terasa nyeri, keseluruhan payudara bengkak, dan puting payudara bernanah
atau berdarah.

D. Luka Perineum
1. Pengertian
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek
sulit dilakukan penjahitan. (Rukiyah,2010; h.361)
Rupture adalah robek. dan perineum merupakan area berbentuk belah
ketupat bila di lipat dari bawah, dan bisa dibagi antara regio urogenital di anterior
dan region anal di posterior oleh garis yang menghubungkan tuberositasiskia
secara horizontal.
Dapat di simpulkan bahwa rupture perineum merupakan robekan jalan
lahir baik di sengaja ataupun tidak untuk memperluas jalan lahir.
2. Perawatan Luka Perinium
1. Pengertian perawatan luka perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia
(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai
dengan sehat. Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang
dibatasi oleh vulva dan anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah
perineum yang terdapat laserasi luka jalan lahir/ episiotomi.
2. Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan perineum
dan memberikan rasa nyaman pada pasien. (Maryuni,2011; h.696)
3. Lingkup Perawatan

12
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi
organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan
bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).
4. Waktu Perawatan
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air seni pada rektu akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
c. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Perawatan perinium dengan laserasi selama 10 hari, yaitu :
a. Ganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan
baik sehinga tidak bergeser.
b. Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari
penyebaran infeks dari anus ke vagina.
c. Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area
perineum setelah defekasi. Keringkan dengan air pembalut atau
ditepuk-tepuk, dari arah vagina ke anal.
d. Jangan dipegang samapi area tersebut pulih.

13
e. Raasa gatal pada area sekitar jaahitan adalah normal dan merupakan
tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman,
atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan
kain pembalut yang telah diinginkan.
f. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi
tekanan pada daerah tersebut.
g. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran
darah disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat
penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut
bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area
tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam
beberapa minggu.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
a. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
Obat-obatan
1) Steroid
Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan Menggangu respon inflamasi
normal.
2) Antikoagulan
Dapat menyebabkan hemoragi.
b. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi terhadap proses penyembuhan
luka.Salah satu sifat genetic yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam
sekresi insulin dapat di hambat, sehingga dapat menyebabkan glukosa
darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
c. Sarana Prasarana

14
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan
perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kebiasaan kerak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi
asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. ikan
protein-kalori. (Rukiyah,2010; h.361-362)
4. Tindakan Perawatan Luka
a. Alat- alat dan bahan
1) Botol
2) Baskom dan gayung atau shower air hangat
3) Handuk bersih
4) Air hangat
5) Pembalut nifas
6) antiseftik
b. Persiapan pasien
1) Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan di lakukan
2) Jaga privasi pasie
3) Beri posisi dorsal recumbent.
c. Tindakan
1) Mencuci tangan
2) Mengisi botol plastic yang dimiliki dengan air hangat
3) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah
ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastic.
4) Berkemih dan BAB ke toilet.
5) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
6) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke
belakang
7) Pasang pembalut dari depan ke belakang.
8) Cuci kembali tangan.

15
d. Evaluasi
1) Perineum tidak lembab
2) Posisi pembalut tepat
3) Ibu merasa nyaman (Rukiyah,2010; h.364)
5. Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal
berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembang biakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi
pada perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung
kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya
komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum
masih lemah (http://Perawatan Luka Perineum)
6. Penyembuhan Luka Perineum
Penyembuhan adalah proses, cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan
(Depdikbud, 1999 : 905). Luka adalah belah (pecah, cidera, lecet) pada kulit
karena kena barang yang tajam (Depdikbud, 1999 : 605). Jadi penyembuhan luka
adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya kerusakan atau
disintegritas jaringan kulit.
Nyeri pada luka jahitan akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan
otot, namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu
hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat
proses penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan payudara pada masa nifas adalah suatu kebutuhan bagi ibu yang
baru saja melahirkan. Masa nifas sendiri adalah selama enam minggu atau 40 hari
setelah persalinan. Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu
tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara terutama untuk
memperlancara pengeluaran air susu ibu (ASI). Hal ini terjadi karena pada masa
ini ibu mengalami perubahan fisik dan alat reproduksi yang kembali ke keadaan
sebelum hamil, masa laktasi maupun perubahan psikologis untuk mendapatkan
keturunan baru.
Dengan melakukan perawatan yang tepat yang biasanya berupa pegurutan
dan pemijatan menggunakan beberapa bahan dan alat-alat yang alami, diharapkan
ibu merasa lebih nyaman menyusui bayinya.
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan
kesehatan / health education seperti personal hygiene. Setelah dilakukan
penyuluhan tentang Personal Hyegine diharapkan ibu – ibu dapat mengetahui dan
mengerti teknik perawatan diri yang baik bagi dirinya sendiri, pada masa nifas
atau masa pulih kembali yang berlangsung selama 40 hari atau 6 minggu.
Rupture adalah robek. dan perineum merupakan area berbentuk belah
ketupat bila di lipat dari bawah, dan bisa dibagi antara regio urogenital di anterior
dan region anal di posterior oleh garis yang menghubungkan tuberositasiskia
secara horizontal.
Dapat di simpulkan bahwa rupture perineum merupakan robekan jalan
lahir baik di sengaja ataupun tidak untuk memperluas jalan lahir.

17
B. Saran
Saran yang penulis berikan ditujukan untuk
1. Masyarakat
Diharapkan masyarakat terutama ibu post partum mengikuti setiap
pengarahan dan konseling yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan
sehingga dapat melakukan perawatan luka perinium, personal hygiene
dengan baik dan benar
2. Lahan Praktik
Diharapkan pada lahan praktik yang telah melakukan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan baik diharapkan untuk kedepannya akan lebih
mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan.
3. Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan pembuatan karya tulis yang telah ada tetap dijadikan
acuan, bahan bacaan di perpustakaaan dan bahan perbandingan untuk
pembuatan karya tulis yang lebih baik lagi terutama yang berhubungan
dengan kasus nifas khususnya Bagaimana Melakukan Personal
Hygien,Perawatan Payudara serta Perawatan Luka Perineum pada Ibu Nifas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati,Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:


Mitra Cendikia offset

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM.

Maryunani, Anik. 2010. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nanny,Vivian Lia Dewi., & Tri Sunarsih.2011.Asuhan Kebidanan pada ibu
Nifas.Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo,Soekidjo.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka


Cipta

Prawirohardjo,Sarwono.2008Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Putaka. Rohani et.


All.2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Rukiyah, Aiyeyeh., & Lia Yulianti.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.


Jakarta:Trans Info Media

Switaningtyas, W., Harianto, T. and W, R. C. A. (2017) “Hubungan Perawatan


Payudara Antenatal Dengan Percepatan Sekresi Kolostrum Pada Ibu Post
Partum Di RSIA MW Malang”, Journal Nursing News.

Eny, S & Diah, N. (2009). Asuhan Kebidanan Postpartum. Mitra Cendika.


Yogyakarta.

Fathony. Z 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan


Luka Perineum Dengan Kebersihan Luka Perineum Pada Masa
Postpartum Hari Ke 2 Di Ruang Vk Bersalin Rumah Sakit Islam
Banjarmasin, Jurnal of Midwifery and Reproduction, vol.1, no.1, hal.1014.

19

Anda mungkin juga menyukai