Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjaun Umum Tentang Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium

adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya yang disertai

dengan pulihnya kembali organ- organ yang berkaitan dengan

kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain

sebagainya berkaitan saat melahirkan (Wahyuni, 2019)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil (Wahyuni, 2019). Menurut Varney masa nifas adalah masa

pemulihan, mulai dari partus selesai sampai kembalinya alat-alat

kandungan seperti sebelum hamil. Lama masa nifas adalah 6-8

minggu. Dalam masyarakat indonesia masa nifas juga disebut

periode 40 hari (Aprillia,2010).

Menurut Mukti R pada masa nifas adalah periode 6 minggu

pasca persalinan, disebut juga masa involusi (periode dimana sistem

reproduksi wanita postpartum/pasca persalinan kembali ke keadaan

seperti sebelum hamil). Di masyarakat Indonesia masa nifas

7
8

merupakan periode waktu sejak selesainya proses persalinan sampai

40 hari setelah itu (Maryunani, 2009).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan Asuhan Masa Nifas Normal Menurut Walyani (2015)

terbagi menjadi 2 tujuan yaitu :

a. Tujuan Umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal

dalam mengasuh anak .

b. Tujuan Khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologik.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif.

3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya.

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi

sehat.

5) Memberikan pelayanan keluarga berencana.


9

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Suherni dkk (Hadiah et al., 2018), nifas di bagi dalam 3

periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genitalia.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi .

4. Perubahan Fisik Pada Masa Nifas

a. Perubahan fisik pada masa nifas menurut (Walyani,2015)

diantaranya :

1) Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan

rahim (involusi)

2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)

3) Kelelahan karena proses melahirkan

4) Pembentukan ASI (Air Susu Ibu) sehingga payudara membesar

5) Kesulitan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)

6) Gangguan otot ( betis, dada, perut, panggul, dan bokong)

7) Perlukaan jalan lahir


10

b. Perubahan Psikis Masa Nifas

Perubahan psikis yang terjadi pada masa nifas menurut

(Walyani,2015) adalah sebagai berikut :

1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah

melahirkan sampai hari ke 2 (fase taking in).

2) Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayinya,

muncul perasaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold

(pada hari ke 3-10).

3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut

fase letting go (hari ke 10 sampai akhir masa nifas berakhir ).

c. Pengeluaran Lochea

Pengeluaran lochea pada masa nifas menurut (Aprilia,2010)

terdiri dari :

1) Lochea rubra terjadi pada hari ke 1-2 postpartum, terdiri dari

darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-

sisa vernix kaseosa, lanugo dan mekonium.

2) Lochea sanguinolenta terjadi pada hari ke 3-7 postpartum,

terdiri dari darah bercampur lendir dan berwarna kecokelatan.

3) Lochea serosa terjadi pada hari ke 7-14 postpartum berwarna

kekuningan.

4) Lochea alba terjadi pada hari ke 14 postpartum hanya

merupakan cairan putih.


11

5) Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan

berbau busuk.

6) Locheastasis dimana pengeluaran lochea yang tidak lancar.

5. Perawatan Masa Nifas

Perawatan pada masa pasca persalinan (Aisa, 2018) terdiri dari:

a. Mobilisasi (pergerakan)

Dimana mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada

komplikasi persalinan. Jika tidak ada kelainan, lakukan

mobilisasi sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan

normal.

b. Diet

Mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi, dan

mengandung cukup kalori berguna untuk produksi ASI dan

mengembalikan tenaga setelah persalinan.

c. Perawatan Payudara

Hal ini perlu dilakukan dimana sebaiknya perawatan payudara

dilakukan rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat

bendungan ASI.

d. Menyusui

Dimana ASI segera kepada bayi sesering mungkin (sesuai

kebutuhan) tanpa memakai jadwal.


12

e. Rahim (Uterus)

Dimana penciutan rahim dibantu oleh oksitosin, yaitu hormon

yang mengontraksikan otot-otot rahim, yang keluar saat

menyusui.

f. Lochea

Cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam

masa nifas.

g. Buang Air Kecil

Dimana ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah

melahirkan.

h. Buang Air Besar

Dimana konstipasi dapat terjadi karena ketakutan akan rasa

sakit, takut jahitan terbuka, kesulitan ini dapat dibantu dengan

mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat, dan cukup

minum, sehingga bisa BAB dengan lancar.

6. Peran Perawat Dalam Masa Nifas

Perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa

nifas (Walyani,2015) antara lain :

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas.


13

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan

ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga

gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama periode nifas.

B. Tinjauan Umum Tentang Bounding Attachment

1. Pengertian Bounding Attachment

Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antara

individu, Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah

dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan

dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan

tahun setelah kelahiran misalnya antara orang tua dan bayi saat
14

pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah sebuah perasaan

menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu

lain. Sementara menurut Nelson dan maya dalam (Mayssara, 2019)

attachment merupakan ikatan antara individu yang meliputi

pencurahan perhatian, serta adanya hubungan emosi dan fisik yang

akrab.

Bounding Attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bonding

dan attachment. Bounding adalah proses pembentukan sedangkan

Attachment (membangun ikatan). Jadi Bounding Attachment adalah

sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan

batin antara orang tua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana

sebagai hasil dari suatu interaksi terus- menerus antara bayi dan

orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya

pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Konsep ikatan

perlahan-lahan berkembang mulai diawal kehamilan dan berlanjut

selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup

setelah melahirkan (Walyani, 2015).

Bounding Attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit

antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam

setelah kelahiran bayinya. Pengalaman kelahiran yang baik dapat

memfasilitasi pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa

kekecewaan terhadap diri sendiri dan akan terfokus untuk memberi


15

perhatian dirinya kepada bayinya. Para ibu yang diberikan waktu

lebih banyak untuk mengadakkan kontak dengan bayinya untuk

selanjutnya akan mempunyai kedekatan yang lebih intensif, seperti

adanya saling kepercayaan antara ibu dan bayi, karena itu sangatlah

penting untuk memfasilitasi bounding attachment sedini mungkin ,

salah satu cara memfasilitasi bounding attachment adalah Inisiasi

Menyusi Dini (Sondang & Hardiana, 2014)

Lima kondisi yang dapat mempengaruhi proses bounding

attachment menurut (Wahyuni, 2019) adalah sebagai berikut :

1) Kesehatan Emosional Orang Tua

Orang tua yang mengharapkan kehadiran bayi dan anak dalam

kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda

dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayinya.

Respons emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses

bounding attachment.

2) Tingkat Kemampuan, Komunikasi dan Keterampilan dalam

Merawat dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat

bayi atau anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama

tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing.

Semakin cakap orang tua dalam bayinya maka akan semakin

mudah pula bounding attachment terwujud.


16

3) Dukungan Sosial Seperti Keluarga, Teman dan Pasangan

Dukungan dari keluarga, teman terutama pasangan merupakan

faktor yang penting untuk diperhatikan kerana dengan adanya

dukungan dari orang-orang terdekat memberikan suatu semangat

atau dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih

sayang yang penuh kepada bayinya.

4) Kedekatan Orang Tua Dengan Bayi

Dengan metode rooming in kedekatan orang tua dan bayinya

dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan

batin terwujud diantara keduannya.

5) Kesesuaian Antara Orang Tua dan Anak (Keadaan Bayi dan Jenis

Kelamin)

Bayi akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain

ketika keadaan bayi dalam keadaan sehat, normal dan jenis

kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan,

hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota

keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan

bersama dan melewati proses kelahiran membuat keduanya

memiliki hubungan yang unik.Apabila salah satu kondisi tersebut

diatas tidak terpenuhi atau terganggu , maka diperlukan intervensi

ahli yang lebih lanjut untuk memastikan proses ikatan berlangsung

(Maryunani,2009).
17

a. Tahap-Tahap Bounding Attachment

Tahap-tahap dalam melakukan Bounding Attachment (Winarni et al.,

2018)adalah sebagai berikut :

1) Perkenalan dengan melakukan kontak mata, menyentuh,

berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.

2) Ketertarikkan (bounding)

3) Ikatan (Attachmen tadalah ikatan perasaan kasih sayang yang

mengikat individu dengan individu.

Adapun interkasi yang menyangkut, misalnya :

1) Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan

tangan ibu.

2) Sentuhan pada pipidapat menstimulasi respons yang

menyebabkan terjadinya gerakan muka bayi ke arah muka ibu

atau ke arah payudara sehingga bayi akan mengusap-usap

menggunakan hidung serta menjilat putingnya, dan terjadilah

rangsangan untuk sekresi prolaktin.

3) Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan

perasaan saling memiliki antara ibu dan bayi.


18

b. Cara Melakukan Bounding Attachment

Dikutip dari Bahmawati (2003) dalam (Yuliyanti, 2015)Cara melakukan

dalam Bounding Attachment meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Pemberian ASI ekslusif

Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera

setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit

dengan ibunya yang menjadikannya ibu merasa bangga dan

diperlakukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

2) Rawat gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother

bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini

sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya,

karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang

mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan

terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri

dikemudian hari.

3) Kontak mata (Eye to eye contact)

Beberapa ibu berkata begitu baiknya bisa memandang mereka,

ibu merasa lebih dekat dengan bayinya dikarenakan akan

menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Bayi

baru lahir diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada


19

orangtuanya. Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan

karena kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap

perkembangan dimulainya hubungan rasa percaya sebagai faktor

yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.

4) Suara (Voice)

Mendengar dan merespons suara antara orang tua dan bayinya

sangat penting. Suara tangisan pertama bayi membuat orang tua

tegang dan menyakini suara tangisan bayinya dalam keadaan

yang sehat. Dari tangisan bayi, ibu menjadi tenang karena merasa

bayinya dalam keadaan baik-baik saja (hidup). Bayi dapat

mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia

dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan

kekuatan sejak lahir.

5) Aroma (Odor)

Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan

cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman

pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih

memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.

Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat

memberikan perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi

ialah respons terhadap aroma atau bau masing- masing.


20

6) Gaya bahasa (Entrainment)

Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir

bergerak- gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang

dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,

menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti

nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai

berbicara. Bayi baru lahir menemukan perubahan striktur

pembicaraan dari orang dewasa. Artimya perkembangan bayi

dalam bahasa dipengaruhi oleh budaya, jauh sebelum ia

menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian

terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam

memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan

umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi

yang efektif. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif

kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif

yang positif.

7) Bioritme (Biorhytmicity)

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal

(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi

kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat

bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam rahim

dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya


21

seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir

adalah menyesuaikan irama dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat

meningkatkan respons bayi dan interaksi sosial serta kesempatan

bayi untuk belajar.

8) Kontak Dini

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan

merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi

dapat melakukan refleks sucking dengan segera.

Ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak

dini, yaitu sebagai berikut :

a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat

b) Refleks menghisap dilakukan secara dini

c) Pembentuk kekebalan aktif dimulai

d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body

warmth) kehangatan tubuh, waktu pemberian kasih sayang, stimulasi

hormonal.

c. Manfaat Bounding Attachment

Adapun beberapa manfaat dari bounding attchment (Walyani,2015)

ialah :

1) Air liur bayi membersihkan dada ibu dari bakteri .


22

2) Tubuh ibu mampu berfungsi sebagai natural penyesuaian suhu tubuh.

Bila suhu tubuh bayi rendah karena kedinginan, maka tubuh ibu dapat

meningkatkan suhunya kembali normal.

3) Bunyi detak jantung ibu ketika bayi berada di dadanya mampu

membuat nafas bayi menjadi stabil.

4) Bounding attachment dan Inisiasi Menyusui dini dapat menurunkan

angka kematian pada bayi.

5) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai dan menumbuhkan

sikap sosial

6) Bayi akan merasa aman dan berani mengadakan eksplorasi .

d. Hambatan Bounding Attachment

Ada beberapa hambatan dalam melakukan Bounding Attachment

(Yuliastanti,2013) ialah sebagai berikut :

1) Fasilitas IMD

2) Kurangnnya support sistem

3) Ibu dengan resiko (Ibu Sakit )

4) Bayi dengan resiko (Bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik)

5) Kehadiran bayi yang tidak diinginkan

e. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding Attachment

Adapun beberapa prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding

Attachment (Yuliyanti, 2015)ialah :

1) Dilakukan segera (menit pertama , jam pertama )


23

2) Sentuhan orang tua pertama kali

3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan bayi dan

orang tua

4) Kesehatan emosional orang tua

5) Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan

6) Persiapan post neonatal care sebelumnya

7) Tingkat kemampuan , komunikasi dan keterampilan untuk merawat

bayinya

8) Kontak dini sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi

kehangatan pada bayi , menurunkan rasa sakit pada ibu serta

memberi rasa nyaman.

9) Fasilitas untuk kontak lebih lama

10)Penekanan pada hal-hal positif

11)Perawat maternitis khusus Perawat

12)Libatkan anggota keluarga lainnya / dukungan sosial dari keluarga,

teman dan pasangan

13)Informasi bertahap mengenai Bounding Attachment

f. Peran Perawat Dalam Mendukung Terjadinya Bounding Attachment

Ada beberapa peran Perawat dalam mendukung terjadinya Bounding

Attachment (Wijayanti & Hastuti, 2016)diantaranya ialah :

1) Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam

jam pertama pasca kelahiran.


24

2) Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan

respons positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan

dan tindakan.

3) Sewaktu pemeriksaan ANC, Perawat selalu mengingatkan ibu untuk

menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar.

4) Perawat mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi.

5) Perawat juga men-support ibu agar dapat meningkatkan kemampuan

dan keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah

kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat

bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan.

6) Ketika dalam kondisi yang tidak baik memungkinkan untuk

melaksanakan satu cara Bounding Attachment dalam beberapa saat

setelah kelahiran hendaknya Perawat tidak benar-benar memisahkan

ibu dan bayi, melainkan Perawat mampu untuk mengundang rasa

penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera

memeluk bayinya. Pada kasus atau bayi resiko, ibu dapat tetap

melakukan Bounding Attachment ketika ibu memberikan ASI bayinya

atau ketika mengunjungi bayinya di ruang perinatal.


25

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan ( Knowledge)

1. Defenisi Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “ tahu ” , dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek melalui panca indera manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.(Hadiah et al., 2018)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

sesorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya ( mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek

(Notoatmodjo,2014).

Menurut dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Perilaku adalah semua kegiatan

atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun

tidak dapat diamati oleh pihak luar. Penelitian mengungkapkan


26

bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru , didalam

diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan ,yakni :

1) Awareness adalah dimana orang tersebut menyadari

pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest adalah dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation merupakan suatu keadaan mempertimbangkan

terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial adalah dimana orang telah mulai mencoba perilaku baik.

5) Adaptation adalah individu telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan sikap.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior ). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkatan pengetahuan yang berbeda-beda

(Wawan,2016).

Secara garis besarnya menurut (Notoatmodjo,2012 ) mempunyai 6

tingkatan yaitu :
27

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat pengetahuan

yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk menguku

bahwa ia tahu ialah ia dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui

dari materi tersebut secara benar.Seseorang yang telah paham

tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh

dan menyimpulkan.

3) Aplikasi (aplication)

Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat

menggunakan hukum- hukum, rumus, metode dalam situasi

nyata.

4) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan yang menguraikan objek-objek kedalan bagian-

bagian kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut

dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia


28

dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan,

memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat

membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yangbaru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat

menyusun, meringkaskan, merencanakan dan menyesuaikan

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk mengadakan

penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan

kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Wawan (2016)

adalah sebagai berikut :

1) Cara Kuno Untuk Memperoleh Pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam


29

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain

yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakkan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau

disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan

oleh Francis Bacon ( 1561-1626), kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.


30

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap (attitude) adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi

suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak

acuh (M Alisuf, 2010). Hal ini melibatkan emosi dan pendapat orang

tersebut seperti setuju, tidak setuju, baik, tidak baik, senang, tidak

senang, dan lain sebagainya. Disebutkan oleh Lapierre, bahwa sikap

sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara

sederhana, sikap adalah tanggapan terhadap stimulus sosial yang

telah terkondisikan (Azwar S, 2013) Sikap merupakan reaksi atau

tanggapan yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup (Rajaratenam dkk., 2014). Sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa

sikap merupakan tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu

yang bersifat positif ataupun negatif yang biasanya diwujudkan dalam


31

bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap

suatu objek tertentu (Rajaratenam dkk., 2014)..

2. Ciri-Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Notoatmodjo (2010), antara lain :

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan

objeknya.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap

itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-

kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.


32

Sifat sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula

bersifat negatif Heri Purwantoyang di kutip oleh A. Wawan (2010),

yaitu:

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

b. Sikapnegatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, tidak menyukai objek tertentu.

3. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap Beberapa tingkatan menurut Nurmala dkk.,

(2018),sikap terdiri atas 4tingkatan yang dimulai dari terendah hingga

tertitnggi, yaitu:

a. Menerima (receiving) berarti mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan / objek.

b. Merespon (responding) berarti memberikan jawaban jika ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan

merupakan indikasi sikap. Tidak memperhatikan benar atau

salah, hal ini berarti individu tersebut menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing) berarti pada tingkat ini, individu mengajak

orang lain untuk mengerjakan atau mediskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible) merupakan sikap yang paling

tinggi, dengan segala risiko bertanggung jawab terhadap sesuatu

yang telah dipilih.


33

4. Fungsi Sikap

Fungsi sikap Menurut Damiati dkk., (2017),mengklasifikasikan

empat fungsi sikap, yaitu:

a. Fungsi utilitarian adalah fungsi yang berhubungan dengan prinsip-

prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini kosumen

mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar

apakah suatu produk memberikan kepuasaan atau kekecewaan.

b. Fungsi ekspresi nilai berarti konsumen mengembangkan sikap

terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat

produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk

itu mengekpresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya.

c. Fungsi mempertahankan ego berarti sikap yang dikembangkan

oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan

eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi

mempertahankan ego.

d. Fungsi pengetahuan berarti sikap membantu konsumen

mengorganisasi infromasi yang begitu banyak yang setiap hari

dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu

konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam

memilah dan memilih informasi yang relevan dan tidak relevan

dengan kebutuhannya.
34

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-Faktor yang mempengaruhi sikap Menurut A. Wawan (2010),

antara lain :

a. Pengalaman pribadi berarti untuk menjadi dasar dalam

pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan

kesan yang kuat oleh karena itu, sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang di anggap penting berarti individu

cenderung unuk memiliki sikap yang konformisme atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan berarti kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karena kebudayaan yang memberi

corak pengalaman individuindividu masyarakat asuhannya.

d. Media massa berarti dalam pemberitaan surat kabar, radio

maupun media komunikasi lainnya yang seharusnya faktual

disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama berarti konsep moral

dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem


35

kepercayaan tidaklah, mengherankan jika kalau pada gilirannya

konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional berarti suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

6. Cara Mengukur Sikap

Menurut Sunaryo, (2013) cara pengukuran sikap dalam

penerapannya dapat diukur dengan beberapa cara. Secara garis

besar pengukuran sikap dibedakan menjadi 2 cara, antara lain:

Pengukuran secara langsung Pengukuran secara langsung dilakukan

dengan cara subjek langsung diamati tentang bagaimana sikapnya

terhadap sesuatu masalah atau hal yang dihadapkan padanya. dan

Pengukuran secara tidak langsung Pengukuran secara tidak langsung

adalah pengukuran sikap dengan menggunakan tes.

Anda mungkin juga menyukai