BAB 1
KONSEP NIFAS
A. Proses Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI.
2. Pengaruh Hormonal
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-
hormon yang berperan adalah :
a. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal
ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
b. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.
Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi ASI.
c. Follicle stimulating hormone (FSH)
d. Luteinizing hormone (LH)
e. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
f. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju
saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk
ejection reflex.
A. BOUNDING ATTACHMENT
1. Pengertian
a. Klause dan Kennel (1983)
Interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori
pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
b. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosisensorik fisik antara orang
tua dan bayi segera setelah lahir,attachment: ikatan yang terjalin antara
individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu
hubungan emosi danfisik yang akrab.
c. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk
mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera
setelah lahir; attachment: adalah interaksiantara ibu dan bayi secara spesifik
sepanjang waktu.
d. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang
tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di
antara individu.
e. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang
seperti antaraorang tua dan anak pada pertemuan pertama.
f. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan
suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
g. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau
membangun ikatan;attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan
dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
C. SIBLING RIVALLY
Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi
krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.
1. Pengertian Sibling Rivalry
a. Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan
ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang
saudara laki-laki seorang perempuan, disebut juga sib. Rivalry keadaan
kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu
kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang
lebih.
Waktu
No. Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Involusi
1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
2 Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram
3. 1 Minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
4. 2 Minggu Tidak teraba di atas Simfisis 350 gram
5. 6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
6. 8 Minggu Sebesar normal 30 gram
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring
daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat
wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total
jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
(Hari Kedua)
(Hari Ketiga)
(Hari Kelima)
(Hari Keenam)
(Hari Kedelapan)
(Hari Kesepuluh)
1. Istirahat
2. Personal Higiene
J. Anticipatory Guidance
Secara garis besar antipactory guidance meliputi instruksi dan bimbingan dalam
mengantisipasi periode nifas dan bagaimana memberikan asuhan sepanjang masa
nifas tersebut. Antipactory guidance meliputi hubungan antara ibu, bayi, dan
hubungan ibu dengan yang lain.
1) Ibu :
a. Perawatan perineum.
b. Perawatan payudara ibu yang menyusui.
c. Latihan pengencangan abdomen.
d. Nutrisi.
2. Kolaborasi
Kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
secara bersama-sama dgn profesi lain dlm rangka pemberian pelayanan
kesehatan khususnya tentang ibu nifas dgn melibatkan klien dan keluarganya
.Tindakan kolaborasi dgn klien dan keluarga misalnya ibu nifas dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan Mengkaji
kebutuhan asuhan pada ibu nifas dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan
yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi Menentukan
diagnosa, prognosa, dan prioritas sesuai dgn paktor resiko dan keadaan kegawat
daruratan Menyusun rencana asuhan kebidanan pd ibu nifas dgn resiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai prioritas. Melaksanakan asuhan kebidanan dgn
resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas. Mengevaluasi
hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama Menyusun rencana tindak
lanjut bersama klien/keluarga Membuat catatan dan laporan.
3. Tindakan Pengawasan
Tindakan pengawasan Dalam hal ini bidan melakukan tindakan
pengawasan pada ibu nifas dlm asuhan yang diberikannya, meliputi
11) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae berupa hal-hal berikut
ini:
Ada sebagian Ibu menyusui yang takut untuk memompa ASInya, karena
ASI akan terbuang dan berkurang, padahal teori yang betul adalah, semakin
sering ASI dipompa akan semakin banyak ASI berproduksi. Untuk memompa
ASI, sebaiknya langsung memassage payudara dengan menggunakan tangan
kita dari pada memompa dengan menggunakan alat, karena dengan
menggunakan tangan ASI akan semakin terangsang untuk dapat berproduksi.
Hasil yang di dapatkan pun akan lebih banyak dengan menggunakan tangan
dibandingkan dengan mengunakan alat pompa.
f. Hubungan seksual
1) Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami-istri begitu darah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah berhenti dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, inilah saat aman untuk memulai melakukan hubungan
suami-istri kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
waktu tertentu. Misalnya, setelah 40 hari / 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan mulainya hubungan seksual bergantung pada pasangan yang
persangkutan.
g. Keluarga Berencana
1) Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun
petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak di
inginkan.
2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur atau ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah sebesar 2%
terjadi kehamilan.
A. Pendarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan sebagai
perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini :
1. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon,
handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
2. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada
anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat
fatal dari kehilangan darah.
3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
4. Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya
dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca
bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan
fase persalinan.
5. Pendarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan.
Terutama di 2 jam pertama. Kalau terjadi pendarahan maka tinggi rahim
akan bertambah naik, tekanan darah menurun, denyut nadi ibu menjadi cepat.
a. Atonia uteri (> 75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
b. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir
bisa di sebabkan oleh robekan
c. Spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat
terjadi ditempat:Robekan serviks, perlukaan vagina, perlukaan perineum.
d. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik
sebagian atau seluruhnya)
e. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)
f. Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
3. Penanganan umum
a. Hentikan pendarahan
b. Cegah atau atasi syok
c. Ganti darah yang hilang: diberi infus cairan ( larutan garam fisiologis, dan
sebagainya, kalau perlu oksigen ).
B. Infeksi Pada Masa Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Menurut John
Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), definisi morbiditas puerperalis
Tanda dan Gejala Khas Infeksi Vulva, Vagina, dan Serviks, yaitu:
a. Pemberian antibiotik
b. Roborantia
c. Pemantauan vital sign,
d. In take out pasien (makanan dan cairan)
d. Endometritis
Jenis infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam
waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan
kuman yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan
mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan
cairan.pada batas-batas antara daerah yang beradang dan daerah sehat, terdapat
lapisan yang terdiri atas leukosit.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh
darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan
“lokeometra”. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.Pada endometritis yang
tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri,
mulai hari ketiga suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1
minggu keadaan akan menjadi normal. Pada infeksi yang lebih berat, batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Dari hasil pengkajian, ditemukan beberapa data sebagai berikut :
a. Uterus membesar
b. Nyeri pada saat perabaan uterus
c. Uterus lembek
d. Suhu meningkat
e. Nadi menurun
2. Pencegahan :
a. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang
benar
b. Menyusui bayi tanpa jadwal (On demand)
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan
bayi
d. Jangan memberikan minuman lain pada bayi sebelum bayi umur 6 bulan
e. Lakukan perawatan payudara (Berast Care)
3. Penatalaksanaan :
a. Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada
payudara yang normal.
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2) Nadi : 88 kali/menit
3) Suhu : 37 C
4) Resirasi : 28 kali/menit
d. TB/BB : 154 cm / 65 kg
3. DATA PENUNJANG
a. Hb : 11 gram %
b. Golongan Darah : AB
c. Protein urin : (+)
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta.
Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. Diunduh Ahad, 23 Agustus 2016 ; pukul 22.05 WIB aku-
anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html
Astuti, S., Judistiani, R. T., Rahmiati, L., & Susanti, A. I. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Astutik, R. Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui . Jakarta:
Trans Info Media.
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suherni, Widyasih, H., & Rahmawati, A. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:
Fitramaya
Saleha, S. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.
Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
Sofyan, Mustika. 2003. Bidan Menyongsong Masa Depan; 50 tahun Ikatan Bidan
Indonesia. Jakarta: PP IBI. Soepardan, Suryani. 2005. Konsep Kebidanan.
Jakarta:EGC. Make Money
Maryunani, A.2009.Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).Jakarta: Trans Info
Media
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Komariah, K.2005.perawatan ibu masa nifas dan bayi baru lahir. Jakarta