Anda di halaman 1dari 174

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 1

BAB 1
KONSEP NIFAS

1. Pengertian masa nifas


a. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu.
b. Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Obstetri Fisiologi, 1983 )
c. Masa nifas adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.
(Biologi Reproduksi, 2011)
d. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungankembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-
kira 6 minggu. (Abdul Bari, 2000:122).
e. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yangnormal. (F.Gary cunningham,
Mac Donald, 1995: 281).
2. Tujuan asuhan masa nifas
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi.
b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan
bayi sehari-hari.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 2


d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk
mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan anak,
serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak
3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak
dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat
proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama priode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 3


4. Tahapan masa nifas
Masa nifas terdiri dari 3 tahap, yaitu :
a. Puerperium Dini, yaitu masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia,
yang lamanya sekitar 6-8 minggu
c. Remote Puerperium, yaitu masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan

5. Kebijakan program nasional pada masa nifas


Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah a. Mencegah perdarahan masa nifas
persalinanan karena atoni uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan,rujuk jika perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau
salah seorang anggota keluarga
mengenai bagaimana cara mencegah
perdarahan masa nifas karena atoni
uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi yang baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat denagn
cara mencegah hypothrmi.
g. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal denagn
ibu dan bayi yang baru lahir selam 2
jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayinya dalam
keadaan stabil.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 4


2 6 hari setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan
persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai aasuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah a. Memastikan involusi uterus berjalan
persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai aasuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari
4 6 minggu setelah a. Menanyakan pada ibu tentang
persalinan kesulitan-kesulitan yang ia atau
bayinya alami
b. Memberikan konseling KB secara dini.

5. Invoulsi Dan Subinvoulsi


Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang
reproduktif ke bentuk normal atau sebelum hamil.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 5


Invoulsi uteri atau penggerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus. Proses
involusi uteri pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah kira kira
2cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Pada saat ini uterus besarnya kira kira sama dengn besar uterus sewaktu usia
kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Proses involusi uterus :
a. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterin. Enzim proteulitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula
selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri hingga
tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
b. Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi
akan terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru
c. Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan volume intra
uerin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, menggopresi embuluh darah dan
membantu proses homostaksis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan
mengurangi suplai darah ke uterus.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi
pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 6


Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/ proses involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga
proses pengecilan uterus terhambat.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 7


BAB 2
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

A. Proses Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI.
2. Pengaruh Hormonal
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-
hormon yang berperan adalah :
a. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal
ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
b. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.
Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi ASI.
c. Follicle stimulating hormone (FSH)
d. Luteinizing hormone (LH)
e. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
f. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju
saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk
ejection reflex.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 8


g. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi


ASI.Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

3. Proses Pembentukan Laktogen


Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus.Terjadi
pada fase terakhir kehamilan.Pada fase ini, payudara memproduksi
kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan tingkat progesteron
tinggi sehingga mencegah produksi ASI.Pengeluaran kolustrum pada saat
hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis.Hal ini juga
bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 9


b. Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya
kadar hormon progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon
prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat,
memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level
sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini
juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa level
prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu
sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat
dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda
biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar
30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan
payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya,
memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung keluar setelah
melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.Kolostrum
mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang
membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman
memasuki bayi.IgA ini juga mencegah alergi makanan.Dalam dua minggu
pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan
oleh ASI sebenarnya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 10


c. Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.Ketika produksi
ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak. Penelitian
berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh
juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI
sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan
juga seberapa sering payudara dikosongkan.
4. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI
(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).
a. Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu,
dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah
hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi
terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran
yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1) Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan
aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih
tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 11


fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui
akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan
anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau
ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada
ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan puting susu
2) Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise
posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui
duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan
let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi,
memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 12


let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut
dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi :
1) Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke
arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi
akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
2) Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.
Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke
dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di
bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI
keluar.
3) Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.

b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh
isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 13


B. Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara wanita disebut juga glandula mammaria,adalah alat reproduksi
tambahan.
1. Letak
Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi
antara costa kedua dan keenam.Payudara terletak pada fascia superficialis
dinding rongga dada diatas musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh
ligamentum suspensorium.
2. Bentuk
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bulat dan
mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axila (disebut
cauda axiallaris spences)

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 14


3. Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada
stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya
agak lebih besar daripada payudara yang lain.
4. Struktur Makroskopis
a. Cauda axillaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah axilaris
b. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm.
areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap
pada wanita yang berkulit coklat,dan warna tersebut menjadi lebih gelap
pada waktu hamil. Didaerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula
sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan di sebut tuberculum
Montgomeri.
c. Papilla mammae
Terletak dipusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4. Papilla mammae
merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm,tersusun atas
jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.
Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-
kecil yang merupakan muara ductus lactifer.Ductus lactifer ini dilapisi oleh
epitel.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 15


5. Struktur mikrokospis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung
sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi
menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh
lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai
segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit
fungsional yang berisi dan tersusun atas bangun seperti berikut:
a. Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi
oleh sel-sel yang menyekresi air susu,disebut acini,yang mengekstrasi
factor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu.
Disekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang
disebut sel ‘keranjang’ (basket cell).Atau sel ‘laba-laba’ (spider cell). Apabila
sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan
air susu kedalam ductus lactifer.
b. Tubulus lactifer
Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Ductus lactifer
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d. Ampulla
Adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar,yang merupakan tempat
menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.Meluas dari ampulla
sampai muara papilla mammae.
6. Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria
interna,arteria mammaria externa,dan arteria-arteria intercostalis
superior.drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan
masuk kedalam vena mammaria interna dan vena axillaris.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 16


7. Drainase limfatik
Drainase limfatik terutama kedalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan
dialirkan kedalam fissure portae hepar dan kelenjar mediastinum. Pembuluh
limfatik dan masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.
8. Persyarafan
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormone,tetapi
kulitnya dipersyarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat
sejumlah saraf simpatis,terutama disekitar areola dan papilla mammae.
C. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
1. Yakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui, dan ASI adalah yang terbaik untuk
bayinya serta ibu dapat memproduksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi dan
tidak tergantung pada besar kecilnya payudara ibu.
2. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup
3. Membantu ibu mengembangkan keterampilan dalam menyusui.
4. Ibu mengetahui setiap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dan mengerti
bahwa perubahan tersebut normal.
5. Ibu mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan
bagaimana seharusnya menghadapi dan mengatasinya.
6. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
7. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam
pertama. Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi
pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar
selama beberapa jam pertama sesudah lahir.
Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk
membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut.
Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum atau
sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat
dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 17


mereka. Jika mungkin dilakukan ini paling sedikit 30 menit, karena pada saat
itulah kebanyakan bayi siap menyusui.
8. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul. Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu
bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini
juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu
harus mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting
susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangan
sesudah membuang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang
kotor. Ibu harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari,
tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alkohol atau sabun pada putting
susunya.
9. Bantulah ibu waktu pertama kali memberi ASI. Posisi menyusui yang benar
disini adalah :
a. Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang
pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri
b. Duduk. Penting untuk memberikan topangan / sandaran pada
punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90’) terhadap pangkuannya.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara.
a. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b. Mulut dan dagunya berdekatan denga payudara.
c. Areola tidak akan bisa terlihat denga jelas.
d. Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban serta dalam, dan
menelan ASI-nya.
e. Bayi terlihat tenang dan senang.
f. Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 18


10. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung,
rooming in). Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila
lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukan bahwa
bayinya lapar. Bila ibu terpisah tempatnya dari bayi maka ibu akan lebih lama
belajar mengenali tanda-tanda tersebut.
11. Memberikan ASI sesering mungkin.Biasanya bayi baru lahir minum ASI setiap
2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Selama 2 hari pertama sesudah lahir
beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi
dengan cara membangunkannya selama siklus tidurnya setia 2-3 jam.
12. Memberikan Kolostrum dan ASI saja. Makanan lain termasuk air dapat
membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya, karena ibu
memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI dihisap oleh bayi.
Makin banyak ASI yang dihisap oleh bayi makin banyak produksi ASI ibu.
13. Hindari susu botol dan dot empeng.Susu botol dan dot empeng membuat bayi
bingung puting karena mekanisme menghisap botol dandot empeng berbeda
dari mekanisme menghisap puting susu pada ibunya.
14. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling
baik untuk bayi, untuk memberikan dorongan yang baik bagi ibu agar lebih
berhasil dalam menyusui.
15. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu menyusui
yang mengalami hambatan dalam menyusui.
16. Imflikasi kode WHO, yaitu : melarang promosi PASI, melarang pemberian
sample PASI, bidan tidak boleh menerima hadiah dari produsen PASI,
mencantumkan komposisi dan mencantumkan bahwa ASI adalah yang terbaik,
petugas harus mendukung pemberian ASI.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 19


D. Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat untuk bayi
a. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda.
Dengankomposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
b. ASI mudah dicerna oleh bayi dan jarang menyebabkan konstipasi.
c. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
d. ASI kaya akan antibody(zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi
untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.
e. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
f. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan
ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal
ini diduga karena Asi mengandung DHA/AA.
g. Bayi yang diberikan ASI eksklusif samapi 6 bulan akan menurunkan resiko
sakit jantung bila mereka dewasa.
h. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing.
i. ASI dapat mencegah bayi dari penyakit alergi. Keadaan seperti alergi
saluran percernaan atau alergi kulit seperti eczema dapat dicegah.
j. Pemberian ASI dapat meningkatkan intelegensi anak. ASI memiliki
hubungan dengan IQ atau kecerdasan yang tinggi. Adalah asam lemak
dalam ASI yang memiliki peran terhadap perkembangan otak anak.
k. Penyapihan dengan ASI dapat mencegah obesitas dikemudian hari.
Penelitian memperlihatkan pemberian ASI sedini mungkin berkaitan dengan
penurunan resiko obesitas.
l. ASI dapat menurunkan resiko Sindrom Kematian Bayi Tiba-tiba atau SIDS-
sudden infant death syndrome.
m. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 20


2. Manfaat untuk ibu
a. Aspek Kesehatan Ibu
1) Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi
rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
2) Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran
sebelum hamil.
3) Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat
badan lebih cepat.
4) Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada
perempuanmenyusui tercatat paling sangat rendah. Maka dari itulah,
karena begitu besar manfaat dari ASI, maka WHO dan UNICEF
menganjurkan agar para ibu memberikan ASI EKSKLUSIF yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping hingga bayi berusia 6
bulan.
5) Menyusui dapat memproteksi terjadinya osteoporosis dikemudian hari.
b. Aspek Keluarga Berencana
Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena
isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya
ovulasi sehingga menunda kesuburan.
c. Aspek Psikologis
1) Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang
berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan
anak.
2) Menyusui dapat mengurangi tingkat stres dan menurunnya tingkat
perdarahan pasca melahirkan/pasca salin atau hemorrhagic postpartum.
3. Manfaat Untuk Keluarga
a. Aspek Ekonomi
1) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 21


2) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak
mudah terkena infeksi
b. Aspek Psikologis
Memberikan kebahagian pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan
bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat.
4. Manfaat Untuk Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi
bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial.
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui
dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai untuk membeli susu
formula.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal
sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

E. Komposisi Gizi Dalam ASI


1. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar 3,5%-
4,5%. Lemak mudah diserap oleh bayi karena enzim lipase yang terdapat dalam
sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurai Trigliserida menjadi Gliserol dan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 22


Asam Lemak. Keunggulan lemak ASI mengandung asam lemak esensial yaitu
Docosahexaenoic Acid (DHA) Arachionoic Acid (AA) berguna untuk pertumbuhan
otak. Kadar kolesterol dalam ASI lebih tinggi karena untuk merangsang enzim
protektif yang membuat metabolisme kolesterol menjadi efisien.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalamASI adalah laktose dengan kadar 7 gram %.
Laktose mudah terurai menjadi Glukose dan Galaktose oleh enzim Laktose yang
terdapat dalam mukosa saluran pencernaan bayi sejak lahir.
Laktose juga bermanfaat untuk mempertinggi absofsi Kalsium dan
merangsang pertumbuhan Laktobasilus Bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey kadarnya 0,9 %. Selain itu
terdapat dua macam asam amino yaitu sistin dan taurin. Sistin diperluka untuk
pertumbuhan somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak
4. Garam dan Mineral.
5. Zat Besi
Jumlah zat besi dalam ASI termasuk sedikit tetapi mudah diserap. Zat besi
berasal dari persediaan zat besi sejak bayi lahir, dari pemecahan sel darah
merah dan dari zat besi yang terkandung dalam ASI. Dengan ASI bayi jarang
kekurangan zat besi
6. Seng
Seng diperlukan untuk pertumbuhan perkembangan dan imunitas, juga
diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika (penyakit kulit
dan sistim pencernaan)
7. Vitamin
a. Vitamin K
Berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 23


b. Vitamin E
Banyak terkandung dalam kolostrum.
c. Vitamin D
Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.
d. Vitamin A, B, C
8. Zat Protektif
a. Imunoglobulin
Semua jenis imunoglobulin terdapat dalam ASI, seperti IgA, IgG, IgM, IgD,
dan IgE yang berguna untuk imunitas terhadap penyakit.
b. Lisosi
Enzim lisosim dalam ASI berfungsi untuk memecah dinding bakteri dan
antiinflamasi.
c. Laktoperoksidase
Enzim ini beserta dengan peroksidase hidrogen dan ion tioksinat membantu
membunuh streptokokus.
d. Lactobasillus bifidus
Lactobasilus bifidus berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan
asam asetat, menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga
menghambat pertumbuhan mokroorganisme patogen.
e. Lactoferin dan trasferin.
Kedua zat ini merupakan peotein dalam ASI yang berfungsi menghambat
pertumbuhan stapilokokus dan E.coli , dengan cara mengikat zat besi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhannya sehingga kuman tersebut tidak
mendapatkan zat besi.
f. Sel makrofag
Sel makrofag berfungsi membunuh kuman dan membentuk kimplemen C3,
C4 yang berguna sebagai faktor pertahanan lisosim serta lactoferin.
g. Lipase : Lipase merupakan zat anti virus

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 24


h. Air
F. Upaya Memperbanyak ASI
1. Bimbingan prenatal
2. Perawatan payudara dan putting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan
trisemester III.
3. Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.
4. Menyusui on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan
kehendak bayi tanpa dijadwal.
5. Menyusui dengan posisi yang benar.
6. Memberikan ASI ekslusif
7. Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang.
8. Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan bidan
9. Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas
10. Pelayanan pascanatal.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 25


BAB 3
LAKTASI DAN IBU MENYUSUI

A. Tanda Bayi Cukup ASI


Bayi usia 0-6 bulan dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila menunjukan tanda-
tanda sebagai berikut:
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8-10 kali
pada 2-3 minggu pertama.
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi lebih muda
pada hari ke lima setalah lahir.
3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
6. Warna bayi merah atau tidak kuning dan kulit terasa kenyal.
7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan
grafik pertumbuhan.
8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang
usianya).
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup.
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tidur pulas.
B. ASI Eksklusif
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi
usia 2 tahun. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila
memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan:
1. Inisiasi menyusu dini menyusu dini selama lebih kurang 1 jam segera setelah
kelahiran bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 26


2. ASI ekskulsif diberikan pada bayi hanya asi saja tanpa makanan tambahana atau
minuman.
3. ASI diberikan secara on demand atau sesuai dengan kebutuhan bayi setiap hari
selama 24 jam.
4. ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot.

Cara penyimpanan ASI:


1. ASI dapat disimpan dalam botol gelas atau plastik, termasuk plastik klip ± 80-100
cc (untuk satu kali konsumsi).
2. ASI yang disimpan dalam freezer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak
digunakan lagi setelah dua hari.
3. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4ºC.
4. ASI beku tidak boleh dimasak atau dipanaskan, hanya dihangatkan dengan
merendam dalam air hangat.

Petunjung umum untuk penyimpanan ASI dirumah:


1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
2. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari es atau freezen.
3. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas.
4. Tabel penyimpanan ASI.
No ASI Suhu ruang Lemari es Freezer
1 Setelah diperas 6-8 jam(kurang 3-5 hari 2 minggu (freezer jadi
lebih 26 derajat (kurang lebih 4 satu dengan
c) derajat c) refrigerator), 3 bulan
dengan pintu sendiri,
6-12 bulan (-18ºC)
2 Dari freezer, 4 jam atau 24 jam Jangan dibekukan
disimpan dalam kurang (minum ulang
lemari es (tidak berikutnya)
dihangatkan)
3 ASI Suhu ruang Lemari es Freezer

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 27


4 Dikeluarkan dari Langsung 4 jam atau Jangan dibekukan
lemari es diberikan minum ulang
(dihangatkan pada berikutnya
suhu ruang)
5 Sisa minum ASI Minum Buang Buang
berikutnya

C. Cara merawat payudara


Berikut ini kiat masase payudara yang dapat di praktektan sejak hari ke dua usai
persalinan, sebanyak dua hari sekali:
1. Cucilah tangan sebelum memasase
2. Tuang minyak kedua belah tangan secukupnya
3. Pengurutan dimulai dengan ujung jari, caranya:
a. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri.
b. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari
pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting
susu.
D. Cara Menyusui yang Benar
1. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu.
a. Keluarkan sedikit ASI dari puting susu, kemudian dioleskan pada puting
susu dan areola.
b. Ibu berada pada posisi rilek dan nyaman.
c. Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya. Empat hal yang
pokok, yakni:
1) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis.
2) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya kearah
puting susu.
3) Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
4) Untuk BBL: ibu harus menopang badan bayi bagian belakang, disamping
kelapa dan bahu.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 28


d. Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari
yang lainnya menopang bagian bawah payudara, serta gunakanlah ibu jari
untung menggunakan puting susu demikian rupa sehingga mudah
memasukannya kemulut bayi.
e. Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara:
menyentuh bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi mulut
bayi.
f. Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
g. Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakan bayi segera ke payudara
dan bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang digerakan ke mulut bayi.
h. Arahkanlah bibir bawah bayi dibawah puting susu sehingga dagu bayi
menyentuh payudara.
i. Perhatikanlah selama menyusui itu.
E. Masalah-Masalah dalam Pemberian ASI
1. Puting Susu Lecet atau Luka
Penyebab:
a. Bayi tidak menyusu sampai ke kalang payudara, karena kesalahan dalam teknik
menyusui
b. Puting susu terpapar (ada sisa) bahan-bahan seperti sabun, krim, alkohol dll,
karena mencuci puting susu menggunakan bahan-bahan tersebut
c. Penyakit moniliasis pada puting susu yang berasal dari moniasis pada mulut bayi
yang menular ke puting susu
d. Frenulum lidah bayi pendek, sehingga bayi susah menghisap sampai ke kalang
payudara, dan karenanya hisapan hanya sampai ke puting susu
e. Teknik ibu menghentikan bayi menyusui kurang tepat.
Tatalaksana (cara mengatasi) :
a. Bayi disusui lebih dahulu pada puting susu yang tidak mengalami lecet atau
yang lecetnya sedikit

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 29


b. Jangan menggunakan bahan-bahan seperti sabun, alkohol, dan bahan-bahan
lainnya yang dapat menyebabkan ada sisa paparan pada puting susu
c. Sehabis menyusui tidak perlu dibersihkan dan cukup diangin-anginkan karena
sisa ASI sudah merupakan anti infeksi dan pelembut puting susu
d. Bubuhkanlah minyak kelapa pada puting susu
e. Menyusui dilakukan lebih sering, yakni dalam 24 jam kira-kira 8-12 kali
2. Payudara bengkak
Kira-kira pada hari ketiga atau ke empat setelah melahirkan, seringkali payudara
terasa penuh, tegang, dan nyeri. Hal ini disebabkan karena terjadinya asal sekresi
ASI.
Tata laksana (cara mengatasi) :
a. ASI harus dikeluarkan dengan menyusukannya meskipun sedikit terasa sakit.
Hal ini penting karena kalo tidak ada ASI keluar,maka keadaan ASI penuh ini
akan terjadi penumpukan. Sebelum disusukan, payudara di masase terlebih
dahulu dan ASI diperas lembut dengan tangan sebelum menyusui.
b. Kompreslah dengan air dingin agar kekejangan pembuluh darah vena
berkurang disamping itu, untuk mengurangi rasa nyeri. Sebaiknya dilakukan
bergantian kompres tersebut, dengan kompres hangat, guna melancarkan aliran
darah payudara.
c. Menyusuinya menggunakan payudara yang tegang penuh tersebut dilakukan
lebih lama dan lebih sering untuk menurunkan ketegangan payudara.
3. Tersumbat nya saluran laktiferus atau duktus laktiferus (lactiverous duct)
Penyebab:
a. Pemakaian bh yang terlalu ketat.
b. Tekanan jari-jari ibu ketika menyusui.
c. Terjadinya penyumbatan karna asi yang terkumpul tidak segera
dikeluarkan,sehingga terjadi keadaan payudara bengkak, seperti di terangkan di
bagian payudara bengkak.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 30


Tanda dan gejala
a. Benjolan terlihat jelas dalam perabaan lunak.
b. Terasa nyeri, karena adanya pembengkakan yang terlokaldisasi.
Tata laksana (cara mengatasi)
a. Kompres hangat bergantian dengan kompres dingin.
b. Posisi menyusui diubah ubah guna melancarkan aliran ASI.
4. Mastitis atau radang payudara
Penyebab:
a. Payudara membengkak dan tidak di susu kan secara tepat dan benar.
b. Puting lecet menyebabkan terjadinya infeksi sehingga payudara membengkak
c. BH terlalu ketat
d. Asupan nutrisi ibu kurang sehat, disertai kurang beristirahat sehingga
memudahkan terjadinya infeksi pada payudara bila terjadi luka atau lecet
sedikit, karna daya tahan rendah.
Tanda dan gejala:
a. Radang atau bengkak dan terasa nyeri setempat.
b. Warna merah pada seluruh payudara atau hanya setempat.
c. Payudara keras dan berbenjol-benjol.
d. Demam (temperatur badan meningkat) dan sakit.
Tata laksana atau cara mengatasi:
a. Teruskan menyusui menggunakan payudara yang bengkak sesering mungkin
agar terjadi pengurangan banyak asi pada payudara yang membengkak
tersebut.
b. Kompres hangat.
c. Posisi menyusui diubah-ubah setiap saat.
d. Gunakan lah BH yang longgar.
e. Beristirahat yang cukup disertai asupan gizi yang sehat.
f. Banyak minum kira-kira 2liter per hari.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 31


5. Abses payudara
Tanda dan gejala:
a. Payudara berwarna lebih merah mengkilat dari sebelumnya saat baru terjadi
radang.
b. Ibu merasa lebih sakit.
c. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah.
Tata laksana atau cara mengatasi:
a. Lakukan insisi untuk mengeluarkan nanah.
b. Berikan antibiotik dosis tinggi disertai analgetika
c. Bayi disusui pada payudara yang sehat. Asi pada payudara yang sakit diperas
dan tidak digunakan untuk menyusui.
6. ASI Berkurang
Banyak ibu-ibu menyusui mengira ASI dalam payudaranya berkurang. Oleh
karena ibu-ibu tersebut menambah susu formula. Lebih-lebih apabila bayinya
sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya. Payudara terasa kosong,
lembek, pada hal sebenarnya produksi ASI lancar.
7. Bayi bingung puting
Nipple confusion atau disebut bayi bingung puting adalah keadaan bayi yang
diberikan susu menggunakan ASI dengan menyusui bergantian dengan pemberian
susu formula menggunakan dot.
Tanda-tanda bingung puting:
a. Bayi mengisap puting susu seperti menghisap dot.
b. Ketika menyusu terputus-putus seperti mengisap dot susu formula.
c. Bayi menolak untuk menyusu pada payudara ibu.
Pencegahan terjadi bayi bingung puting:
a. Di usahan bayi hanya menyusu pada ibu.
b. Cara menyusu yang tepat.
c. Menyusu nya lebih lama dan lebih sering tanpa ada jadwal (on demand).

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 32


d. Diperlukan kesabaran.
e. Ibu melakukan perawatan payudara post natal secara benar, sistematis, dan
teratur.
8. Bayi enggan menyusu
Kemungkinan lain bayi enggan menyusu:
a. Hidung tertutup lendir atau ingus, karena salesma atau pilek sehingga sulit
bernafas.
b. Bayi mengalami stomatitis atau sariawan, moniliasis sehingga nyeri untuk
menghisap.
c. Terlambat mulainya menyusu ketika berada dirumah sakit, karna tidak dirawat
gabung .
d. Ditinggal ibu cukup lama karna ibunya sakit atau kerja.
e. Bayi yang diberikan dot bergantian dengan menyusu.
f. Teknik menyusui yang salah.
g. ASI kurang lancar atau sebaliknya terlalu keras memancar.
h. Bayi dengan frenulum pendek atau short tongue tile.
Tata laksana atau cara mengatasi :
a. Bila salesma atau pilek, diajarkan cara membersihkan lubang hidung.
b. Bila mulut bayi sakit karena moniliasis atau stomatitis diberi pengobatan.
c. Ibu diberikan kesempatan untuk merawat bayinya sendiri, sehingga lebih
hangat dan dekat secara psikologis dan mengenal sifat bayinya.
d. Teknik menyusui yang benar.
e. Tidak memberikan makanan tambahan.
f. Bila ASI memancar karena deras, keluarkan ASI sedikit sebelum menyusui,
kemudian bayi disusui dengan cara posisi tegak atau berdiri.
9. Bayi sering menangis
Bayi menangis pasti ada sebabnya, karena bayi menangis berarti
berkomunikasi. Oleh karena itu bila sering menangis harus dilakukan penanganan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 33


yang tepat. Bayi menangis bisa karena lapar, takut, kesepian, bosan, pokok atau
pakaian basah atau kotor, sakit.
10. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Umumnya bayi BBLR diikuti dengan tanda-tanda dan gejala, seperti:
a. Refleks mengisap dan menelan lemah bahkan kadang-kadang tidak ada.
b. Bayi cepat lelah.
c. Ketika menyusui sering tersendak dan juga malas mengisap.
Faktor penting guna menangani masalah cara menyusui BBLR menyusui pada
BBLR adalah sebagai berikut:
a. Pemberian dorongan dan semangat agar ibu mau dan mampu menyusui
bayinya.
b. Ketika menyusui bayinya harus selalu dalam kondisi yang hangat.
c. ASI diberikan ketika menyusui itu dengan metode sering yakni antara 1-2 jam
tapi singkat kira-kira 2-3 menit.
d. Pemeliharaan payudara secara teratur dan sistematis.
e. Ketika menyusui kepala bayi ditahan agar tetap menempel pada payudara,
posisi yang di ambil seperti memegang bola.
f. Ketika menyusui menahan dibawah dagu, karna hal seperti ini akan merangsang
bayi untuk menghisap.
g. Dilakukan pengurutan payudara sebelum menyusui agar ASI mengalir terlebih
dahulu sebelum bayi menyusui.
h. Bila diperlukan bayi di bantu dengan lacaid untuk belajar menghisap dan
menelan.
11. Bayi kembar
Ibu yang melahirkan bayi kembar harus mengetahui bahwa asinya cukup
untuk menyusui bayi kembarnya. Umumnya salah satu bayi lebih kuat
menghisapnya dari bayi yang lain. Oleh sebab itu kedua payudara digunakan
untuk menyusui kedua bayi secara bergantian. Posisi biasa hendak nya diberikan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 34


dengan cara bayi dipangku, kepala atau tengkuk terletakan disiku bagian dalam
dari ibu. Lengan ibu menopang punggung sementara tangan memegang pantat.
Perut bayi harus berhadapan dengan perut ibu; kepala atau muka bayi
menghadap payudara. Areola tidak nampak, dagu lebih mendekat pada payudara
dan bila dihisap payudara tidak sakit. Bila harus menyusui dengan cara
bergantian, mulailah dari bayi yang lebih kecil.
Sebagai peringatan, bagi ibu bayi kembar harus meningkat kan asupan gizinya
lebih baik dan lebih kecukupan dari pada yang memiliki bayi tidak kembar,
dengan pengertian baik bayi kembar maupun tunggal asupan gizi harus prima.
12. Bayi sumbing
Pada bayi sumbing sampai ke palatum molle, maka cara menyusui adalah
posisi bayi tegak atau berdiri agar asi tidak masuk ke dalam hidung. Bila sumbing
pada bibir atas saja, maka ketika menyusui jari ibu menutupi sumbingnya, agar
bayi dapat menghisap dengan sempurna.
Bila bayi sumbing bibir sampai palatum durum maupun palatum molle, maka
cara menyusui tidak dapat dilakukan seperti biasa. Ibu harus mengeluarkan asi
dengan cara dipompa, kemudian diberikan ke mulut bayi menggunakan sendok
atau pipet atau botol dot yang ukurannya lebih panjang dari biasanya dan harus
membentuk puting susu sapi atau kambing.
13. Icterus pada neonatus
Icterus atau ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit salaput lendir dan
berbagai jaringan tubuh oleh zat warna ampedu.ikterus pada neonatus bisa
fisiologis atau patologis
Ikterus fisiologis biasa terjadi pada hari 3-4 setelah kelahiran dan terjadi pada
bayi berusia 7-10 hari. Kuningnya warna kulit ini disebabkan karna pada minggu
terakhir masa kehamilan janin membentuk eritrosit sangat banyak untuk
memenuhi kebutuhan oksigen bayi. Setelah bayi dilahirkan dan bayi sudah dapat
menghirup oksigen dari udara bebas, bisa disebabkan eritrosit yang berlebih

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 35


rusak. Warna kuning yang terjadi pada kulit bayi, bisa disebabkan eritrosit yang
rusak atau karna hepar bayi belum dapat berfungsi normal untuk
menetralisasikan eritrosit yang rusak dan menghasilkan bilirubin yang merupakan
pigmen kuning, yang dapat mengakibatkan warna kulit bayi menjadi kuning.
Mengenai ikterus patologis bisa terjadi pada 24 jam pertama sebelum bayi
dilahirkan. Hal ini bisa terjadi karna infeksi atau bisa juga karna intoksikasi obat,
seperti halnya preparat sulpa yang diberikan kepada bu. Terapi pada ikterus dini,
salah satu tindakan yang perlu adalah memberi terapi sinar (photo therapy).
Ikterus yang disebabkan karena asi lazimnya akan terjadi pada usia 4 hari
bahkan lebih, namun hal ini tidak berlangsung lama. Warna kuning yang terjadi
dalam hal ini ialah disebabkan karna hormon pregnance 3 alpha 20 beta diol yang
berkembang didalam asi yang kerjanya akan menghambat konjugasi bilirubin,
sehingga bilirubin sulit di eksresikan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 36


BAB 4
RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR

A. BOUNDING ATTACHMENT
1. Pengertian
a. Klause dan Kennel (1983)
Interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori
pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
b. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosisensorik fisik antara orang
tua dan bayi segera setelah lahir,attachment: ikatan yang terjalin antara
individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu
hubungan emosi danfisik yang akrab.
c. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk
mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera
setelah lahir; attachment: adalah interaksiantara ibu dan bayi secara spesifik
sepanjang waktu.
d. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang
tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di
antara individu.
e. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang
seperti antaraorang tua dan anak pada pertemuan pertama.
f. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan
suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
g. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau
membangun ikatan;attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan
dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 37


h. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
2. Tahap-tahap Bounding Attachment
a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
erbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
3. Elemen-Elemen Bounding Attachment
a. Sentuhan
Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan
cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
b. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata,
orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak
mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
c. Suara
Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga
penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
d. Aroma
Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch,
Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma
susu ibunya (Stainto, 1985).
e. Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orangdewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-
nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 38


Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi
memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu
pola komunikasi efektif yang positif.
f. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk
ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu
saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
g. Kontak dini
Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini
setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa
keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:
1) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
2) Reflek menghisap dilakukan dini.
3) Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
4) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth
(kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi
hormonal).

4. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment


a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
b. Sentuhan orang tua pertama kali.
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
d. Kesehatan emosional orang tua.
e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 39


f. Persiapan PNC sebelumnya.
g. Adaptasi.
h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam
memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi
rasa nyaman.
j. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
k. Penekanan pada hal-hal positif.
l. Perawat maternitas khusus (bidan).
m. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan
pasangan.
n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
5. Keuntungan Bounding Attachment
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
6. Hambatan Bounding Attachment
a. Kurangnya support sistem.
b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

B. RESPON AYAH DAN KELUARGA


Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman.
Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlahanak,
keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir,
ada yang positif dan ada juga yang negatif.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 40


1. Respon Positif.
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
a. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
b. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
c. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2. Respon Negatif
a. Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
b. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai
keinginan.
c. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
d. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa
kurang mendapat perhatian.
e. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran
dalam membinakeluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
f. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
g. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan
rasa malu dan aib bagi keluarga.
3. Perilaku Orang Tua
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang
tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:
a. Perilaku memfasilitasi.
b. Perilaku penghambat.
4. Perilaku Memfasilitasi
a. Menatap, mencari ciri khas anak.
b. Kontak mata.
c. Memberikan perhatian.
d. Menganggap anak sebagai individu yang unik.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 41


e. Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
f. Memberikan senyuman.
g. Berbicara/bernyanyi.
h. Menunjukkan kebanggaan pada anak.
i. Mengajak anak pada acara keluarga.
j. Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
k. Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
5. Perilaku Penghambat
a. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak
untuk menyentuh anak.
b. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak
memberikan nama padaanak.
c. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
d. Tidak menggenggam jarinya.
e. Terburu-buru dalam menyusui.
f. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
6. Respon Orang Tua
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
a. Faktor internal.
b. Faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang
mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan
nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian
yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri
mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah
diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan).

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 42


2) Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor ekternal antara lain perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan
apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari
hari dalam kehidupannya.
3) Sikap Orang Tua
Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi meliputi:
a. Kurang kasih sayang.
b. Persaingan tugas orang tua.
c. Pengalaman melahirkan.
d. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
e. Cemas tentang biaya.
f. Kelainan pada bayi.
g. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
h. Tangisan bayi.
i. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
j. Gelisah tentang kenormalan bayi.
k. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
l. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan
pada anak.
7. Respon Antara Ibu dan Bayi
Respon Antara Ibu dan Bayi sejak kontak awal hingga tahap perkembangannya
meliputi:
a. Touch (Sentuhan).
Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa
bagian kepaladan ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan sebagai
usapan lembut untuk menenangkan bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 43


b. Eye to Eye Contact (Kontak Mata).
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan
segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat
terhadap perkembangandimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusiapada umumnya.
c. Odor (Bau Badan).
Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik
dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan
hidup. Indera penciuman bayiakan sangat kuat, jika seorang ibu dapat
memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu.
d. Bodi Warm (Kehangatan Tubuh).
Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung
meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua
dari prosesmelahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang
segera ini memberi banyak manfaatbaik bagi ibu maupun si bayi yaitu
terjadinya kontak kulit yang membantu agar si bayi tetap hangat.
e. Voice (Suara).
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang
tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu
menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja
(hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak
mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan
membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu
terhalang selama beberapa hari oleh sairan amniotik darirahim yang
melekat dalam telinga.
f. Entrainment (Gaya Bahasa).
Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari
orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 44


kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.
Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga
mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan
membentuk komunikasi yang efektif.
g. Biorhythmicity (Irama Kehidupan).
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu
tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan
dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan
untuk belajar.

C. SIBLING RIVALLY
Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi
krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.
1. Pengertian Sibling Rivalry
a. Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan
ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang
saudara laki-laki seorang perempuan, disebut juga sib. Rivalry keadaan
kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu
kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang
lebih.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 45


Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara
saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang
tua yang mempunyai dua anak atau lebih. Sibling rivalry atau perselisihan
yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagianak-
anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah
sangat mudah terjadisibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan
antar anak-anak seusia seperti itu bersifatambivalent dengan love hate
relationship.

2. Penyebab Sibling Rivalry


Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga
ingin menunjukkan pada saudara mereka.
b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau
mendengarkan dari orang tua mereka.
c. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh
kedatangan anggota keluarga baru/bayi.
d. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat
mempengaruhi proseskedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
e. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran.
f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau
memulai permainan dengan saudara mereka.
g. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan
dalam keluarga adalah normal.
i. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan
anggota keluarga.
j. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 46


k. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi
pada mereka.
3. Segi Positif Sibling Rivalry
a. Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi
positifnya, antara lain:
b. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan
beberapa keterampilan penting.
c. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
d. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang
tua harus menjadi fasilitator.

4. Mengatasi Sibling Rivalry


Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry,
sehingga anakdapat bergaul dengan baik, antara lain:
a. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
b. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
c. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
d. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu
sama lain.
e. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa
terjadi.
f. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan
perhatian dari satu sama lain.
g. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Sehingga adil bagianak satu dengan yang lain berbeda.
h. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 47


i. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan
mereka sendiri.
j. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda
akan kekerasanfisik.
k. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak,
bukan untuk anak-anak.
l. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan
satu sama lain.
m. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang
tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling
rivalry yang paling bagus.

5. Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan


Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan
bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-
anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga
menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayangorang
tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk
derajat stres pada anak-anak ini.
Tingkah laku ini antara lain berupa:
a. Masalah tidur.
b. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun
anggota keluarga lain.
c. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan
menghisap jempol.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 48


6. Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini
adalah usia 1-2 tahun.
Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
a. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu
sebelum kelahiran.
b. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan
menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
c. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang
ditunjukkan oleh anaknya.
d. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.
7. Anak yang Lebih Tua
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12
tahun. Pada anakseusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-
perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari
akankelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian
terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang
mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.
8. Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka.
Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada
juga yang larut dalam perkembanganmereka sendiri. Adaptasi yang
ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam
keluarganya, misalnya:
a. Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
b. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.
c. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila
mengganggu kegiatan mereka sendiri.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 49


d. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.
9. Peran Bidan
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam
pertama pascakelahiran.
b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon
positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 50


BAB 5
PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS

A. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Dalam masa tersebut pasti ibu akan merasakan berbagai macam perubahan. Disini
akan disebutkan secara detail perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa
tersebut. Ada berbagai macam perubahan yang dialami seorang ibu pasca persalinan.
Termasuk dalam pemulihan seperti sebelum hamil. berikut berbagai macam perubahan
yang normal terjadi.
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur
kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut
involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lain yaitu terjadinya
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Organ dalam system reproduksi yang
mengalami perubahan yaitu:
a. Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai
berikut:
1) Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif
anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat
pelepasan plasenta.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 51


3) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai
berikut:

Waktu
No. Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Involusi
1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
2 Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gram
3. 1 Minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
4. 2 Minggu Tidak teraba di atas Simfisis 350 gram
5. 6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
6. 8 Minggu Sebesar normal 30 gram

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 52


Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.Lokia adalah ekskresi
cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses
involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan
alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 Merah Terdiri dari sel desidua, verniks
hari kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir
hari merah
Serosa 7-14 Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih banyak
hari kecoklatan serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta

Alba >14 Putih Mengandung leukosit, selaput lendir


hari serviks dan serabut jaringan yang
mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring
daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat
wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total
jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 53


5) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.Sekitar
minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali. Vagina yang semula
sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil
pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan.Rugae akan terlihat kembali pada
minggu ke 3atau ke 4. Esterogen setelah melahirkan sangat berperan dalam
penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali (Maryunani, 2009;
14).
Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah
menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina
akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan
pertama.
6) Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi karena tekanan kepala bayi yang bergerak maju,
sehingga menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang
memerlukan penjahitan. Namun akan pulih setelah 2-3 minggu (tergantung
elastic tidak atau seberapa sering melahirkan) , perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian,
faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 54


Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:
a. Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua
hari.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia
bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,
hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada
masanifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
a. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
b. Pemberian cairan yang cukup.
c. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
d. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
e. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat
yang lain
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir
nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 55


bayi saat proses melahirkan. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami
edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistansi pada
saat kalla II persalinan dan pengeluara urine yang tertahan selama proses
persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma pada saat
persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.
Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara
lain:
a. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi etensi
urin.
b. Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
c. Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan spasme oleh
iritasi muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi tidak
tertahankan
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletas
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung
lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan
kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 56


Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi berubah menjadi
halus/samar, garis putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek setelah
persalinan karena teregang selama kehamilan. Semau ibu puerperium mempunyai
tingkatan diastasis yang mana terjadi pemisahan muskulus rektus abdominus.
Beratnya diastasis tergantung pada factor-faktor penting termasuk keadaan
umum ibu, tonus otot, aktivitas/ pergerakan yang tepat, paritas, jarak kehamilan,
kejadian/ kehamilan dengan overdistensi. Faktor-faktor tersebut menentukan lama
waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali tonus otot.
5. Perubahan Sistem Endokrin
Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti sebelum
hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya
estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air
susu. Perubahan fisioligis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan melibatkan
perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-jaringan baru. Selama proses
kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada
hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai berikut:
a. Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah
menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu
proses involusi uterus.
b. Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula
pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi
produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan
merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 57


c. HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL,
estrogen, dan progesterone di dalam darah ibu menurun dengan cepat,
normalnya setelah 7 hari.
d. Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20
minggu, dan tidak terjadi diatas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan menyusui
untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya
mulai antara 7-10 minggu.
6. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5⁰C - 38⁰C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,apabila
dalam keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan
akan naik lagi karena ada pembentukan ASI. Buah dada menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau system lain.
Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38⁰C pada 2 hari
berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali hari pertama dan
suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yng disebut bradikardi nifas
(puerperal bradycardia) hal ini terjadi segera setelah kelahiran an biasa berlanjut
sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 58


angka denyut jantung serendah 40-50 detak permenit. Sudah banyak alasan-
alasan yang diberikan sebagai kemungklinan penyebab, btetap[I belum satupun
yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah astu alamat atau
indikasi adanya penyakit,akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah,kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal,pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih lanjut
setelah kala III, ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit di dalam
sirkulasi. Penurunan setelah hari pertama puerperium dan kembali normal pada
akhir minggu ketiga.
Meskipun terjadi penurunan di dalam aliuran darahke organ setelah hari pertama,
aliran darh ke payudara meningkat untuk mengdakan laktasi. Merupakan
perubahan umum yang penting keadaan normal dari sel darah merah dan putih
pada akhir puerperium.
Pada beberapa hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen, plasminogen,
dan factor pembekuan menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu
untuk melakukan koagulasi denagn peningkatan viskositas, dan ini berakibat
meningkatkan resiko thrombosis.Pada persalinan pervaginam kehilangan darah
sekitar 300-400cc. bila kelahiran bayi melalui sectin caesaria kehilangan darah
dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi
akan naik dan pada section caesaria haemokonsentrasi cenderung stabil dan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 59


kembali normal setelah 4-6 minggu.Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan
tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah, keadaan ini akan
menimbulkan beban pada jantung menimbulkan dekompensasi jantung pada
penderita vitium cordial. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala. Umunya hal ini dapat terjaddi pada hari ke-3 sampai hari ke-5
postpartum.
f.Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma
serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental
dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai
15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari
masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai
25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat
bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan
ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama
kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilandiasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum
dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah
selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum
berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 60


B. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan psikologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran bila ibu
mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini
adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Reva Rubin membagi fase ini menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang
dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat
cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Dalam memberikan asuhan,
bidan harus menjadi pendengar yang baik bagi ibu untuk memfasilitasi
kebutuhan psikologis ibu.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
1) Kekecewaan pada bayinya
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
b. Periode taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.
Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 61


Ibu berubah menjadi perhatian dan bertangguang jawab terhadap bayinya,
berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta kesehatan
dan ketahanan tubuhnya, berusaha keras untuk menguasai keterampilan
perawatan bayi, agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal
tersebut.
Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui
yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,
istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Periode letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan, biasanya terjadi setelah ibu pulang ke
rumah.
Ibu akan mengambil alih tanggung jawab pada perawatan bayi. Ibu sudah
mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan
istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah sebagai berikut:
1) Fisik: istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
2) Psikologi: pukungan dari keluarga sangat diperlukan
3) Sosial: perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani
saat ibu merasa kesepian
4) Psikososial.
Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi
orang tua pada saat post partum, antara lain :

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 62


1) Respon dan dukungan keluarga dan teman
Ibu yang baru melahirkan teruma baru pertama kali melahirkan akan sangat
membutuhkan dukungan atau respon yang positif dari keluarga dan teman .
karena akan mempercepat proses adaptasi terhadap peran baru sebagai ibu.
2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirsasi
Melahirkan adalah suatu hal yang sangat mewarnai perasaan ibu. Ia dapat
merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Sehingga akan
memperdekat hubungan ibu dengan ibunya.
3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
Walaupun bukan lagi pengalaman pertamanya lagi, namun kebutuhan untuk
mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya.
4) Pengaruh budaya
Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit
banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini.
2. Post Partum Blues
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan sekuel umum
kelahiran bayi yang biasanya terjadi pada 70 % wanita. Hal ini disebabkan karena
lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormone yang
cepat, dan keraguan terhadap peran yang baru.
Post partum blues biasanya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan
berakhir setelah 10-14 hari. Karakteristiknya merupakan menangis, merasa letih
karena melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri, serta reaksi
negative terhadap bayi dan keluarga. Kunci umtuk mendukung wanita dalam
melalui periode ini yaitu dengan memberikan perhatian dan dukungan yang baik
baginya, serta meyakinkan bahwa ia adalah orang yang sangat berarti bagi keluarga
dan suaminya. Dan juga memberikan kesempatan beristirahat yang cukup.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 63


3. Kesedihan dan Duka Cita
a. Definisi Kehilangan
Kehilangan (loss) adalah suatu setuasi actual maupun potensial yang dapat
dialami oleh individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau seluruhnya, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi
perasaan kehilangan.
Kehilangan menurut Corr, Nabe 1996, adalah sebuah kondisi ketercabutan
atau merasa ada sesuatu yang hilang. Atau secara konseptual kehilangan
merupakan reaksi individu terhadap kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Dalam konteks ini kehilangan dapat terjadi tidak hanya atas kematian saja, tetapi
juga ketika terjadi komplikasi dalam persalinan dan ibu tidak mengantisipasi
sebelumnya atau ketika bayi yang dilahirkan tidak sesuai dengan harapan orang
tua.
Menurut Davies, 1998, kehilangan adalah reaksi normal ketika mengalami
kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai.
b. Jenis Kehilangan
1) Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat
bencana alam)
2) Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat
dirumah sakit, atau berpindah pekerjaan)
3) Kehilan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan, kepergian
anggota keluarga atau tema dekat atau binatang peliharaan)
4) Kehilangan sesuatu aspek (misalnya anggota tubuh atau fungsi psikologis atau
fisik)
5) Kehilangan hidup (kehilangan anggota keluarga atau teman dekat)
c. Tanda dan gejala berduka (Alimul, 2006)

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 64


1) Efek fisik: Letih, selera makan hilang, kurang tenaga, berat badan menurun/
meningkat, nyeri kepala, pandangan kabur, sulit bernapas, lengan
gatal, gelisa.
2) Efek psikologis: Menyangkal, rasa bersalah, marah,benci/ getir, depresi,
merasa gatal , konsentrasi pada masalah, gagal menerima kenyataan, terpaku
pada kematian, konfusi waktu, iritabilitas (mudah tersinggung).
3) Efek sosial: Menarik diri dari aktivitas sosial, isolasi (emotional dan fisik) dari
pasangan, keluarga, atau teman-teman.
Berduka diartikan sebagai respon psikologis terhadap kehilangan. Derajat
kehialangan pada individu direflesikan dalam respon terhadap kehilangan.
Contohnya kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan hingga
berat. Hal ini tergantung dari hubungan dan kedekatan orang yang meninggal
tersebut.
Berduka dibagi menjadi 3 tahap, antara lain :
a. Tahap syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan. Manifrestasi perilaku
meliputi: menyamngkal, ketidakpercayaan, marah, jengkel, ketakutan,
kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan, isolasi, mati rasa,
menangis, tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegentiran, kewaspadaan
akut, kurang inisiatif, dan kurang konsentrasi. Manifrestasi fisik meliputi:
menghela nafas, penurunan berat badan, tidur tidak tenang, keletihan, lesu dan
lemah.
b. Tahap penderitaan (fase realitas)
Tahap ini dimana terjadi penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya
penyesuaian terhadap realitas yang harus ia lakukan. Selama masa ini, kehidupan
orang yang berduka akan terus berlanjut. Saat individu terus melanjutkan
tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya secara bertahap berubah
menjadi kecemasan terhadap masa depan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 65


c. Tahap resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)
Selama periode ini, orang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian
telah komplet, dan individu kembali pada fungsinya secara sepenuh. Bidan dapat
membantu dalam melewati proses berduka.
Dalam penelitiannya tentang wanita dan keluarganya yang mengalami kematian
dan kehilangan pada masa perintal, Swanson-Kauffman (1986, 1988, 1990)
mengidentifikasi suatu kerangka kerja teoritis tentang memberi perhatian (caring)
Kepada orang yang berkabung. Dalam kerangka kerja ini mengidentifikasi lima
komponen dalam konsep memberi perhatian :
a. Mengetahui (knowling)
Dalam konsep ini bidan menggunakan waktu untuk mengajukan pertanyaan
kepada individu untuk memahami apa yang dimaksud dengan kehilangan dan arti
kehilangan tersebut bagi wanita dan keluarganya.
b. Bersama dengan (being with)
Konsep ini merupakan cara bidan menerima wanita dan keluarganya, dengan
cara bidan memahami berbagai persaan dan persepsi yang dialami setiap
anggota keluarga.
c. Melakukan untuk (doing for)
Konsep ini mengacu pada kegiatan yang dilakukan bidan, yang meliputi
perawaan fisik, kenyamanan dan keamanan wanita dan keluarganya, kegiatan ini
meliputi : menawarkan obat-obat penghilang rasa nyeri, duduk berendam (sitz
bath), mempertahankan kepatenan infusi, melakukan pemeriksaan post partum,
dan lain-lain.
d. Memapukan (enabling)
Konsep ini mengacu pada upaya bidan menawarkan pilihan perawatan kepada
wanita dan keluarganya, pemberian informasi, bimbingan antisipasi, pilihan
dalam mengambil keputusan dan dukungan selama perawatan dirumah sakit dan
perawatan setelah dirumah sakit akan membantu keluarga tersebut merasa lebih

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 66


dapat mengendalikan situasi saat mereka tidak memiliki atau kehilangan kendali.
Konsep ini meningkatkan harga diri mereka, membuat mereka merasa lebih
nyaman untuk bertanya tentang pilihan yang didasarkan pada kebutuhan rasa
untuk melupakan kenangan mereka.
e. Mempertahankan keyakinan (maintaining belief)
Konsep ini mengacu pada upaya bidan mendorong wanita dan keluarganya
untuk mempercayai kemampuan mereka sendiri dalam mengumpulkan kekuatan
mereka dan berusaha untuk pulih. Bidan meluangkan waktu dengan keluarga
tersebut, mempelajari kekuatan dan kemampuan mereka.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 67


BAB 6
KEBUTUHAN DASAR PADA IBU NIFAS

A. Nutrisi dan Cairan


Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan
protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila
pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit
baik, tonus otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah
terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang
menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya.
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempegaruhi
produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata –rata memproduksi
ASI sekitar 800 cc yang mengandung 600 kal, sedangkan ibu yang status gizi nya
kurang biasanya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting,
karena bayi akna tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat dan pintar, sebab
ASI mengandung DHA.
1. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca postpartum mencapai
500 kalori. Rata- rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung kal.
Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu
adalah 750 kal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu
pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan
harus ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori terebut, sebesar 700 kal sementara sisanya
(sekitar 200 kal) diambil dari cadagan indogen yaitu timbunan lemak selama
hamil. Mengingatkan efesiensi kofersi energi hanya 80-90% maka energi dari

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 68


makanaan yang dianjurkan (500 kal) hanya akan menjadi energi ASI sebesar
500 kal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energi 680 sampai 807 kal
energi.maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan
ibu akan kembali normal dengan cepat.
2. Kalori
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu
yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil.
Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah
70kal atau 100ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml
yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6
bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan
jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2300-2700 kal ketika
menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI
itu sendiri yang akan dikonsumsi bayinya untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga harus memenuhi syarat,
seperti : susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan
pengawet, dan pewarna.
3. Karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60% karbohidrat.
Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada dalam
jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi
menyerap kalsium dan mudah di metabolisme menjadi dua gula sederhana
(galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat
yang terjadi selama masa bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 69


4. Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika
menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau
mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati.
Protein hewani antara lain : telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju.
Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam : tahu, kacang-
kacangan, dll.
5. Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu
menyusui dianjurkan minum 2-3 liter/hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus
buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan
vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh. Sumber zat pengatur hal
tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Selain
itu nutrisi ibu membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana
kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam ).
6. Zat besi
Pil zat besi (fe) harus diminum, untuk menambahkan zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
7. Lemak
Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira setengah
kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.
8. Vitamin A
Minum kapsul vitamin A (200.000unit) sebanyak 2 kali yaitu pada satu jam
setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
9. Vitamin dan Mineral

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 70


Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan metabolisme
tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu
mendapat perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak
mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.
Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun kandungannya dalam
makanan adalah Vit B6, tiamin, As.folat, kalsium, seng, dan magnesium. Kadar
Vit B6, tiamin dan As.folat dalam air susu langsung berkaitan dengan diet atau
asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak memadai
akan mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu
maupun bayi. Sumber vitamin : hewani dan nabati sedangkan Sumber mineral
: ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan yodium.
a. Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui
antara lain:
1) Mengkonsumsi tambahan kalori setiap hari sebnayaka 500 kal
2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
4) Mengkonsumsi tablet zat besi
5) Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vit A kepada bayinya
b. Fungsi Gizi ibu nifas
1) Sebagai sumber tenaga
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh
3) Mengatur keseimbangan tubuh
c. Manfaat Gizi pada Ibu Nifas
1) Menjaga kesehatan
2) Mempercepat pengembalian alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.
3) Untuk aktivitas dan metabolisme tubuh
4) Untuk meningkatkan produksi ASI
5) Membantu mempercepat penyembuhan luka-luka persalinan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 71


d. Akibat Kekurangan Gizi Pada Ibu Nifas
1) Produksi ASI berkurang / kualitas menurun
2) Luka dalam persalinan tidak cepat sembuh
3) Proses pengembalian rahim dapat terganggu
4) Anemia (kurang darah)
5) Dapat terjadi infeksi
e. Akibat Kelebihan Gizi Pada Ibu Nifas
1) Kegemukan
2) Penyakit jantung
3) Penyakit Hati
4) Tekanan darah tinggi
f. Makanan Yang Harus Dihindari Ibu Nifas
1) Makanan yang mengandung bahan pengawet
2) Minum Kopi
3) Minum softdrink
4) Merokok
5) Minum alkohol
g. Cara Mengolah Makanan yang Benar
1) Pilih sayur-sayuran,buah-buahan, daging dan ikan yang segar.
2) Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan
3) Cuci bahan makanan sampai bersih baru di potong-potong
4) Masak sayuran jangan terlalu matang
5) Hindari penggunaan zat pewarna, pengawet makanan dan penyedap
rasa
6) Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali di pakai
7) Perhatikan tanggal kadaluarsa.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 72


h. Akibat Berpantang Makan Pada Ibu Nifas
Apabila ibu nifas berpantang pada jenis makanan tertentu maka gizi
yang diperlukan tubuh tidak terpenuhi sehiingga hal ini dapat mengganggu
kesehatan ibu.Bila memang terpaksa ibu tidak mengkonsumsi makanan
tersebut, maka makanan tersebut dapat diganti dengan jenis makanan
lainnya yang mempunyai kandungan gizi yang sama ada makanan tersebut.
Jika ibu ingin menyusui bayi kembar dua, kembar tiga atau bayi baru
lahir beserta dengan kakaknya yang balita ibu meembutuhkan kalori Iebih
banyak dari pada ibu menyusui satu bayi saja. Jika ibu ingin menurunkan
berat badan batasi besarnya penurunan tersebut sampai setengah kilogram
perminggu. Pastikan diet ibu mengandung 1500 kalori dan hidrusi diet
cairan atau obat-obatan pengurus badan.
Penurunan berat badan lebih dari setengah kilogram perminggu dan
pembatasan kalori yang terlalu ketat akan mengganggu gizi dan kesehatan
ibu serta dapat membuat ibu memproduksi ASI lebih sedikit.
Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada ibu dan bayi. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh
kembang anak, bayi mudah sakit dan mudah terkena infeksi. Kekurangan
zat-zat essensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.
B. Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas
tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung
kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah thrombosis
pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran
sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak
antara aktivitas dan istirahat.
1. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi miring
kanan atau kiri. Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 73


2. Dalam 4 jam ibu harus duduk. Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap.
3. Dalam 6 jam dapat dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu,
kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang ditempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.

Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin


bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing
ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Manfaat early ambulation adalah sebagai berikut :

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation


b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya
selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian,
dan memberi makan ASI.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-
penelitian yang saksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang
buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit,
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan
sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-
angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setalah bangun dibenarkan mencuci,
memasak, dan sebagainya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 74


C. Eliminasi (BAK dan BAB)
1. Buang Air Kecil (BAK)
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apapun. Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara
spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100
cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih
penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada
ibu postpartum :
a. Berkurangnya tekanan intraabdominal.
b. Otot-otot perut masih lemah.
c. Edema dan uretra, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi musculus spinchter ani selama persalinan, juga karena
adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif.
2. Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari
kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat
pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih
belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).
D. Personal Higiene (Kebersihan diri/perineum)
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena
itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 75


cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat
tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.
Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada
daerah perineum, luka jahitan maupun kulit.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
bayi dan air biasa atau air DTT. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke arah belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan setiap kali selesai BAK atau BAB.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah tersebut.
E. Istirahat dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 76


a. Mengurangi jumlah ASI
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
F. Aktifitas Seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu pada masa nifas harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu lalu dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan
seksual kapan saja ibu siap.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
G. Latihan / Senam Nifas
1. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap
hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah :
a. Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat
mengurangi sakit punggung.
b. Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap,
misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
c. Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.
2. Tujuan
a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.
b. Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat alat kandungan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 77


c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut, dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan.
d. Memperlancar pengeluaran lochea.
e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
f. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.
g. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia, dan lain-lain.
3. Manfaat
Senam nifas adalah membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki
sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis
dan peregangan otot abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul,
dan membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan.
4. Kapan HarusDilakukan Senam Nifas
Senam nifas ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak
ada komplikasi obstetrik atau penyakit masa nifas, misalnya pada ibu dengan
hipertensi, pasca kejang, demam selama / setelah melahirkan. Namun tidak
menutup kemungkinan ibu melakukan sendiri gerakan senam nifas di rumah
setelah kondisi ibu pulih.
Sebaiknya senam nifas dilakukan di antara waktu makan. Bila setelah
makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Bila
sebelum makan ibu akan merasa lemas. Senam bisa dilakukan pagi atau sore
hari.
Gerakan senam nifas sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus
menerus (continue). Setiap gerakan bisa dilakukan selama 8 (delapan) kali
setiap harinya dan boleh ditingkatkan setiap hari menurut kondisi ibu.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 78


5. Persiapan Senam Nifas
Sebelum melakukan senam nifas, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu :
a. Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga.
b. Persiapkan minum, sebaiknya air putih.
c. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur.
d. Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut
nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya
denyut nadi, kemudian hitung selama 1 (satu) menit penuh. Frekuensi nadi
yang normal adalah 60-90 kali per menit.
e. Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika menginginkan.
f. Petunjuk untuk bidan / tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk
melakukan senam nifas : perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-
keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontraindikasi dan periksa tanda
vital secara lengkap untuk memastikan pulihnnya kondisi ibu yaitu tekanan
darah, suhu, pernafasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan sebelum dan
sesudah senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu
memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum
air putih jika diperlukan.

6. Macam-Macam Gerakan Senam


a. Hari Pertama Setelah Melahirkan
Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut
diawali dengan mengambil nafas melalui hidung, kembungkan perut dan
tahan hingga hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut
sambil mengkontraksikan otot perut. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan)
kali.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 79


(Hari Pertama)

b. Hari Kedua Setelah Melahirkan


Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus ke depan. Angkat kedua
tangan lurus ke atas sampai kedua telapak tangan bertemu, kemudian
turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan
bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan
dan bahu terasa kencang. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.

(Hari Kedua)

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 80


c. Hari Ketiga Setelah Melahirkan
Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut ditekuk.
Angkat pantat perlahan kemudian turunkan kembali. Ingat jangan
menghentak ketika menurunkan pantat. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan)
kali.

(Hari Ketiga)

d. Hari Keempat Setelah Melahirkan


Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan, tangan
kanan di atas perut, dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai dagu
menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar anus dan
mengkontraksikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan ke posisi semula
sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot perut.
Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8
(delapan) kali.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 81


(Hari Keempat)

e. Hari Kelima Setelah Melahirkan


Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat
kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri
yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan kontraksikan
perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur pernafasan saat
melakukan gerakan. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.

(Hari Kelima)

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 82


f. Hari Keenam Setelah Melahirkan
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan,
kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90 derajat secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki,
lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan)
kali.

(Hari Keenam)

g. Hari Ketujuh Setelah Melahirkan


Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan. Angkat
kedua kaki secara bersamaan dalam keadaan lurus sambil mengkontraksikan
perut, kemudian turunkan perlahan. Atur pernafasan. Lakukan sesuai
kemampuan, tidak usah memaksakan diri. Ulangi gerakan sebanyak 8
(delapan) kali.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 83


(Hari Ketujuh)

h. Hari Kedelapan Setelah Melahirkan


Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan
tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan
nafas pelan-pelan sambil mengendurkan anus. Ulangi gerakan sebanyak 8
(delapan) kali.

(Hari Kedelapan)

i. Hari Kesembilan Setelah Melahirkan


Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan. Angkat
kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan
kembali pelan-pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki. Atur nafas

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 84


saat mengangkat dan menurunkan kaki. Ulangi gerakan sebanyak 8
(delapan) kali.

j. Hari Kesepuluh Setelah Melahirkan


Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di
belakang kepala, kemudian bangun sampai posisi duduk, lalu perlahan-lahan
posisi tidur kembali (sit up). Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan
yang ditekuk di belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena
akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak
menghentak dan memaksakan.

(Hari Kesepuluh)

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 85


BAB 7
ASUHAN MASA NIFAS NORMAL

A. Pengkajian Data Fisik dan Psikososial


Langkah awal yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas
adalah melakukan pengkajian data. Data yang dikaji meliputi data subyektif dan
data obyektif. Data subyektif digali langsung dari klien atau keluarganya,
sedangkan data obyektif diambil melalui pemeriksaan baik pemeriksaan umum,
pemeriksaan khusus maupun pemeriksaan penunjang.
1. Data Subyektif
a. Identitas istri dan suami
Berisi nama serta latar belakang pendidikan, pekerjaaan suku dan
agama serta alamat lengkap. Hal ini berguna agar saat pemberian
asuhan dapat diberikan dengan memperhatikan sosial budaya dan
ekonomi. Pencantuman alamat lengkap memudahkan dalam kunjungan
rumah dan kondisi yng mengharuskan tindak lanjut di rumah pasien.
b. Data biologis/fisiologis
1) Keluhan utama
Kaji apa yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan bagaimana
pengaruhnya pada ibu. Contoh: Ibu merasa nyeri pada perineum
akibat adanya jahitan luka jalan lahir, sehingga ibu merasa sakit jika
duduk dan upaya yang dilakukan adalah duduk miring kiri atau
kanan.
2) Riwayat kelahiran dan persalinan
Kaji riwayat persalinan secara lengkap dengan menyertai durasi
setiap kala dalam persalinan serta masalah yang ditemui pada setiap
kala, dan tindakan yang dilakukan dalam mengatasi setiap masalah.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 86


3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu
Terutama apabila ibu sudah pernah hamil dan atau melahirkan
sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan
Kaji riwayat kesehatan ibu nifas yang membutuhkan suatu
penanganan segera.
5) Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
Misalnya penyakit ashma dan penyakit keturunan lainnya.
6) Riwayat penyakit menular dalam keluarga
Misalnya TBC, hepatitis dan HIV/AIDS.
c. Riwayat perkawinan
Yang dikaji adalah:
1) Menikah sejak umur berapa
2) Lamanya perkawinan
3) Berapa kali menikah
4) Status pernikahan (karena status pernikahan sangat mempengaruhi
psikologis ibu yang berhubungan dengan masa nifas)
d. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien pernah ikut KB dengan jenis kontrasepsi
apa, berapa lama ibu menggunakan kontrasepsi tersebut, apakah ibu
mengalami keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi
tersebut dan setelah masa nifas ini akan memakai kontrasepsi apa.
e. Pemenuhan kebutuhan dasar
Dikaji dengan tetap memperhatikan kondisi pasien masa nifas.
Kebutuhan:
1) Nutrisi
2) Eliminasi
3) Istirahat

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 87


4) Personal hygiene
5) Mobilisasi
6) Sexual
f. Data pengetahuan/perilaku ibu
Kaji pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi,
perawatan nifas, ASI ekslusif cara menyusui, KB serta hal-hal lain yang
penting diketahui ibu dalam masa nifas dan meyusui.
g. Data psikososial, ekonomi dan spiritual
1) Respons ibu dan suami terhadap kelahiran bayi
2) Pola hubungan ibu, suami dan keluarga
3) Kehidupan spiritual dan ekonomi keluarga
4) Kepercayaan dan adat istiadat
h. Data tambahan
Dapat berisi beberapa data tambahan misalnya obat-obatan yang
diperoleh selama masa nifas.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan Fisik, bidan harus melakukan pemeriksaan
menyeluruh dan terutama berfokus pada masa nifas, yaitu :
1) Keadaan umum, kesadaran
2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan;
3) Payudara: pembesaran, putting susu (menonjol/mendatar, adakah
nyeri dan lecet pada putting ), ASI/Kolostrum sudah keluar, adakah
pembengkakkan, radang atau benjolanabnormal.
4) Abdomen: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
5) Uterus: amati peubahan yang terjadi pada uterus saat masa nifas
6) Kandung kemih kosong

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 88


7) Genetalia dan perineum: pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah,
bau), oedema, peradangan, keadaan jahitan, nananh, tanda-tanda
infeksi pada luka jahitan, keberhasilan erineum, hemoroierakan,
gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri, oedema,
homan’s sign, varises pada anus.
8) Ekstremitas bawah: pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki
yang menyebabkan nyeri, oedema, homan’s sign, varises
b. Pemeriksaan Penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
B. Riwayat Kesehatan Ibu
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah :
1. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
2. Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemetuhan kebutuhan sehari-hari
misalnya pola makan, buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan
istirahat, mobilisasi.
3. Riwayat tentang persalinan meliputi adakah komplikasi, laserasi atau
episiotomi.
4. Obat/Suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi.
5. Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap
peran baru sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu
sekarang, kecemasan, kekhawatiran.
6. Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari.
7. Bagaimana rencana menyusui nanti (ASI Eksklusif atau tidak), rencana
merawat bayi dirumah (dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang
tua/mertua).
8. Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.
9. Pengetahuan ibu tentang nifas.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 89


C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum dan kesadaran
2. “bagaima nda vital
Tekanan na perasaan ibu saat ini?”
3. Tanda-ta
a. Darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara
spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
Bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascaparum,
komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan
darah signifikan.
b. Suhu
Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan
adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat pada hari kedua samapi hari
kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
c. Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
selama beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama
persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses
ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut
abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi
pascapartum lambat.
d. Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 90


memerlukan evaluasi adanya kondisi– kondisi seperti kelebihan cairan,
seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
4. Kepala, wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjunctiva mata,
mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan
bendungan vena jugolaris.
5. Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau
perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital. Pengakajian
payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan dan
integritasi puting, posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah
payudara terisi susu, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda–
tanda mastitis potensial
6. Uterus
Setel.ah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post
partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis. Dinding
uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta
lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan
Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri,
segera setelah persalinan. Otot-otot uterus berkontraksi setelah post
partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Kehamilan menyebabkan dilatasi dan peregangan
pelvis renalis dan ureter , tetapi akan kembali normal pada minggu
keempat.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 91


7. Kandung Kemih
Kesulitan miksi mungkin terjadi pada 24 jam setelah melahirkan , karena
refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan pada
kandung kemih selama melahirkan.Ibu mungkin merasa kurang nyaman
ketika diuresis muncul setelah melahirkan. Jika terjadi incontinencia urin ,
sehingga ibu tidak berkemih dalam 6 jam pertama , maka diperlukan
kateterisasi. Relaksasi otot kandung kemih baru menghilang setelah waktu
3 minggu.
8. Genitalia, Perineum
Setelah persalinan, vagina meregang dan membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil , tapi jarang
kembali ke ukuran nullipara. Kadang - kadang pada persalinan lama
ditemukan oedema dan memar pada dinding vagina . Rugae terlihat
kembali pada minggu ketiga . Himen muncul sebagai beberapa potong
jaringan kecil , merupakan ciri khas pada wanita yang pernah melahirkan.
9. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas
pada betis adanya tanda homan, refleks.
Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu,
dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus.Dorsifleksi
kai tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka tanda homan positif.
10. Pengkajian Psikologis Pada Ibu Nifas
Pada saat masa nifas ini, wanita banayk menglami perubahan
emosional/psikologis, sementara itu ibu harus bisa menyesuaikan dirinya
menjadi seorang ibu, penyebab salahsatu dari perubahan emosional ibu
adalah karena perubahan hormonal yang cepat dan emosi yang labil yang
disebabkan oleh ketidaknyamanan fisik ibu seperti karena jahitan atau
kurang tidur.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 92


Adapun faktor penyebab yang paling memprngaruhi perubahan emosi dan
psikososial ibu adalah:
a. Kekecewaan emosioanl
b. Rasa sakit pada tahap nifas awal
c. Kecemasan ibu dalam memberikan perawatan kepada bayinya
d. Ketakutan akan penampilan dan dirinya yang tidak menarik lagi bagi
suami.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 93


BAB 8
MERENCANAKAN ASUHAN PADA IBU NIFAS

A. Evaluasi Secara Terus-menerus


Bidan harus melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap ibu. Pantau
kondisi ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
Bidan tidak boleh meninggalkan ibu pada dua jam pertama karena pada fase ini
berbagai kemungkinan komplikasi dapat timbul. Perhatikan tanda-tanda bahaya
pada ibu maupun bayi. Adanya kebijakan kunjungan masa nifas pada fase 6-8
jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu pasca persalinan sebaiknya tidak
diinterpretasikan secara kaku. Hal ini berartinya pada keadaan tertentu bidan
dapat memantau ibu satu kali sehari untuk mengetahui kondisi ibu dan deteksi dini
adanya komplikasi. Evaluasi secara terus-menerus meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Meninjau ulang catatan persalinan, pengawasan dan perkembangan
sebelumnya, tanda-tanda vital, hasil laboratorium dan intervensi yang
sudah diterima sebelumnya.
2. Mengkaji pemenuhan kebutuhan sehari-hari, psikologi ibu termasuk adakah
ketidaknyamanan tau kecemasan yang dialami, proses laktasi dan masalah
yang dialami.
3. Pemeriksaan fisik ibu :
a) Mengukur tanda-tanda vital
b) Memeriksa payudara dan puting, apakah ada pembengkakan atau
lecet dan infeksi.
c) Memeriksa abdomen, terdiri dari palpasi uterus (memastikan
kontraksi baik) dan kandungan kemih.
d) Memeriksa lokea : bagaimana jumlah, warna, konsistensi dan bau.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 94


e) Memeriksa perineum : bagaimana penyembuhan (adakah oedema,
hematoma, nanah, luka yang terbuka dan hemoroid)
f) Memeriksa kaki : adakah varises, edema, tanda homan refleks, nyeri
tekan dan kemerahan pada betis.
B. Gangguan Rasa Nyeri
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada persalinan
normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu.
Bidan diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberikan kenyamanan
pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. After pain atau keram perut
Hal ini disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi terus-
menerus pada uterus. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada multipara.
Cara yang efektif untuk mengurangi after pain adalah dengan
mengosongkan kandung kemih yang penuh menyebabkan kontraksi uterus
tidak optimal ketika kandung kemih kosong, ibu dapat telengkup dengan
bantal dibawah perut. Hal ini akan menjaga kontraksi dan menghilangkan
nyeri. Beritahu ibu bahwa ketika ia telengkup pertama kali akan merasakan
kram yang hebat sekitar lima menit sebelum nyeri hilang. Pada keadaan ini
dapat juga diberi analgesik (parasetamol, asam mefenamat, kodein,
asetaminofen).
2. Pembengkakan payudara
Pembengkakan payudara terjadi karena adanya gangguan akumulasi air
susu dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti. Hal tersebut
menyebabkan penyumbatan pada saluran limfa dan vena.
3. Nyeri perineum
Dapat disebabkan oleh episiotomi, laserasi atau jahitan. Sebelum
memberikan asuhan sebaiknya bidan mengkaji apakan nyeri yang dialami

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 95


ibu normal atau ada komplikasi, seperti infeksi. Asuhan yang dapat
diberikan yaitu :
a) Lakukan rendam duduk dalam air hangat atau dingin selama 10
menit. Perhatikan kebersihan bak mandi agar tidak terjadi
infeksi(tidak dilakukan pada ibu dengan jahitan di perinium).
b) Lakukan latihan kegel untuk meningkatkan sirkulasi disaerah tersebut
dan membantu memulihkan tonus otot.
c) Minum paracetamol untuk mengurangi nyeri.
C. Mengatasi Infeksi
Infeksi pada saat masa nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
Infeksi yang meungkin terjadi adalah infeksi saluran kemih, infeksi pada genitalia,
infeksi payudara, dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
1. Kaji penyebab infeksi
2. Berikan antibiotik
3. Tingkatkan asupan gizi
4. Tingkatkan in take cairan
5. Usahakan istirahat yang cukup
6. Lakukan perawatan luka yang infeksi (apabila penyebab infeksi karena
adanya luka yang terbuka)
D. Mengatasi Cemas
Rasa cemas sering timbul pada ibu pada masa nifas karena perubahan fisik dan
emosi masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Tingkat kecemasan akan
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bidan harus bersifat empati dalam
memberikan dukungan secara mental pada ibu untuk mengatasi kecemasan. Atasi
kecemasan dengan cara mendorong ibu untuk mengungkapkan perasaannya,
libatkan suami dan keluarga untuk memberi dukungan, dan beri pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan sehingga dapat membangun kepercayaan diri dalam
berperan sebagai ibu.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 96


E. Menjelaskan Tentang Gizi, KB, Tanda Bahaya, Hubungan Seksual, Senam
Nifas, Perawatan Perineum & Perawatan Bayi Sehari-hari, dll
1. Gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratur. Disamping itu harus mengandung :
a) Sumber tenaga (energi)
b) Sumber pembangun (protein)
Protein diperlikan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang
rusak atau mati.
c) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalm
tubuh. Ibu menyusui sedikitnya minum air sebanyak 3 liter setiap
hari.
2. KB ( Keluarga Berencana)
a) Kaji keinginan pasangan mengenai siklus reproduksi yang mereka
inginkan
b) Diskusikan dengan suami
c) Jelaskan masing-masing alat kontrasepsi
d) Pastikan pilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai untuk mereka
3. Tanda Bahaya
Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat penting yang
harus disampaikan kepada ibu dan keluarga. Jika ia mengalami salah satu
atau lebih keadaan berikut maka ia harus secepatnya datang ke bidan atau
dokter.
a) Perdarahan per vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak.
b) Pengeluaran per vagina yang berbau menusuk (menyengat).

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 97


c) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d) Pembengkakan diwajah atau ditangan.
e) Rasa sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
f) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa
tidak enak badan.
g) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan sakit.
h) Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.
i) Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
j) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayi atau dirinya sendiri.
k) Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.
4. Hubungan Seksual
a) Diawal-awal selesai masa nifas lakukan hubungan seksual dengan
hati-hati karena biasanya akan nyeri pada perineum.
b) Diskusikan dengan suami mengenai pola dan teknik hubungan
seksual yang nyaman.
c) Berikan peringatan pada suami mengenai kemungkinan keluhan yang
akan dialami istri saat berhubungan seksual yang pertama kali
setelah melahirkan.
5. Senam Nifas
Lakukan senam nifas dengan aturan senam nifas sebagai berikut :
a) Senam nifas dilakukan pada hari pertama post partum
b) Dilakukan 2 kali sehari
c) Setiap macam gerakan dilakukan 5-10 kali
6. Perawatan Perineum
a) Usahakan luka selalu dalam keadaan kering
b) Hindari menyentuh luka perineum dengan tangan
c) Bersihkan kemaluan dari arah depan ke belakang

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 98


d) Jaga kebersihan daerah perineum
7. Perawatan Bayi Sehari-hari
a) Perhatikan lingkungan bayi tetap hangat untuk menjaga supaya tidak
terjadi penurunan suhu bayi.
b) Cegah iritasi kulit bayi dengan selalu menjaga kebersihan tangan
bayi atau pengasuh bayi.
c) Jika bayi mengalami iritasi kulit, hindari pemakaian bedak pada lokasi
iritasi.
d) Olesi kulit yang iritasi dengan salep sesuai dengan resep dokter atau
jika iritasi ringan cukup olesi dengan minyak kelapa bersih atau
Virgin Coconut Oil.
e) Jaga kebersihan kulit bayi, hindari kulit lembab dengan mengganti
baju minimal 2 kali sehari atau sewaktu-waktu ketika basah.
f) Hindari menggosok kulit bayi terlalu keras ketika membaersihkan
daerah anus dan genital.
g) Jika ditemukan tanda-tanda alergi pada kulit, misalnya kemerahan
dan berbintik-bintik segera konsultasikan ke dokter dan hentikan
untuk sementara produk bayi yang digunakan.
h) Usahakan menjemur bayi tiap pagi antara pukul 6.30 sampai dengan
7.00 WIB.
i) Untuk kenyamanan bayi, pijat kaki dan tangan bayi menjelang tidur
menggunakan baby oil.
j) Hindari memijat perut bayi.
k) Bersihkan selalu sekitar mulut bayi setiap kali memberikan minum
pada bayi.
l) Untuk menghindari trauma kulit bayi karena kulit bayi yang tajam
dan panjang, usahakan selalu memakaikan sarung tangan pada bayi.
m) Pilih bahan baju yang tidak kaku dan menyerap keringat untuk bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 99


n) Sediakan selalu minyak telon/kayu putih sebagai antisipasi jika bayi
mengalamigangguan perut (kembung) atau kedinginan.
F. Memberikan Kenyamanan pada Ibu
Ibu nifas membutuhkan kenyamanan dalam menjalani peran barunya sebagai
ibu. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan yang dapat memberi rasa
nyaman pada ibu.
Ada beberapa hal yang membantu memberikan kenyamanan pada ibu antara
lain :

1. Istirahat

Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah


kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah
tangga biasa perlahan-lahan. Menyarankan ibu untuk tidur siang. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.

2. Personal Higiene

Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh, Mengajarkan


ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
Menyarankan ibu untuk ganti pembalut minimal 2 kali sehari, Menyarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah genetalia, Nasehati ibu untuk membersihkan dari
setiap kali BAB atau BAK, Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi
sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 100


G. Membantu Ibu Untuk Menyusui Bayi
ASI eksklusif selama 6 bulan sangat penting bagi bayi. ASI memiliki
kandungan yang paling sempurna yang dapat memberikan kekebalan bagi bayi.
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif tersebut diawali dengan bagaimana ibu
mulai menyusui. Pada ibu yang baru pertama kali punya bayi diperlukan proses
untuk dapat menyusui dengan tepat sehingga memperoleh kenyamanan baik ibu
nya maupun pada bayinya. Bidan sebagai provider berperan penting dalam
membantu ibu menyusui bayinya. Ajarkan ibu teknik menyusui yang baik, bila ada
masalah berkaitan dengan menyusui segera atasi.
H. Fasilitasi Menjadi Orangtua
1. Berikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan kemampuan mereka
menjadi orangtua.
2. Upaya untuk belajar merawat bayi yang selama ini telah dilakukan sudah
cukup bagus.
3. Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah suatu anugrah
sekaligus amanah yang harus dirawat sebaik-baiknya.
4. Dengan adanya anak akan mengubah beberapa pola dan kebiasaan sehari-
hari, misalnya istirahat, perhatian terhadap pasangan, komunikasi, tuntunan
dan tanggung jawab orangtua sebagai pendidik bagi anak.
I. Persiapan Pasien Pulang
Ketika pasca persalinan berlangsung normal, ibu dan bayi dalam keadaan
sehat, bidan menentukan bahwa ibu dapat dipulangkan. Sebelum ibu pulang
diperlukan persiapan persiapan agar dapat menjalani kehidupan dirumah bersama
bayi dan keluarganya dengan aman.
1) Ibu :
a. Pastikan kondisi ibu siap untuk dibawa pulang.
b. Obat – obatan yang akan dibawa pulang disiapkan dan diajari cara
meminumnya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 101


c. Penjelasan waktu kontrol kesehatannya.
d. Mengajari ibu tanda-tanda bahaya. Ajarkan ibu jika melihat hal-hal
berikut atau perhatikan bila ada sesuatu yang tidak beres, sehingga
perlu menemui seorang bidan dengan segera :
a) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi
lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam).
b) Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c) Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.
d) Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
e) Pembengkakan pada wajah dan tangan
f) Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa tidak
enak badan.
g) Payudara merah, panas, dan / atau sakit.
h) Kehilangan selera makan untuk waktu yang lama.
i) Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan, dan / atau pembengkakan
pada kaki.
j) Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri
dan bayinya.
k) Merasa sangat letih atau napas terengah-engah.
e. Mengajari ibu proses fisiologis masa pasca bersalin dan perilaku yang
baik pada kondisi tersebut :
a) Pengeluaran lokia
Setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaannya
sendiri dengan cara membersihkan lapisan bagian luar, dan
membangun kembali lapisan baru dari dalam. Ketika ia menguras
lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar melalui vagina seperti

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 102


saat datang bulan. Warna dan konsistensinya akan berubah
seiring waktu. Jelaskan tentang jumlah dan konsistensi yang
normal dari lokia. Sangat penting menjaga kebersihan,
mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga vagina tetap
kering dan bersih.
b) Nyeri setelah kelahiran pada fundus
Mulas terjadi karena rahim berkontraksi agar ia dapat kembali
ke keadaan sebelum hamil. Selain itu, dipengaruhi oleh
pemberian obat-obatan dan proses menyusui. Ada beberapa hal
yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain :
• Cegah agar kandung kemih tidak penuh
• Berbaring telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut
• Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
• Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui
• Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting
untuk mengendalikan perdarahan
c) Perineum
Vagina dan vulva akan sedikit memerah, bengkak, lecet, dan
nyeri, mungkin juga terluka. Selain itu, terasa lebih lembut.
Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan untuk
mengurangi rasa nyeri :
• Kompres es
• Rendam duduk
• Latihan kegel
d) Hemoroid
Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan
upaya meneran. Ada beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri
ini, yaitu :

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 103


• Rendam duduk
• Hindari duduk terlalu lama
• Banyak minum dan makan makanan berserat
• Bidan dapat menggunakan salep nupercainal
e) Diuresis/diaforesis
Saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak. Setelah
lahir, tubuh membuangnya lewat urine dan keringat. Hal ini
terjadi pada minggu pertama pascabersalin. Anjurkan ibu untuk
tidak menghambat proses ini. Tetaplah minum air putih yang
banyak, hindari menahan berkemih, kenakan pakaian yang
menyerap keringat, dan lain-lain.
f) Bengkak dan pembesaran payudara
• Kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang
dihangatkan, atau mandi hangat.
• Jika bengkak, perah ASI secara manual sebelum
memberikannya kepada bayi.
• Jika bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah
susu secara manual.
• Gunakan BH/bra yang baik.
• Jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
g) Hubungan seksual
Dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika
tidak ada perdarahan dan luka episiotomi sudah sembuh. Untuk
mengurangi rasa nyeri, gunakan lubrikasi. Penetrasi penis harus
hati-hati.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 104


2) Suami
a. Ikut berperan serta dalam merawat ibu dan bayinya.
b. Selalu siaga dan waspada jika terdapat tanda-tanda bahaya serta siap
mengantar istri dan anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Selalu memberikan dukungan fisik dan psikologi terhadap istri dalam
rangka keberhasilan proses menyusui.
d. Sebagai pembuat keputusan kapan istri harus beristirahat.
3) Bayi
a. Kondisi bayi baik, tidak ada gangguan pernapasan, badan kuning, dan
gangguan eliminasi.
b. Pastikan refleks isap baik dan proses menyusui tidak ada masalah.
4) Keluarga
a. Adanya dukungan yang positif bagi ibu nifas untuk keberhasilan proses
adaptasi dan menyusui.
b. Penentuan pengambilan keputusan yang dominan dalam keluarga
mengenai kapan harus beristirahat dan jenis makan apa yang boleh
dimakan.

J. Anticipatory Guidance
Secara garis besar antipactory guidance meliputi instruksi dan bimbingan dalam
mengantisipasi periode nifas dan bagaimana memberikan asuhan sepanjang masa
nifas tersebut. Antipactory guidance meliputi hubungan antara ibu, bayi, dan
hubungan ibu dengan yang lain.
1) Ibu :
a. Perawatan perineum.
b. Perawatan payudara ibu yang menyusui.
c. Latihan pengencangan abdomen.
d. Nutrisi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 105


e. Istirahat.
f. Personal higenitas.
g. Tanda-tanda bahaya, meliputi demam, perdarahan, nyeri abdomen,
bengkak payudara, odem tungkai, dan depresi.
h. Bagaimana menghubungi bidan/sumber lain.
i. Jadwal kembali kontrol kesehatannya.
2) Bayi :
a. Informasi edukasi bagi ibu yang menyusui.
b. Jika membersihkan susu dari botol, jelaskan cara penyimpanan susu,
perawatan, peyimpanan susu, perawatan, penyiapan botol dan dot susu,
dan cara memegang bayi saat memberikan susu botol.
c. Cara menyendawakan.
d. Memandikan bayi.
e. Memakai pakaian.
f. Perawatan tali pusat.
g. Pencegahan ruam popok.
h. Cara mengukur TTV.
i. Mengerti arti tangis bayi, misalnya lapar, BAK, posisi tidak nyaman, nyeri,
dan pakaian yang kurang menyerap keringat.
j. Tanda bayi sakit, misalnya demam, diare, ikterus, dan lain-lain, segera
beri perawatan.
k. Pentingnya check up dan imunisasi.
3) Ibu dalam hubungannya dengan orang lain :
a. Sibling rivalry.
b. Kebutuhan dan ketakutan panangannya.
c. Transisi hubungan keluarga.
d. KB.
e. Memulai kembali hubungan seksual.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 106


f. Kebutuhan waktu untuk bersama dengan pasangannya dan berpisah
dengan bayinya.

K. Deteksi Dini Komplikasi pada Ibu Masa Nifas


Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
1) Perdarahan pervaginam
a. Atonia uteri
a) Definisi: Atonia uteri adalah gagalnya uterus yang berkontraksi
dengan baik setelah persalinan.
b) Penyebab:
• Umur yang terlalu muda/terlalu tua
• Partus lama
• Uterus terlalu regang atau besar (pada gemelli, bayi besar
• Kelainan uterus
b. Robekan jalan lahir
a) Definisi: Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering
perdarahan postpartum.
b) Gejala
• Perdarahan segera
• Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir
• Kontraksi uterus baik
• Plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat
• Ibu tampak lemah
• Menggigil

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 107


c. Retensio plasenta
a) Definisi: Keadaan ketika plasenta belum lahir dalam waktu lebih dari
30 menit setelah bayi lahir.
b) Penyebab
• Plasenta belum lepas dari dinding uterus
• Plasenta sudah lepas akan, tetapi belum dilahirkan
d. Tertinggalnya sisa plasenta
Definisi: Jika ditemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan masih
adanya perdarahan pervaginam, padahal plasenta telah lahir.
e. Inversio uteri
a) Definisi: Keadaan ketika keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya ke dalam kavum uteri.
b) Penyebab
• Uterus lembek, lemah, dan tipis dindingnya.
• Kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah).
• Tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya,
mengejan/batuk).
2) Infeksi masa nifas
a. Infeksi pada vulva, vagina, dan serviks
b. Endometritis
c. Septikemia dan pyemia
d. Peritonitis, salpingitis, dan ooforitis
3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
4) Pembengkakan diwajah atau ekstremitas
5) Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih
6) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
7) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
8) Rasa sakit, merah, lunak, dan atau pembengkakan dikaki

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 108


9) Gangguan psikologi yang dapat terjadi pada masa nifas
L. Health Education : Nutrisi, Higiene, Perawatan Perineum, Istirahat dan
Tidur, Ambulasi
1. Nutrisi
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung
cukup protein, cairan serta banyak buah-buahan dikarenakan mengalami
hemokonsentrasi. Bagi ibu nifas yang menyusui dalam hal nutrisi harus :
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2. Hygiene
Kebersihan diri ibu sehabis bersalin sangat penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi masa nifas yang disebabkan dibeberapa bagian
tubuh ibu terdapat luka seperti bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir,
proses pengembalian fungsi tubuh sebelum hamil sehingga memerlukan
asuhan seperti :
a) Anjurkan ibu kebersihan seluruh tubuh.
b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar
vulva terlebih dahulu dari depan ke belakan, baru kemudian
bersihkan daerah anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri
setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 109


c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e) Jika ibu memiliki luka episiotomi atau laserasi sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3. Perawatan perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam
masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik
seperti pada waktu sebelum hamil.
a) Tujuan perawatan perineum
Menurut Hamilton (2002) adalah mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Sedangkan menurut
Moorhouse et. Al. (2001) adalah pencegahan terjadinya infeksi pada
saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak
aatu aborsi.
b) Lingkup perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi
organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat
dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea
(pembalut).
Waktu perawatan perineum menurut Feerer (2001) adalah :
1) Saat mandi : pada saat mandi, ibu post partum pasti
membuka pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan
terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 110


pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu diperlukan
pembersihan perineum ibu.
2) Setelah buang air kecil : pada saat buang air kecil
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rectum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum
untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3) Setelah buang air besar : diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan
perineum secara keseluruhan.
4. Istirahat dan tidur
Istirahat pada ibu selama masa nifas cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Sarankan ia untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga
biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak
mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
5. Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena
merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur
dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat
penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah
untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 111


menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul
sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh tubuh.
Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dikonfirmasikan oleh
jumlah penelitian yang terkontrol baik. Para wanita menyatakan bahwa
mereka merasa lebih baik dan lebih kuat setelah ambulasi awal. Komplikasi
kandung kemih dan konstipasi kurang sering terjadi. Yang terpenting,
ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi thrombosis dan emboli
paru pada masa nifas.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 112


BAB 9
PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN DAN EVALUASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA ASUHAN MASA NIFAS NORMAL

A. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan


Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan fungsi kegiatan yang menjadi
tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan klien yang mempunyai
kebutuhan atas masalah dalam bidang kesehatan masa ibu hamil, masa ibu bersalin
dan masa nifas (Musbir. W, 1999:13)
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan, rencana asuhan menyeluruh
dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan
oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan.
Dalam situasi ketika bidan harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena
pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manegement yang efisien akan
menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan.
Keberhasilan pelayanan akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang
bidan dalam kaitan hubungan timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan,
perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan.
1. Tindakan Mandiri
Tindakan mandiri adalah Suatu tindakan yang dilakukan secara mandiri oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan (khususnya asuhan kebidanan pada
masa nifas). Sebagai seorang bidan bekerja bukan saja merupakan team work,
seperti di RS, RB tetapi bidan harus dapat mengerjakan secara mandiri
(perorangan). Oleh karena itu pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan oleh
bidan pada masa nifas sepenuhnya merupakan tanggung jawab bidan tersebut

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 113


a. Penatalaksanaan tindakan mandiri
1) Pemantauan dalam 4 jam pertama post partum ( vital sign, tanda-tanda
perdarahan
2) Perawatan ibu post partum
3) Bimbingan menyusui dini
4) Bimbingan pemantauan kontraksi uterus kepada pasien dan keluarga
5) Pemberian dukungan psikologis kepada pasien dan suami
6) Pemberian pendidikan kesehatan
7) Pemberian tablet vitamin A dan zat besi roborantia
8) Bimbingan cara perawatan diri dan payudara

2. Kolaborasi
Kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
secara bersama-sama dgn profesi lain dlm rangka pemberian pelayanan
kesehatan khususnya tentang ibu nifas dgn melibatkan klien dan keluarganya
.Tindakan kolaborasi dgn klien dan keluarga misalnya ibu nifas dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan Mengkaji
kebutuhan asuhan pada ibu nifas dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan
yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi Menentukan
diagnosa, prognosa, dan prioritas sesuai dgn paktor resiko dan keadaan kegawat
daruratan Menyusun rencana asuhan kebidanan pd ibu nifas dgn resiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai prioritas. Melaksanakan asuhan kebidanan dgn
resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas. Mengevaluasi
hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama Menyusun rencana tindak
lanjut bersama klien/keluarga Membuat catatan dan laporan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 114


b. Penatalaksanaan tindakan kolaborasi antara lain
1) Dengan dokter ahli kandungan
a) Penanganan perdarahan dan infeksi
2) Dengan psikolog
a) Penanganan depresi post partum lanjut
b) Penganganan depresi karena kehilangan
3) Dengan ahli gizi
a) Penaganan anemi berat
b) Upaya perbaikan status gizi pada ibu nifas dengan status gizi buruk
c) Penanganana pada pasien yang mengalami kehilangan nafsu makan
dalam jangka waktu yang lama
d) Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien vegetarian
e) Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien dengan keadaan
tertentu ( penyakit DM, jantung, infeksi kronis )
4) Dengan ahli fisioterapi
a) Penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang
berkepanjangan
b) Pemulihan kondisi pasien setelah operasi sesar
5) Dengan dokter ahli penyakit dalam
a) Penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya, TBC, hepatitis,
infeksi saluran pencernaan)
b) Penanganan HIIV/AIDS
c) Penanganan pasien dengan penyakit gangguan pernapasan
d) Penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung

3. Tindakan Pengawasan
Tindakan pengawasan Dalam hal ini bidan melakukan tindakan
pengawasan pada ibu nifas dlm asuhan yang diberikannya, meliputi

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 115


pengawasan terhadap : Suhu, tekanan darah, nadi, ukuran dan tonus uterus,
kandung kemih, perdarahan tinggi fundus uteri, laktasi, BAB, pengeluaran
lokea, gizi, kejiwaan.

c. Penatalaksanaan Tindakan Pengawasan


1) Pemantauan keadaan umum
2) Pemantauan perdarahan
3) Pemantauan tanda-tanda bahaya post partum
4) Pemantauan keadaan depresi post partum

4. Pendidikan Atau Penyuluhan


Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada ibu
tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya pada masa nifas
meliputi: Kebersihan diri, istirahat, latihan senam nifas, gizi, cara menyusui,
perawatan payudara, hubungan seksual, keluarga berencana, imunisasi untuk
bayi, cara minum obat, kebersihan lingkungan, perawatan perineum, cara
merawat tali pusat, agar bayi tetap hangat, cara mengganti popok, kapan
harus kontrol kembali, jangan memisahkan bayi dengan ibunya.

d. Penatalaksanaan Pendidikan Atau Penyuluhan


1) Pasien
a) Waspada tanda-tanda bahaya
b) Perawatan diri dan bayi
c) Gizi (in take cairan dan nutrisi)
d) Kecukupan kebutuhan istirahat dan tidur
e) Konsumsi vitamin dan tablet zat besi
f) Cara menyusui yang benar
g) Komunikasi dengan bayi

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 116


h) Perawatan bayi sehari-hari
2) Suami
a) Pengambilan keputusan terhadap bahaya istri dan bayi
b) Pengambilan keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri dan bayi
c) Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri dan bayi
d) Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses adaptasi
peran ibu dan proses menyusui.
3) Keluarga
a) Pemberian dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran dan
proses menyusui
b) Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien
c) Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien

B. Evaluasi Asuhan Kebidanan


Evaluasi adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan yang berupa
tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana serta bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan. Bila tindakan yang
dilakukan mencapai tujuan, perlu dipertimbangkan kemungkinan masalah baru yang
timbul akibat keberhasilan. Dan sebaliknya bila tindakan tidak mencapai tujuan,
maka langkah-langkah sebelumnya perlu diteliti kembali. (Depkes RI, 1995 : 11)
1. Tujuan diberikannya asuhan kebidanan antara lain :
a. Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan
b. Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman dan penuh
percaya diri
c. Memastikan pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan bayi
d. Meyakinkan ibu dan pasangannya utntk mengembangkan kemampuan
mereka sebagai orang tua dan utnuk mendapatkan pengalaman berharga
sebagai orang tua

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 117


e. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
mereka, serta mengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Selain itu, evaluasi memiliki beberapa kriteria, antara lain :
1) Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.
Dalam evaluasi harus dicantumkan juga ;
S : Data subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamnesa.
O : Data objektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, diagnose yang
dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.
A : Assesment
Menggambarkan hasil analisa data dan interpretasi data subjektif dan
objektif dalam suatu identifikasi.
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnose lain/masalah potensial
P : Planning
Menggambarkan perdokumentasian, perencanaan, tindakan, evaluasi
berdasarkan assessment
2. Efektivitas Tindakan untuk Mengatasi Masalah, serta Hasil Asuhan
Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, yaitu dalam melakukan
evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada pasien,
kita perlu mengkaji respons pasien dan peningkatan kondisi yang kita targetkan
pada saat penyusunan perencanaan. Suatu rencana asuhan diformulasi secara
khusus untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarganya. Sedapat mungkin bidan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 118


melibatkan mereka semua dalam rencana dan mengatur prioritas serta pilihan
mereka untuk setiap tindakan yang dilakukan. Hasil pengkajian ini kita jadikan
sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
Hasil asuhan evaluasi
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan
keluarga yang meliputi pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan
emosional, peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai
perawatan diri, serta peningkatan kemandirian pasien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan kesehatannya

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 119


BAB 10
TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DI RUMAH

A. Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah


1. Jadwal Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Apapun sumbernya, kunjungan rumah
direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan
kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam
setelah pulang. Jarang sekali suatu kunjungan rumah ditunda sampai hari ke tiga
setelah pulan kerumah. Kunjungan berikutnya direncanakan di sepanjang minggu
pertama jika diperlukan.
Keuntungan kunjungan rumah masa nifas yaitu bidan dapat melihat dan
berinteraksi dengan anggota keluarga di dalam lingkungan yang alami dan aman,
bidan mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada di rumah, demikian pula
keamanan di rumah dan lingkungan sekitar. Kedua data tersebut bermanfaat
untuk merencanakan pengajaran atau konseling kesehatan. Kunjungan rumah
lebih mudah dilakukan untuk mengidentifikasi penyesuaian fisik dan psikologis
yang rumit.
Selain keuntungan, kunjungan rumah post partum juga memiliki
keterbatasan yang sering dijumpai, yaitu besarnya biaya untuk mengunjungi
pasien yang jaraknya jauh, terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan
kebidanan, kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah
tertentu.
Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada saat nifas
(sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih
baru mengenai jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit 4 kali kunjungan pada
masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 120


mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Tetapi
selain dari program dan kebijakan teknis, ada pula menurut PWS KIA kunjungan
nifas minimal 3 kali.
a. Frekuensi kunjungan pada masa nifas menurut Program dan Kebijakan Teknis
adalah:
1) Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi.
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2) Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan)
Tujuan:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau
tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 121


e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
Tujuan:
Sama dengan kunjungan II yaitu :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau
tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda- tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4) Kunjungan IV ( 6 minggu setelah persalinan)
Tujuan:
a) Menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau bayi alami.
b) Memberikan konseling KB secara dini.
b. Frekuensi kunjungan pada masa nifas menurut PWS KIA adalah:
1) KF I ( 6 jam sampai 3 hari pasca bersalin )
Tujuan:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 122


f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi.
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2) KF II ( 2 minggu pasca bersalin ( 4-28 hari ) )
Tujuan:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau
tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda- tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) KF III ( 6 minggu pasca bersalin ( 29-42 hari ) )
Tujuan:
a) Menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau bayi alami.
b) Memberikan konseling KB secara dini.
2. Asuhan Lanjutan Masa Nifas Di Rumah
Setelah melahirkan plasenta, tubuh ibu biasanya mulai sembuh dari
persalinan. Bayi mulai bernafas secara normal dan mulai mempertahankan dirinya
agar tetap hangat. Bidan sebaiknya tetap tinggal selama beberapa jam setelah
melahirkan untuk memastikan ibu dan bayinya sehat, dan membantu keluarga
baru ini makan dan beristirahat.
Di hari-hari pertama dan minggu-minggu pertama setelah melahirkan,
tubuh ibu akan mulai sembuh. Rahimnya akan mengecil dan berhenti berdarah.
ASI akan keluar dari payudaranya. Bayi akan belajar menyusu secara normal dan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 123


mulai mendapat pertambahan berat badan. Pada saat itu, ibu dan bayi masih
memerlukan perawatan bidan.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas :
a. Memeriksa tanda-tanda vital ibu
Periksalah suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah ibu secara teratur
minimal sekali dalam satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan.
b. Membersihkan alat kelamin, perut, dan kaki ibu
Bantulah ibu membersihkan diri setelah melahirkan. Gantilah alas tidur yang
udah kotor dan bersihkan darah dari tubuhnya. Cucilah dengan lembut,
gunakan air bersih dan kain steril. Cucilah alat kelamin dari atas ke bawah
menjauhi vagina. Berhati-hatilah untuk tidak membawa apapun naik ke atas
dari anus menuju vagina, karena bahkan sepotong kecil feses yang kasat mata
bisa menyebabkan infeksi serius.
c. Mencegah perdarahan hebat
Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami perdarahan yang
sama banyaknya ketika dia mengalami perdarahan bulanan. Darah yang keluar
mestinya juga harus tampak seperti darah menstruasi yang berwarna tua dan
gelap, atau agak merah muda. Darah merembes kecil-kecil saat rahim
berkontraksi, atau ketika batuk, bergerak, atau berdiri. Perdarahan yang terlalu
banyak sangat membahayakan. Untuk memeriksa muncul tidaknya perdarahan
hebat beberapa jam setelah melahirkan, dilakukannya hal-hal berikut ini :
1) Rasakan rahim untuk melihat apakah dia berkontraksi. Periksalah segera
setelah plasentanya lahir. Kemudian periksalah setelah 5 atau 10 menit
selama 1 jam. Untuk 1 atau 2 jam berikutnya, periksalah setiap 15-30
menit. Jika rahimnya terasa keras, maka dia berkontraksi sebagaimana
mestinya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 124


2) Periksa popok ibu untuk melihat seberapa sering mengeluarkan darah, jika
mencapai 500 ml (sekitar 2 cangkir) berarti perdarahannya terlalu
berlebihan.
3) Periksa denyut nadi ibu dan tekanan darahnya setiap jam. Perhatikan
adanya tanda-tanda syok
d. Memeriksa alat kelamin ibu dan masalah-masalah lainnya
Gunakan sarung tangan untuk memeriksa dengan lembut robek atau tidaknya
alat kelamin ibu. Selain itu, perlu diperiksa juga apakah serviksnya sudah
menutup (turun menuju bukaan vagina).
1) Jika ibu memiliki robekan
Mintalah ibu untuk beristirahat di tempat tidur selama 2 minggu dengan
kaki disejajarkan bersamaan sepanjang waktu. Ibu boleh menggerakkan
kakinya secara teratur. Untuk sementara tidak diperbolehkan bekerja keras
dan disarankan agar memakan makanan yang bergizi.
2) Jika ibu memiliki hematoma atau rasa sakit di vagina
Terkadang rahim merapat dan mengeras, sehingga tidak terlihat adanya
perdarahan hebat, namun ibu masih merasakan pusing-pusing dan
lemah.Jika hal ini yang terjadi bisa jadi dia mengalami perdarahan di
bawah kulit dalam vaginanya yang disebut hematoma. Kulit di wilayah ini
sering kali membengkak berwarna gelap, lembut, dan lunak.
Meskipun hematoma menyakitkan, biasanya dia tidak serius, kecuali
lukanya sangat besar. Jika hematoma terus bertumbuh, tekanlah daerah
itu dengan kain steril selama 30 menit atau sampai dia berhenti tumbuh.
3) Jika serviks bisa dibuka dari bukaan vagina
Jika bisa terlihat serviks dibukaan vagina setelah melahirkan, kemungkinan
besar rahimnya turun ke vagina. Masalah ini tidak begitu berbahaya,
karena serviks biasanya akan masuk ke tempatnya semula dalam beberapa

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 125


hari. Anda mungkin bisa mendorong rahim dengan menggunakan sarung
tangan. Bantulah ibu menaikkan bokongnya agar lebih tinggi dari kepala.
4) Bantu ibu buang air
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus spingter ani
selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit BAK
sebaiknya dilakukan katerisasi.
Selain itu, BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi obstipasi, apalagi feses keras dapat diberikan
obat laksatif peroral atau perektal. Jika masih belum bisa juga dilakukan
klisma.
5) Bantu ibu makan dan minum
Sebagian besar ibu mau makan setelah melahirkan, dan bagus bagi
mereka untuk bisa menyantap beragam makanan bergizi yang diinginkan.
Jus buah sangat baik karena akan memberinya energi. Anjurkan ibu untuk
segera makan dan banyak minum pada jam-jam pertama. Makanan harus
bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya ibu mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.
6) Memperhatikan perasaan ibu terhadap bayinya
Hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu meningkatkan perasaan ibu
terhadap bayinya adalah berikan dukungan emosional.
Sangat penting untuk memberikan ibu dukungan emosional. Kebiasaan
dan ritual menghormati ibu atau merayakan kelahiran adalah salah satu
cara untuk mengakui keberhasilan ibu dalam persalinan.
Kebanyakan wanita merasakan emosi-emosi yang kuat setelah melahirkan.
Ini adalah hal yang normal. Beberapa wanita merasakan sedih dan
khawatir selama beberapa hari, minggu, atau bulan. Ketika hal ini terjadi,

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 126


bantulah dia dengan mendengarkan keluh kesahnya tentang perasaannya
itu, dan menjelaskan bahwa perasaan seperti seperti itu umum terjadi.
Jika perasaan sedih ini sangat kuat, hal ini disebut depresi. Dalam kondisi
seperti ini, bisa jadi sulit bagi wanita untuk merawat dirinya atau bayinya.
Wanita yang mengalami depresi pasca melahirkan memerlukan bantuan
segera. Dia memerlukan bantuan untuk merawat rumah dan keluarganya,
dan memerlukan bantuan untuk menghentikan perasaan-perasaan
gundahnya. Wanita yang memiliki perasaan seperti ini setelah melahirkan
akan rentang untuk mengalaminya lagi dalam persalinan berikutnya.
7) Ibu tidak tertarik kepada bayinya
Beberapa ibu tidak merasa nyaman dengan bayi baru mereka. Ada
beberapa alasan yang menyebabkannya. Bisa jadi ibu sangat lelah, sakit,
dan mengalami perdarahan hebat. Bisa juga dia tidak menginginkan bayi
itu, atau khawatir tidak bisa merawatnya, sehingga mengalami depresi.
Maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Membicarakan dengan ibu tentang perasaan-perasaannya dan
mendengarkan keluh kesahnya atau mungkin lebih baik
meninggalkannya sendirian dan mengamatinya dari jauh sambil
menunggu.
b) Jika ibu merasa depresi, atau dia pernah depresi setelah persalinan
dahulu, bicaralah pada keluarganya untuk memberinya perhatian dan
dukungan ekstra pada minggu-minggu berikutnya.
c) Pastikan seseorang dalam keluarganya membantu merawat bayi
tersebut.
8) Perhatikan gejala infeksi pada ibu
Suhu tubuh ibu yang baru melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi
daripada suhu normal, khususnya jika cuaca hari itu sangat panas. Namun,
jika ibu merasa sakit, terserang demam, atau denyut nadinya cepat, atau

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 127


dia merasa perih saat kandungannya disentuh, bisa jadi dia terkena
infeksi. Infeksi seperti ini biasanya terjadi jika air ketuban pecah lebih awal
sebelum persalinan dimulai, atau jika persalinan terlalu lama, atau dia
merasa kelelahan saat merasa persalinan.
9) Bantu ibu menyusui
Menyusui adalah cara terbaik bagi bagi ibu dan bayinya. Jika ibu
merasa kebingungan apakah dia ingin menyusui atau tidak, mintalah dia
untuk mencoba menyusui hanya untuk minggu-minggu atau bulan-bulan
pertama. Bahkan sedikit saja waktu untuk menyusui masih lebih baik
daripada tidak sama sekali.
Pastikan ibu memahami jika dia menyusui bayinya, maka :
a) Rahimnya akan lebih cepat pulih ke ukuran semula.
b) Bayinya lebih tahan dari serangan diare atau penyakit lainnya.
c) Ibu bisa menghemat pengeluaran uang karena susu formula jelas
lebih mahal.
10) Perawatan payudara (mamae)
Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara berikut ini:
a) Balut mamae sampai tertekan.
b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan
parlodel.

11) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah
terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae berupa hal-hal berikut
ini:

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 128


a) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak
bertambah.
b) Keluaran ciran susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum,
berwarna kuning putih susu.
c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-
vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogeon dan progesteron
hilang. Maka timbul hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin
menyebabkan miotel kelenjar susu berkontraksi, sehingga air susu
keluar. Produki akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
12) Berikan waktu berkumpul bagi keluarga
Jika ibu dan bayinya sehat, berikan mereka waktu sesaat untuk
berduaan saja. Orang tua baru memerlukan waktu satu sama lain
dengan bayi mereka. Mungkin mereka juga memerlukan sejumlah
waktu pribadi sebentar untuk berbincang-bincang, tertawa, menangis,
berdoa, atau merayakannya dengan suatu cara tertentu.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir :
a. Penampilan umum
Perhatikan beberapa penampilan bayi berikut ini :
1) Apakah bayinya kecil atau besar.
2) Apakah bayinya kurus atau gemuk.
3) Apakah lengan kaki, telapak kaki, tangan, tubuh, dan kepalanya terlihat
memiliki ukuran yang normal.
4) Bayinya tegang atau rileks, aktif atau pendiam.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 129


5) Dengarkan suara tangisnya. Setiap tangisan bayi berbeda, namun suara
tangisan yang ganjil, meninggi atau tersendat-sendat bisa menjadi tanda
dia sakit.
6) Perhatikan apakah bayinya lemas, lemah, atau tidak sadar.
7) Jika bayi tampak lemah, bisa jadi bayi kekurangan kadar gula dalam darah.
b. Tanda-tanda vital bayi
1) Jumlah tarikan nafas bayi
Jumlah tarikan nafas bayi selama 1 menit penuh sambil mengamati
perutnya naik turun. Normal jika nafasnya melambat atau cepat dari waktu
ke waktu. Bayi baru lahir bernafas 40-60 tarikan nafas dalam semenit saat
dia beristirahat
2) Detak Jantung Bayi
Detak jantung bayi yang baru lahir normal berkisar antara 120-160
detak per menit. Namun kadang-kadang detak jantung bayi melambat
sampai 100 atau secepat 180 detak per menit. Jika detak jantung bayi
terlalu lambat, kemungkinan bayi terkena infeksi. Jika terlalu lambat segera
berikan nafas bantuan.
3) Suhu tubuh bayi
Suhu tubuh bayi yang sehat adalah sekitar 37ºC. Bayi yang suhu
tubuhnya 36,5ºC atau kurang, bisa dihangatkan dengan cepat dekat kulit
ibu diantara dua buah dadanya. Jika bayi tidak hangat juga, gunakan botol
yang berisi air hangat yang dibungkus dengan kain.
4) Bantu bayi agar terus menyusu
Bayi mestinya disusui tiap beberapa jam, dari jam pertama setelah
lahir sampai seterusnya. Bayi yang cukup banyak menyusu dan sehat, akan
banyak buang air kecil dan buang air besar, tidak menunjukkan tanda-tanda
dehidrasi, serta mengalami pertambahan berat tubuh.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 130


5) Merawat tali pusat
Untuk mencegah sisa tali plasenta dari infeksi, maka tali pusat harus
tetap bersih dan kering. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a) Selalu cuci tangan sebelum mencuci plasenta.
b) Jika tali plasenta kotor atau memiliki banyak darah kering, bersihkan
dengan alkohol 70% atau gentian violet. Bisa juga menggunakan sabun
dan air.
c) Jangan meletakkan benda apapun di atas tali plasenta.
d) Sisa tali pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lahir. Mungkin
akan keluar beberapa tetes darah atau lendir saat tali pusat terlepas. Ini
normal-normal saja. Namun, jika ternyata masih keluar banyak darah
atau muncul nanah bisa jadi infeksi.
6) Perhatikan warna kulit bayi dan matanya
Banyak bayi memiliki warna kuning di kulit atau di mata mereka
selama beberapa hari setelah lahir, hal ini disebut ikhterik dan juandice.
Kelainan ini juga biasa disebut masyarakat dengan sebutan penyakit
kuning. Kelainan ini disebabkan oleh substansi kuning yang disebut bilirubin
memenuhi seluruh tubuh bayi. Normalnya tubuh bayi yang baru lahir
menurunkan kadar bilirubin selama beberapa hari, sehingga warna
kuningnya menghilang.
Sebaiknya susuilah bayi sesering mungkin, dan bawa dia untuk
berjemur di bawah sinar matahari. Sinar matahari akan membantu tubuh
menurunkan kadar bilirubin. Jika cuacanya cukup hangat, lepaskan pakaian
bayi, tutupi matanya dan letakkan di bawah sinar matahari selama lima
menit sekali atau dua kali sehari. Jika terlalu lama atau terlalu sering, sinar
matahari bisa membakar kulit bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 131


3. Penyuluhan Masa Nifas
a. Nutrisi ibu menyusui atau ibu nifas
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian khusus, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu harus
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
1) Mengonsumsi tambahan kalori, 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral,dan
vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, Tablet zat besi harus diminum untuk
menambah zat gizi minimal selama 40 hari pasca persalinan.
4) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi asupan vitamin A
juga kepada bayinya, yaitu dengan melalui ASI-nya.
b. Kebersihan pada ibu dan bayinya
1) Kebersihan ibu
Pada masa nifas, ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi. Kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
nifas sebagai berikut :
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar
vulva terlebih dahulu, dari arah depan ke belakang kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai berkemih dan defekasi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 132


c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut ( buatan
sendiri ) setidaknya dua kali sehari. Kain dapat dipakai ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dijemur atau disetrika.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e) Jika ada luka episiotomy atau laserasi, sarankan ibu agar jangan
menyentuh daerah luka.
2) Kebersihan bayi
Kebersihan kulit bayi perlu dijaga. Walaupun mandi dengan
membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-
bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur.
Sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memegang bayi.
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering, setelah BAK
popok bayi harus segera diganti atau ganti pampers minimal 4-5 kali per
hari.
c. Istirahat dan tidur
1) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah tangga secara
bertahap, tidur siang atau segera istirahat ketika bayi tidur.
3) Kurang istirahat memengaruhi ibu dalam beberapa hal (mengurangi
produksi ASI, memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri).

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 133


d. Latihan/ senam nifas
Senam nifas bertujuan untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan
dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Untuk itu beri penjelasan pada ibu
tentang beberapa hal berikut ini :
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan otot perutnya menjadi
kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
2) Jelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap hari sangat
membantu.
3) Dengan tidur telentang dan lengan di samping, tarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai
hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
4) Untuk memperkuat otot tonus jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah
senam kegel.
5) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul,
tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
6) Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
e. Pemberian ASI
Untuk mendapatkan ASI yang banyak, sebaiknya ibu sudah
mengkonsumsi sayuran hijau, kacang–kacangan dan minum sedikitnya 8 gelas
sehari, sejak si bayi masih dalam kandungan. Karena ini merupakan awal yang
baik untuk mendapatkan ASI yang banyak, jangan lupa perawatan dengan
menggunakan Baby Oil dan massage di sekitar payudara selama hamil juga
dapat membantu puting yang mendelep.
Selama bayi masih dalam kandungan dan setelah melahirkan, Ibu juga
sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu dan makanan bergizi lainnya agar

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 134


produksi ASI semakin meningkat. Berikut ini adalah beberapa cara lain untuk
memperbanyak ASI:
1) Tentu saja makanan yang di konsumsi harus makanan yang bergizi.
2) Minum susu madu.
3) Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari.
4) Sayur hijau dapat membantu menghasilkan ASI (misalnya: sayur daun katuk
dan bayam, sayur jantung pisang, sayur daun pepaya, dll ).
5) Kacang-kacangan juga bagus untuk memproduksi ASI (misalnya : kacang
hijau atau kacang goreng / rebus bisa dijadikan camilan untuk ibu
menyusui).
6) Banyak makan buah-buahan yang mengandung air.
7) Jangan stress, sedih, marah atau perasaan-perasaan negatif lainnya.
8) Tambahkan vitamin bila diperlukan.

Ada sebagian Ibu menyusui yang takut untuk memompa ASInya, karena
ASI akan terbuang dan berkurang, padahal teori yang betul adalah, semakin
sering ASI dipompa akan semakin banyak ASI berproduksi. Untuk memompa
ASI, sebaiknya langsung memassage payudara dengan menggunakan tangan
kita dari pada memompa dengan menggunakan alat, karena dengan
menggunakan tangan ASI akan semakin terangsang untuk dapat berproduksi.
Hasil yang di dapatkan pun akan lebih banyak dengan menggunakan tangan
dibandingkan dengan mengunakan alat pompa.

Adapun tentang puting terbenam, ibu harus rajin memassage dengan


menarik-narik puting kearah luar menggunakan baby oil atau bisa juga dicoba
dengan menggunakan ‘spuit dibalik’, atau ‘sambungan puting’ yang banyak
tersedia di toko-toko bayi. Kalau sianak mengigit, ibu harus bersabar mungkin
karena posisi menyusui yang salah, atau mungkin karena sianak kesulitan
mencari puting. Jangan dipaksa apabila sianak tidak mau ASI, karena
pemaksaan dapat membuat trauma. Biasanya karena terlalu lama menggunakan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 135


dot, sianak jadi malas kembali ke ASI, karena dengan bantuan dot sianak tidak
harus bersusah payah mencari puting, susu sudah dapat keluar dengan
sendirinya. Pada saat sianak tidak mau kembali ke ASI, biasanya ini disebut juga
sebagai ‘bingung puting’. Untuk mengatasi ini diperlukan kesabaran, ketelatenan
dan kasih sayang ibu terhadap anak.

f. Hubungan seksual
1) Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami-istri begitu darah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah berhenti dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, inilah saat aman untuk memulai melakukan hubungan
suami-istri kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
waktu tertentu. Misalnya, setelah 40 hari / 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan mulainya hubungan seksual bergantung pada pasangan yang
persangkutan.
g. Keluarga Berencana
1) Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun
petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak di
inginkan.
2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur atau ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah sebesar 2%
terjadi kehamilan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 136


3) Terkait metode KB, hal berikut sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu pada
ibu, seperti :
a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
b) Kelebihan atau keuntungan.
c) Kekurangan.
d) Efek samping.
e) Bagaimana menggunakan metode ini.
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascapersalinan
yang menyusui.
4) Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB tertentu,
sebaiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada masalah bagi pasangan dan apakah metode
tersebut bekerja dengan baik.
h. Tanda-tanda bahaya
1) Demam tinggi melebihi 38°C
2) Perdarahan vagina luar biasa / tiba-tiba betambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa / bila memerlukan penggantian pembalut 2 x dalam
setengah jam ), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau
busuk.
3) Nyeri perut hebat/ rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung,
serta ulu hati.
4) Sakit kepala parah/ terus menerus dan pandangan pudar/ masalah
penglihatan.
5) Pembengkakan wajah, jari-jari atau tangan.
6) Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki.
7) Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam.
8) Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 137


9) Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau
nafas terengah-engah.
10) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.
11) Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang
air kecil.
12) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri-sendiri.
13) Depresi pada masa nifas.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 138


BAB 11
CARA DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA NIFAS DAN
PENANGANANNYA

A. Pendarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan sebagai
perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini :
1. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon,
handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
2. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada
anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat
fatal dari kehilangan darah.
3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
4. Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya
dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca
bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan
fase persalinan.
5. Pendarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan.
Terutama di 2 jam pertama. Kalau terjadi pendarahan maka tinggi rahim
akan bertambah naik, tekanan darah menurun, denyut nadi ibu menjadi cepat.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 139


1. Klasifikasi klinis
a. Pendarahan pasca persalinan primer yakni pendarahan yang terjadi dalam
24 jam pertama, penyebab: atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
dan robekan jalan lahir.
b. Perdarahn pasca persalinan skunder, yakni pendarahan yang terjadi setelah
24 jam pertama.
c. Penyebab: robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
2. Etiologi dan faktor perdisposisi

Penyebab pendarahan pasca salin ada beberapa sebab antara lain:

a. Atonia uteri (> 75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
b. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir
bisa di sebabkan oleh robekan
c. Spontan atau memang sengaja di lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat
terjadi ditempat:Robekan serviks, perlukaan vagina, perlukaan perineum.
d. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik
sebagian atau seluruhnya)
e. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)
f. Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
3. Penanganan umum
a. Hentikan pendarahan
b. Cegah atau atasi syok
c. Ganti darah yang hilang: diberi infus cairan ( larutan garam fisiologis, dan
sebagainya, kalau perlu oksigen ).
B. Infeksi Pada Masa Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Menurut John
Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), definisi morbiditas puerperalis

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 140


adalah kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
post partum, dengan mnegeculikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut
setidaknya 4 kali sehari. Untuk melakukan pelaksanaan infeksi masa nifas dengan
tepat, perlu dikaji lokasi dan gejala infeksi.
1. Infeksi pada Vulva, Vagina, dan Serviks
a. Vulvitis
Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum,
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak,
jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.
b. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan inukosa membengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus.
Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c. Servisitis
Infeksi serviks sering terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
paramentrium.

Tanda dan Gejala Khas Infeksi Vulva, Vagina, dan Serviks, yaitu:

a. Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi


b. Kadang-kadang nyeri saat buang air kecil
c. Nadi dibawah 100 kali/menit
d. Getah radang dapat keluar
e. Suhu sekitar 38°C
f. Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat
keluar,demam naik sampai 39° - 40° disertai mengigil.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 141


Penanganan infeksi vulva, vagina, dan serviks, yaitu:

a. Pemberian antibiotik
b. Roborantia
c. Pemantauan vital sign,
d. In take out pasien (makanan dan cairan)
d. Endometritis
Jenis infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam
waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan
kuman yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan
mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan
cairan.pada batas-batas antara daerah yang beradang dan daerah sehat, terdapat
lapisan yang terdiri atas leukosit.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh
darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan
“lokeometra”. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.Pada endometritis yang
tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri,
mulai hari ketiga suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1
minggu keadaan akan menjadi normal. Pada infeksi yang lebih berat, batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Dari hasil pengkajian, ditemukan beberapa data sebagai berikut :
a. Uterus membesar
b. Nyeri pada saat perabaan uterus
c. Uterus lembek
d. Suhu meningkat
e. Nadi menurun

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 142


e. Septikemia dan Pyemia
Infeksi ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
sangat phatogen, biasanya sterptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini
sangat berbahaya dan tergolong 50 % penyebab kematian karena infeksi nifas.
a. Septikemia
Pada infeksi ini, kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia
dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.

Gejala yang muncul dari pasien antara lain:

1) Permulaan penderita sudah sakit dan lemah.


2) Sampai hari ke-3 post psrtum, suhu meningkat dengan cepat dan
menggigil.
3) Selanjutnya suhu berkisar antara 39-40°, KU memburuk, nadi menjadi
cepat (140-160 kali/menit)
b. Pyemia
Pada pyemia, terdapat trombophlebitis dahulu pada vena-vena di uterus
dan sinus-sinus pada bekas implantsi plasenta. Tromboyhlebitis ini menjalar ke
vena uterine, vena hipogastrika, dan atau vena ovari. Dari tempat-tempat
thrombus ini, embolus kecil yang berisi kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan,
embolus masuk ke dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran
darah ke tempat-tempat lain, diantaranya paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan
sebagainya, yang dapat mengakibatkan terjadinya abses-abse ditempat
tersebut.
1) Gejala yang dimunculkan adalah sebagai berikut:
a) Perut nyeri.
b) Yang khas adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 143


c) Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pada saat
dilepaskannya embolus dari trombophlebitis pelvika.
d) Lambat-laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung,
pneumoni, dan pleuritis.

4. Peritonitis, Salpingitis, dan Ooforitis


a. Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus,
langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui
jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan
parametritis. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum hanya terbatas
pada daerah pelvic. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada jenis
yang umum. Pada peritonitis umum, gejala yang muncul:
1) Suhu meningkat menjadi tinggi
2) Nadi cepat dan kecil
3) Perut kembung dan nyeri
4) Ada defense musculair
5) Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung,
kulit muka dingin, terdapat apa yang disebut fasies hypocratica.
Penaganan peritonitis umum yaitu:
1) Lakukan nasogastric suction
2) Berikan infus (NaCl atau RL)
3) Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam: Ampisilin
2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV
dosis tunggal/hari,dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
4) Laparotomi diperlukan untuk membersihkan perut (peritoneal lavage).
b. Salpingitis dan Ooforitis

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 144


Terjadi kadang-kadang, walaupun jarang, infeksi ini menjalar sampai ke
tuba falopi, bahkan sampai ke ovarium. Disini terjadi salpingitis/ooforitis.
Penanganannya dengan cara pemberian antibiotika dan roborantika untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
C. Sakit Kepala Nyeri Epigasrtrik, Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan
kabur. Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum,
bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi.
1. Penanganan yaitu:
a. Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
b. Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon.
Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan
jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.
c. Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri,
ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
D. Pembengkakan di Wajah atau Ekstremitas
1. Periksa adanya varises
2. Periksa kemerahan pada betis
3. Periksa apakah tulang kering,pergelangan kaki,kaki oedema (perhatikan adanya
oedema pitting)
E. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
1. Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari normal
perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli memiliki pili
yang meningkatkan virulensinya .
2. Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di
dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural
atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat
rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 145


periuretra atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat
infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi
urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk
mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
F. Payudara yang berubah menjadi Merah, Panas, dan Terasa sakit
Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat dapat menyebabkan
payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet
akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. B.H yang
terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak disusu dengan
adekuat, bisa terjadi mastitis.
1. Gejala :
a. Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.
b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
c. Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)
d. Panas badan dan rasa sakit umum.

2. Pencegahan :

a. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang
benar
b. Menyusui bayi tanpa jadwal (On demand)
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan
bayi
d. Jangan memberikan minuman lain pada bayi sebelum bayi umur 6 bulan
e. Lakukan perawatan payudara (Berast Care)
3. Penatalaksanaan :
a. Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada
payudara yang normal.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 146


b. Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah
panas pada payudara yang terkena.
c. Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran,
duduk atau posisi memegang bola (football position)
d. Pakailah baju bra yang longgar
e. Istirahat yang cukup , makanan yang bergizi
f. Banyak minum sekitar 2 liter per hari
g. Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi pabila
dengan cara-cara seperti tersebut di atas tidak ada perbaikan setelah 12 jam,
maka diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.
G. Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu yang Lama
Sesudah anak lahir, ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan
tenaga. Hendaknya lekas memberikan minuman atau makanan untuk ibu yang
bersifat ringan. Biasanya ibu tidak ingin makan sampai kehilangan nafsu makan
disebabkan adanya kelelahan yang amat berat sehingga nafsu makan pun
tergangggu. Kelelahan yang sangat berat inilah yang mengganggu nafsu makan ibu
pada nifas. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu
istirahat guna memulihkan keadaan kembali.
1. Penyebab Hilangnya nafsu makan ibu :
a. Post Partum blues
b. Kurangnya dukungan keluarga (terutama suami)
c. Ibu mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh
d. Keadaan ekonomi yang tidak mendukung
e. Kurang istirahat
2. Penatalaksanaan :
a. Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 147


b. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang segar dan bervariasi setiap hari
yaitu:
1) Makanan yang mengandung sumber protein nabati dan hewani seperti :
daging, telur, kacang-kacangan, ayam, dll
2) Makanan sumber karbohidrat, seperti : beras, jagung, kentang, ubi, dll
3) Sayuran, seperti : bayam, kangkung,dll dan buah-buahan seperti jeruk,
pisang, papaya, dll
4) Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering
5) Anjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah
H. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki
1. Rasa sakit
Rasa sakit yang disebut after pain (mules – mules) disebabkan kontraksi
Rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu dapat diberikan obat pengurang rasa sakit.
2. Kemerahan
Kemerahan pada ibu nifas disebabkan karena pada ibu nifas terbentuk
thrombus (munculnya) vena – vena kecil yang mengalami pengembangan. Selain
itu, vena – vena juga mengalami dilatasi (pembukaan) sehingga sering terjadinya
pembengkakan tersebut, maka akan tampak kaki kemerah-merahan serta lunak
dan menimbulkan sedikit rasa sakit pada kaki, atau disebabkan pada saat
persalinan, kandung kemih tidak dikosongkan sehingga cairan tersebut turun
kebagian lateral / kaki.
3. Nyeri tekan
Selama masa nifas , dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering
mengalaminya. Rasa sakit yang berlebihan pada masa nifas berkemungkinan besar
jika pada masa kehamilan ibu juga mengalaminya.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 148


a. Factor Predisposisi, yaitu :
1) Obesitas
2) Peningkatan umur ibu dan tingginya paritas
3) Riwayat sebelumnya
4) Anastesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada
pembuluh vena
5) Anemia Maternal
6) Hipotermi , penyakit jantung
7) Endometritis
8) Varicositis
b. Tanda – tanda dan gejala yang timbul :
1) Timbul secara akut
2) Timbul rasa nyeri akibat tertekan (nyeri tekan permukaan)
4. Pembengkakan pada kaki
Kaki bengkak (ankle edema) adalah pembengkakan pada tungkai bawah
yang disebabkan penumpukan cairan pada kaki tersebut. Factor yang berperan
adalah kadar protein (albumin) dalam darah rendah, fungsi pompa jantung
menurun, sumbatan pembuluh darah atau pembuluh limfe, penyakit liver dan
ginjal kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung.
I. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
Pada minggu – minggu awal setelah persalinan, ibu post partum cenderung
akan mengalami perasaan – perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa
sedih, atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami
kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas,kelelahan
akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, kecemasan akan
kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit,
ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 149


1. Penanganan :
a. Posisi tidur yang baik
b. Menganjurkan ibu untuk senam nifas akan mencegah pembengkan pada kaki
c. Memberikan dukungan emosional kepada ibu serta keluarganya

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 150


BAB 12
PENDOKUMENTASIAN

A. Teknik Penulisan Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas (postpartum) merupakan
bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas (postpartum),
yakni segera setelah kelahiran sampai enam minggu setlah kelahiran yang meliputi
pengkajian, pembuatan diagnosis kebidanan, pengidentifikasian masalah terhadap
tindakan segera dan melakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan
lain, serta menyusun asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya.
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat bidan pada awal tahun 1970-
an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian
pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan
baik bagi klien maupun tenaga kesehatan. Proses manajemen ini bukan hanya
terdiri dari pemikiran dan tindakan melainkan juga pemeriksaan pada setiap
langkah agar pelayanan komperhensive dan aman dan tercapai. Dengan demikian
proses manajemen harus mengikuti aturan yang logis dan memeberikan
pengertian yang menyatakan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang
terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang beurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai denngan pengumpulan data dasar
ab berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu karang
lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan
ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 151


1. Langkah I (Pertama): Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pekerjaan dengan mengumpulkan catatan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
a. Data Subyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari hari.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
g) Alamat

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 152


Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma
yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
4) Riwayat Perkawinan.
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
5) Riwayat Obstetrik
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat Persalinan sekarang.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 153


Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6) Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
7) Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adapt istiadat
yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada
masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
8) Data Psikososial
Untuk mengatahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi
tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues
sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini
sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
a) Kekecewaan emosional yang meng-ikuti rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
b) Rasa sakit masa nifas awal.
c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 154


d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
me-ninggalkan rumah sakit
e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologis:
a) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
b) Respon ibu terhadap bayinya
c) Respon ibu terhadap dirinya
9) Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan
setelah melahirkan sehingga akan menguntung-kan selama masa nifas.
10)Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, wama, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa
nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat memper-cepat
penyembuhan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 155


d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas
masih mengeluarkan lochea.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kese-hatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat - alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering,
apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing
ketika melakukan ambulasi.

2. Langkah II (kedua): Interprestasi Data Dasar


Pada lagkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atau data-
data yang telay dikumpulkan. Data dasar yag sudah dikumpulkan
diinterpestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan sperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan
penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yanag diindetifikasi oleh
bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan wanita
tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita
pada tri mester ketiga merasa takut tidak termasuk dalam kategori
nomenklatur standar diagnosa. Tetapi tentu akan menciptakan suatau masalah
yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit. Contoh lain ibu nifas:

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 156


Diagnosis :
a. Postpartum hari pertama.
b. Perdarahan nifas.
c. Postsectio sesaria.
d. Dan lain-lain.
Masalah :
a. Kurang informasi.
b. Tidak pernah ANC
c. Dan lain-lain.

3. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah


Potensial
Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan yang sudah diindetifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini bener-bener terjadi. Pada langkah ini
penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh :
Seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan tersebut
(misalnya polyhidramnion besar dari masa kehamilan lain, ibu yag diabetes
kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudia ia harus mengantisipasinya dan
bersiap-siap terhadap kemugkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum
yang disebabakan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar bidan sebaliknya juga mengantisipasi
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga
kebutuhan untuk resusitasi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 157


Bidan juga sebaliknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita
infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjaidnya
peningkatan partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah
dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan
ulang pemeriksaan laboratorium terhadap simptomik terhadap bakteri dan
segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

4. Langakah IV (Keempat) : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan


Penangana Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-meerus. Misalnya pada waktu waita tersebut ada
dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak (misalnya,
perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distansia bahu, atau
nilai APGAR yang rendah).
Dari tada yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu interversi
dari seorang dokter misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.
Demikian juga bila temukan tanda-tanda awal dari preeklamsia, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diaabetes atau masalah medik yang serius,

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 158


bidan perlu memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam
kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi.

5. Langkah IV ( Kelima ) : Menyusun Rencana Asuhan Yang


Menyeluruh
Recana asuhan menyeluruh pada masa postpartum yang dapat dilakukan
anatara lain:
a. Manajemen asuhan awal puerperium :
1) Kontak dini sesering mungkin dengan bayi
2) Mobilisasi ditempat tidur.
3) Diet.
4) Perawatan perineum.
5) Buang air kecil spontas/kateter.
6) Obat penghilang rasa sakit kalau perlu.
7) Obat tidur kalau pelru.
8) Obat pencahar.
9) Dan lain-lain.
b. Asuhan lanjutan :
1) Tmbahan vitamin atau zat besi jika diperlukan.
2) Perawatan payudara
3) Rencana KB
4) Pemeriksaan laboratorium jika diperlukan
5) Dan lain-lain.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 159


6. Langkah VI ( Keenam) : Meleksanakan Perncanaan
Tahap ini dilakukan dnegan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
lusecara menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada masa
psotpartum.
7. Langkah VII ( Ketujuh) : Evaluasi
Evaluasi pada masa postpartum dapat menggunakan btuk SOAP sebagai
berikut :
S : Data Subjektif
Berisi tentang dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung
O : Data Objektif
Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik pada
masa postpartum.
A : Analisis dan Interpretasi
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpuln meliputi
diagnosis, antisipasi, diagnosis, atau masalah potensial, serta perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera
P : Perencanaan
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk
tindak lanjut.
B. Merancang Format Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
(Postpartum)
Pembuatan format asuhan kebidanan pada ibu nifas didasarkan pada
kaidah penulisan serta informasi yang akan didapatkan.
Contoh rancangan format adalah sebagai berikut :

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 160


CONTOH PENULISAN PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU
NIFAS BERDASARKAN 7 LANGKAH VARNEY

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S POST PARTUM HARI


KETIGA DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
DI BPM Bd. A KARAWANG
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 29 November 2016
Pukul : 14.00 WIB
Oleh : Bd. Astuti
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. S Nama: Tn. U
Umur : 26 Tahun Umur: 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Ekonomi Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Teluk Jambe Barat Alamat : Teluk Jambe Barat
02/09 Kec. Dawuan Kab. 02/09 Kec. Dawuan Kab. Karawang
Karawang
Gol. Darah : O Gol. Darah : A
No. Tlp : 0856xxxxxxx No. Tlp : 0857xxxxxx
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
1) Asi Belum Keluar
2) Kaki Oedema sejak 1 Hari yang lalu
3) Nyeri pada luka jahitan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 161


b. Riwayat Kesehatan Reproduksi
1) Menstruasi
a) Menarche : 13 Tahun Siklus 10 Hari
b) HPHT : 9 Februari 2016
HPL 17 November 2016
c) Volume : Banyak di hari ke 2 dan ke 3 ganti pembalut
sampai 3-4 kali sehari
d) Keluhan : Tidak ada
e) Lamanya : 1 minggu Atau 7 hari
f) Bau : Khas darah
g) Konsistensi: Cair
2) Gangguan Kesehatan alat Reproduksi
a) Keputihan : Tidak Ada
b) Infeksi : Tidak Ada
c) Gatal karena Jamur : Tidak Ada
d) Tumor : Tidak Ada
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB

Anak Kehamilan Persalinan Nifas KB


ke- Lama Keluhan Tanggal Penolong & Cara BB Bayi JK Vit A Tab Alkon Lama
Lahir tempat Persalinan Fe
1. 9 bulan Tidak ada 12-07-2012 Bidan, BPS Spontan 3500gr L ya ya Suntik 3 th
2. 9 bulan Tidak ada 26-11-2016 Bidan, BPS Spontan 3200 gr L ya ya
dengan
Vacum,
Ada luka
Jahitan

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 162


c. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan belum pernah menderita penyakit hipertensi, DM,
jantung, gngguan ginjal, dan hepatitis.
d. Status perkawinan
1) Usia pertama kali nikah : 23 tahun
2) Status pernikahan : sah menurut agama
3) Lama Pernikahan : 5 tahun
e. Pola Makan
1) Menu
Nasi, sayur, lauk,serta kadang buah dan susu. Selalu makan
makanan selingan.
2) Frekuensi
4-5 kali sehari
3) Banyaknya
Porsi sedikit kalau makan pagi, tapi porsi siang dan malam
seperti biasa.
4) Pantangan
Dalam keluarga tidak ada kepercayaan untuk berpantang pada
makanan tertentu.
f. Pola minum
1) Frekuensi
8-10 kali sehari
2) Jumlah per hari
Lebih dari 1 liter
3) Jenis minuman
Kebanyakan air putih, kadang diselingi dengan jus buah dan
susu.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 163


g. Pola Istirahat
1) Istirahat malam
6 jam, tapi selama kehamilan lebih dari 7 bulan sering
terbngun karena merasa panas dan kurang nyaman.
2) Istirahat siang
Minimal 1 jam sehari
3) Keluhan
Tidak ada
h. Pola aktivitas sehari-hari
Ibu mengatakan setiap hari nya mengerjakan pekerjaan rumah
tangga seperti ngepel menyapu, cuci piring dan cuci baju.
i. Personal hygiene
1) Mandi
Sehari 2 kali, pagi dan sore hari
Setelah persalinan ia sudah mampu untuk mandi sendiri untuk
sejak hari pertama sore.
2) Kramas
Seminggu 3-4 kali, tapi selama hamil tiap hari keramas karena
selalu berkeringat.
3) Ganti celana dalam
Sehari minimal 3x sehari kadang menggunakan panty liner
karena keputihan.
4) Kebersihan kuku
Kuku bersih, tetapi pasien mengatakan senang memanjangkan
kuku tangan kiri untuk menunjang penampilan di tempat kerja.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 164


j. Aktivitas Seksual
1) Frekuensi
Sebelum hamil rutin 3 kali seminggu, tapi sejak hamil frekuensi
berkurang menjadi 2 kali seminggu
2) Keluhan
Sebelum hamil tidak ada keluhan, tapi selama hamil merasa
kurang nyaman karena keputihan banyak.
k. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
1) Ibu mengatakan sudah lupa cara merawat bayi dan kurang
percaya diri dengan kemampuannya dalam merawat bayinya.
2) Ibu mengatakan masih canggung dalam menggendong
bayinya.

B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2) Nadi : 88 kali/menit
3) Suhu : 37 C
4) Resirasi : 28 kali/menit
d. TB/BB : 154 cm / 65 kg

2. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


a. Kepala
1) Rambut : Rambut hitam bersih tidak ada rontok
2) Telinga : Bersih tidak ada gangguan pendengaran.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 165


3) Mata : Konjuntiva tidak anemis, sclera Tidak ikterik, tidak ada
gngguan penglihatan.
4) Hidung : Bersih tidak ada polip dan alergi debu
5) Mulut
Bibir
a) Warna : merah muda dan tidak pucat
b) Integritas jaringan : lembab, bibir tidak pecah-pecah
Lidah : Warna : merah muda dan bersih
Gigi : Bersih, tidak ada caries dan tidak ada gangguan (bau
mulut)
b. Leher
1) Bentuk : simetris
2) Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid dan vena jugularis.
c. Dada
1) Bentuk : simetris
2) Tidak terlihat retraksi
d. Payudara
1) Simetris
2) Tidak ada bekas luka oprasi
3) Keadaan putting : bersih, menonjol, ASI belum Keluar
4) Bentuk BH : menyangga payudara, tidak menggunakan busa
5) Konsistensi payudara : lembek
6) Tidak teraba benjolan
7) Denyut jantung : ritmik teratur
8) Auskultasi : tidak terdengar wheezing dan whooping

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 166


e. Perut
1) Linea alba : ada
2) TFU : pertengahan pusat Simfisis
3) Tidak ada bekas luka oprasi
f. Eksremitas
1) Atas
Ujung jari tidak terlihat pucat
Kuku jari tampak panjang
Tidak ada pembesaran kelenjar linmfe di ketiak kanan dan kiri.
2) Bawah
Ada oedema di kedua kaki
Tidak ada varises
Ujung jari kaki tidak tampak pucat
g. Genital
1) Telihat ada luka jahitan
2) Lokhea rubra
3) Tidak ada tanda tanda infeksi
4) Tidak ada oedema labia
h. Anus
1) Bersih
2) Tidak ada haemoroid

3. DATA PENUNJANG
a. Hb : 11 gram %
b. Golongan Darah : AB
c. Protein urin : (+)

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 167


II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny.S Usia 26 P2A0 tahun post partum hari ke 3 dengan pre eklamsi
ringan
B. Masalah
1. Asi Belum Keluar
2. Nyeri pada luka jahitan
3. Kurang percaya diri untuk merawat bayinya
4. Belum tau cara merawat luka jahitan perineum
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Eklamsi Post Partum
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANA
SEGERA.
A. Pantau tensi setiap 2 jam
B. Cek kadar proteinuria setiap 2 hari
C. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
V. PERENCANAAN, Tanggal : 29 November 2016, pukul : 14.30 WIB,
Oleh : Bidan Astuti
A. Lakukan Perawatan Payudaara
B. KIE tentang :
1. Keadaannya dan perawatannya
2. Bahaya berdekatan dengan unggas setiap hari bagi kesehatan bayi
3. Adat istiadat yang dipercaya oleh keluarga, yang berhubungan
dengan masa nifas
4. Upaya untuk meningkatkan produksi ASI.
5. Tindakan Antisipasi akan kemungkinan timbulnya trauma fisik bagi
bayi.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 168


C. Lakukan Bimbingan tentang:
1. Perawatan Bayi sehari-hari
2. Perawatan luka jahitan
3. Cara menyusui yang benar.

VI. Pelaksanaan, Tanggal : 29 November 2016, Pukul : 14.40 WIB,


oleh : Bidan Astuti
A. Melakukan Perawatan Payudara
1. Dengan Teknik Masase punggung ibu menggunakan pelumas
(minyak hangat)
2. Payudara dibiarkan menggantung tanpa BH
3. Untuk merangsang keluarnya hormon oksitosin, bayi di dekatkan
kepada ibu.
B. Memberikan KIE Tentang
1. Keadaan dan perawatannya
a. Menjelaskan kepada pasien tentang keadaanya.
1) Terkait dengan diagnose
a) Termasuk dalam diagnose pre eeklamsi ringan
b) Tidak termasuk keadaan yang berbahaya selama selalu
dalam pemantauan tenaga kesehatan.
2) Terkait dengan keluhan utama ( nyeri luka jahitan)
a) Hal itu adalah normal karena luka masih termasuk luka
baru dan masih dalam masa penyembuhan.
b) Ibu tidak perlu khawatir luka jahitan akan terbuka jika
digunakan jongkok ketika buang air besae dan kecil.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 169


b. Menjelaskan tentang perawatan yang akan dilakukan
kepadanya
1) Yang berhubungan dengan pre eklamsi ringan
a) Akan dipantau tekanan darahnya setiap 2 jam
b) Akan dilakukan cek proteinuria setiap 2 hari
c) Perbanyak istirahat
d) Untuk mengurangi oeedema kaki usahakan tidur dalam
posisi kaki lebih tinggi dari badan ( diganjal dengan 1-2
bantal)
2. Bahaya berdekatan dengan Unggas setiap hari bagi kesehatan
bayi
a. Debu yang berasal dari kotoran unggas akan berbahaya karena
akan menyebabkan berbagai penyakit. Penyakit pada saluran
pernafasan, dll
b. Jika keadaan kamar lembab dan ventilasi kurang maka debu
yang tertinggal akan menyebabkan bau tidak sedap
3. Adat istiadat yang di percaya oleh keluarga, yang berhubungan
dengan masa nifas
a. Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat, terutam siang hari
karena biasanya bayi akan banyak terjaga di malam hari. Jika
ibu kurang istirahat maka produksi ASI akan terganggu dan
kuantitasnya akan berkurang. Pada beberapa kasus, kadang di
jumpai ibu yang mengalami depresi post partum karena terlalu
capek akibat kurang istirahat.
b. Sebenarnya secara medis tidak ada gangguan pada bayi untuk
di bawa keluar rumah sebelum 40 hari, asalkan dalam keadaan
tertutup selimut hangat sehingga tidak kedinginan dan terkena
angina.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 170


4. Upaya untuk meningkatkan produksi ASI
a. Makan dengan menu yang seimbang : nasi, sayur, lauk, buah,
dan susu.
b. Cukup istirahat
c. Banyak minum air putih dan setiap kali selesai menyusui ibu
harus minum.
d. Menyusui rutin secara on demand.
5. Tindakan antisipasi akan kemungkinan timbulnya trauma fisik bagi
bayi.
a. Kuku jari ibu/ pengasuh bayi tidak boleh panjang.
b. Jauhkan benda tajam dari lingkungan bayi, misalkan gunting,
pisau , peniti, dll.
c. Awasi bayi dari jangkauan anak- anak usia balita.
d. Gunakan baju dari bahan yang lembut dan bersih untuk
menghindari iritasi kulit bayi, termasuk minimalkan
penggunaan baby diapers (popok bayi sekali pakai)
C. Memberikan bimbingan tentang :
1. Perawatan bayi sehari-hari
a. Mengganti popok
b. Membersihkan bayi sehabis kencing dan BAB.
c. Membersihkan bekas gumoh
d. Memandikan bayi, memakaikan baju, dan bedong.
2. Perawatan luka jahitan
3. Cara menyusui yang benar.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 171


VII. EVALUASI, tanggal 29 November 2016, pukul 19.00 WIB
A. Setelah dilakukan perawatan payudara,ketika putting susu dipencet,
terlihat kolostrum keluar walaupun sedikit.
B. Ibu dapat memahami sebagian besar materi KIE yang disampaikan,
dibuktikan dengan dapat menjelaskan kembali materi yang telah di
sampaikan.
C. Evaluasi Bimbingan :
1. Mengganti popok : pasien mampu sacara mandiri untuk mengganti
popok bayi.
2. Membersikan bayi setelah BAB dan BAK : Pasien mampu secara
mandiri.
3. Membersihkan bekas gumoh : pasien mampu secara mandiri.
4. Memandikan bayi, memakaikan baju, dan bedong : pasien belum
mempu secara mandiri, masih membutuhkan bantuan orang lain.
D. Pasien mengatakan merasa senang karena dihargai hasil
perjuangannya dalam melahirkan bayinya.
E. Pasien dapat menghabiskan semua porsi makan yang diberikan.

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 172


DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta.

Wulanda, Febri Ayu. 2011. Biologi Reproduksi. Salemba Medika : Jakarta

Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. Diunduh Ahad, 23 Agustus 2016 ; pukul 22.05 WIB aku-
anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html

Astuti, S., Judistiani, R. T., Rahmiati, L., & Susanti, A. I. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Astutik, R. Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui . Jakarta:
Trans Info Media.

Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suherni, Widyasih, H., & Rahmawati, A. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:
Fitramaya

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.


Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Saleha, S. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.

Widyasih, H. 2013. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Sofyan, Mustika. 2003. Bidan Menyongsong Masa Depan; 50 tahun Ikatan Bidan
Indonesia. Jakarta: PP IBI. Soepardan, Suryani. 2005. Konsep Kebidanan.
Jakarta:EGC. Make Money

Maryunani, A.2009.Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).Jakarta: Trans Info
Media

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 173


Nanny, Vivian.2011.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba Medika

Saifudin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Komariah, K.2005.perawatan ibu masa nifas dan bayi baru lahir. Jakarta

Varney.1997.Varney’s Midwiferry,3rd Edition,jones and barlet publishers, Sudbury:England

Materi Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui 174

Anda mungkin juga menyukai