Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH : ASUHAN KEBIDANAN III (NIFAS)

TOPIK : MERENCANAKAN ASUHAN KEBIDANAN


SUB TOPIK : 1. Evaluasi terus menerus
2. Gangguan rasa nyeri
3. Mencegah Infeksi
4. Mengatasi kecemasan
5. Memberikan kenyamanan pada ibu nifas
6. Membantu ibu menyusui bayi
7. Persiapan pasien pulang
WAKTU : 100 MENIT
DOSEN : DINI NURWIJAYANTI, SST

OPS

Diakhir perkuliahan, tanpa melihat handout mahasiswa mampu merencanakan asuhan


kebidanan pada ibu nifas, meliputi : evaluasi terus menerus, gangguan rasa nyeri, mengatasi
infeksi, mengatasi kecemasan, memberikan kenyamanan pada ibu nifas, membantu ibu
menyusui bayi dan persiapan pasien pulang dengan benar.

REFERENSI

1. Astuti S, Judistiani T, Rahmiari L, Susanti A. Asuhan Kebidanan Nifas&Menyusui.


2015.
2. Nanny V, Sunarsih T. Asuhan kebidanan pada ibu nifas. Jakarta : Salemba Medika.
2011. Hal 55-62.
3. Walyani SE, Purwoastuti E. Asuhan kebidanan masa nifas & menyusui. Yogyakarta
: Pustaka Baru Press. 2015. Hal : 63-78.

-1-
4. Saleha S. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta : Salemba Medika. 2009.
Hal : 53-62.

PENDAHULUAN

Asuhan masa nifas hendaknya merupakan continuity of care yaitu asuhan yang
berkesinambungan yang mencakup ibu menerima asuham selama kehamilan, persalinan,
dan setelah kelahiran bayi. Konsistensi dalam pemberian asuhan mutlak diperlukan yang
merupakan tujuan dari asuhan masa nifas tersebut. Selain itu, dukungan yang tepat,
identifikasi dini dan penanganan yang tepat dalam manajemen kebidanan yang meliputi
pengkajian fisik, psikologis, emosional, sosial sesuai kebutuhan serta memfasilitasi awal
hidup berkeluarga merupakan komponen oenting dari asuhan yang diberikan. Asuhan
tersebut harus berkesinambungan sesuai dengan manajemen kebidanan yaitu pengkajian,
menentukan diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan dan evaluasi asuhan

URAIAN MATERI

I. Evaluasi Terus Menerus


Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap ibu. Pantau kondisi
ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Bidan tidak
boleh meninggalkan ibu pada 2 jam pertama karena pada fase ini berbagai
kemungkinan patologi/komplikasi dapat timbul. Perhatikan adanya tanda-tanda bahaya
pada ibu maupun bayi. Adanya kebijakan kunjungan masa nifas sebaiknya tidak di
interperetasikan secara baku. Hal ini pada keadaan tertentu bidan dapat memantau ibu
lebih dari jadwal kunjungan nifas minimal, bahkan bidan dapat memantau ibu setiap
hari untuk mengetahui kondisi ibu dan deteksi dini adanya komplikasi.
Evaluasi secara terus menerus meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Meninjau ulang catatan persalinan, pengawasan, dan perkembangan
sebelumnya, tanda-tanda vital, hasil laboratorium dan intervensi yang sudah
diterima sebelumnya

-2-
2. Mengkaji pemenuhan kebutuhan sehari-hari, psikologi ibu termasuk
ketidaknyamanan atau kecemasan yang dialami ibu, proses laktasi dan masalah
yang dialami
3. Pemeriksaan fisik ibu
Berikut jadwal kunjungan masa nifas yang dianjurkan :
Kunjungan Waktu Tujuan
KF 1 6 jam – 3 hari a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
postpartum atonía uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonía uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
KF 2 4 – 28 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal
postpartum : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
dan tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

-3-
tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari
KF 3 29 – 42 hari a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
postpartum penyulit yang ia alami atau bayinya
b. Memberikan konseling KB secara dini
c. Menganjurkan mengajak ibu membawa
bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi

II. Gangguan Rasa Nyeri


Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada
persalinan normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan
pada ibu. Bidan diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberikan
kenyamanan pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. After pain
Hal ini disebabkan kontraksi dan relaksasi yang terus menerus pada uterus,
banyak terjadi pada multípara. Anjurkan untuk mengosongkan kandung kemih,
tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut, bila perlu diberi analgesik.
2. Pembengkakan payudara
Pembengkakan payudara disebabkan oleh bendungan ASI yaitu
pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktoferin atau oleh
kelenjar – kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada putting susu. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada ibu menyusui dan
bila tidak diatasi akan berlanjut menjadi infeksi mastitis bahkan abses
payudara.

3. Nyeri perineum
Nyeri daerah perineum disebabkan oleh adanya jahitan perineum, rasa nyeri
ini harus diperiksa juga adanya pembengkakan dan tanda infeksi. Daerah
perineum harus dijaga kebersihannya agar tidak terjadi infeksi pada perineum.

-4-
Ibu dianjurkan untuk mencuci daerah perineum dengan air dan sabun setiap
kali selesai BAK dan BAB dari bagian depan ke bagian anus dan mengganti
pembalut minimal 2 kali sehari.
4. Konstipasi
Konstipasi pada ibu nifas sering terjadi, terumana pada 2-3 hari setelah
melahirkan. Keadaan ini dapat disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum. Nyeri saat defekasi
juga dapat dirasakan ibu akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Selain itu,
konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan
kekhawatiran lukanya akan terbuka bila buang air besar.
Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk
merangsang pengosongongan usus. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal, sehingga
ibu dianjurkan untuk minum air putih miniman 8 gelas/hari dan pola makan
yang baik, yaitu makanan yang banyak mengandung serat serta ibu dianjurkan
untuk mobilisasi.
5. Hemoroid
Hemoroid pada ibu nifas menyebabkan rasa nyeri, terutama saat defekasi. Hal
ini dapat disebabkan dari proses meneran saat persalinan. Hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hemoroid pada ibu nifas, diantaranya :
1. Asupan makanan dan cairan yang baik, yaitu yang banyak mengandung
serat
2. Senam kegel / senam nifas secara teratur dapat mencegah hemoroid
3. Jangan mengusap bagian dubur terlalu keras karena dapat mengiritasi
jaringan yang sensitif
4. Lakukan kompres dingin / air es untuk mengurangi nyeri
5. Jika diperlukan, berikan obat dengan anjuran dokter
6. Diuresis
Sesuai dengan adanya peningkatan sirkulasi darah selama hamil, maka laju
filtrasi glomerulus pada ginjal juga meningkat, sehingga produksi urin

-5-
meningkat. Diuresis dibutuhkan hingga beberapa hari pascasalin untuk
mengeluarkan kelebihan cairan dalam tubuh. Volume dan frekuensi berkemih
diharapkan kembali dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 2 minggu
postpartum.
Hal yang harus diwaspadai adalah trauma pada kandung kemih akibat
tindakan persalinan yang dapat menyebabkan trauma kandung kemih, sehingga
terjadi retensio urine, dan kadang kandung kemih menjadi tidak peka terhadap
tekanan air kemih didalamnya dan rasa ingin berkemih ini hilang. Ibu
dianjurkan untuk berkemih paling sedikit 4 jam sekali.

III. Mengatasi Infeksi


Infeksi nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Infeksi yang mungkin
terjadi adalah infeksi saluran kemih, infeksi pada genetalia, infeksi payudara
(mastitis dan abses payudara). Infeksi masa nifas harus ditangani sesuai dengan
penyebab infeksi. Infeksi masa nifas sebagian besar disebabkan oleh demam 2-10
hari pertama pascasalin. Kenaikan suhu biasanya 38 – 400C.

IV. Mengatasi Kecemasan


Rasa cemas sering timbul pada ibu pada masa nifas karena perubahan fisik
dan emosi masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Pada periode ini
sering disebut “ masa krisis “ karena memerlukan banyak perubahan perilaku,
nilai, dan peran.
Tingkat kecemasan akan berbeda antara satu dengan yang lain. Bidan harus
bersifat empati dalam memberikan dukungan secara mental pada ibu untuk
mnegatasi kecemasan. Asuhan ibu yang holistik tidak hanya berfokus pada
kebutuhan fisik saja, tetapi juga psikisnya. Keadaan psikis akan mempengaruhi
fisik ibu. Atasi kecemasan dengan cara mendorong ibu untuk mengungkapkan
perasaannya, libatkan suami dan keluarga untuk memberi dukungan dan beri
pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan sehingga dapat membangun kepercayaan
diri dalam berperan sebagai ibu.

-6-
V. Memberikan Kenyamanan Pada Ibu Nifas
Ibu nifas memerlukan kenyamanan dalam menjalani peran barunya sebagai ibu.
Bidan diharapkan mampu memberikan asuhan yang dapat membuat rasa nyaman
pada ibu.

VI. Membantu Ibu Menyusui Bayi


Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu dan bayinya. Jika ibu merasa
kebingungan apakah dia ingin menyusui atau tidak, Berikanlah dukungan agar ibu
mau memberikan asi sedikit demi sedikit. Sedikit saja menyusui masih lebih baik,
dari pada tida sama sekali
ASI eksklusif selama 6 bulan sangat penting bagi bayi. Keberhasilan ASI
eksklusif diawali dari bagaimana cara ibu mulai menyusui. Bagi ibu yang pertama
kali mempunyai bayi diperlukan cara yang tepat dalam menyusui sehingga
memperoleh kenyamanan bagi dirinya dan bayinya. Sebagai provider, seorang
bidan berperan penting dalam membantu ibu menyusui bayinya. Ajarkan pada ibu
bagaimana cara menyusui yang baik dan bila ada masalah dalam menyusui dapat
segera diatasi.

VII. Persiapan Pasien Pulang


Ketika pasca persalinan berlangsung normal, keadaan ibu dan bayi sehat, bidan
dapat menentukan bahwa ibu dapat dipulangkan. Sebelum dipulangkan, ibu
dipersiapkan agar dapat menjalani kehidupan di rumah bersama bayi dan keluarga
dalam keadaan aman.
Persiapan sebelum ibu pulang adalah sebagai berikut :
1. Pastikan ibu telah mengetahui tentang perawatan perineum, gizi ibu menyusui,
kebersihan diri, perawatan payudara, istirahat dan pendidikan kesehatan
lainnya yang telah kita berikan selama ibu dirawat.
2. Beritahu ibu untuk segera menghubungi bidan bila terjadi tanda-tanda bahaya.
Tanda-tanda bahaya di antaranya perdarahan banyak, pengeluaran vagina

-7-
berbau busuk, sait kepala hebat, demam tinggi, pembengkakan wajah dan
tangan, serta payudara merah panas dan sakit. Beri petunjuk bagaimana dan di
mana dia dapat menghubungi bidan
3. Beri suplemen zat besi
4. Diskusikan tentang rencana kontrasepsi pasca persalinan
5. Rencanakan kunjungan ulang untuk pasca salin lanjutan. Buat kesepakatan
apakah ibu akan datang ke rumah atau bidan yang melakukan kunjungan
rumah (home visit)

VIII. Anticipatory Guidance


Secara garis besar Anticipatory Guidance meliputi instruksi dan bimbingan
dalam mengantisipasi periode nifas dan bagaimana memberikan asuhan
sepanjang masa nifas tersebut. Kebutuhan ibu nifas berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Dalam memberikan asuhan bidan harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan ibu. Ibu nifas juga harus memberitahukan bidan jika ada hal yang
dibutuhkan sehingga dapat membantu bidan dalam memberikan asuhan yang
lebih berfokus. Anticipatory Guidance meliputi hubungan antara ibu, bayi, dan
hubungan ibu dengan yang lain.

IX. Deteksi Dini Dan Komplikasi Masa Nifas


Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Bidan dituntut
untuk dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang dapat mendeteksi dini
komplikasi pada ibu nifas

X. Health Education
Pendidikan kesehatan pada ibu sangat diperlukan bagi ibu untuk bekal saat
berada di rumah. Pendidikan kesehatan yang diberikan berupa gizi, KB, tanda
bahaya, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi
sehari-hari, personal hygiene, istirahat dan tidur, mobilisasi, serta ASI eksklusif.

-8-
-9-

Anda mungkin juga menyukai