Anda di halaman 1dari 33

DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

KEKURANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

PADA DIAGNOSA MEDIS DIARE

Dosen Pembimbing :

Rindayati., S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

1. Evy Andriyani Ningsih 151911913008

2. Ahmad Salman S. 151911913029

3. Ananda Awaliya R. 151911913048

4. Siti Santika Oktavianingrum 151911913060

5. Bayu Wibisono 151811913063

KELAS : 3A-LAMONGAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik tepat pada waktunya.  Shalawat  dan salam  selalu terlimpah curahkan kepada Rasulullah
SAW.  Berkat rahmat-Nya penulis mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Pancasila. Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, karena berkatnya lah kami dapat
menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan,
“DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PADA DIAGNOSA MEDIS DIARE” yang kami sajikan dari berbagai sumber informasi dan
referensi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya teman-teman. Kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami menerima berbagai saran maupun
kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga tulisan
ini bermanfaat bagi para pembaca.

Lamongan, 10 September 2020

Penyusun
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.3 Tujuan.............................................................................................................4

1.4 Manfaat...........................................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................6

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Cairan dan Elektrolit............................................6

2.2 Keseimbangan Intake dan Output..................................................................6

2.3 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh......................................................8

2.4 Aktif Tranport.................................................................................................9

2.5Faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit.............10

2.6 definisi diare.................................................................................................12

2.7 Epidemologi.................................................................................................12

BAB III KASUS SEMU

3.1 Pengkajian………………………………………………………………........26

3.2 Intervensi…………………………………………………………………..…28

3.3 Implementasi………………………………………………………………….29

3.4 Evaluasi……………………………………………………………………….30

BAB IV PENUTUP..............................................................................................31

4.1 Kesimpulan………………………………………………………….………..31

4.2 Saran……………………………………………………………….…………31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare akut adalah buang air
besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3x atau lebih) perhari
dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari (Depkes, 2009).
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana
yang cepat dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana diare dengan
Lintas Diare (Lima langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi pemberian oralit
diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dengan mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare.Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Pemberian Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim
ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Ibuatau pengasuh yang
berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang cara memberikan cairan maupun
obat di rumah dan kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan. (Ikasari,
2012).
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan cairan
2. Untuk memahami sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan
3. Untuk mempelajari proses terjadinya
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
5. Untuk memahami masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
6. Untuk mempelajari dokumentasi asuhan keperawatan pada diagnosa medis diare
1.3 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengenali konsep kebutuhan cairan
dan elektrolit dan asuhan keperawatan masalah diare
2. Bagi Orang Lain
Memberi pengetahuan mengenai konsep kebutuhan oksigen dan asuhan
keperawatan masalah diare
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan

ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,

sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga

kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial

adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi

khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.2 Keseimbangan Intake & Output.

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari

cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal

intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat

menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka

mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui

proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses

metabolisme.

2.2.1 Intake Cairan :

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira

1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari

sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi

selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan

berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :


No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).

1. 3hari 3,0 250-300

2 1tahun 9,5 1150-1300

3. 2tahun 11,8 1350-1500

4. 6tahun 20,0 1800-2000

5. 10tahun 28,7 2000-2500

6. 14tahun 45,0 2200-2700

7. 18tahun(adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus

dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi

intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,

perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut

biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.

Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus

gastrointestinal.

2.2.2 Output Cairan :

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a. Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius

merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal

output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.
Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine

bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat

maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan

keseimbangan dalam tubuh.

b. IWL (Insesible Water Loss) :

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme

difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini

adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh

meningkat maka IWL dapat meningkat.

c. Keringat:

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon

ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui

sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada

kulit.

d. Feces :

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur

melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.3 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

a. Fase I :

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan

oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.


3. Fase II :

Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.

4. Fase III :

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke

dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran

semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan

tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara:

1. Diffusi

2. Filtrasi

3. Osmosis

2.4 Aktif Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat

berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan

partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang

mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel

yaitu :

1. Permebelitas membran kapiler dan sel

2. Konsenterasi

3. Potensial listrik

4. Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan

konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah

ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan

perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi

aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk

adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan

natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma

dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua

bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang

dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan

tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses

perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain

proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang

terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang

disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

2.5 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara

lain :

a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan

berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan

anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia

dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan

gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim :

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya

rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.

Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan

cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi

tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum

albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam

proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress:

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen

otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila

berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e. Kondisi Sakit :

Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh Misalnya :

1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

3. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan

intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f. Tindakan Medis :

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain

g. Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi

cairan dan elektrolit tubuh.

h. Pembedahan :

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama

pembedahan.

2.6 Definisi Diare


Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3
kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari) dan konsistensi (feces cair). Hal
ini biasanya dihubungkan dengan adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi
usus, absorpsi mukosal, atau motilitas usus (Sarwono, 2001).
2.7 Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di USA dengan
penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap
tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100
juta episode diare pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989
jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia
adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba
histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang
dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.
2.8 Etiologi
Penyebab utama diare akut adalah bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab lain yang dapat
menimbulkan diare akut adalah cacing, toksin dan obat. Penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor yaitu (Guyton & Hall, 2011):
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare)
1) Infeksi Virus
a) Retavirus
 Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan
muntah.
 Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
 Dapat ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
 Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
 Timbul sepanjang tahun.
 Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d) Norwalk
 Epidemik
 Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2) Infeksi Bakteri
a) Stigella
 Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
 Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
 Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
 Muntah yang tidak menonjol
 Sel polos dalam feses
 Sel batang dalam darah
b) Salmonella
 Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun
 Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
 Mungkin ada peningkatan temperature
 Muntah tidak menonjol
 Sel polos dalam feses
 Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
 Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
 Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
enterotoksin.
 Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
 Sifatnya infasiv pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik yang lain.
 Kram abdomen yang hebat
 Muntah/dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
 Sering didapatkan sel polos pada feses
 Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
 Diare selama 1-2 minggu.
 Sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Seperti cacing (ascaris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Tricomonas hominis dan jamur (Candida albicans) (Depkes, 2010).
b. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
a) Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
b) Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
c. Faktor Makanan
Makanan yang beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Penyebab lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)

2.9 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

2.10 Klasifikasi
Diare diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7
atau 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa,
sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Diare osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya
malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein
2) Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik
dengan mukosa yang besar.
3) Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai dengan
peradangan.

2.11 Manifestasi Klinis


Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet
karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama
diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), selaput
lendir bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila terus berlanjut, akan terjadi renjatan
hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak
teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang
cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan
tampak pucat, serta nafas cepat dan dalam (pemafasan kusmaul) (Sarwono, 2001).
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, demam dan terjadi renjatan hipovolemik. Kekurangan cairan
menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah
menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang
sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat
timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut (Brunner & Suddart, 2002).

2.12 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi :
1) Klien tampak muntah
2) Klien tampak sering buang air besar dengan konsistensi yang cair
3) Ubun-ubun dapat ditemukan tampak cekung
4) Membran mukosa kering
5) Daerah anus tampak lecet-lecet
6) Klien tampak lemas
7) Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
8) Mata tampak cekung
b. Auskultasi :
1) Bising usus >12 detik per menit
c. Palpasi :
1) Denyut nadi meningkat
2) Turgor kulit menurun
d. Perkusi :
1) Adanya distensi abdomen

2.13 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan diare meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor)
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.
2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Doudenal Intubation ( pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
d. Pemeriksaan Urine Lengkap
e. Pemeriksaan Biakan Empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat dianjurkan.

2.14 KRITERIA DIAGNOSTIK


Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis, manifestasi
klinis dan pemeriksaan penunjang mendukungnya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh penderita.
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena keracunan
makanan atau pencemaran sumber air.
d. Dimana tempat tinggal penderita.
Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak darah pada
feses, panas > 38,5o C, diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian luar biasa
(KLB).

2.15 TINDAKAN PENANGANAN


Penatalaksanaan pada pasien diare meliputi:
a. Rehidrasi Sebagai Prioritas Utama Terapi
Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat,
yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan
Cairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang rendah bila
dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat diberikan NaCl isotonik
(0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul nabik 7,5% 50 ml pada setiap 1
liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan
oralit yang dapat mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2) Upaya Rehidrasi Oral (URO)
URO berdasarkan prinsip bahwa absorpsi natrium usus (dan juga elektrolit lain dan
air) dilakukan oleh absorpsi aktif molekul makanan tertentu seperti glukosa (yang
dihasilkan dari pemecahan sukrosa ) atau L asam amino (yang dihasilkan dari
pemecahan protein dan peptida). Bila diberikan cairan isotonik yang seimbang antara
glukosa dan garamnya, absorpsi ikatan glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan
diikuti dengan absorpsi air dan elektrolit yang lain. Proses ini akan mengoreksi
kehilangan air dan elektrolit pada diare. Campuran garam dan glukosa ini dinamakan
Oral Rehydration Salt (ORS) atau di Indonesia dikenal sebagai cairan rehidrasi oral
(Oralit).

Komposisi cairan oralit yang dianjurkan WHO/UNICEF


Kandungan Jumlah (g/l) Ion Konsentrasi (mmol/l)
Natrium klorida 3,5 Natrium 90

Trinatrium sitrat, 2,9 Kalium clorida 10*


dihidrat
Kalium clorida 1,5 Sitrat 80
Glukosa (anhidrous) 20,0 Glukosa 111
* Natrium bikarbonat 2,5 g bikarbonat 30 mmol/L
3) Jalan pemberian cairan
 Oral untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau minum dan
kesadaran baik
 Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak tidak  mau
minum atau kesadaran menurun.
 Intravena untuk dehidrasi berat.
4) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan cairan anak.
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti
protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang,
bila terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara
matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :

Kebutuhan cairan Kebutuhan


Umur Berat Badan
total/24 jam cairan/Kg BB/24 jam
3 hari 3,0 250 – 300 80 – 100
10 hari 3,2 400 – 500 125 – 150
3 bulan 5,4 750 – 850 140 – 160
6 bulan 7,3 950 – 1100 130 – 155
9 bulan 8,6 1100 – 1250 125 – 165
1 tahun 9,5 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 11,8 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 16,2 1600 – 1800 100 – 110
6 tahun 20,0 1800 – 2000 90 – 100
10 tahun 28,7 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 45,0 2000 – 2700 50 – 60
18 tahun 54,0 2200 – 2700 40 – 50

Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun
adalah sebagai berikut :
Derajat dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
Keterangan:
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
5) Jadwal (kecepatan) pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
 Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air
besar.
 Parental dibagi rata-rata 24 jam.
b) Dehidrasi ringan
 1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik.
 selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
c) Dehidrasi  sedang
 1 jam pertama : 50-100 ml/kgBB peroral atau intragastrik
 selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
d) Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3-10 kg.
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 10 tetes/kgBB/menit (dengan infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran
1 ml = 20 tetes)
 7 jam  kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (dengan infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan,
yang meliputi :
1) Susu (ASI/ PASI rendah laktosa)
2) Makanan setengah padat /lunak (nasi tim)
Bila anak berusia 4 bulan atau lebih dan sudah dapat makanan padat atau lunak
(MPASI), makanan ini harus diteruskan dan disesuaikan dengan umurnya. Bayi umur
6 bulan atau lebih harus mulai diberi makanan lunak.
3) Pemberian makanan mulai diberikan setelah dehidrasi teratasi. Paling tidak 50% dari
energi diet harus berasal dari makanan. Pemberiannya dengan porsi kecil dan sering
(6 kali/hari) dan anak dibujuk untuk makan.
c. Obat-Obatan
1) Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi teiah diidentifikasi (Depkes RI, 2011)

2.16 Komplikasi
Adapun komplikasi dari diare meliputi (Price, 2005) :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan
b) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
c) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
d) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2) Skor Mavrice King
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi Kuat Sedang Lemah
Keterangan :
 Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
 Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
 Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat.
3) Gejala Klinis
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi derajat dehidrasi berdasarkan penilaian
observasi

OBSERVASI
Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat
Ringan Sedang
Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
Keadaan umum
tidak sadar
Normal Cekung Sangat cekung dan
Mata
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Minum biasa, Haus, ingin Tidak mau minum
Rasa haus
tidak haus minum banyak
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor Kulit
lambat

4) Turgor Kulit
Menentukan elastisitas turgor kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk
(selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
 1 detik : elastisitas turgor kulit agak kurang (dehidrasi ringan)
 1-2 detik : elastisitas turgor kulit kurang (dehidrasi sedang)
 2 detik : elastisitas turgor kulit sangat kurang (dehidrasi berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
d. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus.
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.

2.17 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits
berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
BAB III
KASUS SEMU

Kasus : Kekurangan Cairan Dan Elektrolit Pada Diagnosa Medis Diare

3.1 Analisis Data

No Tgl/Jam Data Problem Etiologi

1 11 Sep 2020 DS : Pasien mengatakan Gangguan Out put


minum air putih habis + 4 keseimbanga
berlebihan
gelas (+ 1000 ) / hari n cairan dan
Pasien mengatakan diare 4- elektrolit
5 x 1 hari, konsistensi cair,
warna kekuningan.

DO : Turgor jelek, kulit


kering Mukosa bibir kering
Feses konsistensi cair,
warna kekuningan Ureum
2,5 mg/dl Creatinin 4,1
mg/dl Kalium 5,1 mmol /
L

2 12 Sep 2020 DS : Pasien mengatakan Resti Intake tidak


mual, muntah Pasien pemenuhan
adekuat
mengatakan hanya habis 2 nutrisi kurang
– 3 sendok dari porsi RS dari
kebutuhan
DO : Wajah tampak pucat
tubuh
Konjungtiva anemis

3. 13 Sep 2020 DS : Pasien mengatakan Resti kurang Hospitalisasi


tidur
kebutuhan
+ 3-4 jam/hari istirahat tidur

DO : Wajah tampak pucat

Mata tampak besar

besar, mata kemerahan.

3.2 PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 46 Tahun
Tgl. Lahir : 11 April 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : sudah menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kusuma Bangsa, No.7A Kecamatan Lamongan,
Kabupaten Lamongan
Pekerjaan : Swasta
Dx. Medis : Diare
No RM : 28-xx-xx-xx
Tanggal Masuk : 11 September 2020

 Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. M
Usia : 40 Tahun
Alamat :Jl. Kusuma Bangsa, No.7A Kecamatan Lamongan,
Kabupaten Lamongan
Pekerjaan : Swasta
Hubungan : Istri
 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pasien mengatakan mual dan muntah
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat penyakit sekarang pada tanggal 08
September 2020 , pasien BAB cair 4-5 kali perhari, warna kekuningan
kemudian diperiksa ke dokter tetapi belum sembuh, dan pada tanggal 11
September 2020 oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD Sragen dengan keluhan
mual, muntah, badan lemas, diare 4-5 kali perhari, konsistensi cair, warna
kekuningan kemudian pasien dianjurkan rawat inap dan dirawat di bangsal
Melati dan pada saat dikaji pada tanggal 10 September 2020, pasien
mengatakan mual, muntah, badan lemas, diare 4-5 kali perhari, konsistensi cair,
warna kekuningan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan dahulu pernah sakit tifus pada
bulan Desember 2019 dan dirawat di RSUD Lamongan selama 4 hari.
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dan penyakit menurun seperti
Hipertensi, DM dll.
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat.
c. Gangguan istirahat tidur sehubungan dengan hospitalisasi.
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi tanggal 11 – 13 September 2020

TGL/ DX. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD


JAM
Gangguan Tujuan : a. Atur intake
keseimban Kebutuhan cairan dan
cairan dan elektrolit
gan cairan elektrolit terpenuhi
b. Berikan therapi
dan setelah dilakukan
elektrolit tindakan keperawatan intravena (IVFD)
b/d output selama 3 x 24 jam
sesuai kondisi pasien
berlebihan dengan kriteria hasil,
dan intruksi dokter
turgor kulit elastis
mukosa bibir lembab, dengan
feses konsistensi
memperhatikan : jenis
lembek/padat.
cairan, jumlah/dosis

pemberian,

komplikasi dari

tindakan

c. Kolaborasi

pemberian obat-

obatan seperti

:deuretik, kayexalate.

Provide care seperti :


perawatan kulit, safe
environment
3.5 IMPLEMENTSI KEPERAWATAN

NO DX. KEP TGL/ IMPLEMENTASI TTD


JAM
Gangguan

1. keseimbangan 1. Menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh


cairan dan Respon Hasil : memperhatikan penjelasan dari
elektrolit b/d pertanyaan
out put 2. Mengukur tanda-tanda vital pasien
berlebihan Respon Hasil :
Hasil TTV:
TD 120/180 mmHg,
N : 84 x/menit,
S : 37’C,
R : 24 x/menit
3. Menganjurkan pasien istirahat dan tidak melakukan
banyak aktivitas
Respon Hasil : Pasien mengikuti arahan perawat
4. Memantau pemasukan dan keluaran urine.
Respon pasien : pasien BAK 2x ( 100 cc ), minum +
2 gelas ( 520 cc ),
5. Melanjutkan terapi dokter untuk memberikan obat
antidiare dan antibiotik.
Respon pasien: pasien bersedia disuntik. Memantau
tanda dan gejala dehidrasi. Respon pasien : kulit
tidak kering, lembab, mukosa bibir lembab.

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN


Tanggal Jam Pendokumentasian
11-09-20 08.15 P # 1. Intake cairan yang tidak adekuat dan kehilangan
cairan yang berlebihan karena muntah dan BAB
berlebih
I # 1. Atur intake cairan dan elektrolit

2. Memerikan therapi intravena (IVFD. Ns. X

3. Pemberian obat deuretik. Ns.X


15-09-20 11.00 E# S: Klien mengatakan mual mereda dan muntah
berkurang. Klien mengatakan minum air putih habis +
8 gelas ( + 200 cc ) dalam sehari.
O: Keadaan Umum : Lemas, Turgor kulit elastis,
mukosa bibir lembab
TTV: TD 120/180 mmHg,
N : 84 x/menit,
S : 37’C,
R : 24 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien diare dapat dilakukan dengan penanganan cairan
dan nutrisi dengan cara terapi mandiri perawat, non farmakologis, kolaboratif dan
health education. Teknik terapi tindakan mandiri perawat, non farmakologis,
kolaboratif dan health education. sehingga membantu mengatasi masalah ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit dan pemenuhan cairan dan nutrisi.

4.2 Saran
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan
keluarga dengan pasien diare penulis menyarankan :
1. Bagi Klien / Masyarakat Untuk klien dan keluarga agar memperhatikan
makanan dan minuman yang dikonsumsi anggota keluarga baik di rumah maupun
diluar rumah serta resiko infeksi bakteri. Semoga makalah tugas ini menjadi bacaan
dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta referensi
pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga dengan pasien diare.
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, M. Studi Kasus Pada Anak “S” Umur 15 Bulan Yang Mengalami Masalah Keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Dengan Diagnosa Medis Diare Di Ruang
Anggrek.
Laksminingsih, Ni Made Ari. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Dengan Diare. 2017
Baubau, K., & Kendari, P. K. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Diare Di Puskesmas Wajo. 2019

Anda mungkin juga menyukai