Dosen Pembimbing :
KELAS : 3A-LAMONGAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu terlimpah curahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Pancasila. Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, karena berkatnya lah kami dapat
menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan,
“DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PADA DIAGNOSA MEDIS DIARE” yang kami sajikan dari berbagai sumber informasi dan
referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya teman-teman. Kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kami menerima berbagai saran maupun
kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga tulisan
ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
1.4 Manfaat...........................................................................................................5
2.7 Epidemologi.................................................................................................12
3.1 Pengkajian………………………………………………………………........26
3.2 Intervensi…………………………………………………………………..…28
3.3 Implementasi………………………………………………………………….29
3.4 Evaluasi……………………………………………………………………….30
BAB IV PENUTUP..............................................................................................31
4.1 Kesimpulan………………………………………………………….………..31
4.2 Saran……………………………………………………………….…………31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari
cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui
metabolisme.
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.
Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
c. Keringat:
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
4. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara:
1. Diffusi
2. Filtrasi
3. Osmosis
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat
partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel
yaitu :
2. Konsenterasi
3. Potensial listrik
4. Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah
perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi
aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk
adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan
natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma
dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua
bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang
dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan
tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses
perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain
terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
d. Stress:
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
e. Kondisi Sakit :
1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
g. Pengobatan
h. Pembedahan :
pembedahan.
2.9 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2.10 Klasifikasi
Diare diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7
atau 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa,
sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Diare osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya
malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein
2) Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotik
dengan mukosa yang besar.
3) Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai dengan
peradangan.
Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun
adalah sebagai berikut :
Derajat dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
Keterangan:
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
5) Jadwal (kecepatan) pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang air
besar.
Parental dibagi rata-rata 24 jam.
b) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik.
selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
c) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100 ml/kgBB peroral atau intragastrik
selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
d) Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3-10 kg.
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 10 tetes/kgBB/menit (dengan infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (dengan infus berukuran
1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (dengan infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan,
yang meliputi :
1) Susu (ASI/ PASI rendah laktosa)
2) Makanan setengah padat /lunak (nasi tim)
Bila anak berusia 4 bulan atau lebih dan sudah dapat makanan padat atau lunak
(MPASI), makanan ini harus diteruskan dan disesuaikan dengan umurnya. Bayi umur
6 bulan atau lebih harus mulai diberi makanan lunak.
3) Pemberian makanan mulai diberikan setelah dehidrasi teratasi. Paling tidak 50% dari
energi diet harus berasal dari makanan. Pemberiannya dengan porsi kecil dan sering
(6 kali/hari) dan anak dibujuk untuk makan.
c. Obat-Obatan
1) Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi teiah diidentifikasi (Depkes RI, 2011)
2.16 Komplikasi
Adapun komplikasi dari diare meliputi (Price, 2005) :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan
b) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
c) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
d) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2) Skor Mavrice King
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi Kuat Sedang Lemah
Keterangan :
Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat.
3) Gejala Klinis
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi derajat dehidrasi berdasarkan penilaian
observasi
OBSERVASI
Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat
Ringan Sedang
Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
Keadaan umum
tidak sadar
Normal Cekung Sangat cekung dan
Mata
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Minum biasa, Haus, ingin Tidak mau minum
Rasa haus
tidak haus minum banyak
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor Kulit
lambat
4) Turgor Kulit
Menentukan elastisitas turgor kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk
(selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
1 detik : elastisitas turgor kulit agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik : elastisitas turgor kulit kurang (dehidrasi sedang)
2 detik : elastisitas turgor kulit sangat kurang (dehidrasi berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
d. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus.
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
2.17 Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits
berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
BAB III
KASUS SEMU
3.2 PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 46 Tahun
Tgl. Lahir : 11 April 1974
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : sudah menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kusuma Bangsa, No.7A Kecamatan Lamongan,
Kabupaten Lamongan
Pekerjaan : Swasta
Dx. Medis : Diare
No RM : 28-xx-xx-xx
Tanggal Masuk : 11 September 2020
pemberian,
komplikasi dari
tindakan
c. Kolaborasi
pemberian obat-
obatan seperti
:deuretik, kayexalate.
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien diare dapat dilakukan dengan penanganan cairan
dan nutrisi dengan cara terapi mandiri perawat, non farmakologis, kolaboratif dan
health education. Teknik terapi tindakan mandiri perawat, non farmakologis,
kolaboratif dan health education. sehingga membantu mengatasi masalah ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit dan pemenuhan cairan dan nutrisi.
4.2 Saran
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan
keluarga dengan pasien diare penulis menyarankan :
1. Bagi Klien / Masyarakat Untuk klien dan keluarga agar memperhatikan
makanan dan minuman yang dikonsumsi anggota keluarga baik di rumah maupun
diluar rumah serta resiko infeksi bakteri. Semoga makalah tugas ini menjadi bacaan
dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta referensi
pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga dengan pasien diare.
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, M. Studi Kasus Pada Anak “S” Umur 15 Bulan Yang Mengalami Masalah Keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Dengan Diagnosa Medis Diare Di Ruang
Anggrek.
Laksminingsih, Ni Made Ari. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Dengan Diare. 2017
Baubau, K., & Kendari, P. K. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Pasien Diare Di Puskesmas Wajo. 2019