Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KONSEP MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN”

Dosen Pengajar : Ilkafah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 14


Nama Anggota Kelompok :
1. Miftachul Khoiroh (151911913005)
2. Dimas Rozani (151911913006)
3. Novita Purnamasari (151911913046)
Kelas : 3A Lamongan

PRODI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada allah SWT atas anugrah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Konsep Mutu Pelayanan
Keperawatan”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis agar dapat
berfikir secara kritis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini
dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya
keterbatasan kami sebagai manusia biasa.

Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta
saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama.

Lamongan, 9 September 2020

Penyusun

ii
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN TEORI3


2.1 Audit Mutu 3
2.1.1 Pengertian 3
2.1.2 Manfaat Audit Keperawatan Untuk Tingkat Manajemen 3
2.1.3 Lingkup Audit Keperawatan 4
2.1.4 Pengelolaan Audit Keperawatan 8
2.1.5 Langkah-Langkah dalam Melaksanakan Audit Keperawatan 10
2.2 Peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu 10
2.2.1 Pengertian Komite Keperawatan Rumah Sakit 10
2.2.2 Prinsip Kegiatan Komite Keperawatan 11
2.2.3 Tujuan Pembentukan Komite Keperawatan 11
2.2.4 Peran Komite Keperawatan 12
2.2.5 Fungsi Komite Keperawatan 13
2.2.6 Tugas Komite Keperawatan 14
2.2.7 Susunan Organisasi dan Uraian Tugas Masing-Masing Komite 15

BAB III PENUTUP 20


3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah
sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam
kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan
pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan demikian
pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring
dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013)
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan
fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan
adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola
keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik
kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
Audit keperawatan adalah salah satu bidang dalam jaminan mutu pelayanan
kesehatan, karena merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur dan
meningkatkan kualitas perawatan. Jaminan kualitas digambarkan oleh model top-
down dan bottom-up (Brown, Santilli, & Scott, 2015; Johnson, Jefferies, &
Langdon, 2010). Audit dan umpan balik, sebagai sistem untuk meningkatkan
kualitas dan keamanan perawatan kesehatan, dapat diterapkan dengan berbagai
cara. Pertama: aspek kinerja yang diaudit dapat bervariasi, tergantung pada
kepentingan mereka yang bertanggung jawab atas audit dan informasi yang
tersedia. Kedua: audit dapat didasarkan pada data yang tersedia secara rutin dari
catatan pasien elektronik atau pendaftar medis, atau pada data yang dikumpulkan
oleh profesional kesehatan khusus untuk tujuan itu, sebagai semacam survei. Jenis
audit lainnya didasarkan pada pengamatan video, pengamatan langsung, atau

1
pengamatan terstruktur yang dilakukan oleh rekan-rekan atau oleh "pasien
simulasi" (Jamtvedt et al, 2006; Nasic et al., 2005; Tsaloglidou, 2009).
Mengingat pentingnya mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit sangat
penting maka juga dibentuklah sebuah komite keperawatan yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi. Komite Keperawatan dibentuk oleh direktur rumah sakit
dan bertanggungjawab kepada direktur rumah sakit. Susunan organisasi komite
Keperawatan rumah sakit terdiri dari ketua komite keperawatan, sekretaris komite
keperawatan dan subkomite. Untuk subkomite terdiri dari subkomite (1)
kredensial, (2) mutu profesi dan (3) etika dan disiplin profesi. Keanggotaan
komite keperawatan ditetapkan oleh direktur RS dengan mempertimbangkan
sikap profesional, kompetensi, pengalaman kerja, reputasi dan perilaku.
Sedangkan untuk jumlah personil keanggotaan komite keperawatan disesuaikan
dengan jumlah tenaga keperawatan di rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana audit mutu dalam konsep mutu pelayanan keperawatan?
2. Bagaimana peran komite keperawatan dalam pengawasan mutu?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan dan mendeksripsikan audit mutu dalam konsep mutu
pelayanan keperawatan
2. Untuk mengetahui dan menjabarkan peran yang dilakukan oleh komite
keperawatan dalam pengawasan mutu
1.4 Manfaat
1. Bagi Perawat
Membantu mengaplikasikan ilmu yang didapat selama proses
belajar mengajar baik dari segi konsep maupun metode.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Penulisan makalah ini dapat dijadikan referensi dalam
pengembangan ilmu dalam ranah yang lebih spesifik.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Audit Mutu


2.1.1 Pengertian
Audit merupakan penilaian/evaluasi dari pekerjaan yang telah dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. Peralatan atau instrumen
yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan bukti dan untuk mengevaluasi
apakah standar yang telah ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik atau belum.

Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap


mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup penting
karena kekurangan dalam pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan
kehilangan nyawa klien. Di samping itu, tuntutan akan pelayanan keperawatan
yang baik dan bermutu semakin meningkat dengan meningkatnya pengetahuan
masarakat dan kesadaran tentang kesehatannya. Agar terhindar dari tuntutan itu,
perawat dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan standar
profesi yang berlaku serta memuaskan klien.

Menurut GILLIES (1994) adalah suatu proses analisa data yang menilai
tentang proses keperawatan/hasil asuhan keperawatan pada pasien untuk
mengevaluasi kelayakan dan keefektifan tindakan keperawatan akan bertanggung
jawab hal ini akan meningkatkan akuntabilitas dari perawat.

Adapun tujuan dari audit keperawatan adalah mengevaluasi keefektifan


asuhan keperawatan, menetapkan kelengkapan dan keakuratan pencatatan asuhan
keperawatan.

2.1.2 Manfaat Audit Keperawatan Untuk Tingkat Manajemen


1. Administrator
a) Memberikan evaluasi program tertentu
b) Mendukung permintaan untuk akreditasi
c) Melandasi perencanaan program baru oleh
perubahan

3
d) Memungkinkan identifikasi kekuatan dan
kelemahan
e) Menentukan pengaruh pola ketenagaan
f) Sebagai data pengkajian efisiensi
2. Supervisor
a) Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
b) Memberikan landasan rencana diklat
c) Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
3. Kepala Ruangan dan Perawat Pelaksana
a) Introspeksi dan evaluasi diri
b) Identifikasi jenis asuhan keperawatan
c) Identifikasi kebutuhan tambahan pengetahuan
2.1.3 Lingkup Audit Keperawatan
Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu : 1) Audit struktur, 2) Audit
proses dan 3) Audit hasil. Berikut ini uraian dari ketiga kategori tersebut:
1. Audit Struktur
Adalah audit yang berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan
perawatan (termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur,
standar, SOP dan rekam medic); serta pelanggan (internal maupun eksternal).
Standar dan indikator diukur dengan menggunakan cek list.
2. Audit proses
Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk
menentukan apakah standar keperawatan telah tercapai. Pemeriksaan dapat
bersifat restropektif, concurrent, atau peer review. Restropektif adalah audit
dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peerreview
adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3. Audit hasil
Adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien
dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi serta

4
kepuasan. Untuk indikator mutu umum dapat berupa BOR, aLOS, TOI, angka
infeksi nosokomial (NI) dan angka dekubitus. Pada ruang perawatan yang
menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP), pengendalian
dapat diukur dalam bentuk kegiatan pengukuran yang menggunakan indikator
umum, indikator mutu pelayanan, indikator pasien dan SDM seperti berikut
ini:
1) Indikator mutu umum :
a. Penghitungan lama hari rawat ( BOR )
b. Penghitungan rata-rata lama di rawat ( ALOS )
c. Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi ( TOI )
2) Indikator mutu pelayanan keperawatan :
a. Keselamatan pasien ( patien safety)
b. Keterbatasan perawatan diri.
c. Kepuasan pasien
d. Kecemasan
e. Kenyamanan
f. Pengetahuan
3) Kondisi Pasien:
a. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b. Survey masalah baru
c. Kepuasan pasien dan keluarga
d. Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
4) Kondisi SDM
a. Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
b. Penilaian kinerja perawat

Berikut ini uraian tentang masing-masing indikator:


1. Indikator mutu Umum :
a. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai ( BOR )
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar

5
internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan standar
nasional BOR adalah 70 – 80 %.
b. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu
pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS yang ideal antara 6 – 9
hari.
c. Penghitungan TOI (Tempat Tidur Tidak Terisi)
Turn Over Interval ( TOI ) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari.
2. Indikator mutu pelayanan keperawatan:
a. Keselamatan pasien (patien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian
jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat
restrain.
b. Keterbatasan perawatan diri.
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia
yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari
tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak
nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pelayanan keperawatan bermutu
jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang
disebabkan oleh higiene yang buruk.
c. Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang
bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan
pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan.
d. Kecemasan

6
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman
yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman.
Kecemasan yang masih ada setelah intervensi keperawatan, dapat
menjadi indikator klinik.
e. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri
terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa
nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan menyakitkan.
f. Pengetahuan
Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya
diimplementasikan dalam program discharge planning. Discharge
planing adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan
keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat
perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien
dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas
rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain diluar rumah sakit.
3. Indikator kondisi pasien
a. Survey Masalah Keperawatan
Survey masalah keperawatan adalah survey masalah keperawatan yang
dibandingkan dengan standar NANDA untuk pasien baru/her opname
yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan).

Pelaksanaan Proses Audit Hasil


1. Identifikasi kesenjangan
2. Analisa penyebab
3. Tindakan perbaikan:
a. Menyusun rencana
b. Implementasi
4. Kaji tindakan keberhasilan, tindakan kebaikan proses audit keperawatan
5. Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang akan
digunakan
6. Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan

7
7. Tentukan standar dan kriteria
8. Susun instrumen evaluasi
9. Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
10. Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
11. Analisa data
12. Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
13. Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan

2.1.4 Pengelolaan Audit Keperawatan


1. Proses Audit Keperawatan
a) Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang akan
digunakan
b) Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
c) Tentukan standar dan kriteria
d) Susun instrumen evaluasi
e) Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
f) Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
g) Analisa data
h) Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
i) Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
2. Metode Audit Keperawatan
a) Pandangan retrospektif : ini mengacu pada penilaian yang
mendalam kualitas setelah pasien telah habis, memiliki pasien
grafik untuk sumber data. Audit retrospektif adalah metode untuk
mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dengan memeriksa
asuhan keperawatan seperti yang tercermin dalam catatan
perawatan pasien untuk pasien habis. Dalam hal ini jenis audit
perilaku khusus yang dijelaskan maka mereka diubah menjadi
pertanyaan dan pemeriksa mencari jawaban dalam catatan.
Misalnya pemeriksa terlihat melalui catatan pasien dan bertanya:
1) Adalah proses pemecahan masalah yang digunakan dalam
perencanaan asuhan keperawatan?

8
2) Apakah data pasien dikumpulkan secara sistematis?
3) Apakah deskripsi pra-rumah sakit pasien rutinitas disertakan?
4) Hasil tes laboratorium yang digunakan dalam perencanaan
perawatan?
5) Apakah perawat melakukan penilaian fisik? Bagaimana
informasi yang digunakan?
6) Apakah diagnosis keperawatan menyatakan?
7) Apakah perintah menulis perawat keperawatan? Dan
seterusnya.
b) Tinjauan bersamaan - ini mengacu pada evaluasi yang dilakukan
atas nama pasien yang masih menjalani perawatan. Ini meliputi
penilaian pasien di samping tempat tidur dalam kaitannya dengan
pra-ditentukan kriteria, mewawancarai staf yang bertanggung
jawab untuk perawatan ini dan meninjau catatan pasien dan
rencana perawatan.
3. Metode untuk Mengembangkan Kriteria
a) Tentukan populasi pasien
b) Mengidentifikasi kerangka waktu untuk mengukur hasil perawatan
c) Mengidentifikasi masalah keperawatan yang biasa berulang
disajikan oleh populasi pasien yang ditetapkan
d) Kriteria hasil pasien Negara
e) Negara dapat diterima tingkat pencapaian tujuan
f) Tentukan sumber informasi
g) Desain dan jenis alat
h) Jaminan kualitas harus menjadi prioritas
i) Mereka yang bertanggung jawab harus menerapkan program tidak
hanya alat
j) Sebuah koordinator harus mengembangkan dan mengevaluasi
kegiatan jaminan kualitas
k) Peran dan tanggung jawab harus disampaikan
l) Perawat harus diinformasikan tentang proses dan hasil program
m) Data harus dapat diandalkan

9
n) Orientasi memadai pengumpulan data adalah penting
o) Kualitas data harus disetahunkan dan digunakan oleh personil
keperawatan di semua tingkat..
Untuk mengetahui kesesuaian standar profesi tersebut perlu
dilakukan penilaian secara objektif (audit keperawatan) secara berkala,
dimana hasilnya dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
penyempurnaan seluruh sistem pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Agar dapat melakukan audit keperawatan maka tenaga keperawatan perlu
untuk ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui Pelatihan Audit
Keperawatan.

2.1.5 Langkah-Langkah dalam Melaksanakan Audit Keperawatan


1. Menentukan masalah tertentu untuk dipelajari dan diulas
2. Menentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, obyektif dan rinci
3. Mempelajari catatan keperawatan dan catatan medik
4. Para perawat mempelajari kasus yang tidak memenuhi kriteria,
dianalisis, didiskusikan kemungkinan penyebabnya.
5. Membuat rekomendasi penanganan kasus yang tidak memenuhi
kriteria.
6. Membuka lagi topik yang sama di lain waktu, misalnya setelah 6 bulan
kemudian, untuk menilai dan meyakinkan bahwa kelemahan/
kekurangan yang diidentifikasi telah diperbaiki dan tidak diulang
kembali.
7. Perlu dipastikan bahwa audit keperawatan ini bukan acara pengadilan
dari kekurangan pelayanan yang ada tetapi bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2.2 Peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu
2.2.1 Pengertian Komite Keperawatan Rumah Sakit
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme
tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi. (UU 49, 2013)

10
Komite Keperawatan merupakan organisasi yang berfungsi sebagai wadah
tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan tentang hal-
hal yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan (Swansburg, 1999).
Rumah sakit membentuk komite guna memfasilitasi pencapaian tujuan
pelaksanaan agar lebih berkualitas (Nurachmah, 2000).

Komite dibentuk untuk membahas pengembangan mutu sumber daya


manusia, pembinaan etik profesi penyusunan standar pelayanan dan penelitian
(Wulandari 2000). Komite Keperawatan merupakan organisasi yang memiliki
fungsi sebagai tempat bagi tenaga keperawatan untuk dapat ikut berpartisipasi
dalam memberikan masukan tentang hal-hal yang terkait masalah profesi dan
teknis keperawatan dan keberjalanan keperawatan di rumah sakit.

2.2.2 Prinsip Kegiatan Komite Keperawatan


1. Prinsip sinergisme yang memperlihatkan thinking power kelompok
terpilih untuk bersama-sama berupaya memperoleh keluaran yang
lebih efektif. Sehingga sebagai ketua komite keperawatan apabila salah
satu permasalahan yang ada, maka harus menggunakan kekuatan
berfikir yang lebih rasional.
2. Tenaga keperawatan profesional diberdayakan untuk berkontribusi
secara kolektif terhadap proses pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan pelayanan keperawatan. Untuk menjalankan
fungsi komite keperawatan di rumah sakit sebagai kelompok
keperawatan bertanggung jawab yaitu terlaksananya peran dan
kegiatan perawat di rumah sakit sebagai kelompok keperawatan
bertanggung jawab yaitu dilaksananya peran dan kegiatan perawat di
rumah sakit, merupakan media utama mengkoordinasikan dan
memfasilitasi tumbuhnya komunitas profesi keperawatan melalui
sistem pengampu keilmuan yang dapat mempertahankan
profesionalisme keperawatan yang diberikan (Mari, 2007).
2.2.3 Tujuan pembentukan Komite Keperawatan
Mewujudkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan ada beberapa
tujuan yang terkandung diantaranya adalah :

11
1. Pertama, mengorganisasi kegiatan pelayanan keperawatan melalui
penggabungan pengetahuan, keterampilan dan ide-ide. Kedua,
menggabungkan sekelompok orang yang menyadari penntingnya sinergi dan
kekuatan berpikir agar dapat memperoleh output yang paling efektif. Ketiga,
meningkatkan otonomi tenaga keperawatan dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan di RS.
2. Dibentuknya komite keperawatan di harapkan dapat menghubungkan,
menyampaikan dan memudahkan hubungan serta mengkoordinasi kelompok
keperwatan. Dapat mengembangkan pengetahuan, keahlian serta memberikan
kesempatan kepada perawat untuk dipromodikan keposisi yang tanggung
jawabnya lebih besar atau dengan kata lain meningkatkan taraf perawat
misalnya di rumah sakit. (Gilies, 1994, hlm 146)
2.2.4 Peran Komite Keperawatan
Peran pertama keperawatan membentuk panitia atau kelompok kerja untuk
menuliskan standar (Standar askep, standard praktek dan standard ketenagaan).
Penyususnan standar ini diperlukan masukan tentang falsafah, tujuan bidang
keperawatan, teori keperawatan dan sistem pelayanan guna mempermudah
pengambilan keputusan dan mengidentifikasi aktivasi dalam standar. Anggota
panitia sepakat menentukan penulisan standard operasional prosedur (SOP)
apakah dalam bentuk normative atau empirical, kemudian menentukan topik
standar yang akan disusun dan dikembangkan. Standard selesai disusun dan diuji
serta dietrapan di lapangan, bila cocok dengan kondisi dan situasi dapat
mengingkatkan mutu pelayanan keperawatan selanjutnya standar tersebut diproses
untuk disetujui dan disahkan oleh direktur. Penyusunan standar bersifat
interdisiplin, komite keperawatan bekerja sama dengan komite medic dan panitia
yang ada di rumah sakit (Swansburg, 1999).

Peran kedua adalah memantau pelaksanaan tugas dan panitia komite


keperawatan yang ada di unit perawatan, standard tersebut akan disosialisasikan,
bila terjadi penyimpangan karena tidak dapat diterapkan, tidak jelas, atau tidak
dapat dicapai maka akan disampaikan pada direktur untuk dievaluasi hasilnya
disampaikan pada ketua komite untuk pengujian dan analisa sebelum dilakukan
perbaikan dan pengembangan. Setiap standard bersifat dinamis mengikuti

12
perkembangan maka perlu diperbaharui agar dapat digunakan untuk menjamin
kinerja yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari perawat itu
sendiri. Berdasarkan peran komite keperawatan diatas maka dapat disimpulkan
peran komite keperawatan adalah sabagai:
a) Fasilitator pertumbuhan dan perkembangan profesi melalui kegiatan yang
terkoordinasi.
b) Tim kendali mutu untuk mempertahankan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan aman.
c) Problem solver dalam mengatasi masalah keperawatan yang terkait dengan
etik dan sikap moral perawatan.
d) Investigator, kelompok peneliti yang mengkaji berbagai aspek keperawatan
untuk meningkatkan pelayanan.
e) Implementator,vmenjamin diterapkannya standar praktek, asuhan, dan
prosedur.
f) Human relation team, menjamin hubungan kerja dengan staff.
g) Designer/implementator/pemantau dan evaluator ide baru.
h) Komunikator, edukator, negosiator, dan pemberi rekomendasi terhadap hasil
kerja staff (swansburg, 1999).
2.2.5 Fungsi Komite Keperawatan
Dalam kaitan dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit :

1. Menjamin tersedianya norma-norma: standar praktek/asuhan/prosedur


keperawatan sesuai lingkup asuhan dan pelayanan serta aspek penting
asuhan di seluruh area keperawatan.
2. Menjaga kualitas asuhan melalui perumusan rencana peningkatan mutu
keperawatan tingkat rumah sakit: menetapkan alat-alat pemantauan, besar
sampel, nilai batas, metodologi pengumpulan data, tabulasi, serta analisis
data.
3. Mengkoordinasi semua kegiatan pemantauan mutu dan evaluasi
keperawatan: jenis kegiatan, jadwal pemantauan dan evaluasi, serta
penanggung jawaban pelaksana.

13
4. Mengintegrasikan proses peningkatan mutu keperawatan dengan rencana
rumah sakit untuk menemukan kecenderungan dan pola kinerja yang
berdampak pada lebih dari satu departemen atau pelayanan.
5. Mengkomunikasikan informasi hasil telaah mutu keperawatan kepada
semua yang terkait, misalnya komite mutu rumah sakit.
6. Mengusulkan solusi kepada manajemen atas masalah yang terkait dengan
keprofesionalan tenaga dan asuhan dalam sistem pemberian asuhan,
misalnya sistem pelaporan pasien, penugasan staf.
7. Memprakarsai perubahan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
8. Berpartisipasi dalam komite mutu tingkat rumah sakit.
Dalam kaitan dengan anggota :
1. Menetapkan lingkup praktek, kompetensi dan kewenangan fungsional
tenaga keperawatan.
2. Merumuskan norma-norma: harapan dan pedoman perilaku.
3. Menyediakan alat ukur pantau kinerja tenaga keperawatan.
4. Memelihara dan meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan kinerja
anggota.
5. Membina dan menangani hal-hal yang berkaitan dengan etika profesi
keperawatan.
6. Mewujudkan komunitas profesi keperawatan.
7. Merumuskan sistem rekruitmen dan retensi staff.
2.2.6 Tugas Komite Keperawatan
1. Menyusun dan menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di RS
2. Memantau pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Menyusun model Praktek Keperawatan Profesional
4. Memantau dan membina perilaku etik dan profesional tenaga
keperawatan
5. Meningkatkan profesionalisme keperawatan melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang
terintegrasi dengan perilaku yang baik.
6. Bekerja-sama dengan Direktur/bidang keperawatan dalam
merencanakan program untuk mengatur kewenangan profesi tenaga

14
keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan sejalan dengan
rencana strategi RS.
7. Memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi
bagi tenaga keperawatan yang akan melakukan tindakan asuhan
keperawatan.
8. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan, menyampaikan
laporan kegiatan Komite Keperawatan secara berkala (setahun sekali)
kepada seluruh tenaga keperawatan RS.
2.2.7 Susunan Organisasi dan Uraian Tugas Masing-Masing Komite
1. Ketua Komite Keperawatan
a. Memberikan kepemimpinanan, dukungan, bimbingan, dan arahan
kepada sub komite
b. Memberikan masukan kepada Departemen Keperawatan dan
Direktur Rumah Sakit terhadap ketenagaan, system dan standar
pelayanan keperawatan.
c. Bersama pengurus lain dan anggotanya menyususn rencana
program komite keprawatan selama satu periode kepengurusan
d. Mengesahkan rencana program komite ke Direksi Rumah Sakit
dan mensosialisasikan dengan Departemen Keperawatan dan
anggota komite keperawatan
e. Terlibat langsung dalam pembuatan, pengembangan dan evaluasi
standar praktek keperawatan
f. Ikut serta dalam penyusunan, pelaksanaan pengembangan profesi
keperawatan
g. Terlibat langsung dalam penyusunan standar etik, evaluasi
penerapan kode etik profesi dan proses pembinaan
h. Memberikan rekomendasi terhadap pemecahan masalah
keperawatan
i. Berkoordinasi dengan Departemen Keperawatan dalam
pelaksanaan, evaluasi standar praktek keperawatan, penerapan etik
profesi, dan peningkatan profesionalisme tenaga keperawatan

15
j. Mereview berbagai isu yang berkembang dan merujuk ke sub
komite yang sesuai
k. Memberikan pertimbangan tentang penempatan tenaga
keperawatan di Rumah Sakit
l. Memantau kegiatan atau program kerja dari sub komite
m. Meanjalin hubugan dengan organisasi profesi nasional seperti
PPNI dan IBI
2. Sekretaris Komite Keperawatan
a. Melaksanakan kegiatan tata usaha/kesekretariatan dan
kerumahtanggaan komite keperawatan
b. Membuat agenda kerja bersama ketua komite dan sub komite
keperawatan
c. Menyusun dan memfasilitasi proses pelaksanaan program komite
keperawatan
d. Melaksanakan tugas-tugas pendokumentasian kegiatan komite
keperawatan
e. Membuat dan mengedarkan undangan rapat-rapat yang terkait
dengan komite keperawatan
f. Membuat notulen rapat dan membuat laporan kepada pihak terkait
g. Mengendalikan surat masuk dan keluar komite keperawatan
h. Melaksanakan tugas pencatatan ide-ide atau masukan dari komite
keperawatan untuk ditindaklanjuti dalam rapat komite
keperawatan
i. Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan oleh ketua komite
keperawatan yang berkaitan dengan lingkup tanggung jawab
sebagai sekretaris komite
3. Bendahara Komite Keperawatan
a. Melakukan perencanaan dan pengendalian pendanaan komite
keperawatan dalam pelakanaan tugas komite dan hal-hal lain yang
terkait dengan pengelolaan keuangan komite keperawatan
b. Melakukan pencatatan dan pembukuan serta mengumpulkan bukti
keuangan

16
c. Memberikan informasi perkembangan keuangan komite
keperawatan
d. Mengikuti rapat-rapat komite keperawatan
e. Melakukan koordinasi dengan ketua komite dalam pelkasanaan
keuangan komite keperawatan
f. Mengumpulkan berkas pelporan keuangan komite keperawatan
g. Mempersiapkan laporan keuangan bulanan, triwulan, dan tahunan
sesuai dengan system dan prosedur yang berlaku dilingkungan
komite
h. Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan oleh ketua komite
keperawatan yang berkaitan dengan lingkup tanggung jawab
sebagai bendahara komite
4. Sub Komite Kredential
a. Menyusun konsep dasar dan mekanisme kredensial bagi tenaga
keperawatan (perawat dan bidan) di Rumah Sakit
b. Menyusun standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit yang
sesuai dengan standar Depkes RI dan melakukan Deseminasi
terhadap standar tersebut
c. Menyusun dan mengembangkan metode asuhan keperawatan di
Rumah Sakit
d. Memberikan pertimbangan tentang perencanaan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan yang
spesifik
e. Menetapkan dan mengevaluasi kebutuhan pendidikan dan
pelatihan serta menetapkan proses-proses yang berlaku dalam
program tersebut
f. Berpartisipasi dalam program rekruitmen dan orientasi tenaga
keperawatan melalui kolaborasi dengan manager keperawatan dan
kepala bagian SDM
g. Membantu dalam pelaksanaan program penelitian dan
pengambangan RS khususnya dibidang keperawatan

17
h. Membantu dan memfasilitasi program bimbingan mahasiswa yang
sedang melakukan pennelitian bidang keperawatan atau yang
praktek dilingkungan keperawatan melalui berkolaborasi dengan
manager keperawatan dan diklat Rumah Sakit
i. Memelihara lingkungan yang kondusif untuk pemanfaatan dan
peningkatan riset keperawatan
5. Sub Komite Disiplin
a. Menyusun standar etik profesi, hak dan kewajiban perawat, hak
dan kewajiban pasien, peraturan rawat inap dan
mensosialisasikannya
b. Menyusun prosedur penanganan etik profesi keperawatan
c. Mengevaluasi penerapan kode etik profesi keperawatan
d. Membantu ketua komite dalam memberikan rekomendasi atau
masukan kepada departemen keperawatan terhadap tenaga
keperawatan yang melakukan pelanggaran etik/disiplin profesi
e. Melakukan sosialisasi dan promosi tentang disiplin profesi kepada
seluruh tenaga keperawatan
f. Melakukan pembinaan terhadap tenaga keperawatan yang
melanggar etik/ disiplin profesi
g. Bekerjasama dengan panitia K3RS dalam memantau ketertiban
dan kepatuhan peraturan rumah sakit serta rawat inap
6. Sub Komite Mutu
a. Membantu ketua komite dalam mengendalikan mutu asuhan
keperawatan
b. Mengevaluasi metode asuhan keperawatan, kepatuhan
pelaksanaan SPO, standar asuhan keperawatan, protocol
keperawatan dan pedoman yang berlaku dilingkungan rumah sakit
c. Memantau dan menilai pelaksanaan standar asuhan keperawatan
serta bekerja sama dengan sub komite kredensial dalam
mengembangkan ke bentuk yang lebih komprehensif
d. Mengintegrasikan peningkatan mutu keperawatan dengan rencana
strategis rumah sakit

18
e. Memberikan pertimbangan rencana pengelolaan, pengadaan dan
penggunaan alat-alat kesehatan
f. Memonitor efisiensi dan efektifitas penggunaan alat-alat kesehatan
g. Menyusun dan merevisi rencana peningkatan mutu keperawatan
h. Membantu ketua komite dalam memberikan masukan kepada
Departemen Keperawatan terhadap rencana pemantauan mutu
pelayanan keperawatan, pengadaan peralatan/ barang, menyusun
dan merevisi prosedur (SOP) yang berlaku dipelayanan
keperawatan melalui kolaborasi dengan departemen keperawatan
dan komite mutu Rumah Sakit

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Audit merupakan penilaian/evaluasi dari pekerjaan yang telah dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. Audit Keperawatan adalah
upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien. Adapun tujuan dari audit keperawatan adalah
mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan, menetapkan kelengkapan dan
keakuratan pencatatan asuhan keperawatan. Lingkup audit keperawatan terdiri
dari : audit Struktur, audit proses dan audit hasil.
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meninngkatkan profesionalisme
tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi. (UU 49, 2013).
Peran Komite Keperawatan antara lain: fasilitator pertumbuhan dan
perkembangan profesi melalui kegiatan yang terkoordinasi, tim kendali mutu
untuk mempertahankan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman, problem
solver dalam mengatasi masalah keperawatan yang terkait dengan etik dan sikap
moral perawatan, investigator, kelompok peneliti yang mengkaji berbagai aspek
keperawatan untuk meningkatkan pelayanan, implementator, menjamin
diterapkannya standar praktek, asuhan, dan prosedur, human relation team,
menjamin hubungan kerja dengan staff, designer/implementator/pemantau dan
evaluator ide baru, domunikator, edukator, negosiator, dan pemberi rekomendasi
terhadap hasil kerja staff.

3.2 Saran
1. Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca
terlebih bila seorang perawat atau mahasiswa keperawatan dapat
memahami isi yang terkandung didalamnya terutama mengenai konsep
mutu pelayanan keperawatan yang mencakup audit mutu dan peran
komite keperawatan dalam pengawasan mutu. Sehingga hal tersebut

20
dapat menjadi panduan pembelajaran agar diterapkan saat melaksanakan
dinas di Rumah Sakit karena telah memiliki pembekalan ilmu dari
makalah ini.
2. Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap dapat menjadi salah satu
bahan refrensi dalam menulis karya tulis ilmiah maupun dapat dijadikan
bahan literature penelitian.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TY. 2006. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 49 tahun 2013 tentang


komite keperawatan rumah sakit.

Mugianti, Sri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek


Keperawatan. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.

Siregar, Chales. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan. Jakarta: EGC

Swansburg RC., Swansburg RJ. Introductory Manajement and Leadership for


Nurse.2 nd edition.Toronto : Jonash and BurtletPubblisher,1999.

22

Anda mungkin juga menyukai