Anda di halaman 1dari 15

KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT

MAKALAH

Disusun Oleh:

1. Nailah Zhafira F0G021060 9. Revita Ag. F0G021074


2. Novia Sukma Rahayu F0G021061 10. Zabrina Zahara F0G021075
3. Ainiyah F0G021062 11. Sinta Wahyuni F0G021076
4. Sarah Nurjannah F0G021063 12. Chery Putri Mardianti F0G021077
5. Wenny Handayani F0G021064 13. Lidya Putri F0G021078
6. Aulia Inka Aprilia F0G021067 14. Leny Chantya F0G021081
7. Rahma Novita F0G021068 15. Dinda Wulandari F0G021082
8. Sintia Indah Tamara F0G021070

Dosen Pengampu: Sri Nengsi Destriani S.ST.,M.Keb

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Keseimbangan
Cairan Elektrolit dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Dan juga kami berterima kasih kepada bunda Sri Nengsi Destriani.S.ST.M.Keb selaku
dosen mata kuliah Anatomi dan Fisiologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita terhadap teknik dokumentasi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
membangun guna memperbaiki makalah yang akan kami buat di masa mendatang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi para pelajar. Dan juga semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya kami mohon maaf
sebesar-besarnya jika ada keselahan dalam penyusunan kata. Tak ada yang yang sempurna di
dunia ini terkecuali sang Maha Pencipta.

Bengkulu, 18 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengaturan Cairan Elektrolit...........................................................................................................6
B. Peristiwa Difusi, Osmosis dan Filtrasi.............................................................................................9
C. Terbentuknya Edem........................................................................................................................10
D. Keseimbangan Asam Basa..............................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN................................................................................................................................13
B. SARAN.............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak
total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%.Di dalam tubuh,sel-
sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ
pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai

4
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-
partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk
ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh
bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di
dalam tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat
dipertahankan.Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian,
dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu
sama lain Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya.Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat
mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia,
dan hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan komponen
atau unsur vital pada tubuh manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanapengaturan keseimbangan elektrolit?


2. Bagaimana peristiwa difusi,osmosis,dan filtrasi?
3. Bagaimana proses terbentuknya edem?
4. Bgaimana keseimbangan asam basa?

C. Tujuan

Untuk memenuhi tugas anatomi fisiologi materi keseimbangan cairan elektrolit

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaturan Cairan Elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,
paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui

6
sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH
(anti diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-
basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan
kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan  bagian ginjal seperti
glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung
500 c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10  persennya disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/ bb/jam.
2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan  proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah
yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya
dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara
sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke  benda
yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas
ke permukaan yang lebih dingin. Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar
keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu
dapat diturunkan dengan cara  pelepasa.n air yang jumlahnya kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh dari
aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.
3. Paru

7
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible
water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan
respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi
normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.
5. Sistem Endokrin
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.  
b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur 
sirkulasi ginjal. d. Gukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan
reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga
terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme Rasa Haus Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi
kebutuhan cairan dengan sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya
akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transpor Aktif  Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan
berosmosis. Proses ini  penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra

8
dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan
cairan dan membran semipermeabel.
a. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga
menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan  partikel pelarut untuk
menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan  perbedaan konsentrasi
maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat
bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai
kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid.
Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah
apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan
menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat
penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering
digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai
konsentrasi yang sama dengan  plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik,
yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi
plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar
dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein
dalam plasma lebih  besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih
besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran
semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang
bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan
cairan ekstra dan intrasel.  
b. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul  besar
tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler   
pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak
berpindah ke jaringan.

9
B. Peristiwa Difusi, Osmosis dan Filtrasi

1. Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan
partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi
ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut
adalah:
a. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
b. Peningkatan permeabilitas.
c. Peningkatan luas permukaan difusi.
d. Berat molekul substansi.
e. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
2. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang
sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan
menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel
dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka
terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang
mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
4. Transport aktif

10
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih
tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan
perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

C. Terbentuknya Edem

Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau
tungkai. Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya.
Cairan kemudian menumpuk sehingga membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.

D. Keseimbangan Asam Basa

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen
yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel Pada
proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan
dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion
OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun
produksi akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata
konsentrasi ion hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4 Derajat keasaman
(pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu
mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ
dapat berjalan optimal Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua
sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan
ginjal berperan dalam pelepasan asam. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35
sedangkan alkalosis bila pH > 7.45 CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang
berperan sebagai komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan
disebut juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L. Asidosis
berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah komponen
basa. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya

11
jumlah komponen asam. Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa Pengaturan
keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain
dalam tubuh.Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan
antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan
ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang
tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh
ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah,
sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen
normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.5 Dalam hal ini berbagai mekanisme
yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada
kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion
bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam
berbagai cairan tubuh.Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta
perubahan yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah secara
normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40
nEq/liter ).Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5 mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang
ekstrim, konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai
setinggi 160 nEq/liter tanpa menyebabkan kematian. Karena konsentrasi ion hidrogen
normalnya adalah rendah dan dalam jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya
konsentrasi ion hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan
pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.3 pH normal darah arteri adalah
7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra
karbondioksida (CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3.3 Karena
pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun
dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH
dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas
adalah sekitar 8,0.3 pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.3 Bergantung pada jenis
sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringan dan
aliran darah yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat

12
menurunkan pH intraseluler. pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada
status asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang
bersifat asam adalah HCl yang diekskresikan kedalam lambung oleh oksintik ( sel-sel
parietal ) dari mukosa lambung.

BAB III

PENUTUP

13
A. KESIMPULAN

Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung
cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan
berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Tubuh harus mampu
memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai
keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).
Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan
total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak tubuh.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah
: Usia, Jenis kelamin, Sel-sel lemak, Stres, Sakit, Temperatur lingkungan, Diet

B. SARAN

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

1. Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit,

14
& Asam Basa. (ed. 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Mangku G, Senapathi TGA. Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi.

Jakarta: PT.Indeks 2010

3. Abramowitz M. Acid-Base Balance and Physical Function. Clinical

Journal of the American Society of Nephrology. 2014;9(12):2030-2032.

4. Seifter JL. Integration of acid–base and electrolyte disorders. N Engl J

Med. 2014;371(19):1821–1831

5. Hamm L, Nakhoul N, Hering-Smith K. Acid-Base Homeostasis. Clinical

Journal of the American Society of Nephrology. 2015;10(12):2232-2242.

6. Sacks G. The ABC's of Acid-Base Balance. The Journal of Pediatric

Pharmacology and Therapeutics. 2004;9(4):235-242.

7. Hawfield A, DuBose T. Acid-Base Balance Disorders. eLS. 2010;.

15

Anda mungkin juga menyukai