Patologi
Disusun Oleh :
6 Sarmila 2213064
PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS Dr. SOEPRAOEN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat berkumpul dan
menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktunya untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Patologi dengan tema Gangguan Keseimbangan Elektrolit dan Cairan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna di
karenakan kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik sehingga kami dapat lebih paham dan mengerti lagi
tentang materi pembelajaran yang sedang kami pelajari. Dan kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan di dunia pendidikan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Pendahuluan................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Gambaran Umum....................................................................................................4
2.2 Definisi Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit........................................4
2.3 Etilogi......................................................................................................................4
2.4 Faktor Resiko...........................................................................................................4
2.5 Patofisiologi.............................................................................................................5
2.6 Pathway...................................................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................................10
BAB III : DAFTAR PENUTUP.......................................................................................11
3.3 Kesimpulan..............................................................................................................11
3.4 Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
BAB I : PENDAHULUAN
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak
total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%. Di dalam tubuh,
selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-
organ pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang larut dalam cairan tubuh yang, ketika
ditukar dengan benar di dalam dan di luar sel, menjaga fungsi saraf dan otot tubuh . Ada
berbagai jenis elektrolit; natrium, kalium, dan klorida memainkan peran penting dalam
homeostasis sel (yaitu, proses pengaturan diri tubuh untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
yang optimal untuk kelangsungan hidup), bersama dengan kalsium, magnesium, fosfat, dan
bikarbonat. Awalan hipo- dan hiper- digunakan untuk menggambarkan konsentrasi relatif dari
setiap elektrolit dalam cairan ekstraseluler sebagai kadar rendah dan tinggi.
2.7.2 Pengkajian pada pasien dengan ganguan atau resiko keseimbangan cairan
dan elektrolit
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak
total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%. Di dalam tubuh,
selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-
organ pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh .
2.3 Etilogi
Ketidakseimbangan elektrolit disebabkan oleh berbagai kondisi dan pengobatan yang
mengganggu keseimbangan cairan alami tubuh .
1. Sodium
2. Kalium
3. Khlorida
Hipokloremia sebagian besar ditemui setelah kehilangan banyak cairan GI, serta
pada kehilangan cairan ginjal dengan diuretik. Hiperkloremia dapat terjadi ketika
kehilangan cairan melebihi kehilangan klorida; ketika kemampuan tubuh untuk
mengelola klorida yang berlebihan terganggu; atau ketika kadar serum bikarbonat rendah
dan kadar klorida tinggi. Asidosis metabolik celah anion normal atau alkalosis
respiratorik dapat terjadi dengan kadar bikarbonat rendah dan hiperkloremia.
4. Bikarbonat
Tingkat bikarbonat bergeser dalam gangguan asam-basa. Terjadi peningkatan
kadar bikarbonat pada alkalosis metabolik primer dan bertindak sebagai kompensasi pada
asidosis respiratorik primer . Bikarbonat turun pada asidosis metabolik primer dan juga
menurun sebagai respons terhadap alkalosis respiratorik primer.
5. Kalsium
Hipokalsemia dapat disebabkan oleh hipoparatiroidisme , biasanya terlihat pasca
operasi setelah tiroidektomi (yaitu, setelah pengangkatan tiroid ) karena kerusakan yang
tidak disengaja yang sering terjadi karena kedekatannya dengan tiroid. Hipokalsemia juga
dapat terjadi pada defisiensi vitamin D yang parah , akibat malnutrisi atau malabsorpsi.
Hiperkalsemia dapat dilihat pada individu dengan keganasan, hiperparatiroidisme , atau
pada mereka yang diresepkan diuretik thiazide atau lithium.
6. Magnesium
Hipomagnesemia dapat terlihat setelah kehilangan cairan ginjal atau GI, dan lebih
jarang pada individu yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan .
Hipermagnesemia dapat terjadi setelah peningkatan asupan magnesium, baik secara oral
(misalnya, setelah penggunaan obat yang mengandung magnesium seperti antasida dan
obat pencahar) atau lebih sering melalui akses intravena .
7. Fosfat
Tingkat fosfat yang rendah dalam darah dapat dilihat pada individu dengan
defisiensi vitamin D, hiperparatiroidisme, dan sindrom refeeding, yang merupakan
kondisi fatal yang menyebabkan perubahan cairan dan elektrolit yang tidak terduga pada
individu yang kekurangan gizi setelah pengenalan kembali makanan. Sebaliknya,
hiperfosfatemia dapat disebabkan oleh hipoparatiroidisme dan penyakit ginjal kronis.
2.4 Faktor Resiko
1) Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ (missal jantung, ginjal,
paru-paru) untuk mengelola keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa secara efisien juga
terpengaruh. Dikarenakan usia merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga
menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor terkontrol yang telah disebutkan
sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan sangat tua.
2) Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
3) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy, proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke intraseluler.
4) Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat menimbulkan
retensi sodium dan air.
5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung, gangguan hormone
akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan Wartonah, 2011)
2.5 Patofisiologi
Gangguan Dalam Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa
Ketidakseimbangan cairan
a. Hipovolemia
1. Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah isotonic
yang hilang.
2. Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar daripada jumlah
elektrolit yang hilang
3. Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah
elektrolit yang hilang.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan volume ekstrasel
(hipovolume) dan perubahan hematokrit. Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi
menjadi:
1. Dehidrasi ringan Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari berat
badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat berlangsung melalui
kulit, saluran pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2. Dehidrasi sedang Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10% dari
berat badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L.
salah satu cirri fisik dari penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3. Dehidrasi berat Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6 liter atau lebih
dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai 159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi
berat dapat mengalami hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan.(Lyndon Saputra, 2013).
b. Hipervolemia
Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu edema perifer atau edema pitting,
edema nonpitting, dan edema anasrka.Edema pitting adalah edema yang muncul didaerah perifer.
Penekanan daerah edema, akan membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika tekanan
dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan kejaringan melalui titik tekan.Edema
pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh.Edema nonpitting tidak
menunjukkan kelebiahan cairan ekstrasel karena umumnya disebabkan oleh infeksi dan trauma
yang menyebakan pengumpulan serta pembekuan cairan dipermukaan jaringan. Kelebihan cairan
vaskuler meningkatkan tekanan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.Pada edema anasarka,
tekanan hidrostatik meningkat sangat tajam sehingga menekan sejumlah cairan hingga ke
membrane kapiler paru. Akibatnya,terjadilah edema paru dengan manifestasi berupa
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan terdengar suara napas ronki basah. Kelebihan cairan
ekstrasel memiliki manifestasi sebagai berikut.
N. Asidosis metabolic merupakan gangguan keseimbangan asam basa yang ditandai dengan
penurunan pH yang bukan disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Kondisi ini
ditandai dengan penurunan HCO3- plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Penurunan
HCO3- ini dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan kaya HCO3- secara berlebihan atau
oleh penimbunan asam nonkarbonat. Asidosis metabolic dapat disebabkan oleh penurunan
bikarbonat (misalnya karena diare) dan peningkatan asam karbonat (misalnya karena
gangguan fungsi ginjal). Gejala asidosis metabolic antara lain:
O. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa yang ditandai dengan
kenaikan ph karena pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.Hiperventilasi dapat
disebabkan oleh kondisi demam, kecemasan, emboli paru, dan keracunan aspirin. Gejala
klinis alkalosis respiratorik antara lain:
1. pH > 7,45
2. Penglihatan kabur
3. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
4. Kemampuan konsentrasi terganggu
5. Tetani, kejang, dan aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
Ginjal melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan eksresi bikarbonat dan menahan
hydrogen.
P. Alkalosis metabolic (pH>7.45, HCO3 ->28 mEq/L, BE >2 mEq/L) Alkalosis metabolic
adalah keadaan penurunan jumlah ion hydrogen dalam plasma yang disebabkan oleh
defisiensi relative asam-asam non bikarbonat.Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak
diimbangi dengan peningktan CO2.
Tubuh melakukan kompensasi dengan cara : :
1. Ginjal menahan ion hydrogen dan mengekskresikan lebih banyak HCO3- .
2. Napas menjadi lambat dan dangkal.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal kronik atau CKD. Dua adaptasi
penting yang dilakukan ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit :
1. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh
beban kerja ginjal.
2. Terjadi peningkatan beban filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus dalam setiap
nefron, meskipun GFR diseluruh massa nefron turun dibawah normal.
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari
nefron.Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR (Glomerular
Filtration Rate).Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala
azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia.Selain itu, selama
terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. (Madara,
2008 dalam Eko prabowo dan Andi eka pranata, 2014).
2.6 Pathway
2.7 Penatalaksanaan
1.Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairandan elektrolit adalah :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan,
abnormalitas nilai darah arteri.
Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidakseimbanganelekt
rolit.
Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare,kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan
anuria,penurunankardiak
output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.
3.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan
danelektrolit adalah :a. Atur intake cairan dan elektrolitb. Berikan therapi intravena (IVFD)
sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter denganmemperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis
pemberian, komplikasi dari tindakanc. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik,
kayexalate.d. Provide care seperti : perawatan kulit,safe environment.
4.Evaluasi/Kriteria hasil
Kriteria hasil meliputi :
Intake dan output dalam batas keseimbangan
Elektrolit serum dalam batas normal
Vital sign dalam batas normal
BAB III
DAFTAR PENUTUP
3.3 KESIMPULAN
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidakbermuatan
listrik, seperti protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asamorganik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++),magnesium
(Mg++), klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).Elektrolit yang
utama yang sering menyebabkan gangguan pada hemodinamik tubuh adalahnatrium, kalium, dan
kalsiumPasien yuang mengalami gangguan cairan dan elektrolit sebaiknya segera
ditanganikarena sebagian besar dalam tubuh manusia terdiri dari cairan dan elektrolit dan apabila
tidaksegera ditangani akan menyebabkan kematian
3.4 SARAN
Sebaiknya asupan cairan dari makanan ataupun minuman bagi masyakarat ,perlu dijaga
sesuai tingkat kebutuhan cairan tubuh ketika aktivitas fisik, suhu lingkungan tinggi dan
komposisi lemak tubuh yang berlebih untuk mencegahterjadinya dehidrasi. Asupan cairan
memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh karena dehidrasi tidak
akan terjadi apabila asupan cairan cukup dengan suhu lingkungan tinggi dan aktivitas fisik berat
sekalipun. Selain itu, diperlukan kebiasaan untuk sering minum atau menghindari minum hanya
ketika haus saja serta memberikan edukasi tentang tanda-tanda dehidrasi dan akibatnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul Aziz, H. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Perawatan.
Jakarta : Salemba Medika . . 2013. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
2. Jakarta : Salemba Medika Angraini, Fany & Putri, Arcellia, Farosyah. 2016. Pemantauan
Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan.
3. Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan Gangguan
Kebutuhan DasarManusia. Jakarta: In Media Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013.
4. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan Riskesdas 2013. Diakses
tanggal 17 Januari 2017. Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12.
Jakarta : EGC. Hengkesa, Pieter & Lawalata, Ivy, Violan. 2014.
5. Faktor Risiko Penyakit Gagal Ginjal Kronik Hendromartono. Nefropati Diabetik. Dalam :
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI ; 2014. J
Corwin Elizabeth. 2009.
6. Buku saku Pathofisiologi, Penerjemah Nike BudhiSu bekti, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam
Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health. 2015; 17 : h. 341 – 49.