Anda di halaman 1dari 21

GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT DAN CAIRAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Patologi

Dosen Pembimbing : Merisdawati, S.Kep.,Ners,M.Kep

Disusun Oleh :

1 Ardya Ramadhani 2213083 7 Alrisma Khairunnisa M 2213045

2 Andini Tiara P 2213060 8 Nimas Ayu L 2213105

3 M. Haidar Alief A.G 2213015 9 Marcellino Frederyco U 2213097

4 Midrorul Atiyyah 2213071 1 Ekaning Agustia N 2213091


0

5 Isagiri Natahayu 2213052 1 Mario Jose L.S 2213079


1

6 Sarmila 2213064

PROGRAM STUDI 
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI 
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN 
RS Dr. SOEPRAOEN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat berkumpul dan
menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktunya untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Patologi dengan tema Gangguan Keseimbangan Elektrolit dan Cairan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


Bapak dan Ibu Dosen mata kuliah Patologi yang telah memberikan arahan dan bimbingannya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan sesuai dengan harapan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna di
karenakan kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik sehingga kami dapat lebih paham dan mengerti lagi
tentang materi pembelajaran yang sedang kami pelajari. Dan kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan di dunia pendidikan.

Malang, 26 Maret 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Pendahuluan................................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Gambaran Umum....................................................................................................4
2.2 Definisi Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit........................................4
2.3 Etilogi......................................................................................................................4
2.4 Faktor Resiko...........................................................................................................4
2.5 Patofisiologi.............................................................................................................5
2.6 Pathway...................................................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................................10
BAB III : DAFTAR PENUTUP.......................................................................................11
3.3 Kesimpulan..............................................................................................................11
3.4 Saran........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak
total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%. Di dalam tubuh,
selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-
organ pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, juga dikenal sebagai gangguan elektrolit,


mengacu pada variasi kadar elektrolit dalam cairan tubuh. Tingkat elektrolit yang sangat tinggi
atau sangat rendah mengganggu fungsi sel dengan mengubah potensi seluler dan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, beberapa di antaranya dapat mengancam jiwa.

Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang larut dalam cairan tubuh yang, ketika
ditukar dengan benar di dalam dan di luar sel, menjaga fungsi saraf dan otot tubuh . Ada
berbagai jenis elektrolit; natrium, kalium, dan klorida memainkan peran penting dalam
homeostasis sel (yaitu, proses pengaturan diri tubuh untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
yang optimal untuk kelangsungan hidup), bersama dengan kalsium, magnesium, fosfat, dan
bikarbonat. Awalan hipo- dan hiper- digunakan untuk menggambarkan konsentrasi relatif dari
setiap elektrolit dalam cairan ekstraseluler sebagai kadar rendah dan tinggi.  

1.2 Rumusan Masalah 

2.1.2 Gambaran umum gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2.2.2 Definisi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2.3.2 Etilogi yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit


2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan, elektrolit

2.5.2 Patofisiologi gangguan dalam keseimbangan cairan, elektrolit

2.6.2 Pathway cairan dan elektrolit

2.7.2 Pengkajian pada pasien dengan ganguan atau resiko keseimbangan cairan
dan elektrolit

1.3 Tujuan Pendahuluan  

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum

Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan anak
total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%. Di dalam tubuh,
selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-
organ pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh . 

2.2 Definisi Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, juga dikenal sebagai gangguan elektrolit,


mengacu pada variasi kadar elektrolit dalam cairan tubuh. Tingkat elektrolit yang sangat tinggi
atau sangat rendah mengganggu fungsi sel dengan mengubah potensi seluler dan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, beberapa di antaranya dapat mengancam jiwa.
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang larut dalam cairan tubuh yang, ketika
ditukar dengan benar di dalam dan di luar sel, menjaga fungsi saraf dan otot tubuh . Ada
berbagai jenis elektrolit; natrium, kalium, dan klorida memainkan peran penting dalam
homeostasis sel (yaitu, proses pengaturan diri tubuh untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
yang optimal untuk kelangsungan hidup), bersama dengan kalsium, magnesium, fosfat, dan
bikarbonat. Awalan hipo- dan hiper- digunakan untuk menggambarkan konsentrasi relatif dari
setiap elektrolit dalam cairan ekstraseluler sebagai kadar rendah dan tinggi.  

2.3 Etilogi 
Ketidakseimbangan elektrolit disebabkan oleh berbagai kondisi dan pengobatan yang
mengganggu keseimbangan cairan alami tubuh .

1. Sodium 

Hiponatremia dianggap sebagai ketidakseimbangan elektrolit yang paling umum .


Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan volume darah yang bersirkulasi, seperti yang
terlihat pada gagal jantung kongestif dan sirosis hati . Selain itu, kelainan yang
menyebabkan kadar hormon antidiuretik (ADH) yang tinggi, seperti sindrom sekresi
ADH yang tidak tepat (SIADH), insufisiensi adrenal , dan hipotiroidisme juga dapat
menyebabkan hiponatremia. Polidipsia primer (yaitu, asupan air yang berlebihan), asupan
natrium yang rendah menyebabkan peningkatan volume darah, hiperglikemia, dan
dislipidemia adalah semua penyebab hiponatremia. Hipernatremia, di sisi lain, biasanya
disebabkan oleh kehilangan cairan yang tidak tergantikan melalui kulit dan saluran
gastrointestinal (GI) (misalnya, keringat berlebihan , muntah, atau diare), kelebihan salin
hipertonik, obat-obatan (misalnya litium ), dan jarang, setelah berlebihan aktivitas fisik
yang menyebabkan air berpindah ke dalam sel.

2. Kalium

Hipokalemia biasanya disebabkan oleh asupan makanan yang rendah atau


kehilangan cairan yang tidak tergantikan dari saluran GI dan urin dan dapat terlihat
setelah muntah berlebihan dan penggunaan loop diuretik . Hiperkalemia dapat ditemukan
pada keadaan asidosis metabolik - ini disebabkan oleh pelepasan kalium yang luas dari
sel - tetapi juga dapat ditemukan pada defisiensi insulin , ketoasidosis diabetik ,
penggunaan beta-blocker, atau setelah kematian sel dalam kemoterapi, di mana simpanan
intraseluler dilepaskan. Penurunan ekskresi kalium dari ginjal (misalnya pada penyakit
ginjal akut atau kronis ), defisiensi aldosteron, atau resistensi aldosteron juga dapat
menyebabkan peningkatan kadar kalium. 

3. Khlorida
Hipokloremia sebagian besar ditemui setelah kehilangan banyak cairan GI, serta
pada kehilangan cairan ginjal dengan diuretik. Hiperkloremia dapat terjadi ketika
kehilangan cairan melebihi kehilangan klorida; ketika kemampuan tubuh untuk
mengelola klorida yang berlebihan terganggu; atau ketika kadar serum bikarbonat rendah
dan kadar klorida tinggi. Asidosis metabolik celah anion normal atau alkalosis
respiratorik dapat terjadi dengan kadar bikarbonat rendah dan hiperkloremia. 

4. Bikarbonat
Tingkat bikarbonat bergeser dalam gangguan asam-basa. Terjadi peningkatan
kadar bikarbonat pada alkalosis metabolik primer dan bertindak sebagai kompensasi pada
asidosis respiratorik primer . Bikarbonat turun pada asidosis metabolik primer dan juga
menurun sebagai respons terhadap alkalosis respiratorik primer.
5. Kalsium 
Hipokalsemia dapat disebabkan oleh hipoparatiroidisme , biasanya terlihat pasca
operasi setelah tiroidektomi (yaitu, setelah pengangkatan tiroid ) karena kerusakan yang
tidak disengaja yang sering terjadi karena kedekatannya dengan tiroid. Hipokalsemia juga
dapat terjadi pada defisiensi vitamin D yang parah , akibat malnutrisi atau malabsorpsi.
Hiperkalsemia dapat dilihat pada individu dengan keganasan, hiperparatiroidisme , atau
pada mereka yang diresepkan diuretik thiazide atau lithium. 
6. Magnesium
Hipomagnesemia dapat terlihat setelah kehilangan cairan ginjal atau GI, dan lebih
jarang pada individu yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan .
Hipermagnesemia dapat terjadi setelah peningkatan asupan magnesium, baik secara oral
(misalnya, setelah penggunaan obat yang mengandung magnesium seperti antasida dan
obat pencahar) atau lebih sering melalui akses  intravena .
7. Fosfat
Tingkat fosfat yang rendah dalam darah dapat dilihat pada individu dengan
defisiensi vitamin D, hiperparatiroidisme, dan sindrom refeeding, yang merupakan
kondisi fatal yang menyebabkan perubahan cairan dan elektrolit yang tidak terduga pada
individu yang kekurangan gizi setelah pengenalan kembali makanan. Sebaliknya,
hiperfosfatemia dapat disebabkan oleh hipoparatiroidisme dan penyakit ginjal kronis.
2.4 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam-Basa


Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa mempengaruhi proses metabolisme
dalam tubuh. Ketidakseimbangan akan mempercepat proses, memperlambat, menghambat
penggunaan sari-sari makanan dengan benar, mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau
menyebabkan tubuh kita menyimpan limbah beracun (Bennita, 2013).

1) Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ (missal jantung, ginjal,
paru-paru) untuk mengelola keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa secara efisien juga
terpengaruh. Dikarenakan usia merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga
menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor terkontrol yang telah disebutkan
sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan sangat tua.

2) Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 gram/hari.

3) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy, proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke intraseluler.

4) Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat menimbulkan
retensi sodium dan air.

5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung, gangguan hormone
akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan Wartonah, 2011)

2.5 Patofisiologi
Gangguan Dalam Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa
 Ketidakseimbangan cairan

a. Hipovolemia

Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan


dan elektrolit diruang ekstraseluler, tetapi proporsi antara keduanya (cairandan elektrolit)
mendekati normal.Hipovolume dikenal juga dengan sebutan dehidrasi atau deficit volume cairan
(fluid volume deficit atau FVD). Pada saat tubuh kekurangan cairan dan elektrolit, tekanan
osmotic mengalami perubahan sehingga cairan interstisial dapat masuk ke ruang
intravaskuler.Hal ini menyebabka ruang interstisial kosong dan cairan intrasel masuk
kedalamnya. Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kekurangan asupan
cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium).kelebihan
asupan zat terlarut dapat menyebabkan eksresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta
pengeluaran keringat yang banyak dalam waktu yang lama. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien
yang mengalami gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok, dan ginjal.Selain itu dehidrasi
juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami diare dan muntah secara terus menerus. Secara
umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah isotonic
yang hilang.
2. Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar daripada jumlah
elektrolit yang hilang
3. Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah
elektrolit yang hilang.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan volume ekstrasel
(hipovolume) dan perubahan hematokrit. Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi
menjadi:

1. Dehidrasi ringan Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari berat
badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat berlangsung melalui
kulit, saluran pencernaan, saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
2. Dehidrasi sedang Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10% dari
berat badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L.
salah satu cirri fisik dari penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
3. Dehidrasi berat Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6 liter atau lebih
dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai 159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi
berat dapat mengalami hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan.(Lyndon Saputra, 2013).

b. Hipervolemia 

Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi)


cairan dan natrium diruang ekstraseluler.Hipervolume dikenal juga dengan sebutan overhidrasi
atau deficit volume cairan (fluid volume acces atau FVE).Kelebihan cairan didalam tubuh dapat
menimbulkan dua manifestasi, yaitu peningkatan volume darah dan edema.

Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu edema perifer atau edema pitting,
edema nonpitting, dan edema anasrka.Edema pitting adalah edema yang muncul didaerah perifer.
Penekanan daerah edema, akan membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika tekanan
dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan kejaringan melalui titik tekan.Edema
pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh.Edema nonpitting tidak
menunjukkan kelebiahan cairan ekstrasel karena umumnya disebabkan oleh infeksi dan trauma
yang menyebakan pengumpulan serta pembekuan cairan dipermukaan jaringan. Kelebihan cairan
vaskuler meningkatkan tekanan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.Pada edema anasarka,
tekanan hidrostatik meningkat sangat tajam sehingga menekan sejumlah cairan hingga ke
membrane kapiler paru. Akibatnya,terjadilah edema paru dengan manifestasi berupa
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan terdengar suara napas ronki basah. Kelebihan cairan
ekstrasel memiliki manifestasi sebagai berikut.

1. Edema perifer atau edema pitting


2. Asites
3. Kelopak mata bengkak
4. Suara napas ronki basah
5. Penambahan berat badan yng tidak normal (Lyndon Saputra, 2013).

 Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa


A. Hiponatremia (<134 mEq/L) Adalah keadaan kekurangan kadar natrium dalam cairan
ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Pada kondisi ini, kadar natrium
serum < 136 mEq/L dan berat jenis urin < 1,010 Penurunan kadar natrium menyebabkan
cairan berpindah dari ruang ekstrasel ke cairan intrasel sehingga menjadi bengkak. Tanda
dan gejala hiponatremia meliputi rasa haus berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi postural,
konvulsi, membrane mukosa kering, cemas, postural dizziness, mual, muntah, dan
diare.Hiponatremia umumnya disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh secara berlebihan,
misalnya ketika terjadi diare atau muntah terus menerus dalam jangka waktu lama.
B. Hipernatremia (>146 mEq/L) Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium dalam cairan
ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrsel. Pada kondisi ini, kadar
natrium serum >144 mEq/L dan berat jenis urine > 11,30. Peningkatan kadar natrium
menyebabkan cairan intrasel bergerak keluar sel. Tanda dan gejala hipernatremia meliputi
kulit dan mukosa bibir kering, turgor kulit buruk, permukaan kulit membengkak, oliguria
atau anuria, konvulsi, suhu tubuh tinggi, dan lidah kering serta kemerahan. Hipernatremia
bisa disebabkan oleh asupan natrium yang berlebihan,kerusakan sensasi haus, diare,
disfagia, poliuria karna diabetes insipidus, dan kehilangan cairan berlebihan dari paru-paru.
C. Hipokalemia (<3,4 mEq/L) Hipokalemia adalah keadaan kekurangan kadar kalium dalam
cairan ekstrasel yang menyebabkan kalium berpindah keluar sel. Pada kondisi ini, kadar
kalium serum < 3,5 mEq/L. pada pemeriksaan EKG terdapat gelombang T datar depresi
segmen ST. hipokalemia ditandai dengan kelemahan, keletihan, dan penurunan kemampuan
otot. Selain itu kondisi ini juga ditandai denga distensi usus, penurunan bising usus, denyut
jantung (aritmia) tidak beraturan, penurunan tekanan darah, tidak napsu makan, dan muntah-
muntah.
D. Hiperkalemia(>5,0 mEq/L) Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium dalam
cairan ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium serum > 5 mEq/L. pada pemeriksaan EKG
terdapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang. Tanda dan gejala
hiperkalemia meliputi rasa cemas, iritabilitas, hipotensi, parastesia, mual, hiperaktivitas
system pencernaan, kelemahan, dan aritmia.Hiperkalemia ini berbahaya karena dapat
menghambat transmisi impuls jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung.
Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, dan asidosis metabolic.
Ketika terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menormalkan
kadar kalium adalah dengan pemberian insulin karena insulin dapat membantu mkalium
masuk kedalam sel.
E. Hipokalsemia( <8,6 mg/ dL atau 4,5 mEq/L) Hipokalsemia adalah kondisi kekurangan
kalsium dalam cairan ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum <4,5 mEq/L serta
terjadi pemanjangan interval Q-T pada pemeriksaan EKG. Hipokalsemia ditandai dengan
terjadinya kram otot dan kram perut kejang (spasme) dan tetani, peningkatan motilitas
gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler dan osteoporosis.
F. Hiperkalsemia( >10 mg/Dl atau 5,5 mEq/L) Hiperkalsemia adalah kondisi kelebihan kadar
kalsium pada cairan ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum > 5,8 mEq/L serta
terjadi peningkatan BUN akibat kekurangan cairan.Hiperkalsemia ditandai dengan
penurunan kemampuan otot, mual, muntah, anoreksia, kelemahan dan letargi, nyeri pada
tulang, dan serangan jantung.Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar ogondok dan mengkonsumsi vitamin D secara berlebihan.
G. Hipomagnesemia (<1,3 mEq/L) Hipomagnesia adalah kondisi kekurangan kadar magnesium
dalam darah. Pada kondisi ini, kadar magnesium serum ≥ 1,4 mEq/L. Hipomagnesia ditandai
dengan iritabilitas, tremor, hipertensi, disorientasi, konvulsi, halusinasi, kejang, dan kram
pada kaki dan tangan, reflek tendon profunda yang hiperaktif, serta takikardia. Kondisi ini
umunya disebabkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan, malnutrisi, gagal hati, absorbs
usus yang buruk, dan diabetes mellitus.
H. Hipermagnesemia (>2,5 mEq/L) Hipermagnesia adalah kelebihan kadar magnesium dalam
darah. Pada kondisi ini, nilai kadar magnesium serum ≥ 3,4 mEq/L. hipermagnesia ditandai
dengan depresi pernapasan, aritmia jantung, dan depresi reflex tendon profunda.
I. Hipokloremia (≥95 mEq/L) Hipokloremia adalah kondisi kekurangan ion klorida dalam
serum. Pada kondisi ini, nilai ion klorida ≥ 95 mEq/L. Hipokloremia ditandai dengan gejal
yang menyerupai alkalosis metabolic yaitu, kelemahan, apatis, gangguan mental, pusing,
dank ram. Kondisi ini dapat terjadi karena tubuh kehilangan sekresi gastrointestinal secara
berlebihan, misalnya karena muntah, diare, dieresis, atau pengisapan nasogastrik.
J. Hiperkloremia (> 105 mEq/L) Hiperkloremia adalah kondisi kelebihan ion klorida dalam
serum.Pada kondisi ini, nilai ion klorida > 105 mEq/L. hiperkloremia sering dikaitkan
dengan hipernatremia, terutama pada kasus dehidrasi dan masalah ginjal. Hiperkloremia
menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menyebabkan ketidakseimbanagn asam basa.
Jika berlangsung lama, kondisi ini akan menyebabkan kelemahan, letrgi, dan pernapasan
kusmaul.
K. Hipofosfatemia(<2,5 mg/Dl) Hipofosfatemia adalah kondisi penurunan kadar ion fosfat
didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat < 2,8 mg/dl. Hiposfatemia antara lain
ditandai dengan anoreksia, parastesia, kelemahan otot, dan pusing. Kondisi ini dapat terjadi
karena pengosumsian alcohol secara berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, dan
ketoasidosis diabetes.
L. Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl) Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion fosfat
didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat > 4,4 mg/dl atau > 3,0 mEq/L.
Hiperfosfatemia antara lain ditandai dengan peningkatan eksitabilitas system saraf pusat,
spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan
osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau pada saat kadar
parathormon menurun.
M. Asidosis respiratorik Asidosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH akibat retensi CO2.Oleh karena jumlah CO2 yang
keluar melalui paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO3 yang akhirnya menyebabkan
peningkatan [H+ ].Hal ini menyebabkan pH meurun. Penurunan pH pada asidosis
respiratorik dapat disebabkan antara lain oleh penyakit obstruksi paru (misalnya asma dan
enfisema), perdarahan, trauma kepala, dan tindakan menahan napas.

Asidosis respiratorik memiliki tanda-tanda klinis sebagai berikut

1. Gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi


2. Terdapat tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan disorientasi.
3. pH plasma <7,35 4) pCO2 tinggi (>45 mmHg

Ginjal melakukan kompensasi dengan cara :

1. meningkatkan pengeluaran hydrogen


2.  mempertahankan kadar bikarbonat n. Acidosis metabolic (pH<7.35, HCO3 - ≤ 20 mEq/L,
CO2 ≤23 mEq/L BE <2 mEq/L)

N. Asidosis metabolic merupakan gangguan keseimbangan asam basa yang ditandai dengan
penurunan pH yang bukan disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Kondisi ini
ditandai dengan penurunan HCO3- plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Penurunan
HCO3- ini dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan kaya HCO3- secara berlebihan atau
oleh penimbunan asam nonkarbonat. Asidosis metabolic dapat disebabkan oleh penurunan
bikarbonat (misalnya karena diare) dan peningkatan asam karbonat (misalnya karena
gangguan fungsi ginjal). Gejala asidosis metabolic antara lain:

1. pH plasma <7,35 dengan nilai HCO3-< 22 mEq/L.


2. PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
3. Pernapasan kusmaul ( pernapasan cepat dan dalam )
4. Kelelahan (malaise)
5. Disorientasi

Tubuh melakukan kompensasi dengan cara :

1. Ginjal menahan bikarbonat dan mengeluarkan hydrogen


2. Paru meningkatkan pengeluaran CO2 dengan cara bernapas cepat dan dalam

O.  Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa yang ditandai dengan
kenaikan ph karena pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.Hiperventilasi dapat
disebabkan oleh kondisi demam, kecemasan, emboli paru, dan keracunan aspirin. Gejala
klinis alkalosis respiratorik antara lain:

1. pH > 7,45
2. Penglihatan kabur
3. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
4. Kemampuan konsentrasi terganggu
5. Tetani, kejang, dan aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
Ginjal melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan eksresi bikarbonat dan menahan
hydrogen.

P. Alkalosis metabolic (pH>7.45, HCO3 ->28 mEq/L, BE >2 mEq/L) Alkalosis metabolic
adalah keadaan penurunan jumlah ion hydrogen dalam plasma yang disebabkan oleh
defisiensi relative asam-asam non bikarbonat.Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak
diimbangi dengan peningktan CO2.

Gejala klinis alkalosis metabolic antara lain:

1. Nilai bikarbonat plasma > 26 mEq/L dan pH> 7,45


2. Apatis
3. Ganggun mental, misalnya letargi, bingung, dan gelisah
4. Lemah
5. Kram
6. Pusing

Tubuh melakukan kompensasi dengan cara : :
1. Ginjal menahan ion hydrogen dan mengekskresikan lebih banyak HCO3- .
2. Napas menjadi lambat dan dangkal.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal kronik atau CKD. Dua adaptasi
penting yang dilakukan ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit :

1. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh
beban kerja ginjal.
2. Terjadi peningkatan beban filtrasi, beban solute dan reabsorbsi tubulus dalam setiap
nefron, meskipun GFR diseluruh massa nefron turun dibawah normal.

Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari
nefron.Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR (Glomerular
Filtration Rate).Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala
azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia.Selain itu, selama
terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. (Madara,
2008 dalam Eko prabowo dan Andi eka pranata, 2014).

2.6 Pathway

2.7 Penatalaksanaan
1.Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :

 Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan


keseimbangan cairan dan elektrolit
 Kaji manifestasi klinik melalui
Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannyamelebihicairan
tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam RL,
Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekataannya kurang- Timbang berat badan klien setiap hari- Monitor vital
sign- Kaji intake output.
 Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.-
Auskultasi bunyi /suara nafas- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
 Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa GasDarah,
Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairandan elektrolit adalah :

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan,
abnormalitas nilai darah arteri.
 Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidakseimbanganelekt
rolit.
 Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare,kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
 Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan
anuria,penurunankardiak
output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
 Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema.
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.

3.Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan
danelektrolit adalah :a. Atur intake cairan dan elektrolitb. Berikan therapi intravena (IVFD)
sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter denganmemperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis
pemberian, komplikasi dari tindakanc. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik,
kayexalate.d. Provide care seperti : perawatan kulit,safe environment.

4.Evaluasi/Kriteria hasil
Kriteria hasil meliputi :

 Intake dan output dalam batas keseimbangan
  Elektrolit serum dalam batas normal
 Vital sign dalam batas normal
BAB III
DAFTAR PENUTUP

3.3 KESIMPULAN

Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari ketidakseimbangan cairan


&elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh tidak bisa mengatasinya. Ini terjadi apabila
kehilangantterjadi dalam total banyak sekaligus, seperti pada muntah-muntah, diare, berkeringat
luarbiasa, terbakar, luka/pendarahan dan sebagainya.Cairan dan elektrolit (zat lerlarut) didalam
tubuh merupakan suatu kesatuan yang tidakterpisahkan. Bentuk gannguan keseimbangan cairan
yang umum terjadi adalah lebeihan ataukekurang cairan iaitu air. Kelebihan cairan disebut
overhidrasi, sebaliknya kekurang airandisebut dehidrasi. Zat terlarut yang ada dalam cairan
tubuh terdiri dari elektrolit dannonelektrolit.

Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidakbermuatan
listrik, seperti protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asamorganik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++),magnesium
(Mg++), klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).Elektrolit yang
utama yang sering menyebabkan gangguan pada hemodinamik tubuh adalahnatrium, kalium, dan
kalsiumPasien yuang mengalami gangguan cairan dan elektrolit sebaiknya segera
ditanganikarena sebagian besar dalam tubuh manusia terdiri dari cairan dan elektrolit dan apabila
tidaksegera ditangani akan menyebabkan kematian

3.4 SARAN

Sebaiknya asupan cairan dari makanan ataupun minuman bagi masyakarat ,perlu dijaga
sesuai tingkat kebutuhan cairan tubuh ketika aktivitas fisik, suhu lingkungan tinggi dan
komposisi lemak tubuh yang berlebih untuk mencegahterjadinya dehidrasi. Asupan cairan
memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh karena dehidrasi tidak
akan terjadi apabila asupan cairan cukup dengan suhu lingkungan tinggi dan aktivitas fisik berat
sekalipun. Selain itu, diperlukan kebiasaan untuk sering minum atau menghindari minum hanya
ketika haus saja serta memberikan edukasi tentang tanda-tanda dehidrasi dan akibatnya

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul Aziz, H. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Perawatan.
Jakarta : Salemba Medika . . 2013. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
2. Jakarta : Salemba Medika Angraini, Fany & Putri, Arcellia, Farosyah. 2016. Pemantauan
Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan.
3. Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan Gangguan
Kebutuhan DasarManusia. Jakarta: In Media Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013.
4. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan Riskesdas 2013. Diakses
tanggal 17 Januari 2017. Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12.
Jakarta : EGC. Hengkesa, Pieter & Lawalata, Ivy, Violan. 2014.
5. Faktor Risiko Penyakit Gagal Ginjal Kronik Hendromartono. Nefropati Diabetik. Dalam :
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI ; 2014. J
Corwin Elizabeth. 2009.
6. Buku saku Pathofisiologi, Penerjemah Nike BudhiSu bekti, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam
Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health. 2015; 17 : h. 341 – 49.

Anda mungkin juga menyukai