Disusun Oleh:
TAHUN 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun harapan saya kepada para
pembaca atau semua kalangan yang telah membaca makalah ini yaitu dapat menambah
wawasan / pengetahuan dalam kehidurpan sehari-hari. Namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan
yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya
dengan memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.
saya sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik & saran
anda sangat saya harapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Sekian & terima kasih.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………..4
C. TUJUAN...................................................................................................................4
D. MANFAAT………………………………………………………………………...4
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.Terapi cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam masa
perioperatif maupun intraoperatif. Sejumlah besar cairan intravena sering dibutuhkan untuk
mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit serta mengkompensasi hilangnya darah
selama operasi.
Oleh karena itu, ahli anestesi harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang fisiologi
normal cairan dan elektrolit serta gangguannya. Gangguan yang besar terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat secara cepat menimbulkan perubahan terhadap
fungsi kardiovaskular, neurologis, dan neuromuscular.
Dengan alasan tersebut, maka dibuatlah refrat ini yang diharapkan dapat memberi informasi
mengenai fisiologi dan terapi cairan dan elektrolit.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang cairan dan elektrolit, termasuk dalam pemenuhan kebutuhannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. CAIRAN INTRASELUL
Cairan Intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-
kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
Cairan intraseluler dipisahkan dari cairan ekstraseluler oleh membrane sel selektif yang
sangat permeable terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit
dalam tubuh.
Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam mengatur volume dan
komposisi intraseluler. Pompa membrane-bound ATP-dependent akan mempertukarkan
Na dengan K dengan perbandingan 3 : 2. Oleh karena membran sel relatif tidak
permeabel tehadap ion sodium dan ion potasium, ion potasium akan dikonsentrasikan di
dalam sel sedangkan ion sodium akan dikonsentrasikan di ekstra sel. Akibatnya,
5
potasium menjadi faktor dominan yang menentukan tekanan osmotik intraseluler,
sedangkan sodium merupakan faktor terpenting yang menentukan tekanan osmotik
ekstraseluler
Impermeabilitas membran sel terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein
intraseluler yang tinggi. Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif
(anion), rasio pertukaran yang tidak sama dari 3 Na dengan 2 K oleh pompa membran sel
adalah hal yang penting untuk pencegahan hiperosmolaritas relatif intraseluler.
Gangguan pada aktivitas pompa Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan iskemi
akan menyebabkan pembengkakan sel.
2. CAIRAN EKSTRASELULER
Cairan Ekstraseluler adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam
CES. Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume
total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Dua
komponen terbesar dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial, yang merupakan
tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma, yang hamper seperempat cairan
ekstraseluler, atau sekitar 3 liter.
Fungsi dasar dari cairan ekstraseluler adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya. Keseimbangan antara volume ekstrasel yang
normal terutama komponen sirkulasi (volume intravaskuler) adalah hal yang sangat
penting. Oleh sebab itu, secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraseluler
terpenting dan merupakan faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume.
Perubahan volume cairan ekstraseluler berhubungan dengan perubahan jumlah total
sodium dalam tubuh. Hal ini tergantung dari sodium intake, ekskresi sodium renal,
hilangnya sodium ekstrarenal.
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit
dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun
konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa
jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
6
7
1. Kation:
a. Sodium (Na+):
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang ekstraseluler
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrogen pada
ion sodium di tubulus ginjal: ion hidrogen diekresikan
5) Sumber: snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potasium (K+):
1) Kation berlebih di ruang intraseluler
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
3) Mengatur kontraksi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
4) Sumber: pisang, alpokat, jeruk, tomat, dan kismis
c. Calcium (Ca++):
1) Membentuk garam bersama dengan fo sfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan thrombin
4) Sumber: susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
2. Anion:
a. Chloride (Cl-):
1) Kadar berlebih di ruang ekstrasel
2) Membantu proses keseimbangan natrium
3) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
4) Sumber: garam dapur
b. Bicarbonat (HCO3-):
1) Bagian dari bicarbonat buffer sistem
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana
garam untuk menurunkan pH.
c. Fosfat (H2PO4- dan HPO42-):
1) Bagian dari fosfat buffer system
2) Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
3) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu: DNA dan RNA.
8
C. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Untuk mencapai keseimbangan cairan, maka cairan di dalam tubuh akan berpindah dari satu
kompartemen ke kompartemen lain. Perpindahan cairan tersebut dipengaruhi oleh tekanan
hidrostatik, tekanan onkotik dan tekanan osmotik. Gangguan keseimbangan cairan tubuh
terutama menyangkut cairan ekstrasel.
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama untuk
mempertahankan keseimbangan nilai cairan. Pergerakan cairan yang normal melalui dinding
kapiler ke dalam jaringan tergantung pada kenaikan tekanan hidrostatik (tekanan yang
dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh darah) pada kedua ujung pembuluh arteri dan
vena.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu:
a. Fase I: plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b. Fase II: cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c. Fase III: cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme
transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan
mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis adalah mekanisme
transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP.
9
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot,mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya:
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui insensible water
lost (IWL)
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
7. Temperatur lingkungan
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Panas yang
berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L perhari.
8. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
9. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti: suction, nasogastric tube dan lain-lain.
10.Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
10
Kebutuhan Cairan
a. Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
b. Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C
c. Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
d. Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)
11
b. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang
kurang atau keluaran yang berlebihan.
Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama
garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi
kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar
natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular,
sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis
besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang.
Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke
kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskular minimal).
Tabel . Derajat Dehidrasi
Derajat %kehilangan air Gejala
Ringan 2-4% dari BB Rasa haus, mukosa kulit
kering, mata cowong
Sedang 4-8% dari BB Sda, disertai delirium, oligo
uri, suhu tubuh meningkat
Berat 8-14% dari BB Sda, disertai koma,
hipernatremi, viskositas
plasma meningkat
Biasanya, seseorang akan kehilangan mineral setiap harinya. Sejumlah kecil hilang
setiap kali seseorang pergi ke kamar mandi atau berkeringat terlalu banyak. Namun,
hal ini tidak akan menimbulkan masalah karena mineral yang hilang bisa dengan
12
mudah diganti. Caranya adalah dengan meminum cairan dan makan makanan yang
mengandung mineral tersebut.
F. TINDAKAN PADA GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Gangguan keseimbangan cairan
a. overhidrasi
Kondisi bernama overhidrasi ini mungkin sangat jarang sebabkan kematian, tapi
kondisi tersebut tetap mungkin terjadi. Secara umum ada dua jenis kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami overhidrasi:
1) Minum air terlalu banyak. Kalau dalam sehari kita disarankan minum air putih
maksimal 8 gelas, jangan minum lebih dari itu. Kalau Anda minum terlalu banyak
air dan ginjal tidak bisa menyaring semuanya, kemungkinan kadar air di dalam
pembuluh darah juga akan meningkat.
2) Tubuh menahan air dari dalam tubuh untuk berkurang. Biasanya kondisi ini
muncul akibat kondisi kesehatan tertentu.
Tanda-tanda overhidrasi
Seseorang yang mengalami overhydration akan mengalami beberapa tanda dan gejala.
Berikut tanda-tanda overidrasi:
a. Mual dan perasaan ingin muntah lainnya. Kondisi ini terjadi karena perut terasa
penuh sehingga susah untuk bergerak dengan bebas.
b. Sakit kepala yang susah ditahan. Sakit kepala ini muncul sebagai tanda ada kondisi
keracunan pada tubuh yang tidak bisa diatasi dengan mudah.
c. Gangguan pada kesehatan mental. Seseorang akan mudah mengalami kebingungan
dan disorientasi.
d. Otot menjadi lemah dan mudah sekali mengalami kram. Kondisi ini adalah buntut
dari menurunkan kadar garam di dalam tubuh akibat volume air yang tidak terkontrol.
e. Pingsan berkali-kali dan kerap kehilangan kesadarannya dengan maksimal.
f. Lumpuh di beberapa bagian tubuh.
g. Koma akibat tubuh kekurangan elektrolit yang bermanfaat dalam menunjang organ
tubuh.
a. Jangan minum air lagi dalam jumlah banyak kecuali memang benar-benar
membutuhkannya.
b. Sebisa mungkin mengonsumsinya obat atau minuman dengan fungsi diuretik seperti
kopi atau teh. Dengan konsumsi ini Anda akan lebih sering mengalami buang air
kecil sehingga cairan di dalam tubuh bisa dikurangi dengan cepat.
13
c. Hentikan penggunaan obat yang menyebabkan overhidrasi. Kalau obat itu cukup
penting, lakukan konsultasi dengan dokter terkait dengan kemungkinan obat diganti
agar kondisi kelebihan cairan yang berbahaya tidak terjadi.
d. Hentikan aktivitas yang memicu Anda membutuhkan banyak air padahal jumlah
cairan di dalam tubuh masih tinggi.
e. Ganti garam kalau mulai lemas dan pusing. Anda bisa minum air hangat dengan
kandungan garam atau membuat kaldu hangat agar rasanya lebih nikmat.
b. Dehidrasi
Kandungan air di dalam tubuh manusia yang sehat adalah lebih dari 60% total berat
badan. Kandungan air yang ideal di dalam tubuh berfungsi untuk membantu kerja
sistem pencernaan, mengeluarkan kotoran dan racun dari dalam tubuh, sebagai
pelumas dan bantalan untuk persendian, melembapkan jaringan-jaringan pada telinga,
tenggorokan, dan juga hidung, serta sebagai media transportasi nutrisi untuk sel-sel
tubuh dan menjaga kulit tetap sehat.
Dehidrasi yang parah atau berkepanjangan dan tidak diobati sering kali dapat
menyebabkan kondisi yang disebut hipovolemia.
Dehidrasi terkadang dianggap sebagai permasalahan kondisi tubuh yang tidak perlu
ditangani secara serius, dan kebanyakan anak-anak dan remaja menganggapnya
sebagai haus biasa. Namun, jika gejala awal dehidrasi tidak ditangani dengan baik,
dapat mengganggu fungsi tubuh. Beberapa tanda-tanda awal dari gejala
dehidrasi adalah:
Pengobatan Dehidrasi
Cara pengobatan pada dehidrasi yang utama adalah dengan menggantikan cairan tubuh
yang hilang. Pada dehidrasi ringan dan sedang, pengidap dapat minum oralit untuk
mengembalikan keseimbangan kadar gula, garam, dan cairan di dalam tubuh.
1. Pada pada pengobatan dehidrasi ringan dan sedang pada bayi dan anak.
a. Pemberian ASI dapat dilanjutkan setelah mereka mengalami diare, demam, atau
muntah.
b. Oleh karena lakosa sulit dicerna bayi, berikan susu formula bebas laktosa hingga
diarenya benar-benar berhenti.
c. Berikan oralit sesuai petunjuk petugas kesehatan untuk mengganti cairan, garam,
dan gula yang hilang.
14
d. Lanjutkan pemberian makanan bayi seperti sebelum diare.
a. Pemberian cairan melalui infus merupakan cara yang cepat dan efektif untuk
mengembalikan kadar cairan dan mineral tubuh ke tingkat yang normal.
Tidak semua jenis gangguan elektrolit menimbulkan gejala yang sama, namun umumnya
banyak gejala serupa yang terjadi, seperti:
a. Gangguan irama jantung, dapat berupa denyut jantung terlalu lambat (bradikardia),
denyut jantung terlalu cepat (takikardia), atau denyut jantung tidak teratur.
b. Lemas dan mudah lelah
c. Mual dan muntah
d. Kejang
e. Diare
15
f. Sembelit
g. Kram perut
h. Kelemahan otot hingga tangan dan kaki jadi sulit digerakkan
i. Sakit kepala
j. Penurunan kesadaran, bahkan hingga tingkat koma
k. Baal atau kesemutan
Jika salah satu keluhan ini terjadi, maka penanganan segera perlu dilakukan. Jika
dibiarkan terlalu lama, gangguan elektrolit yang satu dapat mengganggu komponen
elektrolit lainnya, dan bisa berujung pada kondisi gawat yang mengancam nyawa.
Pengobatan ini umumnya dilakukan untuk kondisi kekurangan kalium atau kekurangan
kalsium yang menimbulkan gejala yang berat. Pada kondisi ini, kalium atau kalsium akan
disuntikkan ke dalam pembuluh darah secara perlahan-lahan.
d. Hemodialisis
Tindakan hemodialisis (cuci darah) perlu dilakukan pada kondisi gangguan elektrolit
yang berat, yang tidak bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan. Tindakan ini
umumnya diperlukan pada kondisi kelebihan kalium di dalam darah (hiperkalemia) yang
mengakibatkan jantung berdenyut tidak teratur.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri,
tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.Terapi cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam masa
perioperatif maupun intraoperatif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and Electrolyte
Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw
Hill. 2013; 4 (49): h. 1107 – 40. 2. Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base
Disorders. Dalam Handbook for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc. 2013; 18: h.216 – 230. 3. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010. 6
(5) : h.272 – 98. 4. Hahn RG. Crystalloid Fluids. Dalam Clinical Fluid Therapy in the
Perioperative Setting. Cambridge: Cambridge University Press. 2012; 1 : h. 1 – 10. 5. Stoelting
RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam Handbook of
Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health. 2015; 17 : h. 341 – 49. 6. Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative
Setting. Journal of Intensive Care. 2016; 4 : h.27 – 39. 7. Kaye AD. Fluid Management. Dalam
Basics of Anesthesia 6th ed. Philadelphia: Elsevier Inc. 2011; 23: h. 364 – 71.
18