Anda di halaman 1dari 31

RESUME

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


KEPERAWATAN DASAR

DOSEN PENGAMPU: Ns.Wella Juartika,S.Kep,M.Kep

DIBUAT OLEH:

ANNISA PRAYUDIS TRIPANCA BASDAFA


NIM : PO7120321068
KELAS : TINGKAT 1B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas resume yang berjudul “ PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT “ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ns.Wella
Juartika,S.Kep,M.Kep pada Mata Kuliah Keperawatan Dasar.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ns.Wella Juartika,S.Kep,M.Kep selaku dosen


Mata Kuliah Keperawatan Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, resume yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Lubuklinggau, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang .................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ............................................................... 6
2.2 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit ........................................................... 8
2.3 Gangguan Keseimbangan Elektrolit ........................................................................... 11
2.4 Pengaturan Cairan ....................................................................................................... 14
2.5 Pengaturan Volume Cairan ......................................................................................... 15
2.6 Transpor Cairan dalam Tubuh..................................................................................... 18
2.7 Jenis Cairan dan Jenis Cairan Elektrolit ...................................................................... 20
2.8 Mekanisme Homeostasis yang Mengatur Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh ........... 21
2.9 Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ..................................... 22
2.10 Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh .............................................................. 24
2.11 Asam Basa ................................................................................................................... 25
2.12 Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit ................................................ 26
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 30
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu(zat
terlarut). Dalam tubuh, cairan meliputi cairan darah, plasma jaringan, cairan synovial
pada persendian, cairan serebrospinal pada otak dan medula spinalis, cairan dalam bola
mata (aqueous dan vitreous humor), Cairan pleura, dan berbagai cairan yang terkandung
dalam organ.

Secara makro, cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok yaitu cairan intrasel dan
cairan ekstrasel titik cairan intrasel adalah Cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh titik sedangkan, cairan ekstrasel adalah Cairan yang berada di luar sel dan terdiri
atas tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler atau plasma, cairan interstitial dan cairan
transeluler.

Cairan intravaskuler atau cairan plasma adalah cairan di dalam sistem vaskuler.
cairan intersitial Adalah cairan yang terletak diantara sel. sedangkan, cairan intraseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler dan cairan
saluran cerna. Sementara itu, elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan titik elektrolit tubuh
memiliki komponen-komponen kimiawi. elektrolit tubuh ada bermuatan positif yaitu
Kation dan ada juga yang bermuatan negatif yaitu anion.

Elektrolit tubuh mencangkup natrium(Na+), kalium(K+), kalsium(Ca++),


magnesium(Mg++), klorida(CI-), bikarbonat(HCO3-), fosfat(HPO42-), dan sulfat(SO42-).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian lainnya
akan tetapi konsentrasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda hukum netralitas listrik menyatakan
bahwa, jumlah muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan muatan positif. Elektrolit
sangat penting
pada banyak fungsi tubuh termasuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam-basa. pada
fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan yang penting terkait dengan transmisi
impuls saraf. gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Hal itu karena cairan dalam tubuh kita terdiri atas air yang mengandung
partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang sangat penting bagi kehidupan.

Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena,
kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tubuh titik Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh titik Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat bergantung
satu sama lain. dengan demikian, Jika ada salah satu yang terganggu maka tentu akan
berpengaruh pada yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat penting bagi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
atau homeostatis tubuh. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat
makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,
memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Dalam tubuh, cairan meliputi cairan darah, plasma jaringan, cairan synovial pada persendian.
Cairan serebrospinal pada otak dan medulla spinalis, cairan dalam bola mata (aqueous humor
dan vitreous humor), cairan pleura, dan berbagai cairan yang terkandung dalam organ.

Secara makro, cairan sudah dibagi dalam dua kelompok, yaitu cairan intrasel
(intraseluler) dan cairan ekstrasel (ekstraseluler). Cairan intrasel adalah cairan yang berada di
dalam sel di seluruh tubuh. Sedangkan, cairan ekstrasel adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri atas tiga kelompok, yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial, dan cairan
transeluler).

Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan didalam sistem vaskuler. Cairan interstitial
adalah cairan yang terletak di antara sel. Sedangkan, cairan traseluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cernaSementara itu,
elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Elektrolit tubuh memiliki komponen-komponen kimiawi.
Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan ada juga yang bermuatan negatif
(anion).

Elektrolit tubuh mencangkup :


(1) Natrium (NA+)
(2) Kalium (K+)
(3) Kalsium (Ca++)
(4) Magnesium (Mg++)
(5) Klorida (Cl-)
(6) Bikarbonat (HCO3-)
(7) Fosfat (HPO42-)
(8) Sulfat (SO42-)

Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Hal itu karena cairan dalam tubuh kita terdiri atas air
yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan anorganik yang sangat penting bagi
kehidupan.

Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV), kemudia didistribusikan ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu sama lain. Dengan demikian,
jika ada salah satu yang terganggu, maka tentu akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan dalam tubuh manusia meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki
dewasa. Persentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan
umur individu tersebut. Pada Wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan.
Pada bayi dan anak-anak, persentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan
lanjut usia

(lihat table berikut ini)

No. Umur Proporsi (persentase)

1 Bayi 75%

2 Dewasa :

a. pria (20-40 tahun) 60%


b. Wanita (20-40 tahun) 50%

3 Lansia (lanjut usia) 45-50%

Tabel presentssi cairan berdasarkan usia

1. Fungsi Cairan

Komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air, yang mempunyai fungsi
sangat besar.
Fungsi cairan dalam tubuh manusia antara lain :
(a) Sebagai alat transportasi nutrient, elektrolit, dan sisa metabolisme
(b) Sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh yang lainnya
(c) Sebagai pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler
(d) Membantu pencernaan
(e) Mengeluarkan buangan-buangan sel

2. Komposisi cairan tubuh


Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut.
a. Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia titik rata-rata pria dewasa hampir 60%
berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 50% air dari berat
badannya

b. Solut

Solut atau terlarut yaitu cairan tubuh mengandung 2 jenis substansi terlarut atau zat
terlarut elektrolit dan non elektrolit

c .elektrolit

Substansi yang berdiri asosiasi atau terpisah di dalam larutan dan akan menghantarkan
arus listrik. elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan
kapasitasnya untuk saling berkaitan satu sama lain. jumlah Kation dan anion, yang diukur
dalam milliekuivalen, dalam larutan selalu sama (mol/L) atau dengan berat molekul
dalam garam (milimol/liter,mEq/L)

Kation:Ion-ion membentuk muatan positif dalam larutan titik kation ekstraseluler utama
adalah natrium sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium.Sistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium keluar dan kalium ke dalam.

Anion:Ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan titik anion ekstraseluler
utama adalah klorida, Sedangkan anion intraseluler utama adalah ion fosfat.Karena
kandungan elektrolit dari plasma dan cairan interstisial secara esensial sama nilai
elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraseluler,yang terdiri atas cairan
intraseluler dan interstisial.Namun demikian, Nilai elektrolit plasma tidak selalu
menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraseluler. pemahaman perbedaan antara
dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan
atau ketidakseimbangan asam basa. pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau
bergerak ke dalam atau keluar sel secara bermakna mengubah nilai elektrolit plasma.

d. Non-elektrolit

Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdifusi ASI dalam larutan dan diukur
berdasarkan berat(miligram per100ml-mg/dl).Non elektrolit lainnya yang secara klinis
penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

2.2 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


a. Gangguan keseimbangan cairan
1. Hipovolemia

Hipovolemia merupakan penipisan volume cairan ekstraseluler, hipovolemia


dapat terjadi karena kekurangan kemasukan air atau mual, muntah dan tidak mampu
menelan atau pengeluaran yang berlebihan. kehilangan melalui kulit,ginjal dan
perdarahan kekurangan cairan dapat terjadi sendiri atau kombinasi dengan
ketidakseimbangan elektrolit mekanism kompensasi hipovolemia termasuk
peningkatan rangsangan sistem saraf simpatis peningkatan (frekuensi jantung dan
tahanan vaskuler) rasa haus pelepasan hormon antidiuretik atau ADH dan pelepasan
aldosterone.

Secara ringkas etiologi hipovolemia adalah sebagai berikut :

1. Satu kehilangan cairan melalui saluran pencernaan


2. Poliuria
3. Demam( meningkatkan suhu tubuh dapat meningkatkan metabolism demam
juga menyebabkan air keluar lewat paru-paru)
4. Keringat yang berlebihan
5. Kurang pemasukan air anoreksia mual depresi sakit di daerah mulut dan faring

Gejala Hipovolemia :

1. Pusing lemah letih sinkope,anoreksia,mual,muntah haus, kekacauan


mental,konstipasi oliguria
2. Menurunnya turgor kulit dan lidah
3. Menurunnya kelembaban di mulut atau keringnya mukosa mulut
4. Menurunnya produksi urine kurang dari 30 ml per jam untuk orang dewasa nadi
cepat dan lemah
5. Menurunnya temperatur tubuh
6. Ekstremitas dingin
7. Hipotensi frekuensi nafas cepat
8. Kehilangan berat badan yang cepat

2. Hipervolemia

Hipervolemia merupakan penambahan volume CES.kondisi ini bisa terjadi bila


tubuh menahan air dan natrium dalam proporsi yang sama,tanpa disertai perubahan
kadar elektrolit.

Etiologi hipervolemia:
1. Penyakit karena gangguan pada mekanisme regulasi gagal jantung,cushing
syndrome,gagal ginjal,serosis hati
2. Intake natrium klorida yang berlebihan
3. Pemberian infus yang mengandung natrium dalam jumlah berlebihan
4. Banyak makan makanan yang mengandung natrium
Gejala hipervolemia:
1. Sesak nafas orthopnea
2. Edema perifer kenaikan berat badan sementara( 2% hipervolemia ringan 5%
hipovolemia sedang dan 8% hipervolemia berat)
3. Nadi kuat takikardia
4. Asites efusi pleura bila sudah berat bisa menimbulkan edema pulmo
5. Kulit lembab
6. Irama gallop

Kelebihan air dan natrium pada kompartemen ekstraseluler dapat


meningkatkantekanan osmotik.Cairan akan ditarik keluar sel, sehingga mengakibatkan
edema (Cairan yang berlebihan dalam ruangan interstisial).Edema terjadi sebagai akibat
dari pertambahan volume cairan interstisial dan diartikan sebagai bengkak yang dapat
teraba dari ruang interstisial. Edema bisa bersifat lokalisasi contohnya tromboflebitis
pada obstruksi Vena Dan bersifat umum contohnya gagal jantung. Peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler akibat penambahan volume atau obstruksi vena, peningkatan
permeabilitas kapiler karena luka bakar, alergi,atau infeksi akan menyebabkan
peningkatan volume cairan interstisial. Penurunan pembuangan cairan interstisial
terjadi bila terdapat obstruksi pada aliran keluar limfatik Atau penurunan tekanan
onkotik(Protein bisa membantu untuk menahan volume vaskuler pada ruang
vaskuler).Retensi air dan natrium oleh ginjal yang meningkat akan mempertahankan
edema umum.

Edema umum biasanya merupakan bukti paling nyata pada area tergantung. pada pasien
ambulasi akan menunjukkan edema pretibia atau pergelangan kaki,sedangkan pasien
yang terbatas ditempat tidur akan menunjukkan edema sacral. Edema umum bisa terjadi
di Sekitar mata atau pada kantong skrotal karena tekanan jaringan rendah pada area ini.

Edema bisa terjadi karena hal-hal sebagai berikut:


1. Peningkatan permeabilitas kapiler pada luka bakar dan alergi perpindahan air dari
kapiler ke ruang interstisial meningkat
2. Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler obstruksi pada Vena
3. Perpindahan cairan dari ruang interstisial menurun

3. Sindrom ruang ketiga

Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam suatu ruangan
tubuh(pleura peritoneal, pericardial) sehingga cairan tersebut terjebak di dalamnya
akibatnya kompartemen ekstrasel kekurangan cairan obstruksi usus yang kecil atau luka
bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5 sampai 10 liter.

4. Ketidakseimbangan Osmolar

Dehidrasi (ketidakseimbangan hiperosmolar) terjadi bila ada kehilangan air tanpa


disertai kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium faktor resiko
terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu asupan oral perubahan fungsi
neurologis lansia yang lemah penurunan fungsi tubuh peningkatan lemak tubuh
penurunan sekresi ADH pada diabetes insipidus, ketidakseimbangan hiperosmolar
disebabkan oleh setiap kondisi yang berhubungan dengan diuresis osmotik dan
pemberian larutan hipertonis melalui intervensi ketidakseimbangan osmolar terjadi
ketika asupan cairan berlebihan polidipsi psikogenik atau sekresi ADH berlebihan
2.3 Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Masalah kebutuhan cairan
1. Hipovolume dan dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan
cairan vaskuler. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu:
1. Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit
secara
seimbang
2. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada
elektrolit.
3. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada
air.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel


berkurang atau Hippo volume dan perubahan hematokrit pada keadaan dini tidak terjadi
perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya jika terjadi
kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea nitrogen dan kreatinin
meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah titik
kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu
cepat diketahui titik kelebihan asupan pelarut seperti protein dan klorida atau natrium akan
menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan secara berkeringat dalam
waktu lama dan terus-menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami
gangguan hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal, diare muntah secara terus-menerus,
pemasangan drainase dan lain-lain.

Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya :


1. Dehidrasi berat dengan ciri-ciri:
a. pengeluaran atau kehilangan cairan sebanyak 4 sampai 6 liter.
b. serum natrium mencapai 159-160 mEq/lt.
c. turgor kulit buruk.
d. oliguria
e. nadi dan pernapasan meningkat titik
f. kehilangan cairan mencapai lebih dari 10% bb.

2. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri:


a. Kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10% BB.
b. Serum natrium mencapai 5% BB atau 1,5-2lt.
2. Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu


hipervolume atau peningkatan volume darah dan edema atau kelebihan cairan pada
interstisial. Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air tetapi elastis dan hanya
terdapat diantara jaringan titik-titik edema merupakan enzim yang berada pada darah
perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini
disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan titik cairan dalam
jaringan yang tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting
edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel tetapi sering karena infeksi
dan trauma yang menyebabkan membekunya pada permukaan jaringan. Kelebihan cairan
vaskuler meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstisial.

Edema anasarka adalah enzim yang terdapat di seluruh tubuh titik peningkatan
kematian.Manivestasi edema paru adalah penumpukan sputum batuk dan adanya suara
nafas ronchi basah.Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan
jaringan paru. Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan
intravena pada pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada
kapiler paru terutama pada anak atau bayi dan orangtua dapat membahayakan darah dan
hanya mampu menampung sedikit cairan.Kelebihan cairan ekstra sel dihubungkan
dengan gagal jantung, sirosis hati, dan kelainan ginjal.Pada kelebihan ekstrasel gejala
yang sering ditimbulkan adalah edema perifer atau pitting edema, kelopak mata
membengkak suara nafas ronchi basah, penambahan berat badan
secara tidak normal atau sangat cepat, dan nilai hematokrit pada umumnya normal akan
tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

b. Masalah Kebutuhan Elektrolit


a. Hiponatremia
hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak kurang
dari 135 mEq/lt rasa haus berlebihan, denyut nadi yang cepat hipotensi,, dan membran
mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara
berlebihan misalnya Ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.

b. Hipernatremia

hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi,
ditandai dengan adanya mukosa kering, caligari atau manusia, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak kulit kemerahan lidah kering dan kemerahan konversi
suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi
demikian dapat disebabkan karena dehidrasi diare, pemasukan air yang berlebihan
sementara asupan garam sedikit.
c.Hypokalemia

hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah titik
hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat titik kondisi ini sering terjadi pada pasien
yang mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah muntah perut kembung, lemah
dan warnanya otot tubuh, tidak beraturan nya denyut jantung atau aritmia penurunan
bising usus, dan turunnya kadar kalium plasma hingga kurang dari 3,5 mEq/lt.

d. Hiperkalemia

hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi sering
terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik pemberian kalium
yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual hiperaktivitas
sistem pencernaan, aritmia kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan diare adanya
kecemasan dan iritabilitas, serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5
mEq/lt.

e. Hipokalsemia

Hipokalsemia merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung. Kadar kalsium
dalam plasma kurang dari 4, 3mEq/lt, dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang
dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan
sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

f. Hiperkalsemia

Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang
dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan
vitamin disecara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang relaksasi otot,
batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari
4,3mEq/lt.

g. Hipomagnesia

Hipomagnesia merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah, ditandai


dengan adanya iritabilitas, tremor kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disorientasi dan konsultasi titik kadar magnesium dalam darah mencapai kurang dari
1,3mEq/lt.

h. Hipermagnesia

Hipermagnesia merupakan kondisi berlebihannya kadar magnesium dalam darah yang


ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium mencapai
lebih dari 2,5mEq/lt.
2.4 Pengaturan Cairan

Air penting untuk kehidupan,air dapat mempertahankan volume darah,mengatur


suhu,mengantarkan elektrolit dan nutrien ke dan dari sel dan merupakan bagian dari banyak
reaksi biologis.pada keadaan normal intake cairan mengimbangin kehilangan cairan, kondisi
sakit keseimbangan cairan akan mengalami gangguan.sehingga akan terjadi untuk
mempertahankan fungsi tubuh.kehilangan cairan itu bisa melalui udara pernapasan,penguapan
dari kulit,pengeluaran ginjal sebanyak 500 ml dan cairan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
sampah metabolik.total pengeluaran perhari kira-kira 1300 ml perhari.kandungan air tubuh
yang aktual tergantung dari variabel seperti umur,jenis kelamin,komposisi tubuh,dan proses
penyakit.orang dewasa terdiri dari kira-kira 60% air,bayi kira-kira 77% .
Keseimbangan melibatkan sejumlah besar sistem organ diantaranya sebagai berikut :

1. Ginjal
Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar cairan dan elektrolit tubuh.total
body water (TBW) dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang
disimpan oleh ginjal . Ginjal merupakan organ yang memiliki peranan cukup besar
dalam mengatur kebutuhan cairan elektrolit.hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu
sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dan darah, pengatur keseimbangan
asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomelurus, dalam menyaring cairan.rata-rata setiap 1 liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomelurus, 10% nya di sering
keluar.cairan yang tersaring atau filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui
tubulus renalis yang sel selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.jumlah urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosreron dengan rata-rata
1 mil/kg/bb/jam.

Fungsi utama ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan sebagai berikut:

1. Pengatur volume dan osmolitas CES melalui retensi dan ekskresi selektif cairan
tubuh
2. Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang
dibutuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak dibutuhk
3. Pengaturan pH CES melalu retensi ion-ion hydrogen
4. Ekskersi sampah metabolik dan substansu toksi
Fungsi ginjal menurun seiring dengan bertambahnya umur
b.Kardiovaskuler
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal dibawah tekanan darah yang
sesuai untuk menghasilkan urine.

c.Paru-paru
Paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang dewasa
normal.kondisi-kondisi abnormal sepeti hiperpnea (respirasi dalam yang abnormal)
d.Kelenjarpituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansu antidiuretik hormon(ADH).fungsi
ADH termasuk mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi
atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.

e. Kelenjar adrenal
Aldosteron,suatu mineralkortikoid yang disekresikan oleh zona glumerosa
darokorteks adrenal.

f.Kelenjar parathyroid

Kelenjar parathyroid yang terletak disudut kelenjar tiroid,mengaturkeseimbangan


kalsium dan fosfot.

2.5 Pengaturan Volume Cairan

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dalam keseimbangan antara jumlah cairan
yang masuk dan keluar. Dalam tubuh seorang yang sehat, volume cairan tubuh dan komponen
kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi
normal, intake cairan sesuai dengan kehilangan (keluaran) cairan tubuh yang terjadi. Artinya,
untuk mempertahankan fungsi tubuh, maka tubuh akan kehilangan cairan melalui proses
penguapan ekspirasi, penguapan kulit atau keringat, ginjal atau urine, dan ekresi pada proses
metabolisme.

(a) Asupan Cairan (Intake Cairan )

Asupan cairan dalam kondisi normal pada orang adalah sekitar 2500 cc per
hari.Asupan cairan dapat berlangsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus yang berpusat
pada hipotalamus dalam otak. Jika terjadi ketidakseimbangan cairan tubuh, dan asupan kurang
atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun. Akibatnya, terjadi penurunan
tekanan darah.Selama aktivitas dan temperatir yang sedang,cseorang dewasa minum kira-kira
1500 ml per hari. Sedangkan, kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari. Sehingga,
kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses
metabolism .Sementara itu, rangsangan harus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi
angiotensin II sebagai respons dari penurunan tekanan darah, dan perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
Bersama dengan sensasi haus, meski terkadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
(b) Pengeluaran Cairan (Output Cairan)

Pengeluaran atau output cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada
orang dewasa dalam kondisi normal adalah kurang lebih 2300 cc. Jumlah air yang paling
banyak keluar berasal dari reaksi ginjal atau berupa urin, sebanyak kurang lebih 1500 cc
per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubungkan dengan banyaknya asupan air
melalui mulut.Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal dapat pula
dilakukan melalui kulit atau berupa keringat dan saluran pencernaan atau berupa
feses.Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak
dapat diukur karena khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya, jumlah
pengeluaran cairan atau melalui penguapan kapan meningkatkan sehingga sulit untuk
diukur pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per
hari diperlukan adanya perhatian khusus. Pasien dengan ketidak kekuatan pengeluaran
cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus.Peningkatan
jumlah dan kecepatan pernafasan, demam keringat, dan diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan
cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus-menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:


a. Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria atau kandung
kemih. Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan tubuh yang utama. diserap Kembali
ke dalam aliran darah titik hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi
penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan
mengirimkan impuls ke otak kemudian maka akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal
dan memproduksi adh sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.

b. keringat

keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas karena banyak
mengandung garam urea asam laktat dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar
akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.

c. Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk pada titik pengeluaran air melalui
feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya.Jika cairan yang keluar
melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas jumlah
rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah 100 ml per hari.Pengaturan elektrolit

a. Pengaturan keseimbangan natrium


Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan volume
cairan tubuh titik natrium paling banyak terdapat pada cairan
ekstrasel.Pengaturan konsentrasi cairan ekstra sel diatur oleh ADH dan aldosterone.
Aldosterone dihasilkan oleh korteks Suprarenal dan berfungsi mempertahankan
keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh
ADH.ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke dalam ginjal dari tubulus
renalis. Aldosterone juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali
oleh darah titik natrium tidak hanya bergerak kedalam atau keluar tubuh tetapi juga mengatur
keseimbangan cairan tubuh titik ekskresi dalam natrium dapat dilakukan
melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat dan air mata.
b. Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi
mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalsium diatur oleh ginjal dengan
mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Juga
berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dan plasma atau cairan ekstrasel Sistem
pengaturan keseimbangan kalium melalui tiga langkah, yaitu:

1. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabka peningkatan


produksi aldosterone
2. Peningkatan jumlah aldosterone akan mempengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui ginjal.
3. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.

c. Pengaturan keseimbangan

Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan implus kontraksi


otot koagulasi atau pembekuan darah dan membantu beberapa enzim pankreas. Kalsium
diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung
oleh hormon paratiroid dalam reabsorbsi tulang jika kadar kalium darah menurun,
kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung
meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

d. Pengaturan keseimbangan klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstraseluler tetapi tidak dapat ditemukan
pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu
sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah titik normalnya, kadar
klorida dalam darah pada orang dewasa adalah 95 -108mEq/lt.
e. Pengaturan keseimbangan magnesium
cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid.Magnesium diabsorbsi
dari saluran pencernaan titik magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi
kalsium. Hipomagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi kurang dari
1,5mEq/lt dan hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta serum meningkat
menjadi lebih dari 2,5mEq/lt.
f. Pengaturan keseimbangan bikarbonat
bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan bufer atau penyangga dalam tubuh.

g. Pengaturan keseimbangan fosfat


fosfat ( po4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan tulang
fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urin.

2.6 Transpor Cairan dalam Tubuh


Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan transfor cairan dalam
tubuh :

(a)Difusi
Pergerakan molekul melintasi membrane semipremeabel dari kompartemen
berkonsentrasi tinggi menuju kompartemen rendah. Difusi terjadi melalui perpindahan
tidak teratur dari ion dan molekul suatu contoh difusi adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara kapiler dan alveoli. Difusi cairan berlangsung melalui pori-
pori tipis membran kapiler. Laju difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi
larutan, dan temperatur larutan.

Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melalui pori-pori protein maka akan terjadi
difusi sederhana misalkan air dan urea
2. bila partikel tersebut larut dalam lemak misalkan oksigen dan karbondioksida maka
akan
terjadi difusi sederhana
3. partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam sel melalui
substansi
pembawa, maka akan terjadi difusi dipermudah.

Faktor meningkatnya difusi :


1. Peningkatan suhu
2. Peningkatan konsentrasi partikel
3. Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
4. Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
5. Penurunan jarak lintas dimana massa partikel harus berdifusi

(b) Filtrasi

Proses perpindahan cairan dan solute (substansi yang terlarut dalam cairan)melintasi
membran bersama-sama dari kompartemen bertekanan tinggi menuju kompartemen
bertekanan rendah. Contoh filtrasi adalah pergerakan cairan dan nutrient dari kapiler
menuju cairan interstitial di sekitar sel.

(c) Osmosis

Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran semi
permeable yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solut rendah ke larutan
yang memiliki konsentrasi solut yang tinggi membran tersebut permeabel terhadap zat
pelarut tetapi tidak permeabel terdapat solut atau zat terlarut yang berupa materi
partikel.Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solut di dalam larutan, suhu
larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh
larutan. konsentrasi larutan diukur dalam osmol, yang mencerminkan jumlah substansi
dalam larutan yang berbentuk molekul, ion atau keduanya.

dalam osmosis ada 3 istilah penting, yaitu:

1. Tekanan osmotic

Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini bergantung pada
jumlah molekul di dalam larutan titik tekanan ini diberikan melalui membran
semipermiabel dan tekanan ini tergantung kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh
membran.

2. Tekanan onkotik

Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein misalnya adalah albumin, tekanan
onkotik akan menjaga cairan tetap berada di dalam kompartemen in vaskuler.

3. Diuretik osmotic

Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang diakibatkan oleh ekskresi
substansi seperti glukosa,manitol, atau agen kontras dalam urine. apabila konsentrasi
solut pada salah satu sisi membran semipermiabel lebih besar, maka
laju osmosis akan lebih cepat sehingga terjadi percepatan transfer zat pelarut
menembus membran semipermiabel. hal ini akan terus berlanjut sampai tercapai
keseimbangan.osmolalitas merupakan pengukuran kemampuan larutan yang
menciptakan tekanan osmotik dengan demikian akan mempengaruhi gerakan cairan.
osmolalitas juga menggambarkan konsentrasi larutan, menunjukkan jumlah partikel
dalam 1 liter larutan dan diukur dengan miliosmol perliter.Suatu larutan yang
osmolaritasnya = plasma disebut isotonik. pemberian larutan isotonik melalui IV akan
mencegah Perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. larutan
hipotonik IV memiliki osmolalitas lebih rendah daripada plasma, larutan ini akan
mengakibatkan air berpindah ke dalam sel. larutan hipertonik memiliki osmolalitas
lebih tinggi dari plasma, sehingga membuat air keluar dari sel.
Perubahan osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada volume
cairan ekstraseluler dan intraseluler.

(d) Transpor Aktif

Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk


menggerakan berbagai materi guna menebus membran sel. Transport aktif merupakan
mekanisme sel-sel yang mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk
melakukan aktivitas metabolik.contoh transport aktif adalah pompa natrium dan
kalium.natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalamsel,melawan
gradien konsentrasi.Proses transport aktid memerlukan energi metabolism. Proses
transport aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara
cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natriuim lebih
tinggi pada cairan traseluler, dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.

2.7 Jenis Cairan dan Jenis Cairan Elektrolit


A. Jenis cairan
1. Cairan nutrient

pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya.
Cairan nutrisi atau zat gizi melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme kalori yang terdapat
dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200 sampai 1500 kalori per liter.

Cairan yang terdiri atas:


1. Karbohidrat dan air, contoh dextrose atau glukosa, atau fruktosa, inverter sugar atau
setengah dextrose dan setengah levulose.
2. Asam amino contoh: amigen,aminosol dan travamin
3. Lemak, contoh: lipomul dan liposin

a. Bloodvolume expanders

Blood Volume expanders merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi
meningkatkan volume pembuluh darah setelah kehilangan darah atau plasma apabila
keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat,
maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah titik pada pasien
dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah
luka titik rasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood
volume expander antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi
yang berbeda titik kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehingga cara secara
langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
2. Jenis cairan elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit cairan saline terdiri atas
cairan isotonik hipotonik dan hipertonik konsentrasi isotonik disebut dengan normal
saline yang banyak dipergunakan

titik contoh cairan elektrolit adalah:


1. Cairan ringgers, terdiri atas: Na+, k+, Cl+, Ca2+
2. Cairaan ringgers laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO-3.
3. Cairan buffers, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO-3
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang
sesuaididalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan
elektrolit.Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel karena sel harus secara terus
menerus berada didalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam
maupun diluar sel.
4. Daya tarik elektrolit terhadap air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh.Sel-
sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama natriumdan klorida
dan didalam sel terutama kalium, magnesium,fosfat, dan sulfat.
5. Air mengikuti elektrolit
Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi.Hal
ini dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang bersifat permeable
untuk air tetapi tidak permeable untuk elektrolit
6. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur
penyeberangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.
7. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi
semuamineral
berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutamadilakukan oleh saluran
cerna dan ginjal.

2.8 Mekanisme Homeostasis yang Mengatur Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh
1.Baroreseptor

Baroreseptor merupakan reseptor saraf kecil mendeteksi perubahan-perubahan pada


tekanan dalam pembuluh darah dan menyampaikan informasi kepada saraf pusat baroreseptor
bertanggung jawab untuk memonitor volume yang bersirkulasi dan mengatur aktivitas neural
simpatis dan parasimpatis

2. Renin
Enzim yang mengubah angiotensinogen suatu substansi tidak aktif yang dibentuk oleh
hepar menjadi angiotensin 1 dan angiotensin 2. suatu enzim yang dilepaskan dalam kapiler
paru-paru merubah angiotensin 1 menjadi angiotensin2. dengan kemampuan
vasokonstriktornya meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa haus, jika
sistem saraf simpatik distimulasi aldosterone dilepaskan sebagai respon terhadap adanya
peningkatan dari pelepasan renin aldosteron merupakan pengaturan volume dan juga akan
dilepaskan jika kalium serum meningkat natrium serum menurun ACTH meningkat.

3.ADH dan mekanisme rasa haus

Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan masukan


cairan oral,masukkan air dikendali oleh pusat rasa haus yang berada di hipotalamus. jika
konsentrasi serum atau osmolaritas meningkat atau jika volume darah menurun .neuron dalam
hipotalamus distimulasi oleh dehidrasi intraseluler rasa haus kemudian timbul dan orang
tersebut meningkatkan asupan cairan oral

4. Osmoreseptor

Terletak pada permukaan hipotalamus merasakan perubahan dalam konsentrasi natrium,


jika tekanan osmotik meningkat neuron mengalami dehidrasi dengan cepat melepaskan impuls
ke pituitari posterior yang meningkatkan pelepasan ADH, pengembalian tekanan osmotik
normal memberikan umpan balik ke osmoreseptor untuk mencegah pelepasan ADH lebih
lanjut.

2.9 Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Beberapa faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah
sebagaiberikut:

(a) Faktor usia


Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolism, dan berat badan.
Untuk bayi atau anak pada masa pertumbuhan, ia memliki proporsi cairan tubuh yang
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan
dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju
metabolisme yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum teratur dibandingkan ginjal
orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar
dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.

(b) Faktor Aktivitas


Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit,
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan peningkatan pengeluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivitasi
kelenjarkeringat

(c) Faktor Iklim


Individu yang tinggal di lingkungan yangn iklimnya tidak terlalu panas biasanya tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam
situasi seperti ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss).
Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dan hal itu dipengaruhi oleh suhu
lingkungan,tingkat metabolisme, serta usia.Individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu
tinggi atau di daerah dengan kelembaban yang rendah, ia akan lebih sering mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit. Begitu juga pada orang yangbbekerja berat di lingkungan
yang bersuhu tinggi, ia dapat kehilangan cairan sebanyak 5 l sehari melalui keringat
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada di tempat yang panas. Sedangkan orang yang tidak
biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga 2 l per jam.

(d) Faktor Diet


Diet seseorang ternyata juga berpengaruh terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar
albumin.

(e) Faktor Stress


Kondisi stress tentu berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Pada saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.
Selain itu, stres juga menyebabkan peningkatan produksi hormoneanti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.

(f) Faktor Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dari sel atau
jaringan yang rusak (seperti luka robek dan luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat
mengalami peningkatan kebutuhan cairan karena kehilangan cairan melalui saluran gastro
interstinaGangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia)Lebih lanjut, kondisi ini dapat menyebabkan
edema paru. Idealnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Jika asupan
cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga
produksi urine akan meningkat.Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan
menurunkan produksi urine dengan berbagai cara. Diantaranya adalah peningkatan reapsorpsi
tubulus, retensi natrium, dan pelepasan renin.Jika ginjal mengalami kerusakan, kemampuan
ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, ketika terjadi gangguan
ginjal(seperti gagal ginjal), individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 400
ml/24 jam),sehingga anuria(produksi urine kurang dari200ml/24jam).

(g) Faktor Tindakan Medis

Beberapa Tindakan medis ternyata juga dapat menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium

(h) Faktor Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti diuretic maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi defisit cairan
tubuh. Selain itu, penggunaan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.

(i)Faktor Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan berisiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.


Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi. Sedangkan,
beberapa klien lainnya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan
berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa
stres akibat obat-obat anestesia

2.10 Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh

Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Semua cairan tubuh
setiap waktu kehilangan dan mengalami penggnatianpenggantian bagiannya, namun komposisi
cairan baik intraselular ataupun ekstraselular dipertahankan agar sellau berada dalam keadaan
tetap/seimbang. Keseimbangan cairan tubuh sangat penting. Tubuh berusaha agar cairan dalam
tubuh setiap waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi pada
saat dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air).
Keseimbangan air rata-rata berupa masukan dan pengeluaran (ekskresi) Ginjal memiliki peran
yang penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan tekanan darah demikian juga dalam
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna dari tubuh. Mengkonsumsi banyak cairan membantu
ginjal untuk membersihkan natrium, urea dan racun dari tubuh yang secara signifikan
menurunkan resiko berkembangnya penyakit ginjal kronis. Temuan penelitian memberikan
bukti bahwa meningkatkan asupan air, sekitar dua liter sehari, dapat mengurangi risiko
penurunan fungsi ginjal Sangat penting untuk diingat bahwa tingkat asupan cairan yang benar
untuk setiap individu tergantung pada banyak faktor termasuk jenis kelamin, olahraga, iklim,
kondisi kesehatan, kehamilan dan menyusui. Selain itu, orang-orang yang sudah memiliki batu
ginjal disarankan untuk minum 2-3 liter air setiap hari untuk mengurangi risiko pembentukan
batu yang baru. Volume darah, tekanan darah dan detak jantung berhubungan satu sama lain.

Volume darah diatur oleh asupan dan pengeluaran air yang diatur oleh ginjal. Asupan air dapat
menurunkan detak jantung dan meningkatkan tekanan darah pada individu dengan tekanan
darah normal dan tinggi. Efek ini terjadi 15-20 menit setelah minum air dan dapat bertahan
sampai 60 menit. Konsumsi air juga bermanfaat dalam mencegah reaksi vasovagal syncope
pada pendonor darah berisiko tinggi yaitu untuk mencegah terjadinya pingsan pasca donor.
Dehidrasi juga dapat menyebabkan terjadinya sakit kepala dan memicu migraine. Hal ini
disebabkan karena dehidrasi pada intracranial dan total volume plasma. Kulit mengandung
kurang lebih 30% air yang berkontribusi terhadap kelenturan, kelembaban, elastisitas dan
kecerahan kulit. Namun demikian, hidrasi pada kulit tidak dapat mencegah terjadinya kerut
pada kulit yan disebabkan oleh faktor usia, hal yang berhubungan dengan dengan genetik, sinar
matahari dan pengaruh lingkungan (Almatsier, 2010).

2.11 Asam Basa


A.Keseimbangan asam-basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa titik keseimbangan


asam basa dapat diukur dengan PH derajat keasaman titik dalam keadaan normal, PH cairan
tubuh adalah 7,35 sampai 7,45. Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem bufer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan sistem
regulasi atau di ginjal. Tiga macam sistem larutan bufer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat,
larutan buffer fosfat dan larutan bufer protein. Sistem itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat
NHCO3 kalium bikarbonat HCO3 dan asam karbonat h2co 3 pengaturan keseimbangan asam-
basa dilakukan oleh paru-paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah
yang dapat meningkatkan PH sehingga kondisi standar normal. Ventilasi dianggap memadai
apabila suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2 titik pembuangan melalui paruh harus
seimbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai titik ventilasi yang memadai dapat
mempertahankan kadar PCO2 sebesar 40 mmhg. Jika pembentukan CO2 metabolik peningkat
konsentrasi dalam cairan ekstrasel juga meningkat titik sebaliknya penurunan metabolisme
memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkatkan kecepatan
pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam
cairan ekstra sel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan mempengaruhi
PH cairan ekstrasel peningkatan CO2 menurunkan PH sebaliknya pco2 meningkatkan PH
darah ah titik perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H + titik-titik
sebaliknya konsentrasi ion H plus dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus atau
umpan balik. Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H + yang tinggi disebut asidosis,
sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H + yang rendah disebut alkaliosis
B. Je asam basa

Cairan basa atau alkali digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan asidosis dapat
disebabkan oleh henti jantung dan, diabetika titik contoh cairan alkali adalah natrium atau
sodium laktat dan natrium bikarbonat.Letak merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H + dari cairan, sehingga mengurangi keasaman atau asidosis.Ion H + diperoleh
dari asam karbonat atau H2CO3 yang mana terurai menjadi HCO3- atau bikarbonat dan plastik
selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam basa yang sangat
kompleks.Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga PH
darah normal jika PH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan
bikarbonat dibentuk kembali.

C. Masalah keseimbangan asam-basa


a. Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan sistem
pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga terjadi kerusakan
pada pernapasan, peningkatan CO2 arteri di atas 45 mmhg dan penurunan PH hingga
kurang dari 7,35 yang dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala
perdarahan dan lain-lain.

b. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadinya


penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan PH hingga kurang dari 7,35 dan
HCO3 kurang dari 22mEq/lt.

c. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan suatu keadaan kehilangan CO2 dari paruh yang dapat
menimbulkan terjadinya pco2 arteri kurang dari 35 mmhg dan PH kurang dari 7,45 akibat
adanya hiperventilasi kecemasan, emboli paru dan lain-lain.
d. alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau penambahan
massa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma kurang dari 26 mEq/lt
dan PH arteri kurang dari 7,45

2.12 Metode Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Berikut adalah beberapa metode pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit :
(a) Pemberian Cairan Melalui Infus (Intravena)

Pemberian cairan melalui intravena dilakukan pada klien yang memerlukan makanan
cairan melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat diberikan kepada klien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Pemberian nutrisi melalui
parenteral ini dilakukan pada klien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisnya
melalui oral dan enteral. Terapi, cairan intravena memberikan cairan tambahan yang
mengandung komponen tertentu yang diperlukan tubuh secara terus-menerus selama periode
tertentu.Tindakan ini membutuhkan kesterilan karena langsung berhungan dengan pembuluh
darah.

Pemberian cairan melalui infus dilakukan dengan memasukkan ke vena (pembuluh


darah), di antaranya :
(1) Vena lengan (vena sefalika basilica dan mediana kubiti)
(2) Pada tungkai (vena safena)
(3) Vena yang ada di kepala seperti vena temporalis frontalis (khusus anak-anak)

Selain pemberian infus pada klien yang mengalami pengeluaran cairan, cara ini juga dapat
dilakukan pada pasien yang syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfuse
darah, atau pasien yang mengalami pengobatan tertentu.

Adapun alat atau bahan yang perlu dipersiapkan antara lain :


(1) Standar infus
(2) Kapas
(3) Alkohol
(4) Set infus
(5) Plester
(6) Gunting
(7) Cairan sesuai dengan program medis
(8) Kasa steril
(9) Jarum infus sesuai dengan ukuran
(10) Sarung tangan
(11) Pengalas
(12) Nierbeken
(13) Tournikuet
Langkah prosedur kerjanya adalah sebagai berikut :
(1) Mencuci tangan
(2) Jelaskan kepada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan
(3) Hubungkan cairan dengan infus set dengan menusukkan kebagian karet atau akses
selang ke botol infus
(4) Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi Sebagian,
dan buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar
(5) Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penusukkan
(6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet 10-12 cm di atas tempat penusukan,
dan anjurkan pasien agar menggenggam (bila pasien sadar)
(7) Gunakan sarung tangan steril
(8) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
(9) Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bawah vena dan pada
posisi jarum mengarah ke atas
(10) Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah melalui jarum, maka tarik keluar bagian dalam jarum sambil
meneruskan tusukan ke dalam vena
(11) Setelah jarum infus bagian dalam dilepas/dikeluarkan, tahan bagian atas vena
dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian,
bagian selang disambungkan/dihubungkan dengan selang infus
(12) Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan tetesan infus dengan dosis yang
diberikan
(13) Lakukan fiksasi dengan cara steril
(14) Tulis tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
(15) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
(16) Catatlah jenis, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum infus

(b) Pemberian Transfusi Darah

Tranfusi darah adalah tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien yang membutuhkan
darah atau produk dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set
transfuse. Pemberian transfusi darah di gunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, serta
memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum.

Transfusi darah dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan darah dalam jumlah
banyak, seperti perdarahan post-partum, kecelakaan, luka bakar hebat dan penyakit
kekurangan kadar hemoglobin, atau kelainan darah. Tindakan ini juga dapat dilakukan
pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun. Dalam pemberian
darah, harus diperhatikan keadaan pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama
pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak),
serta homogenitas (bercampur rata atau tidak)

Tujuan dari pemberian transfuse darah adalah :


(1) Untuk meningkatkan volume darah sirkulasi (misalnya setelah pembedahan,
trauma,
atau hemorbagis)
(2) Meningkatkan jumlah sel darah merah
(3) Mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia berat

Alat atau bahan yang perlu dipersiapkan dalam Tindakan ini antara lain :
(1) Standar infus
(2) Set infus
(3) Botol berisi NaCl 0,9%
(4) Produk darah yang benar sesuai dengan program medis
(5) Pengalas
(6) Tourniquet (pembendung)
(7) Kapas alcohol
(8) Plester
(9) Gunting
(10 ) Nierbeken
(11) Kasa steril
(12) Betadine
(13) Sarung tangan

Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut :


(1) Mencuci tangan
(2) Jelaskan kepada klien atau pasien dan keluarga mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan
(3) Hubungkan cairan NaCl 0.9% dan perangkat transfusi dengan cara menusuk
(4) Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfuse dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruang tetesan terisi Sebagian, serta buka penutup hingga selang
terisi dan keluar udaranya
(5) Letakkan pengalas
(6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet
(7) Gunakan sarung tangan
(8) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dan lakukan penusukan dengan arah jarum
jam
ke atas
(9) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus
(abbocath)
(10) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang transfuse
(11) Buka tetesan
(12) Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kain kasa steril
(13) Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
(14) Setelah NaCl 0,9% masuk kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah
disiapkan
(15) Sebelum dimasukkan, darah terlebih dahulu dicek warnanya dan jenis golongan
darah dan tanggal kedaluwarsa darah
(16) Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
(17) Catat respon yang terjadi
(18) Mencuci tangan kembali
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan dan elektrolit sangat penting bagi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
atau homeostatis tubuh. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat
makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,
memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan.

Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV), kemudia didistribusikan ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu sama lain. Dengan demikian,
jika ada salah satu yang terganggu, maka tentu akan berpengaruh pada yang lainnya

Fungsi cairan dalam tubuh manusia antara lain :

(a) Sebagai alat transportasi nutrient, elektrolit, dan sisa metabolism


(b) Sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh yang lainnya
(c) Sebagai pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler
(d) Membantu pencernaan
(e) Mengeluarkan buangan-buangan sel

Komposisi cairan tubuh :


(a) Air
(b) Solut
(c) Elektrolit
(d) Non-elektrolit
DAFTAR PUSTAKA

Triana, Yani Firda. (2013).Teknik prosedural keperawatan. jogjakarta: D-Medika.


Andi Setiya Wahyudi, A. W. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai