Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Disusun Oleh:

Imam Mandala Putra 154301023

Ega Yolanda Br Sitepu 154301013

Imam Mandala Putra 154301023

Fakultas Farmasi

Universitas Tjut Nyak Dhien

Medan 2015
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan


rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Fisiologi Keseimbangan cairan dan elektrolit ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu dr. Fitria
Ramadhani S.Pane selaku dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia UTND
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fisiologi Keseimbangan cairan dan
elektrolit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, September 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

Latar Belakang.....................................................................................................1

Rumusan Masalah................................................................................................1

Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT..........................................3

2.1.1 Pengertian Cairan....................................................................................3

2.1.2 Pengertian Elektolit.................................................................................4

2.2 KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH


MANUSIA...........................................................................................................4

2.3 PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH..........5

2.3.1 Osmosis....................................................................................................5

2.3.2 Difusi.......................................................................................................6

2.3.3 Filtrasi......................................................................................................7

2.4 PENGATUR FAAL CAIRAN DAN ELEKTROLIT....................................7

Natrium dan Air................................................................................................7

Keseimbangan air dan pengaturan osmotik......................................................8

Pengaturan kalium cairan ekstraseluler............................................................8

2.5 KESEIMBANGAN CAIRAN DAN EREKTROLIT....................................9

2.5.1 Keseimbangan Cairan..............................................................................9

ii
2.5.2 keseimbangan elektrolit.........................................................................11

2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT..........................................................................14

Umur...............................................................................................................14

Iklim................................................................................................................14

Diet.................................................................................................................14

Stress...............................................................................................................14

Kondisi Sakit..................................................................................................15

Tindakan Medis..............................................................................................15

Pengobatgan....................................................................................................15

Pembedahan....................................................................................................15

KELAINAN PADA KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.......15

Edema.............................................................................................................15

Dehidrasi.........................................................................................................17

BAB III..................................................................................................................19

PENUTUP..............................................................................................................19

3.1 KESIMPULAN............................................................................................19

3.2.SARAN........................................................................................................19

DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................20

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstrseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler(plasma), cairan intersitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler(plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Cairan dan Elektrolit?
1.2.2 Apa saja Komposisi Cairan dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia?
1.2.3 Bagaimana Pergerakan Cairan dan Elektrolit Dalam Tubuh?
1.2.4 Bagaimana Pengatur Faal Cairan dan Elektrolit?

1
1.2.5 Bagaimana Keseimbangan Cairan dan Elektrolit?
1.2.6 Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit?
1.2.7 Apa saja Kelainan pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui Pengertian Cairan dan Elektrolit
1.3.2 Mengetahui Komposisi Cairan dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia
1.3.3 Mengetahui Pergerakan Cairan dan Elektrolit Dalam Tubuh
1.3.4 Mengetahui Pengatur Faal Cairan dan Elektrolit
1.3.5 Mengetahui Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1.3.6 Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
1.3.7 Mengetahui Kelainan pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

2.1.1 Pengertian Cairan


Air adalah salah satu bahan makan esensial, tetapi merupakan subtansi
sederhana yang dapat diabsopsi dan digunakan tubuh tanpa perubahan kimia. Air
terlibat dalam banyak perubahan metabolisme yang terjadi dalam tubuh, berkaitan
dengan protein, karbohidrat, dan lemak dalam pencernaan,dan diubah ketika
digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi. Dewasa ini,
merupakan suatu hal yang umum mempertimbangkan keseimbangan air, dan
garam, dan elektrolit yang dibentuk garam didalam tubuh dari pada
metabolismenya. (Syaibariah Siti .2002;378)

Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel


disebut cairan tubuh, cairan ini sebagian berada diluar sel (ekstrasekuler)dan
sebagian lagi didalam sel (intraselular).

Cairan tubuh terdiri dari:

1) Cairan intraselular (dalam sel) : 50% dari berat badan letaknya didalam sel
dan mengandung elektrolit, kalium fosfat dah bahan makanan seperti glukosa
dan asam amino.
Kerja enzim dalam sel adalah konstan memecahkan dan membangun kembali
sebagaimana dalam semua metabolisme untuk mempertahankan
keseimbanggan cairan.
2) Cairan ekstraselular atau interstisial (diluar sel): membentuk 30% dari cairan
dalam tubuh 12 liter. Air merupakan medium ditengah-tengah sel hidup, sel
menerima garam, makanan serta oksigen dan melepaskan semua hasil
buangannya kedalam cairan itu juga.
3) Plasma darah: 5% dari berat tubuh (3 liter)merupakan sistem transport yang
melayani semua sel melalu medium cairan ekstrasellular.( Syaifudin 1997;2).

3
2.1.2 Pengertian Elektolit
Selain keseimbangan kuantitas air didalam tubuh, cairan tubuh harus
memiliki komposisi yang benar, misal cairan tubuh harus mengandung
keseimbangan elektrolit yang benar. Elektrolit ini adalah partikel kecil yang
dipecah dari molekul berbagai garam yang larut dalam air.elektrolit disebut ion.
Elektrolit membawa muatan elektrik dan terdiri dari dua tipe : partikel bermuatan
negatif (anion)dan partikel bermuatan positif (kation). Jumlah total ion bermuatan
negatif harus seimbang dengan jumlah ion bermuatan positif. Ion bermuatan
negatif yang utama adalh klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), dan fosfat (PO4-).
Klorida dan bikarbonad terdapat dalam jumlah tertentu didalam plasma dan cairan
intersitial, sementara cairan intraselular terutama mengandung fosfat. Ion
bermuatan positif adalah natrium (Na+) dan kalium (K+), disertai sedikit kalsium
(Ca+) dan magnesium (Mg+). Natrium terdapat sebagai ion positif utama dalam
plasma dan cairan interstisial, sementara cairan intraselular terutama mengandung
kalium. (Syaibariah Siti 2002;380-382)

2.2 KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH MANUSIA


Zat yang terlarut dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non-elektrolit.
Zat non-elektrolit adalah zat yang terlarut tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik. Larutan elektrolit yang menghantarkan aliran listrik tidak
bermuatan listrik. Larutan elektrolit yang menghantarkan aliran listrik ion-ion
bermuatan positif disebut kation dan yang bermuatan negatif disebut anion.

Aliran elektrolit meliputi (kalium, natrium, kalsium, dan magnesium) dan


anion (klorida, karbonat, sulfat, fosfat, protein, dan asam organik). Zat yang
bukan elektrolit meliputi air, dekstrosa, ureum, dan kreatinin.

Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian


dengan bagian lainnya. Dalam keadaan sehat harus berada pada bagian yang tepat
dan dalam jumlah yang tepat. Kation utama pada cairan ekstraselular (CES)
adalah naturium (Na), dan anion utama adalah klorida (Cl) dan bikarbonad
(HCO3). Konsentrasi dari elektrolit ini rendah pada cairan intraseluler (CIS). Pada

4
CIS, kalium (K) adalah kation utama dan fosfat(HPO 4) adalah anion utama
konsentrasi elektrolit ini rendah pada CES. Sebagian partikel terbanyak dalam
CES naturium memegang peran penting dalam mengendalikan volume
cairantubuh total, sedangkan kalium penting dalam pengendalian volumesel.
Perbedaan muatan listrik didalam dan diluar membran sel penting
untukmenghasilkan kerja saraf dan otot dan perbedaan konsentrasi kalium dan
natrium didalam atau di luar membran sel penting untuk mempertahankan
perbedaan muatan listrik itu.

Meskipun konsentrasi ion pada tiap bagian berbeda-beda, hukum sama


dengan jumlah muatan-muatan positif dalam setiap bagian. Mempertahankan
muatan listrik yang nrtral adalah penting agar dapat menentukan pemindahan ion
CES dan CIS pada ginjal. (Syaifudin 2014;483-484)

2.3 PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM TUBUH

2.3.1 Osmosis
Pristiwa ini merupakan suatu faktor yang amat penting dalam terjadinya
fisiologis. Kecenderungan molekul pelarut bergerak ke daerah yang mempunyai
keadaan zat larut yang lebih tinggi dan dapat dicegah dengan menggunakan
tekanan pada larutan yang lebih pekat. Tekanan yang di butuhkan untuk
mencegah peralihan pelarut disebut tekanan osmotis efektif sebuah larutan.

Gambar 1: proses osmosis (Puji Rizki, Abdul Hadi.2014).

5
Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang di hasilkan oleh partikel-
partikel zat terlarut di dalamnya. Gerakan molekul-molekul pelarut melalui
membran ke arah zat pelarut yang lebih kental tidak merebes melalui membran.
Kecenderungan pelarut bergerak ke arah daerah yang mempunyai kadar pelarut
yang lebih tinggi.volum setiap kompartemen bukan hanya ditentukan oleh jumlah
air yang ada dan dapat melintasi membran sel tetapi terutama ditentukan oleh
komposisi kimiawinya yang saling berkaitan:

1. Setiap kompartemen cairan memiliki satu zat larut utama yang oleh berbagai
mekanisme terikat dalam kompartemen itu. Tekanan osmotik mengatur
volume kalium untuk ruang intraselular, natrium untuk ruang ekstraselular,
dan protein plasma untuk kompartemen intravaskular.
2. Tekanan osmotik tidak bergantung pada kegiatan kimiawi khusus melainkan
pada jumlah partikel-partikel yang ada didalam suatu larutan atau
kompartemen tertentu. Molekul air mempunyai sifat umum bergerak secara
difusi sesuai dengan gradien (laju pertambahan)konsentrasi. Air cenderung
berdifusi dari daerah yang sedikit zat terlarut (konsentrasi pelarut tinggi) ke
tempat jumlah zat yang terlarut (konsentrasi pelarut rendah).

Besarnya tekanan hidrostatik yang diperlukan untuk menghasilkan aliran


massa yang seimbang berlawananan arah dengan aliran difusi pelarut tekanan
yang ekuivalen ini di sebut tekanan osmotik. Larutan tersebut sebanding dengan
jumlah jumlah konsentrasi semua partikel zat terlarut yang ada di dalamnnya.

Prinsip dasar osmosis dan tekanan osmotik

Bila suatu zat terlarut ditambahkan pada air murni, zat ini menurun
konsentrasinya dalam campuran tersebut. Jadi semangkin tinggi konsentrasi zat
terlarut dalam suatu larutan, semakin rendah konsentrasi airnya. Selanjutnya
cairan berdifusi dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah (konsentrasi air
tinggi)kearea yang mempunyai konsentrasi zat terlarut tinggi ( konsentrasi air
rendah). Oleh karena membran sel relatif impermeabel terhadap zat terlarut dan
sangat permeabel terhadap air pada salah satu sisi membran sel, konsentrasi zat

6
terlarutnya lebih tinggi maka air berdifusi melintasi membran menuju daerah
dengan konsentrasi zat pelarut lebih tinggi. (Syaifudin 2014;488-489)

2.3.2 Difusi
Dalam tubuh difusi tidak hanya terjadi dalam ruangan cair tetapi dari satu
ruangan keruangan lain yang mempunyai sawar (sekat) yang antara
ruangantersebut permeabel untuk zat yang berdifusi. Kecepatan difusi melalui
sawar lebih lambat dari pada kecepatan difusi dalam air.

Semua molekul dan ion dalam cairan tubuh termasuk molekul air dan zat
pelaruat berada dalam gerakan yang konstan. Masing-masing partikel bergerak
sesu ai dengan caranya sendiri. Gerakan ini disebut panas. Semakin besar
pergerakannya semakin tinggi suhunya.

1. Difusi melalui membran sel


Terdapat dua jenis difusi:
1) Difusi sederhana. Gerakan kinetik (mekanisme) molekular dan molekul
atau ion terjadi melalui celah membran atau ruang intermolekular tanpa
perlu diberikan dengan protein membawa dalam membran. Kecepatan
difusi ditentukan oleh jumlah zat yang tersedia oleh kecepatan gerakan
kinetik dan jumlah celah membran sel yang dapat dilalui oleh molekul
ketika ion dapat lolos. Hal ini dapat terjadi melalui.
a. Celah pada lapisan lipid ganda khususnya jika bahan terlarut dalam
lipid.
b. Saluran licin pada beberapa protein transport.
2) Difusi yang dipermudah, membutuhkan interaksi antara molekul
maupun ion dengan protein pembawa. Protein pembawamembantu
lewatnnya molekul dan ion melalui membran, melalu ikatan kimia
sehingga molekul atau ion dapat keluar dan masuk membran.

2. Difusi melalui saluran protein

Difusi ini merupakan sutu jalan lintas yang menembus sela-sela molekul
protein. Saluran berbentuk corong mulai dari ujung ekstraselular. Zat yang dapat

7
berdifusi dengan cara sederhana langsung melalui saluran ini dari satu sisi
membran ke sisi membran lainnya saluran ini dibedakan oleh dua sifat khas:

1) Permeabilitas selektif, melakukan transpor satu atau lebihion molekul


spesifik. Bentuk dan jenis muatan listrik negatif yang kuat dilukiskan
dengan tanda negatif. Sebaliknya terdapat serangkaian saluran protein
lain yang bersifat selektif untuk transpor. Kalsium tidak mengandung
muatan negatif mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik ion-ion
agar masuk kedalam saluran.
2) Gerbang saluran protein, untuk mengatur permeabilitas saluran, gerbang
ini mempunyai perluasan mirip gerbang pada molekul dan protein
transpor yang dapat menutup dan membuka saluran. Dengan cara
mengubah bentuk molekul protein itu sendiri. Saluran natrium
pembukaan dan penutupan gerbang ini terjadi pada ujuang saluran
bagian luar membran sel, sedangkan untuk kalium terjadi pada bagian
dalam ujung saluran. ( Syaifudin .2014;489-490).

2.3.3 Filtrasi
Benda cair terdorong melintasi membran ataupun penyekat lain oleh
perbedaan tekanan hidrostatik dikedua sisinya. Jumlah cairan yang difiltrasi dalam
jangka waktu tertentu berbanding proporsional dengan perbedaan tekanan dan
luas permukaan membran. Molekul yang lebih kecil dari pori-pori membran
berlalu melintasinya bersama zat cair, molekul yang lebih besar tertahan. Hal ini
terjadi apabila tekanan hidrotastik di dalam pembuluh lebih besar dari tekanan
didalam jaringan di luar pembuluh. (Syaifudin 2014;491)

2.3.4 Transpor aktif


Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport
aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis
yang memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk
menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel. (Akbar
Muhammad 2012).

8
2.4 PENGATUR FAAL CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Sejumlah mekanisme homeostasis bekerja tidak hanya untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga
volume untuk cairan tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman
yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ.
Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar
hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar ardenal, dan paru. Ginjal merupakan
pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang disimpan ginjal. Ginjal
sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankann fungsinya.

a. Natrium dan Air


Keseimbangan air tubuh dan garam (NaCl)sangat erat kaitannya
memengaruhi baik osmolitas maupun volume cairan ekstrasel, tetapi pengaturan
keseimbangan natrium dan air melibatkan mekanisme yang berbeda dan tumpang
tindih. Keseimbangan air tubuh terutama diatur oleh mekanisme rasa haus dan
hormon antidiuretik (ADH) untuk mempertahankan isoosmotik dari plasma.
Sebaliknya keseimbangan natrium terutama diatur oleh aldosteron dengan tujuan
mempertahankan volume cairan ekstrasel dan perfusi jaringan.

Pengaturan keseimbangan natrium mempertahankan volume plasma penting


artinya baagi perfusi jaringan. Hal ini sangat erat kaitannya denganpengaturan
keseimbangan natrium. Mekanisme pengatur keseimbangan volume bergantung
pada perubahan volume sirkulasi efektif yaitu bagian dari volume CES pada
ruangan vaskuler

Pada orang yang sehat volume CES umumnya berubah-ubah sesuai dengan
volume sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proposional dengan natrium
total tubuh karena natrium adalah zat terlarut utama yangmenahan air dalam CES.
Pengaturan sekresi natrium oleh ginjal adalah yang paling bertanggung jawab bagi
pengaturan volume dalam tubuh.

9
Aldosteron adalah hormon yang disekresi oleh glomelurus pada korteks
adrenal. Produksi aldosteron terutama dirangsang oleh refleks yang diatur oleh
baroreseptor (ujung saraf) yang ada pada arterior aferen ginjal. Penurunan
sirkulasi efektif dideteksi oleh beroreseptor yang mengakibatkan sel glomenilus
memproduksi protein dan renin.

b. Keseimbangan air dan pengaturan osmotik


Pengaturan osmotik diperantari hipotalamus, hipofisis, dan tubulus ginjal.
ADH merupakan hormon peptida yang disintesis dihipotalamus dan disimpan di
hipofisi. Hipotalamus mempunyai osmo-reseptor yang peka terhadap osmolalitas
darah dan pusat rasa haus. Rasa haus merangsang pemasukan air dan merangsang
ADH untuk permeabilitas duktus koligenten ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi
air. Akibatnya terjadi peningkatan volume air tubuh yang akan memulihkan
osmolitas plasma kembali normal dan terbentuknya air kemih yang hiperosmotik
(pekat) dengan volume yang sedikit. Penurunan osmolitas plasma mengakibatkan
terjadinya penekanan rasa haus dan menghambat pelepasan ADH sehingga
osmolitas plasma dalam keadaan normal variasinya tidak melebihi 1-2%.

c. Pengaturan kalium cairan ekstraseluler


Aldosteron adalah mekanisme pengendalian utama bagi sekresi kalium pada
nefron ginjal. Peningkatan sekresi aldostero menyebakan reabsorsi natrium dan air
serta eksresi kalium. Penurunan sekresi aldesteron menyebabkan ekresi nantrium
dan air serta penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron
adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum.
Peningkatan natrium serum menyebabkan penurunan aldosteron.

Ekskresi kalium dipengaruhi oleh keadaan asam-basa dan kecepatan aliran


ditubulus distal. Pada keadaan alkalosis ekskresi kalium akan meningkat dan pada
keadaan asidosis akan menurun. Pada tubulus distal, ion hidrogen dan ion kalium
bersaing untuk diekskresi sebagai pertukaran dengan resorpsi natrium untuk
mempertahankan muatan listrik tubuh yang jika terjadi alkalosis metabolik yang
disertai dengan kekuranggan ion hidrogen, tubulus akan menukar natrium dan
kalium demi mempertahankan ion hidrogen. Asidosis metabolik akan

10
meningkatkan ekskresi hidrogen dan menurunkan sekresi kalium.
(Syaifudin.2014;491-493)

2.5 KESEIMBANGAN CAIRAN DAN EREKTROLIT

2.5.1 Keseimbangan Cairan


Dalam tubuh yang sehat 60% berat badan terdiri dari air.Air terdapat dalam
dua komponen (cairan intraselular dan cairan ekstraselular).Ekstraselular dibagi
menjadi dua yaitu interstisial dan intravaskular.

Dari sejumlah cairan dalam tubuh 2/3 berada dalam intraselular,1/3


ektraselular (interstisial 65%,intravaskular 35%).Misalnya,seseorang dengan berat
badan 60 kg,cairan dalam tubuhnya 40 literyang terdiri dari cairan intraselular 27
liter,dan cairan intraselular 13 liter (cairan interstisial 8 liter,cairan intravaskular 5
liter).

Dengan mengetahui persentase air dalam tubuh harus harus dipahami bahwa
hilangnya sejumlah air dalam tubuh dengan persentase yang sama akan
menimbulkan akibat yang berbeda. Kehilangan cairan dalam tubuh bayi lebih
berakibat serius karena menggoyahkan homeostasis 60 % dari berat badan.

Sumber Jumlah
Air minum 1.500-2.000mml/hari
Air dalam makanan 700 ml/hari
Air dan hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400-2.900 ml/hari
Tabel 1: jumlah kebutuhan cairan dalam tubuh manusia

Air memiliki molekul yang kecil,sangat mudah berdifusi dan bersifat polar
(senyawa elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk
benda cair.Fungsi vital air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya
dapat bergabung dengan protein,hidrat arang,gula,dan zat yang terlarut
lainnya.Dalam homeostasis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air
tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

11
Cara keluar Jumlah
Ekskresi ginjal (urine) 1.400-1900 ml/hari
Ekspirasi pernapasan 350 ml/hari
Melalui kulit:
Keringat 100 ml/hari
Difusi 350 ml/hari
Feses 200 ml/hari
Jumlah 2.400-2.900 ml/hari
Tabel 2: Jumlah cairan yang dikeluarkan oleh tubuh

Angka tersebut memberikan gambaran bahwa jumlah air yang masuk


kedalam tubuh seimbang dengan cairan yang keluar. Variasi jumlah ini sangat
bergantung pada keadaan suhu udara, keringat lebih banyak, kelembapan rendah
sehingga penguapan bertambah dan mekanisme haus akan bertambah yang
menyebabkan diperlukan air minum lebih normal.

Cairan tubuh merupakan sarana untuk transpor zat makanan maupun sisa-
sisa metabolisme, membawa nutrien (kompomen makanan) mulai dari proses
absopsi, medistribusikan, sampai ke tingkat intraseluler tempat nutrien
mengalami proses metabolisme. Hasil metabolisme akan didistribusikan keseluruh
tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari tubuh.

Cairan tubuh merupakan objek homeostasi:

1. Dalam cairan tubuh diatur keseimbangan bermacam-macam elektrolit,


misalnya naturium, kalium, kalsium, magnesium,hidrogen peroksida.
2. Mengatur keseimbangan asamdan basa, kekuatan senyawa bersifat
asamberada dalam keadaan seimbang dan dibantu oleh zat yang berfungsi
sebagai dapar (bufer) cairan tubuh.
3. Cairan tubuh diatur agar selalu konstan suhunya 37 Celsius dengan
mekanisme produksi panas oleh hati dan otot. Mekanisme pelepasan panas
tubuh oleh kulit dan hipotalamus sebagai pusat pengendaliannya.

Cairan tubuh dapat dibedakan menjadi dua bagian :

12
1. Cairan intasel: Cairan yang berada dalam sel merupakan jumlah cairan
terbanyak,kira-kira 70% dari jumlah air dalam tubuh.Volume cairan intrasel
tidak dapat diukur akan tetapi dapat dihitung dengan mengurangi volime CES
dari volume air tubuh total(ATT).ATT dapat dapat diukur dengan prinsip
pengenceran yang sama dengan yang digunakan untuk mengukur ruang-ruang
tubuh lainnya.
2. Cairan ektrasel:Cairan yang ebrada diluar sel kira-kira 30% dari cairan
seluruh tubuh.Volume CES sukar diukur karena batas-batas ruang petak ini
sukar ditetapkan dan sedikit zat-zat yang emmbaur secara cepat dalam semua
bagian ruang petak ini sambil tetap berada dalam ruang ektrasel.
a. Cairan interstisial : Cairan yang berada diantara sel jaringan.Volume
cairan iterstisial tidak dapat diukur langsung karena sukar untuk
mendapatkan sampel cairan itu dan zat yang berbaur dalam cairan
interstisial juga berbaur dengan plasma,dapat dihitung dengan
mengurangkan volume plasma dari volume CES.
b. Cairan intravaskuler (plasma):Cairan yang berada dalam pembuluh
darah yang berisi darah pembawa oksigen masuk kedalam jaringan dan
karbondioksida keluar dari jaringan.
c. Cairan limfe:Cairan yang berada didalam pembuluh limfe, beredar
diseluruh tubuh mengangkut partikel protein, selanjutnya masuk
kedalam pembuluh darah.
d. Cairan transeluler: Merupakan cairan yang berada ditempat-tempat
khusus,misalnya cairan otak,cairan sendi,cairan dalam bola mata rongga
pleura,dan peritonium.

Lingkungan tempat sel hidup adalah cairan ektrasel,terutama interstisial dan


plasma.Lingkungan ini merupakan tempat pengambilan nutrisi dan pembuangan
sisa metabolit.Oleh karena merupakan lingkungan hidup maka harus dijaga
kelestariannya dengan cara homeostasis agar sel tetap hidup secara baik dalam
tubuh.

13
Prinsip dasar keseimbangan cairan :

1. Air bergerak cepat melintasi membran sel karena osmolaritas cairan


interselular dan ektraselular tetap hampir sama satu sama lain kecuali
beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermiabel terhadap banyak zat terlarut karena
jumlah osmol dalam cairan ektraselular atau intraselular tetap konstan,kecuali
jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartement
ekstraselular.Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai
kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ektraselular
dan osmolaritas caitran intraselular. (Syaifudin .2014;480-483)

2.5.2 keseimbangan elektrolit


Fungsi elektrolit meliputi :

1. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama dengan adanya natrium. Apabila jumlah natrium dalam CES
meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk
keseimbangan cairan.
2. Mengatur keseimbangan asam basa dan menetukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
3. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan impuls-impuls saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot. Fungsi transmisi impuls dan
elektrolit :
a. Kalsium, penting dalam fungsi sel untuk depolarisasi (netralisasi dalam
keadaan polar).
b. Natrium, mempunyai peranan penting dalam proses osmosis.
c. Kalsium, mempunyai peranan penting pada sel saraf.
d. Magnesium, proses keseimbangan asam dan basa.
e. Karbonat, untuk keseimbangan asam dan basa.
f. Fosfat, membantu enzim dalam metabolisme karbohidrat.

14
g. Protein, membantu proses osmosis sebagai bufer keseimbangan asam dan
membentuk hemoglobin.

Natrium, kalium, dan kalsium sangat penting dalam proses keseimbangan


cairan dalam tubuh. Elektrolit yang mengandung ion positif harus seimbang
dengan elektrolit yang mengandung ion negatif.

Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit


akan memengaruhi keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh
pada fungsi sel. Elektolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan,
regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi
neuremeskular.

1. Keseimbangan natrium ¿ ¿ merupakan kation paling banyak yang berperan


dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi otot. Ion
natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan, atau minuman masuk ke
dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui
ginjal, pernapasan, saluran pencernaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion
dilakukan oleh ginjal. Jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal
akan mengeluarkan cairan, sehingga konsentrasi natrium akan meningkat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi, natrium serum akan
merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal menahan cairan. Jumlah normal
natrium 135-148 mEq/L .
2. Keseimbangan kalium (K +¿¿ . Pada cairan intrasel terdapat ion kalium 98%,
hanya 2% yang berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalui
makanan seperti daging, buah-buahan, dan sayur-sayuran.Pengaturan
konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan
ekstrasel. Perubah pH dan hormon aldosteron. Jumlah normal kalium 3,5-5,5
mEq/L.
3. Keseimbangan kalsium (Ca2+¿ ¿). Kalsium merupakan ion yang paling banyak
dalam tubuh, terutam berkaitan dengan fosfor membentuk mineral untuk
pembentukan tulang dan gigi. Kalsium diperoleh dari absorpsi usus dan
resorpsi tulang dan dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat serta
disimpan dalam tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan oleh

15
hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan hormon paratiroid.
Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga
terjadi peningkatan reserpsi kalsium pada tulang. Jika terjadi peningkatan
kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat
reabsorpsi tulang. Jumlah normal kalsium 8,5-10,5 mg/dl.
4. Magnesium ¿ ¿. Magnesium ditemukan pada cairan intrasel dan tulang,
berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuskular, dan
fungsi jantung. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti sayuran
hijau, daging dan ikan. Magnesium diabsorpsi dari usus halus, peningkatan
absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5. Fosfor ¿ ¿) merupakan anion utama cairan intrasel, cairan ekstrasel, tulang,
otot rangka, dan jaringan saraf. Fosfor berperan dalam berbagai fungsi kimia,
terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan
karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam dan regulasi kadar
kalsium. Fosfor diabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan pada
daging, ikan, dan susu. Fosfor disekresi dan direabsorpsi melalui ginjal.
Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan
dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar
fosfor dan sebaliknya.
6. Klorida ¿ merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida bersama
natrium berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah.
Regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan
karbondioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di reabsorpsi
bersama natrium bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh
hormon aldosteron.
7. Bikarbonat ¿ ¿ ). Bikarbonat berada dicairan intrasel maupun di ekstrasel
dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Bikarbonat
disekresi dan diabsorpsi oleh ginjal. (Syaifudin 2014;485-487)

16
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit


tubuhantara lain :

1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

3. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.

4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh Misalnya : 

17
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator  keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

7. Pengobatgan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan. (Muhammad, S.M 2006).

2.7 KELAINAN PADA KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

EDEMA
1. Definisi Edema

Edema adalah terkumpulnya cairan didalam jaringan interstisial lebih dari


jumlah yang biasa atau didalam berbagai rongga tubuh. Ini terjadi akibat
gangguan pertukaran cairan dan elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial.
Jika edema mengumpul dalam rongga dinamakan efusi, misalnya efusi prikardium
dan efusi pleura. Penimbunan cairan dalam rongga peritonium dinamakan asistes.
Edema umum dinamakan anasarka.

18
Gambar 2: kelainan pada edema

2. Penyebab Edema

Edema terjadi akibat:

1) Tekanan darah kapiler yang meningkat sehingga darah seperti diperas


jaringan. Hal ini dapat terjadi.
a. Bendungan vena kava inferior dan vena dalam panggul yang menyebabkan
edema pada kaki (mis. Pada ibu hamil). Pada kasus payah jantung
(dekompesasio kordis) bendungan bersifat menyeluruh akibat kegagalan
vartikel jantung memompakan darah sehingga dara berkumpul pada
pembuluh vena atau kapiler. Cairan diperas kejaringan interstisial.
b. Dilatasi atau pelebaran artiora. Darah dari arteri langsung mengisi kapiler
dalam jumlah yang banyak, pelebaran arteora mungkin hanya setempat
seperti pada alergi atau gigitan nyamuk akibat reaksi setempat terhadap
elergen, jaringan tubuh setempat melepaskan histamin yang melebarkan
arteriola.
2) Berkurangnya jumlah protein plasma. Hal ini menyebabkan tekanan osmotik
koloid plasma berkurang, daya tarik cairan kearah lumen pembuluh darah
berkurang. Keseimbangan cairan bergeser kearah jaringan. Contoh yang

19
sesuai dengan keadaan ini adalah edema pada penyakit ginjal nefrotik ketika
protein banyak terbuang lewat ginjal yang rusak. Juga pada pasien yang diet
rendah protein dalam jangka lama atau malnutrisi kalori protein.
3) Bendungan aliran limfe. Bila aliran limfe terbendung pada bagian tubuh,maka
mekanisme pengembalian molekul-molekul besar (protein) yang lolos ke
jaringan dan kealiran darah melalui vena subklavia tidak terjadi. Akibatnya
molekul-molekul protein tersebut makin lam makin banyak terkumpul di
jaringan interstisial, akibatnya meninggikan tekanan koloid osmotik jaringan.
Kemudian terjadi penggeseran cairan ke arah jaringan interstisial lebih
banyak dari biasanya (edema).
4) Permeabilitas kapiler meningkat. Dinding kapiler dapat berubah menjadi
asangat permeabel pada keadaan tertentu seperti:
a. Pada bagian tubuh yang mengalami luka bakar
b. Penderita syok yang secara tiba-tiba permeabilitasnya sangat meningkat.
Plasma berpindah cepat kejaringan. Volume vaskuler menjadi kurang,
cairan yang kembali kejantung berkurang, sehingga organ-organ vital
kekurangan darah.
c. Terkena toksin infeksi kumanmeningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah.
5) Ginjal gagal membuang air. Jumlah air masuk seperti biasa tetapi pengeluaran
air berkurang, mengakibatkan air terkumpul dalam badan. Ginjal terlalu
banyak mangabsorpsi naturium dan air karena tingginya hormon aldosteron
yang dikeluarkan oleh korteks ardenal.

Morfologi edema secara sederhana menyangkut pembengkakan bagian yang


terkena karena terlalu banyak cairan yang terkandung dalam interstisial.
Pembengkakan umumnya bersifat lunak dan dapat digerakan kecuali jika cairan
sebagian besar berada didalam sel (intraselluler). Mobilitas cairan edema yang
sama dalam jaringan interstsiial bertanggung jawab atas efek postural (sikap)
tertentu.

Edema terutama penting sebagai petunjuk untuk mengetahui adanya


gangguan. Keadaan ini dapat menjadi indikator akan adanya kehilangan protein

20
atau payah jantung kongesif dan sesak napas. Edema paru terjadi ketika paru terisi
cairan. Derajat edema paru yang berat dapat menimbulkan seperti mati tenggelam.
Edema juga dapat membahayakan terutama edema pada otak. Waktu terjadi
edema otak, otak akan membengkak dan tertekan oleh tulang tengkorak dan
membahayakan aliran darah diotak sehingga mengakibatkan kematian.
(Syaifudin.2014;493-495)

Beberapa kondisi penumpukan cairan:

1) Hidrosefalus (penumpukan cairan dalam rongga toraks)


2) Glaukoma (cairan dalam rongga mata)
3) Efusi pleural (tertumpuknya caira dalam rongga pleura)
4) Efusi perikardial (tertumpuknya cairan dalam lapisan jantung)
5) Asites (tertumpuknya cairan dalam rongga perut)
6) Hidrokel (tertumpuknya cairan dalam kantong testes)
7) Kista ovarium (terkumpulnya cairan dalam rongga ovarium)

3. Gejala Edema

Edema tampak sebagai pembengkakan di atas kulit. Umumnya teraba


kenyal, dapat disertai nyeri ataupun tidak, dapat disertai demam ataupun
tidak. Edema biasanya ditemui pada kaki (di atas tulang kering dan di atas
punggung kaki), perut, lengan, wajah, dan kelopak mata bagian atas.
Edema yang disertai rasa nyeri dan demam biasanya diakibatkan oleh
infeksi. Edema yang disertai warna kemerahan dan gatal biasanya diakibatkan
oleh reaksi alergi. Edema pada gagal jantung biasanya bersifat pitting, yakni jika
kulit yang bengkak kita tekan maka kulit tidak akan langsung kembali seperti
semula melainkan akan meninggalkan bekas penenkanan. (Fredy,F.C 2014)

21
4. Pengobatan
Prinsip pengobatan edema atau bengkak ialah mengobati penyakit yang mendasari
terjadinya edema.
1. Edema yang diakibatkan alergi kulit, gigitan serangga, atau memar akibat
terbentur dapat dikurangi dengan mengompres air hangat. Pemberian salep
kulit pada infeksi kulit juga akan mengurangi edema.
2. Pada edema akibat infeksi perlu diberikan antibiotik untuk penyebab
infeksinya.
3. Pada edema akibat sumbatan pembuluh darah perlu dilakukan evaluasi
berapa besar sumbatan terjadi. Terkadang penderita cukup meminum obat
agar sembuh, tetapi pada beberapa kasus dibutuhkan tindakan operasi.
4. Pada edema akibat gagal jantung, penderita harus mengurangi asupan air
dan mendapat terapi untuk ‘menguras’ kelebihan air pada tubuh
5. Pada edema akibat gagal ginjal, perlu dilakukan evaluasi tingkat
keparahan gagal ginjal. Pada gagal ginjal tahap akhir, penderita harus
mendapat terapi cuci darah.
6. Pada edema akibat gagal hati, perlu diobati penyakit hati/liver. Selain itu,
sebagian besar penderita membutuhkan asupan protein tambahan melalui
infusan.( Fredy,F.C.2014)

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Untuk kesehatan dan kehidupan,cairan dan elektrolit harus berada dalam
proporsi yang benar dalam berbagai jaringan.Hal ini dicapai dengan serangkaian
manuver fisiko-kimia yang kompleks.Keseimbangan cairan berupa air dicapai
dengan asupan dan keluaran air yang seimbang.Ketika air tidak dapat dihindari
keluar setiap saat melalui ginjal,kulit,paru masalah utama adalah untuk
mempertahankan cukup air dalam tubuh. Keseimbangan air dicapai dengan
asupan dan keluaran air yang seimbang.Ketika air tidak dapat dihindari keluar
setiap saat melalui ginjal,kulit dan paru,masalah utama adalah mempertahankan
cukup air dalam tubuh. Keseimbangan air tubuh dan garam sangat erat kaitannya
dalam mempengaruhi osmolitas maupun volume cairan ekstrasel,tetapi
pengaturan keseimbangan natrium dan air melibatkan mekanisme yang berbeda
dan tumpang tindih.Keseimbangan air tubuh terutama di atur oleh mekanisme rasa
haus dan hormon anti diuretik (ADH) untuk mempertahankan isoosmotik dari
plasma,sebaliknya keseimbangan natrium terutama diatur oleh aldesteron dengan
tujuan mempertahankan volume cairan ekstrasel dan perfusi (pengaliran cairan)
jaringan.

3.2. SARAN
Dengan makalah ini kita dapat mengetahui banyak cairan yang di butuhkan
oleh tubuh kita agar dapat seimbang.Asupan makanan dan minuman yang
mengandung hormon dan gizi yang cukup dan hormon cairan dan elektrolit untuk
mencapai keseimbangan tubuh yang baik dan seimbang.Sehingga,cairan tubuh
seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

23
Akbar Muhammad (2012). Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia.
http://ababar.blogspot.co.id/2012/02/kebutuhan-cairan-tubuh-manusia.html

Fredy,F.C(2014).Edema.http://www. Kerjanya.net/faq/5325-edema-bengkak.html

Muhammad, S.M (2006). Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.


http://www.sisroom.blogspot.co.id/2006/05/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html

Puji Rizki, Abdul Hadi (2014).Transpor Zat Melalui Membran Sel.


http://softilmu.blogspot.in/2014/08/pengertian-dan-macam-macam-transport-zat.html

Syaibariah Siti (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat E/10. Jakarta :
penerbit Buku Kedokteran EGC

Syaifudin (1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Syaifudin (2014). Anatomi Fisiologi Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan


dan Kebidanan, Ed.4. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC

24

Anda mungkin juga menyukai