Disusun Oleh:
Fakultas Farmasi
Medan 2015
2
KATA PENGANTAR
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fisiologi Keseimbangan cairan dan
elektrolit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................1
Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.3.1 Osmosis....................................................................................................5
2.3.2 Difusi.......................................................................................................6
2.3.3 Filtrasi......................................................................................................7
ii
2.5.2 keseimbangan elektrolit.........................................................................11
Umur...............................................................................................................14
Iklim................................................................................................................14
Diet.................................................................................................................14
Stress...............................................................................................................14
Kondisi Sakit..................................................................................................15
Tindakan Medis..............................................................................................15
Pengobatgan....................................................................................................15
Pembedahan....................................................................................................15
Edema.............................................................................................................15
Dehidrasi.........................................................................................................17
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN............................................................................................19
3.2.SARAN........................................................................................................19
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................20
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstrseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler(plasma), cairan intersitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler(plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
1
1.2.5 Bagaimana Keseimbangan Cairan dan Elektrolit?
1.2.6 Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit?
1.2.7 Apa saja Kelainan pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1) Cairan intraselular (dalam sel) : 50% dari berat badan letaknya didalam sel
dan mengandung elektrolit, kalium fosfat dah bahan makanan seperti glukosa
dan asam amino.
Kerja enzim dalam sel adalah konstan memecahkan dan membangun kembali
sebagaimana dalam semua metabolisme untuk mempertahankan
keseimbanggan cairan.
2) Cairan ekstraselular atau interstisial (diluar sel): membentuk 30% dari cairan
dalam tubuh 12 liter. Air merupakan medium ditengah-tengah sel hidup, sel
menerima garam, makanan serta oksigen dan melepaskan semua hasil
buangannya kedalam cairan itu juga.
3) Plasma darah: 5% dari berat tubuh (3 liter)merupakan sistem transport yang
melayani semua sel melalu medium cairan ekstrasellular.( Syaifudin 1997;2).
3
2.1.2 Pengertian Elektolit
Selain keseimbangan kuantitas air didalam tubuh, cairan tubuh harus
memiliki komposisi yang benar, misal cairan tubuh harus mengandung
keseimbangan elektrolit yang benar. Elektrolit ini adalah partikel kecil yang
dipecah dari molekul berbagai garam yang larut dalam air.elektrolit disebut ion.
Elektrolit membawa muatan elektrik dan terdiri dari dua tipe : partikel bermuatan
negatif (anion)dan partikel bermuatan positif (kation). Jumlah total ion bermuatan
negatif harus seimbang dengan jumlah ion bermuatan positif. Ion bermuatan
negatif yang utama adalh klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), dan fosfat (PO4-).
Klorida dan bikarbonad terdapat dalam jumlah tertentu didalam plasma dan cairan
intersitial, sementara cairan intraselular terutama mengandung fosfat. Ion
bermuatan positif adalah natrium (Na+) dan kalium (K+), disertai sedikit kalsium
(Ca+) dan magnesium (Mg+). Natrium terdapat sebagai ion positif utama dalam
plasma dan cairan interstisial, sementara cairan intraselular terutama mengandung
kalium. (Syaibariah Siti 2002;380-382)
4
CIS, kalium (K) adalah kation utama dan fosfat(HPO 4) adalah anion utama
konsentrasi elektrolit ini rendah pada CES. Sebagian partikel terbanyak dalam
CES naturium memegang peran penting dalam mengendalikan volume
cairantubuh total, sedangkan kalium penting dalam pengendalian volumesel.
Perbedaan muatan listrik didalam dan diluar membran sel penting
untukmenghasilkan kerja saraf dan otot dan perbedaan konsentrasi kalium dan
natrium didalam atau di luar membran sel penting untuk mempertahankan
perbedaan muatan listrik itu.
2.3.1 Osmosis
Pristiwa ini merupakan suatu faktor yang amat penting dalam terjadinya
fisiologis. Kecenderungan molekul pelarut bergerak ke daerah yang mempunyai
keadaan zat larut yang lebih tinggi dan dapat dicegah dengan menggunakan
tekanan pada larutan yang lebih pekat. Tekanan yang di butuhkan untuk
mencegah peralihan pelarut disebut tekanan osmotis efektif sebuah larutan.
5
Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang di hasilkan oleh partikel-
partikel zat terlarut di dalamnya. Gerakan molekul-molekul pelarut melalui
membran ke arah zat pelarut yang lebih kental tidak merebes melalui membran.
Kecenderungan pelarut bergerak ke arah daerah yang mempunyai kadar pelarut
yang lebih tinggi.volum setiap kompartemen bukan hanya ditentukan oleh jumlah
air yang ada dan dapat melintasi membran sel tetapi terutama ditentukan oleh
komposisi kimiawinya yang saling berkaitan:
1. Setiap kompartemen cairan memiliki satu zat larut utama yang oleh berbagai
mekanisme terikat dalam kompartemen itu. Tekanan osmotik mengatur
volume kalium untuk ruang intraselular, natrium untuk ruang ekstraselular,
dan protein plasma untuk kompartemen intravaskular.
2. Tekanan osmotik tidak bergantung pada kegiatan kimiawi khusus melainkan
pada jumlah partikel-partikel yang ada didalam suatu larutan atau
kompartemen tertentu. Molekul air mempunyai sifat umum bergerak secara
difusi sesuai dengan gradien (laju pertambahan)konsentrasi. Air cenderung
berdifusi dari daerah yang sedikit zat terlarut (konsentrasi pelarut tinggi) ke
tempat jumlah zat yang terlarut (konsentrasi pelarut rendah).
Bila suatu zat terlarut ditambahkan pada air murni, zat ini menurun
konsentrasinya dalam campuran tersebut. Jadi semangkin tinggi konsentrasi zat
terlarut dalam suatu larutan, semakin rendah konsentrasi airnya. Selanjutnya
cairan berdifusi dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah (konsentrasi air
tinggi)kearea yang mempunyai konsentrasi zat terlarut tinggi ( konsentrasi air
rendah). Oleh karena membran sel relatif impermeabel terhadap zat terlarut dan
sangat permeabel terhadap air pada salah satu sisi membran sel, konsentrasi zat
6
terlarutnya lebih tinggi maka air berdifusi melintasi membran menuju daerah
dengan konsentrasi zat pelarut lebih tinggi. (Syaifudin 2014;488-489)
2.3.2 Difusi
Dalam tubuh difusi tidak hanya terjadi dalam ruangan cair tetapi dari satu
ruangan keruangan lain yang mempunyai sawar (sekat) yang antara
ruangantersebut permeabel untuk zat yang berdifusi. Kecepatan difusi melalui
sawar lebih lambat dari pada kecepatan difusi dalam air.
Semua molekul dan ion dalam cairan tubuh termasuk molekul air dan zat
pelaruat berada dalam gerakan yang konstan. Masing-masing partikel bergerak
sesu ai dengan caranya sendiri. Gerakan ini disebut panas. Semakin besar
pergerakannya semakin tinggi suhunya.
Difusi ini merupakan sutu jalan lintas yang menembus sela-sela molekul
protein. Saluran berbentuk corong mulai dari ujung ekstraselular. Zat yang dapat
7
berdifusi dengan cara sederhana langsung melalui saluran ini dari satu sisi
membran ke sisi membran lainnya saluran ini dibedakan oleh dua sifat khas:
2.3.3 Filtrasi
Benda cair terdorong melintasi membran ataupun penyekat lain oleh
perbedaan tekanan hidrostatik dikedua sisinya. Jumlah cairan yang difiltrasi dalam
jangka waktu tertentu berbanding proporsional dengan perbedaan tekanan dan
luas permukaan membran. Molekul yang lebih kecil dari pori-pori membran
berlalu melintasinya bersama zat cair, molekul yang lebih besar tertahan. Hal ini
terjadi apabila tekanan hidrotastik di dalam pembuluh lebih besar dari tekanan
didalam jaringan di luar pembuluh. (Syaifudin 2014;491)
8
2.4 PENGATUR FAAL CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Sejumlah mekanisme homeostasis bekerja tidak hanya untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga
volume untuk cairan tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman
yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ.
Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar
hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar ardenal, dan paru. Ginjal merupakan
pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang disimpan ginjal. Ginjal
sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankann fungsinya.
Pada orang yang sehat volume CES umumnya berubah-ubah sesuai dengan
volume sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proposional dengan natrium
total tubuh karena natrium adalah zat terlarut utama yangmenahan air dalam CES.
Pengaturan sekresi natrium oleh ginjal adalah yang paling bertanggung jawab bagi
pengaturan volume dalam tubuh.
9
Aldosteron adalah hormon yang disekresi oleh glomelurus pada korteks
adrenal. Produksi aldosteron terutama dirangsang oleh refleks yang diatur oleh
baroreseptor (ujung saraf) yang ada pada arterior aferen ginjal. Penurunan
sirkulasi efektif dideteksi oleh beroreseptor yang mengakibatkan sel glomenilus
memproduksi protein dan renin.
10
meningkatkan ekskresi hidrogen dan menurunkan sekresi kalium.
(Syaifudin.2014;491-493)
Dengan mengetahui persentase air dalam tubuh harus harus dipahami bahwa
hilangnya sejumlah air dalam tubuh dengan persentase yang sama akan
menimbulkan akibat yang berbeda. Kehilangan cairan dalam tubuh bayi lebih
berakibat serius karena menggoyahkan homeostasis 60 % dari berat badan.
Sumber Jumlah
Air minum 1.500-2.000mml/hari
Air dalam makanan 700 ml/hari
Air dan hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400-2.900 ml/hari
Tabel 1: jumlah kebutuhan cairan dalam tubuh manusia
Air memiliki molekul yang kecil,sangat mudah berdifusi dan bersifat polar
(senyawa elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk
benda cair.Fungsi vital air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya
dapat bergabung dengan protein,hidrat arang,gula,dan zat yang terlarut
lainnya.Dalam homeostasis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air
tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.
11
Cara keluar Jumlah
Ekskresi ginjal (urine) 1.400-1900 ml/hari
Ekspirasi pernapasan 350 ml/hari
Melalui kulit:
Keringat 100 ml/hari
Difusi 350 ml/hari
Feses 200 ml/hari
Jumlah 2.400-2.900 ml/hari
Tabel 2: Jumlah cairan yang dikeluarkan oleh tubuh
Cairan tubuh merupakan sarana untuk transpor zat makanan maupun sisa-
sisa metabolisme, membawa nutrien (kompomen makanan) mulai dari proses
absopsi, medistribusikan, sampai ke tingkat intraseluler tempat nutrien
mengalami proses metabolisme. Hasil metabolisme akan didistribusikan keseluruh
tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari tubuh.
12
1. Cairan intasel: Cairan yang berada dalam sel merupakan jumlah cairan
terbanyak,kira-kira 70% dari jumlah air dalam tubuh.Volume cairan intrasel
tidak dapat diukur akan tetapi dapat dihitung dengan mengurangi volime CES
dari volume air tubuh total(ATT).ATT dapat dapat diukur dengan prinsip
pengenceran yang sama dengan yang digunakan untuk mengukur ruang-ruang
tubuh lainnya.
2. Cairan ektrasel:Cairan yang ebrada diluar sel kira-kira 30% dari cairan
seluruh tubuh.Volume CES sukar diukur karena batas-batas ruang petak ini
sukar ditetapkan dan sedikit zat-zat yang emmbaur secara cepat dalam semua
bagian ruang petak ini sambil tetap berada dalam ruang ektrasel.
a. Cairan interstisial : Cairan yang berada diantara sel jaringan.Volume
cairan iterstisial tidak dapat diukur langsung karena sukar untuk
mendapatkan sampel cairan itu dan zat yang berbaur dalam cairan
interstisial juga berbaur dengan plasma,dapat dihitung dengan
mengurangkan volume plasma dari volume CES.
b. Cairan intravaskuler (plasma):Cairan yang berada dalam pembuluh
darah yang berisi darah pembawa oksigen masuk kedalam jaringan dan
karbondioksida keluar dari jaringan.
c. Cairan limfe:Cairan yang berada didalam pembuluh limfe, beredar
diseluruh tubuh mengangkut partikel protein, selanjutnya masuk
kedalam pembuluh darah.
d. Cairan transeluler: Merupakan cairan yang berada ditempat-tempat
khusus,misalnya cairan otak,cairan sendi,cairan dalam bola mata rongga
pleura,dan peritonium.
13
Prinsip dasar keseimbangan cairan :
1. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama dengan adanya natrium. Apabila jumlah natrium dalam CES
meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk
keseimbangan cairan.
2. Mengatur keseimbangan asam basa dan menetukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
3. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan impuls-impuls saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot. Fungsi transmisi impuls dan
elektrolit :
a. Kalsium, penting dalam fungsi sel untuk depolarisasi (netralisasi dalam
keadaan polar).
b. Natrium, mempunyai peranan penting dalam proses osmosis.
c. Kalsium, mempunyai peranan penting pada sel saraf.
d. Magnesium, proses keseimbangan asam dan basa.
e. Karbonat, untuk keseimbangan asam dan basa.
f. Fosfat, membantu enzim dalam metabolisme karbohidrat.
14
g. Protein, membantu proses osmosis sebagai bufer keseimbangan asam dan
membentuk hemoglobin.
15
hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan hormon paratiroid.
Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga
terjadi peningkatan reserpsi kalsium pada tulang. Jika terjadi peningkatan
kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat
reabsorpsi tulang. Jumlah normal kalsium 8,5-10,5 mg/dl.
4. Magnesium ¿ ¿. Magnesium ditemukan pada cairan intrasel dan tulang,
berperan dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuskular, dan
fungsi jantung. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti sayuran
hijau, daging dan ikan. Magnesium diabsorpsi dari usus halus, peningkatan
absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5. Fosfor ¿ ¿) merupakan anion utama cairan intrasel, cairan ekstrasel, tulang,
otot rangka, dan jaringan saraf. Fosfor berperan dalam berbagai fungsi kimia,
terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan
karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam dan regulasi kadar
kalsium. Fosfor diabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan pada
daging, ikan, dan susu. Fosfor disekresi dan direabsorpsi melalui ginjal.
Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan
dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar
fosfor dan sebaliknya.
6. Klorida ¿ merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida bersama
natrium berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah.
Regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan
karbondioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di reabsorpsi
bersama natrium bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh
hormon aldosteron.
7. Bikarbonat ¿ ¿ ). Bikarbonat berada dicairan intrasel maupun di ekstrasel
dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Bikarbonat
disekresi dan diabsorpsi oleh ginjal. (Syaifudin 2014;485-487)
16
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh Misalnya :
17
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatgan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan. (Muhammad, S.M 2006).
EDEMA
1. Definisi Edema
18
Gambar 2: kelainan pada edema
2. Penyebab Edema
19
sesuai dengan keadaan ini adalah edema pada penyakit ginjal nefrotik ketika
protein banyak terbuang lewat ginjal yang rusak. Juga pada pasien yang diet
rendah protein dalam jangka lama atau malnutrisi kalori protein.
3) Bendungan aliran limfe. Bila aliran limfe terbendung pada bagian tubuh,maka
mekanisme pengembalian molekul-molekul besar (protein) yang lolos ke
jaringan dan kealiran darah melalui vena subklavia tidak terjadi. Akibatnya
molekul-molekul protein tersebut makin lam makin banyak terkumpul di
jaringan interstisial, akibatnya meninggikan tekanan koloid osmotik jaringan.
Kemudian terjadi penggeseran cairan ke arah jaringan interstisial lebih
banyak dari biasanya (edema).
4) Permeabilitas kapiler meningkat. Dinding kapiler dapat berubah menjadi
asangat permeabel pada keadaan tertentu seperti:
a. Pada bagian tubuh yang mengalami luka bakar
b. Penderita syok yang secara tiba-tiba permeabilitasnya sangat meningkat.
Plasma berpindah cepat kejaringan. Volume vaskuler menjadi kurang,
cairan yang kembali kejantung berkurang, sehingga organ-organ vital
kekurangan darah.
c. Terkena toksin infeksi kumanmeningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah.
5) Ginjal gagal membuang air. Jumlah air masuk seperti biasa tetapi pengeluaran
air berkurang, mengakibatkan air terkumpul dalam badan. Ginjal terlalu
banyak mangabsorpsi naturium dan air karena tingginya hormon aldosteron
yang dikeluarkan oleh korteks ardenal.
20
atau payah jantung kongesif dan sesak napas. Edema paru terjadi ketika paru terisi
cairan. Derajat edema paru yang berat dapat menimbulkan seperti mati tenggelam.
Edema juga dapat membahayakan terutama edema pada otak. Waktu terjadi
edema otak, otak akan membengkak dan tertekan oleh tulang tengkorak dan
membahayakan aliran darah diotak sehingga mengakibatkan kematian.
(Syaifudin.2014;493-495)
3. Gejala Edema
21
4. Pengobatan
Prinsip pengobatan edema atau bengkak ialah mengobati penyakit yang mendasari
terjadinya edema.
1. Edema yang diakibatkan alergi kulit, gigitan serangga, atau memar akibat
terbentur dapat dikurangi dengan mengompres air hangat. Pemberian salep
kulit pada infeksi kulit juga akan mengurangi edema.
2. Pada edema akibat infeksi perlu diberikan antibiotik untuk penyebab
infeksinya.
3. Pada edema akibat sumbatan pembuluh darah perlu dilakukan evaluasi
berapa besar sumbatan terjadi. Terkadang penderita cukup meminum obat
agar sembuh, tetapi pada beberapa kasus dibutuhkan tindakan operasi.
4. Pada edema akibat gagal jantung, penderita harus mengurangi asupan air
dan mendapat terapi untuk ‘menguras’ kelebihan air pada tubuh
5. Pada edema akibat gagal ginjal, perlu dilakukan evaluasi tingkat
keparahan gagal ginjal. Pada gagal ginjal tahap akhir, penderita harus
mendapat terapi cuci darah.
6. Pada edema akibat gagal hati, perlu diobati penyakit hati/liver. Selain itu,
sebagian besar penderita membutuhkan asupan protein tambahan melalui
infusan.( Fredy,F.C.2014)
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Untuk kesehatan dan kehidupan,cairan dan elektrolit harus berada dalam
proporsi yang benar dalam berbagai jaringan.Hal ini dicapai dengan serangkaian
manuver fisiko-kimia yang kompleks.Keseimbangan cairan berupa air dicapai
dengan asupan dan keluaran air yang seimbang.Ketika air tidak dapat dihindari
keluar setiap saat melalui ginjal,kulit,paru masalah utama adalah untuk
mempertahankan cukup air dalam tubuh. Keseimbangan air dicapai dengan
asupan dan keluaran air yang seimbang.Ketika air tidak dapat dihindari keluar
setiap saat melalui ginjal,kulit dan paru,masalah utama adalah mempertahankan
cukup air dalam tubuh. Keseimbangan air tubuh dan garam sangat erat kaitannya
dalam mempengaruhi osmolitas maupun volume cairan ekstrasel,tetapi
pengaturan keseimbangan natrium dan air melibatkan mekanisme yang berbeda
dan tumpang tindih.Keseimbangan air tubuh terutama di atur oleh mekanisme rasa
haus dan hormon anti diuretik (ADH) untuk mempertahankan isoosmotik dari
plasma,sebaliknya keseimbangan natrium terutama diatur oleh aldesteron dengan
tujuan mempertahankan volume cairan ekstrasel dan perfusi (pengaliran cairan)
jaringan.
3.2. SARAN
Dengan makalah ini kita dapat mengetahui banyak cairan yang di butuhkan
oleh tubuh kita agar dapat seimbang.Asupan makanan dan minuman yang
mengandung hormon dan gizi yang cukup dan hormon cairan dan elektrolit untuk
mencapai keseimbangan tubuh yang baik dan seimbang.Sehingga,cairan tubuh
seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
23
Akbar Muhammad (2012). Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia.
http://ababar.blogspot.co.id/2012/02/kebutuhan-cairan-tubuh-manusia.html
Fredy,F.C(2014).Edema.http://www. Kerjanya.net/faq/5325-edema-bengkak.html
Syaibariah Siti (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat E/10. Jakarta :
penerbit Buku Kedokteran EGC
Syaifudin (1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
24