Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi
Pengertian lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu lansia, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam
setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungannya (Darmojo, 2004).

Lanjut Usia (Lansia) adalah orang tua yang berusia 55 tahun keatas
(Depkes RI,2001). Ketika usia pensiun ditentukan pada usia 65 tahun
melalui legislasi Social Security pada tahun 1930-an, maka masyarakat
Amerika menerima usia 65 tahun sebagai awal usia tua, ini
menunjukkan definisi kronologis usia yang paling sering dipakai dalam
masyarakat. Namun, usia fungsional dan fisiologis berbeda dari satu
individu dengan lainnya dan karenanya tidak bisa distandardisasi.
(Menurut Nugroho, Wahjudi.2000).

2.1.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia (Menurut Nugroho, Wahjudi.2000)


Mengenai kapankah orang disebut Lansia, sulit dijawab secara
memuaskan.
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

2.1.2.1 Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :


a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
vibrilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai senium.

6
7

c. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO sebagai


presenium.
d. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65)

2.1.2.2 Lanjut Usia meliputi :


a. Usia pertengahan (midlle age) antara kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.1.2.3 Menurut Pasal 1 Undang-undang No.4 Tahun 1965:


Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut
setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari
orang lain.

2.1.2.4 Proses Penuaan dan Perubahan yang Terjadi pada


Lansia (Menurut Mubaroq, W.i. 2010)

2.1.3 Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ
dan sistem yang ada pada tubuh manusia.
Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan
secara sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan
pada tingkat sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses
penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan sosial, stres fisik/psikis,
serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua.Secara
umum, perubahan fisiologis proses penuaan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam
sel seperti :
1) Berkurangnya cairan dalam sel.
2) Berkurangnya ukuran sel.
3) Berkurangnya jumlah sel.
b. Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau
terlihat seperti:
1) Erosi pada permukaan sendi-sendi
2) Terjadinya osteoporosis
3) Otot-otot mengalami atrofi
4) Presbiopi
5) Adanya arteriosklerosis
6) Menopouse pada wanita
7) Kulit tidak elastis
8) Rambut memutih.

2.2 Masalah Yang Terjadi Pada Lansia


Secara individu, pengaruh proses menusa dapat menimbulkan bebagai
masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis.
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan
pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya
gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan orang lain.

Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan
sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan
berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan
dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemampuan untuk bekerja. Permasalahannya yang dapat timbul adalah
bagaimana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut didalam
situasi keterbatasan kesempatan kerja.

Masalah-masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar


pendertaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental,
dan inkontinensia.

2.2.1 Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor
fsikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi
imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson,
2003).
faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup
frakturekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan
penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovarkular yang menimbulkan
kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga tidak terjadi
ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan
gejala tumor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan
penyebab imobilisasi.

2.2.2 Ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh
lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding
pria. Jatuh adalah sesuatu kejadian yang di laporkan penderita atau
saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring dan terduduk dilantai tau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesdaran atau luka yang akibat
jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Watson, 2003).

2.2.3 Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan


terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus iniberhubungan
dengan penyakit-penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga
kebanykan maslah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai
akibat langsung proses penuan tetapi karena penyakit.

Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita


gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah maslah utama
mempunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari-hari. Lanjut
usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampu mengontrol diri, bahkan menunjukan prilaku yang agresif
sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan usia mengatasi
ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia
secara umum. Bantuan yang diberikan adlah melalui petugas panti
dan dukungan keluarga (Watson, 2003).

2.2.4 Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang


kehilangan kontrol berkemih dan defakasi. Hal ini berhubungan
dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah
dijelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi.

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-


laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang
lemas, menjadi penyebab inkotinensia. Pada laki-laki, penyebab
umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur
bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

Anda mungkin juga menyukai