Anda di halaman 1dari 26

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Gula Darah

2.1.1 Definisi

Dalam setiap tubuh manusia pasti di temukan gula, yang umum di sebut

glukosa.Glukosa ini bersumber dari luar tubuh dan dalam butuh.Dari luar tubuh

glukosa didapatkan dari makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, mie,

roti, umbi-umbian, dan tepung-tepungan.Buah dan sayur juga dapat mengandung

karbohidra, namun hanya dalam jumlah yang sangat sedikit.Karbodrat ini kemudian

dicerna dalam tubuh menjadi glukosa.Sedangkan glukosa yang diperoleh dari dalam

tubuh di keluarkan oleh hati sebagai tempat penyimpanan dan pengolahan

glukosa.Glukosa yang disimpan dalam hati disebut dengan glikogen.(8)

Semua membutuhkan glukosa untuk menjalankan segala aktifitas. Dari

glukosa tersebutlah kita mempunyai energi untuk bergerak.agar glukosa dapat

berfungsi dengan seharusnya maka diperlukan hormon insulin. Hormon insulin

diproduksi oleh sel beta dalam klenjar pancreas.dengan bantuan insulin, glukosa akan

dikirimkan ke setiap sel tubuh di otot dan jaringan.ketika makan , glukosa dalam

darah otomatis akan meningkat sehingga merangsang keluarnya insulin namun

,ketika kita lapar, glukosa dan insulin dalam darah,menjadi rendah. Saat

8
9

itu akan berfungsi hormone glukogen yang merangsang pemecahan glikogen

menjadi glukosa. Hormon glikogen sendiri di hasilkan sel alfa di dalam pancreas.

Beberapa hormone lain juga dapat merangsang pengeluaran glukosa dari hati, di

antaranya hormon steroid, adrenali, efinerfin, dan korsitol.hormon ini akan terus

bekerja untuk mempertahankan kadar gula darah dalam tubuh tetap normal.(9)

Gula darah bisa naik karena produksi insulin terganggu sehingga jumlah

insulin juga ikut berkurang, gula darah juga naik bisa karna sel-sel tubuh tidak

dapat menerima glukosa yang di bawa insulin,. Hal ini di sebabkan oleh lemak

tubuh yang menghalangi kerja insulin.(9)

2.1.2 Faktor-faktor peningkatan kadar gula darah

1. Pemanis buatan

Banyak orang bilang menderita diabtes mellitus menganggap

bahawa aman untuk mengkonsumsi makan atau minuman yang tidak

mengandung gula atau berlabel sugar free. Atau mereka mengganti gula

mereka dengan gula buatan atau artificial sweeteners yang menurut

mereka juga lebih aman jika di konsumsi oleh penderita diabetes.

2. Dehidrasi

Dehidrasi ternyata dapat berbahaya untuk penderita diabetes

mellitus, pada orang normaldan sehat, mengalami dehidrasi dapat

meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh karena aliran darah dalam

tubuh kekurangan cairan dan lebih mengental. Hubungan ini juga dapat

terjadi sebaliknya , Karen gula darah meningkat maka tubuh akan

mengeluarkan urin lebih banyak, oleh karna itu dehidrasi terjadi.


10

3. Mengkonsumsi obat-obatan

Beberapa obat memiliki efek samping pada peningkatan kadar gula

darah dalam tubuh, seperti obat antidpressan, steroid yang berfungsi unutk

mengobati asma, penyakit autoimmune serta inflamasi dapat

meningkatkan kadar gula darah secara drastic.

4. Fenomena fajar

Fenomena fajar atau down phenomenon merupakan kondisi dimana

tubuh mengalami peningkatan sejumlah hormon yang dapat meningkatkan

gula darah secara drastis.

5. Menstruasi

Prubahan hormone psds manusia mentruasi ternyat mempengaruhi

kadar gula darah. kadar hormone yang tidak stabil pada perempuan yang

sedang memasuki masa menstruasi, dapat menurunkan sensitivitas insulin

yang menyebabkan kadar gula darah naik bai sebagian perempuan.

6. Suhu ekstrim

Penderita diabetes meliitus sangat rentan terhadap perubahan suhu

lingkungan. Suhu lingkungan yang ekstrim dapat menggangu regulasi dari

kadar gula darah. Contohnya suhu berlingkungan panas. Pada orang yang

sehat, rasa panas tersebut kan din keluarkan melalui keringat untuk

menjaga suhu tubuh tetap normal. Sedangkan penderita diabetes

mengalami kesulitan dalam memproduksi keringan sehingga suhu

tubuhnya tidak normal. Selain tidak dapat meningkat kan kadar guladarah,

hail ini akan menyebabkan berbagi komplikasi pada tubuh.


11

2.1.3 Pemeriksaan penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM

(mg/dl)(9)

Glukosa Darah Puasa Glukosa Darah 2 jam setelah makan


Normal < 100 mg / dl < 140 mg / dl
Pre-diabetes 100-125 mg / dl 140-199 mg / dl
Diabetes ≥ 126 mg / dl ≥ 200 mg / dl

2.2 Senam Kebugaran Jasmani

2.2.1 Pengertian Senam

Senam merupakan aktivikas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang

olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lain. Berlainan

dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur akifitasnya pada obyek

tertentu, senam mengacu gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan

menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen

kemampuan motorik seperti: kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan,

agilitas dan ketepatan.(10)

Kabugaran merupakan kebugaran fisik , yakni kemampuan seseorang

melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan

sehingga dapat menikmati waktu luangnya.(10)

Untuk mengetahui pergantian senam, kita harus mengetahui ciri-ciri senam

antara lain:

1. Gerakan-gerakannya selalu di buat atau diciptakan dengan sengaja


12

2. Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu

(meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan

tubuh, menambah keerampilan, meningkatkan keindahan gerak,

meningkatkan kesehatan tubuh )

3. Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematis.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, batasan senam adalah latihan tubuh

yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis

dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis.


(11)

Ada lima komponen senam, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan otot

Kekuatan maksismal dari pada suatu otot atau grup otot dapat

digunakan selama kontraks.

2. Ketahanan fisik

Kemampuan otot atau grup otot dapat digunakan melawan

kosistensi selama beberapa waktu.

3. Ketahanan otot jantung

Kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru berguna

untuk memberikan oksigen pada kerja otot dan jaringan-jaringan selama

beberapa kali melakukan latihan dan dapat menghasilkan rasa lelah,

penggunaan secara efisiensi sistem kerja jantung adalah kecapainya

kegiatan fisik secara optimal.


13

Secara umum kegiatan tersebut adalah latihan aerobik dan merupakan

kunci dalam mengembangkan fungsi kerja jantung secara efisiensi.

4. Kelenturan

Kelenturan untuk bergerak sendi-sendi melalui seluruh perputaran

oto, kelenturan sangat berguna untuk mencegah dan menjaga kestabilan

tubuh.

5. Komposisi tubuh

Komposisi tubuh berguna untuk proses berlangsungnya

metabolisme dengan menggunakan tubuh untuk dapat berahan dalam

latihan.(12)

2.2.2 Macam-macam Senam

1. Senam lantai

Pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang

menamakan tumbling. Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan

pada matras, unsure-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat,

meloncat, berputar-putar di udara, menumpuk dengan tangan, atau kaki

untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat kedepan

atau belakang.Jenis senam ini juga disebut latihan bebas karena pada

waktu melakukan gerakan persenam tidak mempergunakan peralatan

khusus.Bila pesenam membawa alat berupa bola, pita, atau alat lain, itu

hanyalah alat untuk meningkatkan fungsi gerakan kelenturan, pelemasan

kekuatan, keterampilan dan keseimbangan.

2. Senam artistik
14

Lahirnya senam artistic di Indonesia yaitu pada saat menjelang

pesta olahraga.

3. Senam aerobis

Adalah suau cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyak-

banyaknya. Senam aerobic merupakan olahraga untuk meningkatkan

kesegaran jasmani bukan olahraga prestasi akan tetapi olahraga preventif

yang dapat dilakukan secara masal.

2.2.3 Manfaat

Banyak manfaat yang di peroleh dalam senam. Konsentrasi, keteguhan

hati, dan kenyakinan akan menjadi modal besar yang dapat membantu anda bukan

saja dalam bersenam, tapi juga untuk prikehidupan sehari-hari.(12)

2.3 Diabetes Mellitus

2.3.1 Definisi

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak dari ke tidak seimbang anatara ketersediaan insulin

dengan kebutuhan insulin. Setiap orang bisa saja terjangkit terkena penyakit

diabetes karena tidak ada satupun yang bisa terbebas dari penyakit diabetes

mellitus. Setiap manusia pasti bisa memiliki satu atau lebih faktor resiko dari

diabetes. Jadi kita harus tetap waspada walaupun kita sekarang saat ini sehat,

mungkin saja suatu saat akan terkena penyakit diabetes mellitus.(13)

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus


15

Diabetes mellitus dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu diabetes tipe 1 dan

diabetes tipe 2.Diabetes tipe 1 biasanya dialami sejak anak-anak.Sementara itu,

diabetes tipe 2 kebanyakan dialami orang dewasa.selain itu diabetes mellitus

sering juga dialami oleh ibu hamil. Jenis diabetes ini disebut dengan diabetes

gestasional.(13)

2.3.3 Jenis Tipe Diabetes Mellitus

1. Diabetes Tipe I

Diabetes tipe 1 sering terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja,

tetapi dapat terjadi pada berbagai usia, bahkan pada usia 80-an tahun dan

90-an tahun. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia ( kenaikan kadar

glukosa darah), pemecahan lemak dan protein tubuh dan pembentukan

ketosis (penumpukan badan keton yang diproduksi selama oksidasi asam

lemak). Faktor lingkungan yang memicu perkembangannya DM tipe 1.

Pemicu tersebut dapat berupa infeksius virus, camapak, rubella atau

kosakievirus.

2. Diabetes Tipe II

Diabetes Tipe 2 merupakan suatu kondis hiperglikemia puasa yang

meski tersedia insulin endogen. DM tipe 2 dapat terjadi pada semua usia

tetapi biasanya di jumpai pada usia paruh baya dan lansia. DM tipe 2

merupakan bentuk paling umum. Faktor utama dari perkembangan DM

tipe 2 adalah resistensi seluler terhadap efek insulin resistensi ini ditingkan

oleh kegemukan, tidak beraktifitas, penyakit, obat-obatan dan

pertambahan usia.
16

3. Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional merupakan naiknya kadar gula darah

sementeara waktu pada masa kehamilan, dan biasanya terdeteksi ketika

usia kehamilan sudah di atas 18 minggu. Kadar gula darahnya pun akan

kembali normal setelah melahirkan namun, ibu hamil yang menderita

diabetes mellitus gestasional memiliki resiko yang lebih besar terkena

diabetes dimasa yang akan datang. Ibu hamil yang mengalami diabetes

gestasional biasanya akan melahirkan bayi yang besar dengan berat badan

4 kg atau lebih. Pre-eklampisa juga lebih banyak dialami ibu hamil yang

menderita DM. dampak dari diabetes tipe ini, persalinan akan lebih sulit,

resiko keguguran, kematian ibu akibat persalinan, dan kematian bayi

setelah lahir akan lebih besar.

4. Diabetes Tipe lain (Others specifik types)

Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia

akibat peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan

glukosa oleh sel .sebelumnya dikenal dengan istilah diabetes skunder,

diabetes ini menggambarkan diabetes yang di hubungkan dengan keadaan

dan sindrom tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit

pancreas atau peningkatan jaringan pancreas dan penyakit endokrin seperti

akromegali aau syndrom chusing.(13)

2.3.4 Faktor-faktor resiko Diabetes Mellitus

1. Faktor Keturunan (Genetik)


17

Riwayat keluarga dengan penyakit diabetes akan mempunyai

peluang menderita DM sebesar 15% dan resiko mengalami intoleransi

glukosa yaitu ketidakmampuan dalam metabolisme karbohidrat secara

normal sebesar 30%. Fakor genetik dapa langsung mempengaruhi sel beta

dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan

rangsang sekretoris insulin.

2. Faktor Obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan kelebihan berat badan ≥20%

dari berat badan ideal atau BMI ( Body Mass Index) ≥27 kg. kegemukan

menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di

dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak,hal ini dinamakan

resistensi insulin parifer. Kegemukan dapat merusak sel beta untuk

melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah.

3. Faktor Usia

Faktor usia yang resiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30

tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.

Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat

jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi

hemoestasi. Setelah seseorang mencapi berumur 30 tahun, maka kadar

glukosa darah naik 1,2 mg% tiap tahun saa puasa dan akan naik 6-13%

pada 2 jam setelah makan, bedasarkan hal tersebut bahwa umur

merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relavansi diabetes serta

gangguan toleransi glukosa.


18

4. Faktor Tekanan darah

Seseorang yang beresiko menderita diabetes mellitus adalah yang

mempunyai tekanan darah tinggi (Hipertensi) yaitu tekanan darah >140/90

mmhg pada umumnya pada diabetes mellitus menderita juga hipertensi.

Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan

pada ginjal dan kelainan kardiovaskuler.

5. Faktor Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada

DM tipe 2. Menurut Soegondo diabetes DM tipe 2 selain faktor genetik,

bisa juga dipicu oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya

hidup tidak sehat , seperti makan berlebihan ( berlemak dan kurang serat),

kurang aktifitas fisik,stres.

6. Faktor kadar kolestrol

Kadar HDL kolestrol <35 mg/dl (0,09 mmol/L) dan atau kadar

trigliserida>259 mg/dl (2,8 mmol/L). kadar abnormal lipid darah erat

kaitannya denganobesitas dan DM tipe 2. Kurang dari 30% pasien dengan

BMI 27 adalah penderita hiperkolesterolemia.

7. Faktor stress

Stres adalah segala situasi dimana tentukan non-spesifik

mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Memicu

terjadinya reaksi biokimia melalui sistem neural dan neurondrokin.reaksi

pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi simpatis-adrenal-


19

medular dan bila stress menetap maka sistem hipotalamus pituitary akan

diaktifkan.

8. Faktor riwayat diabetes gestasional

Wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional atau

melahirkan bayi dengan bera badan lahir dari 4 kg mempunyai resiko

untuk menderita DM tipe 2. DM tipe ini terjadi ketika ibu hamil gagal

mempertahankan euglikimia (kadar glukosa normal). Faktor resiko DM

gestasional adalah keluarga, obesitas, glikosuria.(13)

2.3.5 Patofisiologi

Diabetes mellitus adalah kumpulan penyakit metabolic yang ditandai

dengan hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kinerja insulin, atau

keduanya.Ada empat tipe utama diabetes mellitus. DM tipe 1 (5 %-10 % kasus

terdiagnosis). DM tipe 2 (90%-95% kasus terdiagnosis), DM gestasional (2%-5%

dari semua kehamilan), dan DM tipe spesifik lain.(13)

2.3.6 Komplikasi

Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan

kerusakan berbagai sistem pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes

yang sering terjadi adalah:

1. meningkatnya resiko penyekit jantung dan stroke

2. neuropatik (kerusakan saraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus

kaki, infeksi dan amputasi kaki

3. retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama

kebutaan
20

4. diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal.(13)

2.3.7 Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes yaitu menormalkan aktivitas insulin dan

kadar glukosa darah untuk mengurani komplikasi yang ditimbulkan akibat

diabetes mellitus. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu:(13)

1. Manajemen Diet

Menurut Suyono (2009) Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien

diabetes mellitus antara lain: mencapai da mempertahankan kadar glukosa

darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat

badan dalam batas-batas normal atau ± 10% dari berat badan idaman,

mencegah kompliksi akut dn kronik, serta meningkatkan kualitas hidup.

Menurut Smeltzer, et al (2008) Bagi pasien obesitas, penurunan berat

badan merupakan kunci dalam penanganan diabetes mellitus. Penurunan

berat badan ringan atau sedang (5-10% dari total berat badan) telah

menunjukan perbaikan dalam mengonyrol diabetes mellitus tipe II.

Menurut Suyono (2009) penatalaksanaan nutrisi di mulai dari menilai

kondisi pasien, salah satunya menilai status gizi. Penilaian status gizi

dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) untuk melihat apakah

penderita diabetes mellitus mengalami kegemukan atau obesitas, normal

atau kurang gizi.

Standar komposisi makanan untuk pasien diabetes mellitus yang

dianjurkan oleh konsensus Perkeni (2006) adalah karbohidrat 45-65%,

protein 10-20%, lemak 20-25%, kolesterol <300mg/hr, serat 25g/hr, garam


21

dan pemanis dapat digunakan secukupnya. Menurut Suyono (2009)

Hiperkolesterolemia dapat menimbulkan aterosklerosis oleh karena itu

konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi. Pemanis buatan

dapat dipakai secukupnya, pemanis buatan yang aman dan dapat diterima

untuk digunakan pasien diabetes mellitus termasuk yang sedang hamil

adalah: sakarin, aspartame, acesulfame, potassium, dan sukralos. Jumlah

kalori disesuaikan dengan status gizi, umur, ada tidaknya stress akut,

kegiatan jasmani.

2. Latihan fisik (olah raga)

Menurut Adisa, Alutundu & Fakeye (2009) Olahraga mengaktifasi

ikatan insulin dan reseptor insulin di membran plasma sehingga dapat

menurunkan kadar glukosa darah. Latihan fisik yang rutin memelihara

berat badan normal dengan indeks masa tubuh < 25. Menurut Sudoyo, et

al (2009) Manfaat latihan fisik untuk menurunkan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus

otot, mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-

Kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.

Menurut Smeltzer, et al. (2008) semua manfaat ini penting bagi pasien

Diabetes Mellitus mengingat kardiovaskular pada diabetes. Menurut

Toledo et. Al (2007) Pada studi yang lain dikatakan bahwa pada pasien

Diabetes mellitus tipe II terjadi penurunan kapasitas mitokondria pada otot

skeletal yang menyebabkan peningkatan risiko gangguan fisik dan

aktivitas fisik atau olahraga dapat memperbaiki kondisi tersebut.


22

Khusus pada diabetisi yang menggunakan insulin, ada beberapa

petunjuk olahraga yang perlu dierhatikan, yaitu:

1) Monitor kadar glukosa darah sebelum dan sesudah berolahraga.

2) Hindari gula darah rendah dengan memakan kahbohidrat ekstra

sebelum olahraga.

3) Hindari olahraga berat selama reaksi puncak insulin.

4) Lakukan suntikan insulin di tempat-tempat yang tidak digunakan

untuk berolah raga aktit.

5) Ikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin sebelum melakukan

olahraga yang melelahkan atau lama.

6) Glukosa darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah berolahraga

karena itu sangat penting untuk memeriksa gula darah secara periodic.

3. Pemantauan (Monitoring) kadar gula darah

Menurut Smeltzer, et al (2008) Pemantauan kadar glukosa darah

secara mandiri atau self-monitoring blood glucose (SMBG)

memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau

hipoglikemia, pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka

panjang. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit

diabetes mellitus yang tidak stabil, kecenderungan untuk mengalami

ketosis berat, hiperglikemia dan hipoglikemia tanpa gejala ringan.

Kaitannya dengan pemberian insulin, dosis insulin yang diperlukan pasien

ditentukan oleh kadar glukosa darah yang akurat. SMBG telah menjadi

dasar dalam memberikan terapi insulin.


23

Menurut Dunning (2003) beberapa hal yang harus dimonitor secara

berkala adalah glukosa darah, glukosa urine, keton darah, keton urine.

Selain itu juga, pengkajian tambahan seperti cek berat badan secara

reguler; pemeriksaan fisik teratur, dan pendidikan tentang diit,

kemampuan monitoring diri, injeksi, pengetahuan umum tentang diabetes

dan perubahan-perubahan dalam diabetes. Tanggung jawab perawat

dalam proses monitoring antara lain adalah:

1) Mempunyai pengetahuan dasar tentang tes sehingga bisa menjelaskan

kepada pasien.

2) Memastikan pasien berpuasa sesuai intruski.

3) Memastikan teknik pengumpulan darah yang benar sesuai prosedur.

4) Memastikan sampainya spesimen ke laboratorium pada waktu yang

tepat.

5) Memastikan hasil pemeriksaan akan dapat digunakan untuk evaluasi

medis.

6) Memastikan efek sakit dan cemas setelah mengetahui hasil tes.

7) Memastikan alat yang digunakan sudah tepat.

8) Memastikan pasien telah diberikan obat, Makanan dan tindakan

sesudah dilakukan pemeriksaan secara lengkap.

4. Terapi farmakologi

Menurut Smeltzer, et al. (2008) Tujuan terapi insulin adalah menjaga

kadar gula darah normal atau mendekati normal. Pada diabetes tipe II,
24

insulin terkadang diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk

mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik dan

Obat Hipoglikemia Oral (OHO) tidak dapat menjaga gula darah dalam

rentang normal. Pada pasien diabetes mellitus tipe II kadang

membutuhkan insulin secara temporer selama mangalami sakit, infeksi,

kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya.

Berdasarkan konsensus Perkeni (2006), OHO saat ini terbagi menjadi 2

kelompok, yaitu 1) obat yang memperbaiki kerja insulin, 2) obat yang

meningkatkan produksi insulin. Obat-obatan seperti metformin, glitazone,

dan akarbose adalah obat-obatan kelompok pertama. Mereka bekerja pada

hati, otot dan jaringan lemak, usus, singkatnya mereka bekerja di tempat

dimana terdapat insulin yang mengatur glukosa darah. Sulfonil,

Repaglinid, Nateglinid dan insulin yang disuntikkan adalah obat-obatan

kelompok kedua. Sulfonil, Repaglinid, Nateglinid meningkatkan pelepasan

insulin yang disuntikkan menambah kadar insulin di sirkuliasi darah.

Mekanisme kerja dari obat-obat tersebut diatas berbeda.Berdasarkan cara

kerja, OHO dibagi menjadi 3 golongan:

1) Memicu produksi insulin

(1) Sulfonilurea

Obat ini telah digunakan dalam menangani hipoglikemia

pada diabetisi tipe II selama lebih dari 40 tahun. Mekanisme kerja

obat ini cukup rumit. Ia bekerja terutama pada sel beta pankreas

untuk meningkatkan produksi insulin sebelum maupun setelah


25

makan. Sel beta pankreas merupakan sel yang memperoduksi

insulin dalam tubuh.

Sulfonilurea sering digunakan pada penyandang diabetes

yang tidak gemuk dimana kerusakan utama diduga adalah

terganggunya produksi insulin. Diabetesi yang tepat untuk

diberikan obat ini adalah diabetesi tipe II yang mengalami

kekurangan insulin tapi masih memiliki sel beta yang dapat

berfungsi dengan baik. Diabetesi yang biasanya menunjukan

respon yang baik dengan obat golongan sulfoniurea adalah usia

saat diketahui menyandang diabetes mellitus lebih dari 30 tahun,

menyandang diabetes mellitus lebih dari 5 tahun, berat badan

normal atau gemuk, gagal dengan pengobatan melalui pengaturan

gaya hidup, perubahan pengobatan dengan insulin dengan dosis

yang relatif kecil.

(2) Golongan Glinid

Meglitinide merupakan bagian dari kelompok yang

meningkatkan produksi insulin (selain sulfonilurea). Maka dari itu

ia membutuhkan sel beta yang masih berfungsi dengan baik.

Repaglinid dan Nateglinid termasuk dalam kelompok ini, kerja

sebentar dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah

setelah makan. Reapaglinid diserap secara cepat segera setelah

dimakan, mencapai kadar puncak di dalam darah dalam 1 jam.

2) Meningkatkan kerja insulin (Sensitivitas terhadap insulin)


26

(1) Biguanid

Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia saat

ini. Menformin berguna untuk diabetesi gemuk yang mengalami

penurunan kerja insulin. Alasan penggunaan metformin pada

diabetesi gemuk adalag karena obat ini menurunkan nafsu makan

dan menyebabkan penurunan berat badan.

Sebanyak 25% dari diabetesi yang diberikan metformin dapat

mengalami efek samping pada saluran pencernaan, yaitu rasa tak

nyaman di perut, diare dan rasa seperti logam di lidah. Pemberian

obat in bersama makanan dan dimulai dengan dosis terkecil dan

meningkatkannya secara perlahan dapat meminimalkan

kemungkinan timbulnya efek samping. Obat ini tidak seharusnya

diberikan pada penyandang dengan gagal ginjal, hati, jantung dan

pernafasan.

Metformin dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dalam

kombinasi. Obat-obatan oral mungkin gagal untuk mengontrol

gula darah setelah beberapa saat sebelumnya berhasil (kegagalan

sekunder) akibat kurangnya kepatuhan diabetesi atau fungsi sel

beta yang memburuk dan/atau terjadinya gangguan kerja insulin

(resistansi insulin). Pada kasus-kasus ini, terapi kombinasi

metformin dengan sulfonilurea atau penambahan penghambat-

glucosidase biasanya dapat dicoba. Kebanyakan diabetesi pada

akhirnya membutuhkan insulin.


27

(2) Tiazolidinedion

Saat ini terdapat 2 tiazolinedion di Indonesia yaitu

rosiglitazon dan pioglitazion. Obat bolongan ini memperbaiki

kadar glukosa darah dan menurunkan hiperinsulinaemia

(tingginya kadar insulin) dengan meningkatkan kerja insulin

(menurunkan resistensi insulin) pada penyandang diabetes

mellitus tipe II. Obat golongan ini juga menurunkan kadar

trigliserida asam lemak bebas.

(3) Rosiglitazone (Avandia)

Dapat gula digunakan kombinasi dengan metformin pada

diabetesi yang gagal mencapai target kontrol glukosa darah

dengan pengaturan makan dan olahraga. Pioglitazone (Actos),

juga diberikan untuk meningkatkan kerja (sensitivitas) insulin.

Efek samping dari obat golongan ini dapat berupa bengkak di

daerah perifer (misalnya kaki), yang disebabkan oleh

peningkatkan volume cairan dalam tubuh. Oleh karena itu maka

obat golongan ini tidak boleh diberikan pada diabetesi dengan

gagak jantung berat. Selain itu, pada penggunaan obat ini

pemeriksaan fungsi hati secara berkala harus dilakukan.

3) Penghambat enzim alfa glukosidase

Penghambat kerja enzim alfa-glukosidasr seperti akarbose,

menghambat penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim


28

disakarida di usus (enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan

karbohidrat). Obat ini terutama menurunkan kadar glukosa darah

setelah makan. Efek sampingnya yaitu kembung, buang angin dan

diare. Supaya lebih efektif obat ini harus dikonsumsi bersama dengan

makanan.

Obat ini sangat efektif sebagai obat tunggal pada diabetesi tipe II

dengan kadar glukosa darah puasanya kurang dari 200 mg/dL (11.1

mmol/l) dan kadar glukosa darah setelah makin tinggi. Obat ini tidak

mengakibatkan hipoglikemia, dan boleh diberikan baik pada

penyandang diabetes gemuk maupun tidak, serta dapat diberikan

bersama dengan sulfonilurea, metformin atau insulin.

Setelah obat tertentu dipilih untuk diabetesi, biasanya pemberian

obat dimulai dari dosis terendah. Dosis kemudian dianikkan secara

bertahap setiap 1-2 minggu, hingga mencapai kadar glukosa darah

yang memuaskan atau dosis hampir maksimal. Jika dosis hampir

maksimal namun tidak menghasilkan kontrol kadar glukosa darah

yang memadai, maka dipertimbangkan untuk diberikan obat

kombinasi atau insulin. Tidak ada keuntungan menggunakan dua

OHO dari golongan yang sama secara bersamaan.

Menurut Soegondo, Soewondo & Subekti (2009) Berdasarkan

pada konsesus Perkeni (2006), indikasi penggunaan insulin pada

diabetes mellitus tipe II adalah: 1) ketoasidosis, koma hiperosmolar

dan asidosis laktat. 2) stres berat (infeksi sistemik, dengan cepat). 3)


29

berat badan yang menurun dengan cepat. 4) kehamilan atau DM

gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan. 5) tidak

berhasil dikelola dengan OHO dosis maksimal atau ada kontra

indikasi dengan OHO.

5. Pendidikan kesehatan

Menurut Smeltzer, et al. (2008) Pendidikan kesehatan pada pasien

diabetes mellitus diperlukan karena penatalaksanaan diabetes mellitus

memerlukan perilaku penanganan yang khusu seumur hidup. Pasien tidak

hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari

fluktuasi kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki

perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi

diabetik jangka panjang, pasien harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat

dan efek samping terapi, latihan, perkenbangan penyakit, strategi

pencegahan, teknik pengontrolan gula darah dan penyesuaian terhadap

terapi. Seperti yang di kemukakan Thiebaud, et all (2008) bahwa

penatalaksanaan diabetes mellitus tipe II adalah selama hidupnya pasien

harus rutin melakukan kunjungan ke dokter untuk melakukan pemeriksaan

laboratorium serial, pemeriksaan fisik, perawatan kaki, melakukan diet

diabetes mellitus olah raga dan mendapatkan pendidikan kesehatan dalam

upaya merawat diabetes mellitus secara mandiri.

2.4 PengaruhSenam Kebugaran Jasmani Terhadap Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Mellitus


30

Kurangnya aktivitas dalam kehidupan sehari-hari bisa mengakibatkan diabetes

mellitus. mengingat banyaknya komplikasi serta besaranya biaya perawatan pada

pasien diabetes mellitus, maka upaya yang paling baik dilakukan adalah

pengendalian diabetes mellitus agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, upaya

mencegah tersebut salah satunya adalah dengan menjalankan pola hidup sehat dan

bugar yaitu melakukan aktivitas yang sehat senam kebugaran jasmani. Bedasarkan

teori keperawatan, juga mengungkapkan bahwa latihan kebugaran jasmani

merupakan kebutuhan pasien yang harus di penuhi dalam mengatasi masalah

keperatawan yang timbul akibat diabetes mellitus. sementara kenyataan yang

sering terjadi di lapangan, latihan kebugaran jasmani sering di abaikan oleh setiap

penderita diabetes mellitus, penderita lebih fokus dan hanya mengutamakan pada

penanganan diet dan mengkonsumsi obat-obatan, padahal penanganan diet yang

teratur belum tentu menjamin akan terkontrol kadar gula darahnya, akan tetapi

hal ini sering diseimbangi dengan latihan senam kebugaran jasmani yang sesuai.

Untuk mencapai hasil yang optimal, senam ini direkomendasikan dilakukan

dengan durasi 30 menit dan frekunsi 3-5 kali dalam seminggu, dibandingkan

dengan olahraga lainnya senam kebugaran jasmani lebih efektif, karena mayoritas

menggunakan otot-otot besar tubuh, gerakan ritmis, (berirama),

berkenimbungan(kontinyu), penekanan gerakan dalam senam ini adalah pada

gerak ritmik otot, sendi, vaskuler dan saraf dalam bentuk peregangan dan

relaksasi. variasi gerakan yang banyak, terutama gerakan dasar pada kaki dan

berjalan.
31

Senam ini juga berbeda dengan senam lainnya. Perebedaanya terletak pada

tujuan, yaitu mengurangi gula darah dan kelebihan konsumsi karbohidrat di dalam

tubuh. selain itu perbedaan senam ini dengan senam lainnya yaitu terletak pada

gerakannya, yang lebih ringan dan cepat untuk membakar sisa tenaga di dalam

tubuh serta fokus pada peregangan otot. Sebab otot merupakan bagian tubuh yang

menyimpan banyak glikogen. Gerkan senam ini yang berfokuskan pada otot

mampu meningkatkan fungsi dan mengaktifkan reseptor gula darah pada insulin

yang kemudian akan ditangakap oleh otot. (12) Manfaat dari senam ini adalah untuk

mengontrol gula darah , menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit

kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita diabetes mellitus, senam ini

juga dapat memperbaiki profil lemak darah, dan kolestrol total, mencegah

terjadinya diabetes mellitus yang dini terutama bagi orang dengan riwayat

keluarga diabetes mellitus serta mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan

insulin.Senam ini juga bisa mengolah semua organ tubuh manusia, mulai otak

hingga ujung kaki.Sebab dampak penyakit diabetes menyerang seluruh tubuh.

Dampak paling ringan adalaah kaki kesemutan, gerakan yang bervariasi membuat

otak bekerja untuk bisa menghafalnya, membiasakan otak bekerja bisa

meningkatkan daya penyandang diabaetes mellitus.(12)

Olah raga adalah salah satu alternatif paling efektif dan aman untuk

memperoleh kebugaran jasmani sebab berolahraga mempunyai multi fungsi,

antara lain manfaat fisik meningkatkan komponen kebugaran, manfaat psikis lebih

tahan terhadap stress,lebih mampu berkonsentrasi, dan manfaat sosial menambah

percaya diri dan sarana berinteraksi.(12)


32

Bedasarkan teori yang dijelaskan diatas dapat di simpulkan bahwa dengan

latihan senam yang teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh, seperti

meningkatkan aktifitas fisik, terutama pada penyakit DM, terjadinya penyakit DM

biasanya kurangnya olah raga, diabetes mellitus tidak di tanagani secara baik akan

mengakibatkan fatal dan menyebabkan penyakit penyakit jantung dan stroke dan

dapat dengan kematian , salah satunya harus menjaga kesehatan tubuh yaitu

dengan cara berolahraga ringan yanag dilakukan senam dan berkelompok akan

memiliki banyak manfaat diantaranya menurunkan berat badan, mengurangi stress

dan depresi, melancarkan predaran darahnya, memperbaiki kekuatan otot

meningkatkan fungsi tubuh untuk melakukan aktifitas sehar-hari.

2.5 Kerangka Teori

Diabetes Mellitus

Faktor Resiko Diabetes Mellitsu: Penatalaksanaan:


1. Faktor keturunan 1. Manajement diet
2. Faktor obesitas 2. Latihan fisik (olahraga)
3. Faktor usia 3. Pemantauan kadar gula
4. Faktor tekanan darah darah
5. Faktor aktivitas fisik 4. Terapi farmakologi
6. Faktor kolesterol 5. Pendidikan kesehatan
7. Faktor stress
33

Senam Kebugaran Kadar gula


Jasmani darah

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber:(6),(11)

Anda mungkin juga menyukai