Anda di halaman 1dari 105

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN

DINI PADA REMAJA DI KECAMATAN BULUKUMPA


KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh:
RISMAWATI
A.16.08.046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2020
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN
DINI PADA REMAJA DI KECAMATAN BULUKUMPA
KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2020

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep)
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Panrita Husada Bulukumba

Oleh:
RISMAWATI
A.16.08.043

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN DINI


PADA REMAJA DI KECAMATAN BULUKUMPA
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2020

SKRIPSI

Disusun Oleh:

RISMAWATI
NIM A. 16. 08. 046

Proposal ini Telah Distujui

Tanggal 16 April 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep) (Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kep)


NIP : 1984 0330 20100 1 2023 NIP : 198010140111102031

ii
LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN DINI


PADA REMAJA DI KECAMATAN BULUKUMPA
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2020

Disusun Oleh :

RISMAWATI
NIM : A.16.08.046

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji


Pada Tanggal September 2020
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

MENYETUJUI

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep) (Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kep)


NIP : 1984 0330 20100 1 2023 NIP : 198010140111102031

Ketua Stikes Panrita Husada


Ketua Program Studi Keperawatan

Dr. Muriyati, S.ST, M.Kes


Fatmawati, S.Kep, Ns, M.Kep
NIP.
NIP.

iii
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rismawati

Nim : A. 16. 08. 046

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi :Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini Pada

Remaja Dikecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

Tahun 2020

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bulukumba,14 September 2020

Yang membuat pernyataan

RISMAWATI
NIM.A.16.08.046

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skrpsi dengan judul “Faktor- Faktor

Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini Pada Remaja”. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.kep) pada

program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. H. Muh. Idris Aman, S. Sos selaku Ketua Yayasan Panrita Husada Bulukumba

yang telah menyiapkan sarana dan prasarana sehingga proses belajar dan

mengajar berjalan dengan lancar.

2. Dr. Muriyati, S.Kep, M. Kes selaku Ketua Stikes Panrita Panrita Husada

Bulukumba yang selalu memberikan motivasi sebagai bentuk kepedulian

sebagai orang tua yang membimbing penulis selama penyusunan proposal ini.

3. Dr. A. Suswani Makmur, S.kep, Ns, M. Kes selaku Wakil Ketua 1 yang telah

merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

4. Hj. Fatmawati, S. Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

5. Haerani, S.Kep, Ns, M. kep selaku dosen pembimbing utama yang telah

bersedia untuk memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis sejak awal

sampai akhir dalam penyusunan proposal ini.

6. Tenriwati, S.Kep, Ns, M. Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan

proposal ini.

v
7. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal,

keterampilan, dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama

proses perkuliahan.

8. Teristimewa kepada ayahanda tercinta Tahir imam jalani, ibunda tersayang

Najemiati, suami tercinta Akmal tahir dan seluruh keluarga tercinta serta

hormatku kepada mereka yang telah memberikan doa, bimbingan, dorongan,

dukungan moril serta materi kepada penulis dalam menuntut ilmu.

9. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi keperawatan

angkatan 2016. Terutama kepada sahabat penulis Nurhalisa, Lisa Indriani, Bibi

Sahira, Nely Indriani, dan Nurdika Parsya yang telah memberikan dukungan

serta bantuan sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan

segala bantuan yang diberikan bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal ini. Mohon

maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya

perbuat semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah

kita menuju kebaikan dan selalu menganugrahkan kasih sayang-Nya untuk kita

semua. Amin.

Bulukumba, April 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.........................iv

KATA PENGANTAR..................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................5

C. Tujuan Penelitian................................................................................5

1. Tujuan Umum...............................................................................5

2. Tujuan Khusus..............................................................................6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis............................................................................6

2. Manfaat Aplikatif..........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori....................................................................................7

1. Teori Tentang Pernikahan Dini....................................................7

a. Pengertian Pernikahan Dini....................................................8

b. Penyebab Pernikahan Dini......................................................9

c. Dampak Yang Terjadi Akibat Pernikahan Dini....................10

d. Kerugian Pernikahan Dini....................................................13

vii
e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Dini.........14

2. Teori Tentang Remaja................................................................33

a. Pengertian Remaja................................................................33

b. Perkembangan Remaja.........................................................33

c. Tugas- Tugas Perkembangan Masa Remaja.........................34

d. Ciri- Ciri Perkembangan Remaja..........................................35

e. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja.......................36

B. Karangka Teori.................................................................................38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep..............................................................................39

B. Variabel Penelitian............................................................................40

C. Definisi Konseptual..........................................................................41

D. Definisi Operasional.........................................................................42

E. Hipotesis Penelitian..........................................................................46

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian............................................................................. 47

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian...........................................................47

C. Populasi, Sampel, Dan Tehnik Pengambilan Sampel.......................47

D. Instrumen Penelitian.........................................................................50

E. Alur Penelitian..................................................................................52

F. Tekhnik Pengumpulan Data.............................................................53

G. Tekhnik Pengelolaan Data................................................................54

H. Etika Penelitian.................................................................................56

I. Jadwal Penelitian..............................................................................57

viii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden ................................................

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Pernikahan Dini ..............................

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Remaja ........................................

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ................................

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Ekonomi ......

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Budaya ...................

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua

otoriter, Demokratis, dan Permisif...................................................................

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Teman sebaya.........

Tabel 5.9 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pernikahan Dini......

Tabel 5.10 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pernikahan Dini......

Tabel 5.11 Analisis Hubungan Status Ekonomi Dengan Pernikahan Dini.....

Tabel 5.12 Analisis Hubungan Antara Budaya Dengan Pernikahan Dini.....

Tabel 5.13 Analisis Hubungan Pola Asuh Orang Tua Otoriter, Demokratis, dan

Permisif Dengan Kejadian Pernikahan Dini..................................................

Tabel 5.14 Analisis Hubungan Antara Teman Sebaya Dengan Pernikahan Dini
....................................................................................................................................

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.............................................................................

Gambar 3.1 Kerangka Konsep..........................................................................

Gambar 4.1 Alur Penelitian..............................................................................

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari STIKES Panrita Husada

Bulukumba

Lampiran 2 Surat Izin Etik Penelitian Dari STIKES Panrita Husada Bulukumba

Lampiran 3 Sertifikat Etik Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Dari STIKES Panrita Husada Bulukumba.....

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 7 Lembar Permohonan Informet Consent

Lampiran 8 Instrumen Penelitian

Lampiran 9 Master tabel penelitian

Lampiran 10 Hasil Pengolahan Data penelitian

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 12 (POA) Planning Of Action

Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang

dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih

dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun. Pernikahan usia

muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih belum

cukup atau belum matang (Isnaini and Sari, 2019). Risiko yang

mengancam kesehatan reproduksi pada wanita ketika memutuskan untuk

menikah diusia yang belum seharusnya antara lain aborsi, anemia,

kekerasan seksual, dan kanker serviks (Septianah, Solehati and Widianti,

2019).

Secara global, untuk saat ini lebih dari 700 juta perempuan di dunia

melakukan pernikahan di bawah usia 18 tahun, dan 250 juta di antaranya

bahkan melakukan pernikahan di usia kurang dari 15 tahun (Septianah,

Solehati and Widianti, 2019).

Di Indonesia sendiri, pernikahan dini mengalami penurunan dari

tahun 2008 sebanyak 27,4 % menjadi 23 % pada tahun 2015. Namun, hal

tersebut masih dianggap tinggi oleh badan statistik. Indonesia menjadi

salah satu negara dengan kejadian pernikahan usia dini pada remaja

tertinggi di dunia ( rangking 37 ), dan tertinggi kedua di ASEAN setelah

kamboja, pada tahun 2016 terdapat 158 negara dengan usia legal minimum

menikah adalah 18 tahun keatas, dan di Indonesia masih diluar itu (Isnaini

and Sari, 2019).

1
2

Riset kesehatan dasar 2018 menunjukkan bahwa prevalensi umur

pernikahan pertama antara 15-16 tahun sebanyak 41,9 %. Secara nasional

rata- rata usia kawin pertama di Indonesia 19,70 % pertahun, rata- rata usia

kawin di daerah perkotaan 20,53 % pertahun dan di daerah pedesaan 18,26

% pertahun (Riskesdas, 2018).

Provinsi dengan presentase perkawinan dini ( < 15 tahun ) adalah

Kalimantan selatan,( 9 % ). Jawa barat ( 7,5 % ), serta Kalimantan timur

dan Kalimantan tengah masing- masing ( 7 % ) dan banten ( 6,5 % ).

Sedangkan provinsi dengan presentase perkawinan dini ( 15- 19 tahun )

tertinggi adalah kelimantan tengah ( 52,1 % ). Jawa barat ( 50, 2 % ),

Kalimantan selatan ( 48, 4 % ). Bangka Belitung ( 47,9 % ) dan Sulawesi

tengah ( 46,3 % ) (Pohan, 2017).

Data yang diperoleh dari pengadilan agama kabupaten Bulukumba di

kecamatan Bulukumpa data dispensasi nikah pada tahun 2017 sebanyak 7

orang di tahun 2018 sebanyak 20 orang dan ditahun 2019 sebanyak 23

orang remaja yang menikah dini.

Dari hasil wawancara yang didapatkan di Dinas pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak kabupaten Bulukumba, pernikahan dini

semakin meningkat perempuan melakukan pernikahan diusia dibawah 19

tahun. Pernikahan dini menjadi masalah karena memiliki banyak dampak

negatif diantaranya adalah perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.

Dampak negatif tersebut dimungkinkan karena kurang matangnya emosi

pada pelaku pernikahan. Pernikahan dini terjadi kebanyakan karena faktor

pergaulan.
3

Data yang didapatkan dari kementrian agama Bulukumba dengan data

pengadilan agama dari 10 kecamatan dikabupaten Bulukumba pada tahun

2017 terdapat 56 kasus pernikahan dini, kemudian di tahun 2018 ada 81

kasus, pada tahun 2019 meningkat menjadi 100 kasus. Terbukti bahwa

permintaan dispensasi nikah merupakan kasus terbanyak yang terjadi

selain perceraian.

Dari hasil wawancara yang didapatkan dari KUA ( kantor urusan

agama) kecematan Bulukumpa, pernikahan dini memang meningkat pada

tahun 2019 dan tahun 2020 sekarang, banyak remaja yang menikah dini

karena salah satu faktornya pergaulan bebas, banyak juga remaja yang

menikah tanpa dispensasi karena umurnya direkayasa sehingga remaja

menikah tanpa dikenakan sansi perkawinan.

Menurut undang-undang Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang

perkawinan, dalam pasal 7 ayat (1) , menyebutkan usia minimum

pernikahan untuk pasangan adalah 19 tahun untuk pria 16 tahun untuk

wanita dan pasangan harus mendapatkan dispensasi dari pengadilan

(Iustitiani and Ajisuksmo, 2018).

Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 memberikan batasan

20 tahun, karena pada usia dibawah 20 tahun apabila terjadi hubungan

seksual akan mempertinggi resiko terjadinya kanker serviks dan penyakit

menular seksual, sehingga usia yang baik untuk wanita menikah adalah

diatas 20 tahun (Wulanuari, Anggraini and Suparman, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian (Septianah, Solehati and Widianti, 2019)

pernikahan dini merupakan suatu masalah yang disebabkan oleh faktor


4

dari berbagai bidang, beberapa faktor yang diyakini sebagai penyebab

pernikahan dini diantaranya adat, ekonomi, pengetahuan, tingkat

pendidikan dan pola asuh orangtua.

Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dari pengadilan agama

Bulukumba upaya pemerintah untuk mengatasi terjadinya pernikahan dini

yaitu menetapkan undang-undang no. 1 atau 1974 pasal 7 menyebutkan

perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun

dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun kini dengan adanya revisi itu,

baik pria maupun wanita batas usia pernikahan adalah 19 tahun, sampai

sekarang pernikahan dini masih meningkat, salah satu penyebabnya yaitu

karena hamil diluar nikah, dan dilakukan dispensasi perkawinan.

Pernikahan usia dini berdampak pada meningkatnya drop out sekolah,

brisiko kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian. Sebab itu remaja

rentang terhadap kematian maternal, aborsi, anemia, kekerasan dan

pelecehan seksual, intra uteri fetal death, premature, kurangnya kontrol

terhadap kesehatan reproduksi, dan peluang terjadinya kematian ibu.

Akibatnya pernikahan usia dini membawa dampak sosial, ekonomi, dan

kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Arikhman,

Meva Efendi and Eka Putri, 2019).

Dari hasil yang dijelaskan diatas peneliti berminat atau tertarik untuk

meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini

pada remaja di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun

2020.
5

B. Rumusan masalah

Masalah pernikahan anak merupakan masalah yang sangat serius,

risiko yang mengancam kesehatan reproduksi pada wanita ketika

memutuskan untuk menikah di usia yang belum seharusnya antara lain

aborsi, anemia, intra uteri fetal death, premature, kekerasan seksual,

atonia uteri, cancer serviks.

Beberapa permasalahan dalam pernikahan anak meliputi faktor

yaitu pengaruhnya terhadap pendidikan, terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga, dampak terhadap kesehatan reproduksi, serta tinjauan hukum

terkait dengan pernikahan anak (Fadlyana and Larasaty, 2016).

Berdasarkan latar belakang yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pernikahan

dini

2. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan pernikahan dini

3. Apakah ada hubungan antara status ekonomi dengan pernikahan dini

4. Apakah ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan pernikahan

dini

5. Apakah ada hubungan antara budaya dengan pernikahan dini

6. Apakah ada hubungan antara teman sebaya dengan pernikahan dini

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor

yang mempengaruhi pernikahan dini


6

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya hubungan faktor pendidikan dengan kejadian

pernikahan dini

b. Diketahuinya hubungan faktor pengetahuan dengan kejadian

pernikahan dini

c. Diketahuinya hubungan faktor status ekonomi dengan kejadian

pernikahan dini

d. Diketahuinya hubungan faktor pola asuh orangtua dengan kejadian

pern ikahan dini

e. Diketahuinya hubungan faktor budaya dengan kejadian pernikahan

dini

f. Diketahuinya hubungan faktor teman sebaya dengan kejadian

pernikahan dini.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Untuk menambah wawasan mahasiswa stikes panrita husada

bulukumba mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pernikahan dini

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan referens atau bahan

bagi peneliti selanjutnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pernikahan dini


7

2. Manfaat aplikatif

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi

remaja yang menikah dini

b. Untuk menambah ilmu pengetahuan tidak hanya pada remaja yang

menikah tetapi juga remaja yang belum menikah .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori tentang pernikahan dini pada remaja

1. Pernikahan

Pernikahan adalah merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari

didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

dimaksud dengan istilah tersebut, maka biasanya orang akan berfikir

terlebih dahulu untuk mendapatkan formulasi, walaupun sebenarnya

apa yang dimaksud dengan istilah itu telah ada dalam pikiran dengan

jelas. Oleh sebab itu sebelum memasuki masalah tersebut lebih dalam,

kiranya sudah pada tempatnya untuk melihat pengertian mengenai

pernikahan tersebut.

Menurut undang-undang pernikahan, yang dikenal dengan undang-

undang No. 1 tahun 1974, yang dimaksud dengan pernikahan yaitu :

pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau

rumah tangnga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang

maha Esa. Dengan keluarnya undang-undang No. 1 tahun 1974 diatas,

maka seluruh seluk beluk mengenai perkawinan di indonesia di atur

oleh undang-undang tersebut. Undang-undang dilengkapi dengan

peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 yaitu tentang pelaksanaan

undang-undang pernikahan itu, maka undang-undang tersebut akan

menjadi acuan dalam hal pernikahan di Indonesia.

7
8

Dalam pernikahan adanya ikatan lahir dan batin, yang berarti

bahwa dalam pernikahan itu perlu adanya ikatan tersebut kedua-

duanya. Ikatan lahir adalah merupakan ikatan yang menampak, ikatan

formal sesuai dengan peraturan –peraturan yang ada (Walgito, 2016).

2. Pernikahan dini

a. Definisi

Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan

yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya

masih dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun.

Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari

segi umur masih belum cukup atau belum matang (Isnaini and Sari,

2019).

Pernikahan terhadap anak di bawah umur yang dilakukan

tokoh masyarakat tanpa melalui lembaga dispensasi nikah di

pengadilan agama, selain dikenai sanksi moral. Dari segi

pelakunya, pernikahan dini dapat di bagi dua macam, pertama

pernikahan anak di bawah umur dengan orang dewasa, kedua

pernikahan sesama anak di bawah umur. Menikahi anak di bawah

umur oleh orang dewasa cenderung dianggap bisa merusak cara

berpikir dan masa depan anak. Sedangkan pernikahan sesama anak

di bawah umur cenderung karena pergaulan anak dan opini yang

berkembang di tengah masyarakat, tentu hal ini lebih parah lagi

bagi masa depan anak di maksud. Meskipun demikian, pernikahan


9

anak dibwah umur dapat dilegalkan serta sah secara hukum melalui

lembaga dispensasi nikah (Candra, 2018).

Pernikahan dini untuk anak perempuan adalah penghalang

kesempatan pendidikan, ekonomi, sosial, mereka memiliki daya

rendah dibandingkan dengan anak perempuan dewasa dan sering

tidak dapat memutuskan (Allahverdizadeh, Kohan and

Farajzadegan, 2018).

Menurut badan kependudukan dan keluarga berencana

nasional pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan secara

tidak sehat. Pernikahan yang sehat di maksudkan pernikahan yang

dilakukan pada usia minimal 25 tahun untuk laki- laki dan 20 tahun

untuk wanita. Hal tersebut dipertimbangkan atas dasar pentingnya

kematangan sistem reproduksi dalam sebuah pernikahan

(Septianah, Solehati and Widianti, 2019).

b. Etiologi

Pernikahan dini merupakan suatu masalah yang disebabkan

oleh faktor dari berbagai bidang, beberapa faktor yang diyakini

sebagai penyebab pernikahan dini diantaranya faktor ekonomi,

faktor pengetahuan, faktor pendidkan, faktor pola asuh orang tua,

faktor adat, pergaulan bebas, teman sebaya.


10

c. Dampak yang terjadi akibat pernikahan dini

1) Dampak pada sistem reproduksi

Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ

seks dalam organisme yang bekerja sama untuk tujuan

reproduksi seksual.

Kesehatan reproduksi merupakan kesehatan secara fisik,

mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal

yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses

reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit

atau kecacatan.

Perawatan kesehatan reproduksi yaitu suatu metode, tehnik,

dan pelayanan yang mendukung kesehatan reproduksi dan

kesejahteraan melalui pencegahan dan penanganan masalah-

masalah kesehatan reproduksi mencakup perawatan kesehatan

seksual yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan

hubungan antar pribadi. Bukan hanya pribadi konseling dan

perawatan yang berhubungan dengan proses reproduksi dan

penyakit menular secara seksual (Eny kusmiran, 2014).

Adapun faktor yang mempengaruhi kesehatan dan

kesejahteraan wanita yaitu terdapat 12 faktor yang

mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan wanita, yaitu

kemiskinan, pendidikan, penyediaan layanan kesehatan,

kekerasan terhadap wanita, perekonomian, pengambilan

keputusan, mekanisme institusi, pemenuhan hak asasi manusia,


11

media, lingkungan, dan diskriminasi (Ni Komang Yuni

Rahyani, 2013).

Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia muda

meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun

pada anak. Kehamilan diusia yang sangat muda ini ternyata

berkolerasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu.

Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10- 14 tahun

berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin

dibandingkan kelompok usia 20- 24 tahun, sementara risiko ini

meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15- 19 tahun

(Fadlyana and Larasaty, 2016).

Pernikahan dini sangat mempengaruhi psikologis dan fisik

remaja, terutama remaja putri, karena organ reproduksi belum

tumbuh sempurna, belum siapnya rahim seorang perempuan

usia muda untuk memproduksi anak dan belum siapnya mental

dalam rumah tangga. Berbagai survei membuktikan ibu

dibawah usia 20 tahun sebagian besar mengalami anemia, serta

sangat berisiko mengalami komplikasi persalinan seperti

perdarahan, infeksi, abortus dan berisiko menambahan kasus

kematian ibu. Bayi yang dikandung oleh ibu usia muda < 20

berisiko mengalami intra uterin grow restriction, partus

prematurus, bayi berat lahir rendah, aspiksia, dan juga berisiko

kematian bayi (Wijaya merry, 2019).


12

2) Dampak pada psikologis

Dilihat dari segi psikologi perkembangan, dengan makin

bertambahnya umur seseorang diharapkan akan lebih masak,

akan lebih matang lagi psikologisnya. Memang dilihat dari

tingkat kedewasaan pribadi seseorang tidak tergantung pada

umur, tetapi masa remaja adalah masa peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja ini

umumnya remaja belum memiliki kepribadian yang mantap

dan kematangan berfikir. Komplikasi psikososial akibat

pernikahan dini didukung oleh suatu penelitian yang

menunjukkan bahwa keluaran negatif sosial jangka panjang

yang tak terhindarkan, ibu yang mengandung di usia dini akan

mengalami trauma berkepanjangan, selain juga mengalami

krisis percaya diri. Anak juga secara psikologis belum siap

untuk bertanggung jawab dan berperan sebagai istri, partner

seks, ibu, sehingga jelas bahwa pernikahan dini menyebabkan

imbas negatif terhadap kesejahteraan psikologis serta

perkembangan kepribadian mereka. Perkawinan di bawah umur

tidaklah menguntungkan bahkan jelas merugikan kaum

perempuan, dalam usia yang masih muda, remaja putri dituntut

untuk mengurus rumah tangga, melayani suami, harus

mengandung dan melahirkan, kemudian merawat dan

membesarkannya. Sedangkan mengandung dan melahirkan

pada usia muda sangat berisiko tinggi bagi kesehatan, bagi ibu
13

muda bisa menimbulkan kanker rahim dan rawan keguguran

(Asman, 2019).

3) Dampak dari segi sosial

Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi

kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta

menjadi sebuah aib bagi keluarga di lingkungan masyarakat

setempat (Yanti, Hamidah and Wiwita, 2018).

d. Kerugian pernikahan dini

Kerugian pernikahan dini akan lebih dirasakan oleh wanita.

Moh. Jusuf Hanafiah menyatakan bahwa dalam hubungannya

dengan UUP yang menetapkan batas umur kawin 16 tahun untuk

wanita dapat menimbulkan kerugian sebagai berikut:

1) Pada usia 16 tahun seeorang wanita sedang mengalami

masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak- anak

menjadi dewasa. Pada usia ini seseorang wanita belum siap

fisik dan mentalnya menjadi ibu rumah tangga.

2) Menikah pada usia muda ( 16 tahun ) berarti wanita

tersebut paling tinggi baru tamat SLTP atau sederajat.

Pendidikan pada wanita mempengaruhi beberapa hal, di

antaranya pendidikan anak-anak dan keberhasilan program

keluarga berencana serta kependudukan.

3) Menikah usia muda berarti memberi peluang kepada wanita

belasan tahun untuk hamil dengan risiko tinggi.


14

4) Menikah pada usia muda berarti memperpanjang

kesempatan reproduksi.

5) Kawin pada usia muda merupakan faktor predis posisi

untuk kanker leher rahim (Hartono, 2013).

e. faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini

1) pendidikan

menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal

dari kata “ didik ” dan mendapat imbuhan “ pe” dan akhiran

“an ”, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau

perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau upaya

pengajaran dan pelatihan (Stefanus, 2018).

Pendidikan memberikan pengaruh besar pada

perkembangan diri anak. Pendidikan dalam hal ini di

maksudkan ialah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang

pendidik (guru) atau pengasuh anak untuk mencapai tujuan

baik bagi anak (Novan, 2014).

Tingkat pendidikan yaitu tahapan pendidikan berkelanjutan,

yang sudah ditetapkan oleh lembaga terkait berdasarkan kepada

tingkat perkembangan peserta didik, adapun tingkat pendidikan

sekolah seperti pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.
15

a) Pendidikan dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar

yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan

peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan

yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan

kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat.

b) Pendidikan menengah

Pendidiksn menengah adalah pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal

balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar,

serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam

dunia kerja atau pendidikn tinggi. Tingkat pendidikan

menengah adalah SMP, SMA / SMK.

c) Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang

memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik

atau profesional sehingga dapat menerapkan,

mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan, seni

dalam rangka pembangunan nasinal dan meningkatkan

kesejahteraan manusia (Tim Pengembang, 2007).


16

Berdasarkan jalurnya, pendidikan diklasifikasikan

menjadi 3 jenis, yakni pendidikan formal, pendidikan non

formal, dan pendidikan informal.

a) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang

terstuktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi

b) Pendidikan informal adalah pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat , selain yang

bentuknya formal ada juga yang tidak formal.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga

dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara

mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung

jawab.

c) Pendidikan non formal

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah atau pelengkap (Stefanus, 2018).

Menurut penelitian Stang (2015), Secara umum

pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu,


17

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Remaja dengan tingkat pendidikan yang

rendah dan kurang pengetahuan tentang pernikahan dini

cenderung akan melakukan pernikahan lebih awal

dibandingkan dengan remaja dengan tingkat pendidikan

dan pengetahuan yang tinggi (Septianah, Solehati and

Widianti, 2019).

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pendidikan

anak, orangtua, masyarakat menyebabkan adanya

kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih

dibawah umur (Dwinanda, Wijayanti and Werdani,

2017).

Remaja yang berpendidikan rendah mempengaruhi

kejadian pernikahan usia dini. Remaja yang

berpendidikan rendah mempengaruhi kejadian

pernikahan usia dini semakin rendah pendidikan

remaja maka semakin berisiko untuk melakukan

pernikahan usia dini karena berkurangnya kegiatan atau

aktifitas remaja sehari- hari sehingga memilih untuk

melakukan pernikahan usia dini. Begitu juga sebaliknya

semakin tinggi pendidikan remaja maka semakin lama

untuk melakukan pernikahan sehingga terhindar dari

pernikahan usia dini (Handayani, 2014).


18

Factor social yang berpengaruh terhadap pernikahan

pertama pada perempuan adalah factor pendidikan

rendahnya pendidikan remaja mendorong untuk

menikah usia muda (Hadi siswanto, 2015).

Biaya pendidikan yang tak terjangkau, anak

berhenti sekolah dan kemudian dinikahkan untuk

mengalihkan beban tanggungjawab orangtua

menghidupi anak tersebut kepada pasangannya

(Fadlyana and Larasaty, 2016).

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil pengamatan terhadap sesuatu

yang bersifat tetap. Pengetahuan juga merupakan hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya ( mata, hidung, telinga,

dan sebagainya ). Sendirinya pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran dan indera penglihatan (Arikhman, Meva Efendi

and Eka Putri, 2019).

Pengetahuan yang rendah dikarenakan masih cukup

besarnya responden yang memiliki pendidikan SD dan SMP,

dimana pendidikan rendah ini mempengaruhi pengetahuan

responden tentang pernikahan dini. pengetahuan dan


19

pendidikan memiliki hubungan yang bermakna terhadap

pernikahan dini. Hal ini juga didukung oleh suatu penelitian

yang menyatakan pengetahuan dan pendidikan merupakan

salah satu faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini

(Septianah, Solehati and Widianti, 2019).

Pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan yang

sangat erat yang merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia karena pengetahuan yang baik muncul bila sejalan

dengan pendidikan dan mendapatkan informasi yang cukup.

Kurangnya informasi tentang pernikahan dini menjadi

kemungkinan terjadinya pernikahan dini baik dari keputusan

remaja itu sendiri yang mendapatkan dukungan orang tuanya

ataupun permintaan orang tua terhadap anaknya untuk cepat

menikah (Septianah, Solehati and Widianti, 2019).

Remaja khususnya pada wanita mempunyai kesempatan

yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan

pekerjaan yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan

untuk mengambil keputusan dari pemberdayaan mereka untuk

menunda pernikahan. Rendahnya pendidikan orang tua dan

rendahnya pendidikan remaja mendorong untuk pernikahan

dini. Rendahnya pendidikan menyebabkan pengetahuan mereka

rendah, sehingga untuk memutuskan menikah mereka tidak

memikirkan jangka panjang mengenai masalah- masalah yang


20

dapat terjadi terutama pada bahayanya menikah diusia muda

dilihat dari segi kesehatan reproduksi (Hadi siswanto, 2015).

a) Cara mengukur pengetahuan

Dapat dilakukan dengan cara mewawancarai atau angket

yang mananyakan tentang materi yang akn diukur dari

subyek penelitian kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat

domain diatas pengukuran pengetahuan (Notoadmojo,

2012)

Menurut Arikunto tingkat pengetahuan dapat

dikategorikan berdasarkan nilai sebagai berikut:

1) Pengetahuan baik: mempunyai nilai pengetahuan >

75%

2) Pengetahuan cukup: mempunyai nilai pengetahuan 60-

75%

3) Pengetahuan kurang: mempunyai nilai pengetahuan

<60%.(Arikunto, 2010).

3) Ekonomi

Status ekonomi adalah gambaran tentang keadaan

seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi social

ekonomi, gambaran tersebut didapatkan dari pendapatan

keluarga. Status ekonomi bisa dikatakan sebagai pembentuk

gaya hidup keluarga (Handayani lisda, 2009).


21

Status sosial ekonomi keluarga dapat diukur melalui

tingkat pendidikan, perbaikan lapangan kerja, dan tingkat

penghasilan keluarga. Indikator status sosial adalah umur,

pendidikan, status perkawinan, aspirasi pendidikan, partisipai

sosial, serta penghasilan sebelumnya status sosial ekonomi

seseorang diukur lewat pekerjaan, pendidikan, pendapatan.

Ekonomi disebut- sebut sebagai faktor penyebab

pernikahan dini, namun beberapa penelitian menyebutkan

bahwa pernikahan dini tidak hanya terjadi pada keluarga

rendah tetapi juga terjadi pada keluarga berpenghasilan tinggi.

Adat istiadat juga menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini

adat dapat mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap anak.

Namun, adat tidak bisa diubah sehingga di beberapa daerah

pernikahan dini masih terus berlanjut (Septianah, Solehati and

Widianti, 2019).

Garis kemiskinan pada golongan kurang mampu

mendorong terjadinya perkawinan usia muda, dengan alasan

untuk membantu masalah perekonomian orangtuanya, sehingga

anak perempuannya dikawinkan dengan orang mampu. Tidak

hanya kondisi ekonomi keluarga yang mendorong usia kawin

pertama tetapi juga pendapatan dari individu tersebut.

Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya

pernikahan dini, ketika kemiskinan semakin tinggi remaja putri

yang dianggap menjadi beban ekonomi keluarga akan


22

dinikahkan dengan pria yang lebih tua darinya (Kartika and

Wenagama, 2016).

Beban ekonomi pada keluarga sering kali mendorong orang

tua untuk cepat- cepat menikahkan anaknya dengan harapan

beban ekonomi keluarga akan berkurang, karena anak

perempuan yang sudah nikah menjadi tanggung jawab suami,

hal ini banyak kita jumpai dipedesaan, tanpa peduli umur pada

anak masih muda, apalagi kalau yang melamar dari pihak kaya,

dengan harapan dapat meningkatkan derajatnya (Sardi, 2016).

Penghasilan atau pendapatan adalah seluruh penerimaan

baik barupa uang maupun barang dari hasil sendiri yang dinilai

dengan uang. Pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh

seseorang dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber.

Tiap-tiap keluarga dalam memenuhi kebutuhannya

memerlukan pendapatan yang sumbernya berbeda-beda dengan

yang lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan disegala bidang

menyebabkan tidak terhitungnya jumlah pekerjaan yang ada

dalam masyarakat. Dimana masing-masing pekerjaan

memerlukan bakat, keahlian atau kemampuan yang berbeda

untuk mendudukinya. Distribusi pendapatan dalam suatu

Negara akan perpengaruh besar pada munculnya golongan-

golongan berpenghasilan rendah, golongan berpenghasilan

menengah dan golongan berpenghasilan menengah dan

golongan berpenghasilan tinggi. Menurut badan pusat statistic


23

(BPS 2014) tingkat pendapatan dapat dikelompokkan menjadi

empat golongan yaitu:

a) Golongan sangat tinggi : jika pendapatan ≥Rp.3.500.000

perbulan.

b) Golongan tinggi :Rp.2.500.000 s/d Rp.3.500.000 perbulan

c) Golongan sedang :Rp.1.500.000 s/d Rp.2.500.000

perbulan

d) Golongan rendah : jika pendapatan ≤Rp.1.500.000

perbulan (Philipus, 2011).

4) Pola asuh orang tua

Pernikahan dini terjadi diberbagai belahan dunia, dimana

orang tua juga mendorong perkawinan anak- anaknya ketika

mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa

perkawinan akan bermanfaat bagi mereka secara finansial dan

secara sosial, dan juga membebaskan beban keuangan dalam

keluarga.

Pola asuh orang tua merupakan interaksi yang dilakukan

antara anak dan orang tua. Pola asuh yang di maksud adalah

mendidik, membimbing, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan

berkembang secara sehat dan optimal (Riadi, 2013).

a) Pola asuh orang tua otoriter

Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh

yang menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap semua

perintah dan aturan yang di buat oleh orang tua tanpa ada
24

kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat

sendiri.

Pola asuh otoriter memiliki ciri- ciri sebagai berikut :

1) Orang tua membuat perjodohan dan tidak menerima

alasan dari anak

2) Orang tua selalu menanyakan dan harus mengetahui

dengan siapa anaknya bermain dan berteman.

3) Orang tua hanya memberikan tuntunan pada anak,

tanpa mau memedulikan perasaan anak.

4) Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang

tua

5) Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak

sangat kuat

6) Anak hampir tidak diberi pujian

7) Orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam

komunikasi biasanya bersifat satu arah.

8) Orang tua cenderung memaksa

9) Orang tua berorientasi pada hukuman, fisik, maupun

verbal

10) 0rangtua jarang mengapresiasi kemampuan anak

b) Pola asuh orang tua demokratis

Pola asuh demokratis adalah orang tua yang

memberikan kebebasan terhadap anaknya, memberikan

masukan dan bimbingan terhadap anak. Orang tua


25

sering berdiskusi degan anak tentang setiap keputusan,

terbuka dengan anak. Pola ini memecahkan masalah

anak dengan musyawarah, mendukung anak dengan

kesadaran, dan berkomunikasi dengan anak. Pola asuh

ini mendorong anak untuk mandiri tetapi tetap di

control oleh orang tua, kehangatan yang diberikan

orang menyebabkan membawa anak pada positif

dimana anak merasa bahagia, mempunyai control dan

rasa percaya diri, lebiih terbuka dengan orang- orang

disekitarnya.

Adapun ciri- ciri pola asuh demokrasi yaitu :

1) Orang tua mendorong anak untuk terbuka dan

membicarakan apa yang anak inginkan

2) Ada kerja sama antara orang tua dan anak ( dalam

pergaulan anak orang tua membebaskan anak

dengan siapa saja berteman akan tetapi orang tua

selalu mengontrol sianak

3) Adanya kompromi antara orang tua dan anak

sehingga komunikasi terjadi dalam dua arah dan

orang tua bersifat mengasuh dan mendukung

4) Orangtua selalu memberi tanggapan positif terhadap

keputusan yang berkaitan dengan masa depan anda

5) Komunikasi berlangsung secara dua arah


26

6) Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan

mengembangkan kontrol internal

7) Orangtua senang menerima pendapat, saran, dan

kritikan dari anak

8) Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak

lebih sukses darinya

9) Proses pendidikan pada anak selalu bertitik tolak

dari pendapat bahwa manusia adalah mahluk mulia

di dunia.

10) Orang tua mengapresiasikan apa yang dilakukan

anak.

c) Pola asuh orang tua permisif

Pola asuh permissive adalah orang tua sangat tidak

terlibat dalam kehidupan anak. Pola asuh ini

menghasilkan anak- anak yang kurang memiliki

kompetensi social terutama karena adanya

kecenderungan kontrol diri yang kurang (Biostatistika

and Masyarakat, 2018).

Pola asuh ini memiliki ciri sebagai berikut :

1) Orang tua bersikap acceptance tinggi namun

kontrolnya rendah anak diizinkan membuat

keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya

sendiri.
27

2) Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk

menyatakan dorongan atau keinginannya

3) Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak,

bahkan hampir tidak menggunakan hukuman.

d) Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh

1) Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam

perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan

mereka bagaimana dalam menjalankan perannya.

2) Lingkungan

Ligkungan banyak mempengaruhi perkembangan

anak, maka tidak mustahil lingkungan ikut serta

mewarnai pola pengasuhan yang diberikan orangtua

terhadap anaknya, maka cara termudah adalah

meniru dari lingkungannya.

3) Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara – cara yang

dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak,

karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam

mendidik anak ke arah kematangan. Orang tua

mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di

masyarakat dengan baik. Oleh karena itu,

kebudayaan/ kebiasaan masyarakat dalam mengasuh

anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam


28

memberikan pola asuh terhadap anaknya (Rahman

et al., 2015).

5) Faktor budaya

Budaya adalah suatu keseluruhan yang komplek yang

meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan

manusia yang didapat di masyarakat. Suatu kebudayaan dapat

dianalisis melalui unsur- unsur yakni bahasa, sistem

pengetahuan, sistem mata pengcaharian, sistem sosial, sistem

teknologi, sistem kesenian, dan sistem kepercayaan. Tingginya

pernikahan dini karena masyarakat beranggapan apabila anak

mereka sudah 20 tahun tetapi belum menikah nantinya akan

dianggap sebagai perawan tua (Mahendra, Solehati and

Ramdhanie, 2019 ).

Faktor budaya berupa tradisi dan adat menganggap bahwa

banyaknya tekanan dari di lingkungan masyarakat seperti

anggapan negatif terhadap perawan tua, jika menikah melebihi

usia 20 tahun menjadi faktor yang mendorong tingginya jumlah

perkawinan muda, hal ini menimbulkan motivasi sebuah

keluarga untuk menikahkan anak perempuannya lebih awal.

Informasi kesehatan reproduksi dianggap sebagai sesuatu yang

tabu, dan parno menjadi salah satu alasan terjadinya pernikahan

anak.
29

Pernikahan usia dini yang terjadi dalam masyarakat

merupakan fenomena yang terjadi baik secara turun temurun

merupakan tradisi pada masyarakat itu sendiri, karena

pernikahan usia dini selalu diperkuat oleh norma- norma

agama, norma hukum, negara dan adat serta yang tekait dengan

tradisi kebudayaan masyarakat setempat dalam melakukan

pernikahan dni. Budaya yang berkembang pada masyarakat

yang melakukan pernikahan dini dapat mengakibatkan

katentuan hukum di negara ini tidak akan direspon atau

ditanggapi oleh setiap masyarakat yang melakukan pernikahan

dini. Hukum berlaku didalam negara dapat di gantikan dengan

yang diakui oleh setiap masyarakat itu sendiri (Rahman et al.,

2015).

Dalam hal latar belakang kebiasaan budaya setempat

memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan individu

maupun keluarga pada masyarakat. Hal ini terjadi karena

pengaruh dari orang tua seperti perjodohan yang lebih

mengutamakan pada kekerabatan antar keluarga, adanya image

tidak ingin disebut sebagai perawan tua. Kedua hal tersebut

membuat orang tua cenderung untuk menikahkan anaknya di

usia yang masih muda (Muhayati, 2017). Kondisi sosial budaya

dan agama yang melatarbelakangi terjadinya pernikahan dini

mendapatkan kesimpulan bahwa kondisi masyarakat di sekitar

pernikahan dini tersebut berbeda- beda. Ada yang menganggap


30

sudah wajar adanya pergaulan bebas dan akhirnya menikah dini

(Hastuti and Aini, 2016).

Budaya yang mendukung pernikahan dini pada penelitian

ini, dikarenakan sering dilakukan perjodohan mengikuti tradisi

orang tua, jika memiliki anak perempuan maka seorang anak

perempuan harus cepat dinikahkan untuk menghindari

pergaulan bebas (Arikhman, Meva Efendi and Eka Putri,

2019).

6) Faktor teman sebaya

Teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak

atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan

keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Teman

sebaya memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

sosial dan perkembangan remaja seperti mendapatkan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dari teman

sebayanya, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa

teman sebaya yang berperilaku negative cenderung akan

memberikan pengaruh yang negative bagi remaja, berani

mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap pemikiran

oranglain tidak mudah percaya, memiliki keinginan yang

seringkali berbeda dengan teman- teman pada umumnya, serta

tidak begitu senang untuk melekatkan diri kepada otoritas (Ali

and mohammad Asrori, 2018). Teman sebaya merupakan salah

satu kelompok sosial yang berperan penting dalam proses


31

sosialisasi anak. Dalam kelompok tersebut anak akan

memperoleh berbagai pengalaman belajar yang diperlukan

anak dalam perkembangannya (zulfan saam and Wahyuni,

2012).

Faktor teman sebaya merupakan bentuk dorongan atau

penerimaan yang ada di kalangan remaja, dimana peran teman

sebaya yang negatif berisiko besar untuk melakukan

pernikahan dini. Pada usia remaja seseorang menghabiskan

lebih banyak waktu bersama teman sebayanya dibandingkan

bersama orang tuanya (Arikhman, Meva Efendi and Eka Putri,

2019).

Peran teman sebaya ditonjolkan karena remaja yang

mengalami pubertas akan lebih terbuka kepada teman sebaya

ditambah lagi mereka lebih sering bertemu dalam lingkungan

sekolah. Remaja menjadikan teman sebaya sebagai orang

pertama yang mengetahui apa saja yang terjadi pada dirinya,

salah satunya adalah kecenderungan remaja ingin mengetahui

seks dimasa pubertas lebih banyak diperoleh melalui teman

sebaya dari pada orang tua teman sebaya akan mempengaruhi

perilaku seksual, teman sebaya juga memberikan contoh yang

tidak baik seperti gaya berpacaran yang melakukan ciuman,

pelukan dan lainnya. Teman sebaya dapat memberikan tekanan

terhadap remaja dalam melakukan pernikahan usia muda,

berhenti sekolah. Dan perilaku seksual pranikah karena teman


32

sebaya lebih terbuka dalam memberikan informasi tentang

seksual dari pada dengan orang tua teman sebaya atau sahabat

seringkali berperan sebagai tempat untuk bertukar pengalaman

atau untuk sekedar mencurahkan isi hati. Alasannya dengan

teman cenderung menyimpan rahasia, lebih terbuka bercerita

tentang lawan jenis serta dapat memecahkan masalah yang

dihadapi dengan orang tua atau keluarga (Arikhman, Meva

Efendi and Eka Putri, 2019).

Remaja menikah karena mendengarkan cerita seksual dari

teman yang sudah menikah, menikah karena takut kehilangan

pacar, menikah karena teman menikah terlihat bahagia dengan

pasangan dan anak- anaknya. Selain itu, remaja menikah

karena melihat teman yang sudah menikah dan kehidupannya

mapan dan terlihat semakin dewasa (Di et al., 2019).

Teman sebaya adalah lingkungan social yang sering disebut

berpengaruh terhadap sikap permisif remaja. Lebih lanjut

dijelaskan sebesar 93,7 % remaja yang melakukan seks pra

nikah ternyata memiliki teman- teman juga melakukan hal yang

sama dan 65 % infor masi seks didapat dari kawan, keberadaan

teman sebaya yang sudah melakukan hubungan seksual

pranikah akan memberikan dampak negative bagi remaja

disekelilingnya karena ia kemungkinan akan mengikuti

perilaku temannya (Isnaini and Sari, 2019).


33

Menurut Desmita ( 2009 ), dampak negative dari kelompok

teman sebaya yaitu dapat membawa remaja terlibat dalam

kenakalan remaja seperti narkoba, free seks, tawuran serta

ketidakmampuan untuk membina hubungan yang baik dengan

orang lain. Pengaruh negative dari teman sebaya yang besar

menuntut setiap individu agar dapat menguasai keterampilan

social dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan

sekitarnya (Istawati, 2017).

3. Pengertian remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19

tahun. Remaja adalah masa peralihan dari masa anak- anak menuju

masa dewasa.

a. Perkembangan remaja

Menurut (Lestarina et al., 2017) perkembangan remaja terdiri

dari beberapa bagian diantaranya :

1) Perkembangan fisik

Masa pubertas adalah masa yang khusus dimana seorang

anak merasakan adanya kebutuhan yang sangat kuat pada

lawan jenis atau keinginan bercinta begitu mendalam. Dan

masa ini disebut juga sebagai masa perkembangan seksual

anak yang berada pada masa yang mengalami perubahan fisik

dan psikis dengan cepat (Sarwono, 2006). Penyebab

munculnya pubertas ini adalah hormon yang dipengaruhi oleh

hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjer penghasil hormon


34

tubuh). Berkat kerja hormon ini, remaja memasuki masa

pubertas sehingga mulai muncul ciri-ciri kelamin sekunder

yang dapat membedakan antara perempuan dan laki-laki.

Dengan kata lain, pubertas terjadi karena tubuh mulai

memproduksi hormon-hormon seks sehingga alat reproduksi

telah berfungsi dan tubuh mengalami perubahan.

Perkembangan fisik pada remaja mengarah pada pencapain

bentuk-bentuk badan orang dewasa. Contohnya perubahan

tinggi badan, bentuk badan, dan berkembangnya otot-otot

tubuh.

2) Perkembangan seksual

Perkembangan seksual ditandai dengan munculnya tanda-tanda

kelamin primer dan sekunder.

3) Perkembangan heteroseksul

Pada masa remaja mulai timbul rasa ketertarikan terhadap

lawan jenis.

4) Perkembangan emosional

Keadaan emosional pada masa remaja tidak stabil.

5) Perkembangan kognisi

6) Perkembangan identitas diri.

b. Tugas-tugas perkembangan masa remaja

Menurut (Ali and M. Asrori, 2018) tugas-tugas perkembangan

masa remaja dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya :

1) Dapat menerima keadaan fisiknya.


35

2) Dapat menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3) Dapat membina hubungan yang baik dengan anggota kelompok

yang berlainan jenis.

4) Mampu mencapai kemandirian emosional dan ekonomi.

5) Dapat mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual

yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai

anggota masyarakat.

6) Mampu memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang

dewasa dan orang tua.

7) Mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab dan sosial

yang di perlukan untuk memasuki dunia dewasa

8) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

9) Mampu memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung

jawab kehidupan keluarga.

c. Ciri-ciri perkembangan remaja

1) Masa remaja sebagai periode yang penting karena fisik dan

akibat psikologis.

2) Masa remaja sebagai masa peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap berikutnya.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan.

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah, namun masalah masa

remaja tersebut sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh

mereka

5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas


36

6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.

7) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa (Lestarina et al.,

2017).

d. Karakteristik umum perkembangan remaja

1) Kegelisahan

Pada fase perkembangan ini, remaja mempunyai banyak

idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak

diwujudkan dimasa depan. Namun, sesungguhnya remaja

belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk

mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan

keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan

kemampuannya.

2) Pertentangan

Pada fase ini individu sedang mencari jati diri, dimana remaja

berada pada situasi yang psikologis antara ingin melepaskan

diri dari orang tua dan perasaan yang masih belum mampu

untuk mandiri. Oleh karena itu, remaja pada umumnya sering

mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan

pendapat antara mereka dengan orang tua.

3) Mengkhayal

Keinginan untuk menjelajah dan bertualang yang semuanya

tidak tersalurkan. Biasanya hambatan dari segi keuangan atau

biaya. Karena, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan

membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja


37

hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya.

Sehingga akibatnya mereka akan mengkhayal, mencari

kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia

fantasi.

4) Aktivitas berkelompok

Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat

terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan yang sering

terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya bermacam-

macam larangan dari orang tua seringkali melemahkan atau

mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja

menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka

berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan

bersama secara berkelompok sehingga beberapa kendala dapat

diselesaikan secara bersama-sama.

5) Keinginan mencoba segala sesuatu

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

(high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang

tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajahi, dan

mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain

itu didorong juga oleh keinginan orang dewasa yang

menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang

sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang

secara sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok


38

karena sering melihat orang dewasa melakukannya (Ali and M.

Asrori, 2018).

B. Kerangka Teori
Penyebab Pernikahan dini

1. Faktor sosial
ekonomi
2. Pendidikan
3. Pengetahuan
4. Pola asuh orang tua
5. Budaya
6. Teman sebaya

Pernikahan dini

Dampak

1. Segi fisik 2. Segi mental/ 3. Faktor ekonomi


Pasangan usia jiwa Adalah salah
muda belum Pasangan usia satu faktor yang
mampu dibebani muda belum berperan dalam
suatu pekerjaan siap mewujudkan
yang bertanggung dalam
memerlukan jawab secara kesejahteraan
keterampilan moral, pada dan kebahagiaan
fisik, untuk setiap apa saja rumah tangga.
mendatangkan yang merupakan Generasi muda
penghasilan tanggung tidak boleh
baginya dan jawabnya. berspekulasi apa
mencukupi Mereka sering kata nanti,
kebutuhan mengalami utamanya bagi
keluarganya. kegoncangan pria, rasa
mental, karena ketergantungan
masih memiliki kepada orang
sikap mental tua harus
yang labil dan dihindari.
belum metang
BAB III
emosinya.

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar

dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antara variabel ( baik variabel yang di teliti maupun yang tidak

di teliti ), Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil

dengan teori (Nursalam, 2016b).

Variabel independen Variabel dependen

Pendidikan

Pengetahuan

1. Ekonomi
Pernikahan dini
Budaya

Teman sebaya

Pola asuh orang tua

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Penghubung antar variabel

39
40

B. VARIABEL PENELITIAN

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut

seseorang atau obyek yang mempunyai “ variasi ” antara 1 orang dengan

yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (sugiyono, 2017).

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti atau dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (sugiyono, 2017). Adapun variabel pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai

variabel stimulasi, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia

sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya dependen ( terikat) (sugiyono, 2017). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pengetahuan , pendidikan, ekonomi, pola asuh

orang tua, budaya, teman sebaya.

2. Variabel dependen sendiri sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, konsek uen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (sugiyono,

2017). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pernikahan dini.

C. Definisi konseptual

Defenisi konseptual adalah suatu batasan terhadap masalah-

masalah variabel dan dijadikan pedoman penelitian agar dapat


41

memudahkan dalam mengoperasionalkannya di lapangan. Dalam

memudahkan dan memahami dalam menafsirkan suatu teori yang terdapat

dalam penelitian ini maka ditentukan defenisi konseptual yang

berhubungan dengan yang akan diteliti antara lain.

1. Pernikahan dini

Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang

dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih

dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun (Isnaini and Sari,

2019).

2. Pendidikan

Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau upaya pengajaran dan pelatihan (Stefanus,

2018).

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil pengamatan terhadap sesuatu yang

bersifat tetap (Septianah, Solehati and Widianti, 2019).

4. Ekonomi

Status ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu

masyarakat yang ditinjau dari segi social ekonomi, gambaran tersebut

didapatkan dari pendapatan keluarga. Status ekonomi bisa dikatakan

sebagai pembentuk gaya hidup keluarga (Handayani lisda, 2009).

5. Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua merupakan interaksi yang dilakukukan antara anak

dan orang tua. Pola asuh yang di maksud adalah mendidik,


42

membimbing, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang

secara sehat dan optimal (Riadi, 2013).

6. Budaya

Budaya adalah suatu keseluruhan yang komplek yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat

istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan manusia yang di dapat di

masyarakat (Mahendra, Solehati and Ramdhanie, 2019).

7. Teman sebaya

Teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja

dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif

besar dalam kelompoknya (Ali and mohammad Asrori, 2018).

D. Definisi operasional

Definisi operasional adalah mengubah suatu konsep dengan kata-

kata yang dapat menggambarkan perilaku ataupun gejala yang dapat

diamati, dan seseorang dapat melakukan hal yang serupa sehingga apa

yang dilakukan seseorang peneliti dapat diuji kebenarannya dan dapat di

uji kembali oleh orang lain.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Defenisi variabel :

1. Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, yang

diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran.

a. Kriteria objektif

1) Pendidikan dasar :
43

Apabila pendidikan terakhir responden adalah Sekolah dasar

( SD )

2) Pendidikan menengah :

Apabila pendidikan terakhir responden adalah SMP, SMA /

SMK

3) Perguruan tinggi

Apabila pendidikan terakhir responden adalah diploma /

sarjana.

b. Alat ukur : wawancara

c. Skala ukur : ordinal

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang merupakan hasil pikiran dari

seseorang yang diperoleh melalui akal budi atau melalui hasil kegiatan

berfikir.

a. Kriteria objektif

1) Baik : apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar ≥ 75 % ( 12-15 )

2) Cukup : apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar 60 -75 % ( 9-11 )

3) Kurang : apabila responden dapat menjawab pertanyaan

dengan benar ≤ 60 % ( 1-8 )

b. Alat ukur : lembar kuesioner dengan menggunakan skala gutmen

c. Skala ukur : ordinal


44

3. Ekonomi adalah gambaran pendapatan keuangan dalam keluarga kecil

responden.

a. Kriteria objektif

1) Dikatakan golongan sangat tinggi : jika pendapatan

≥Rp.3.500.000 perbulan.

2) Dikatakan golongan tinggi jika pendapatan :Rp.2.500.000

sampai Rp.3.000.000 perbulan

3) Dikatakan golongan sedang jika pendapatan :Rp.1.500.000

sampai Rp.2.500.000 perbulan

4) Dikatakan golongan rendah jika pendapatan ≤Rp.1.500.000

perbulan.

b. Alat ukur : wawancara

4. Budaya adalah adat istiadat keluarga yang turun temurun di wariskan

oleh generasi ke generasi selanjutnya untuk menikahkan anaknya pada

usia dini

a. Kriteria objektif

1) Mendukung jika skor: ≥ 25 %

2) Tidak mendukung jika skor : ≤ 25 %

b. Alat ukur : kuesioner

c. Skala ukur : ordinal

5. Pola asuh orang tua adalah tindakan orang tua mendidik, mengubah

perilaku anak , nemambah pengetahuan anak agar anak dapat tumbuh

dan berkembang sesuai yang diinginkan.


45

a. Kriteria objektif

1) Pola asuh orang tua otoriter

2) Pola asuh orang tua demokratis

3) Pola asuh orang tua permisif

b. Alat ukur: kuesioner

c. Skala ukur : ordinal

6. Teman sebaya adalah anak atau remaja yang selalu bersama dengan

tingkat kedewasaan yang sama sehingga dapat membentuk suatu

kelompok.

a. Kriteria objektif

1) Berpengaruh jika skor : ≥ 25%

2) Tidak berpengaruh jika skor : ≤ 25 %

b. Alat ukur : kuesioner

c. Skala ukur : ordinal

7. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan remaja yang masih

di bawah umur yang melanggar undang- undang pernikahan , remaja

yang melakukan pernikahan akan dikenakan dispensasi.

a. Kriteria objektif

1. Terjadi jika umur < 19 tahun

2. Tidak terjadi jika umur > 19 tahun

b. Alat ukur : kuesioner

c. Skala ukur : ordinal


46

E. Hipotesis penelitian

Menurut (sugiyono, 2017) hipotesis penelitian merupakan suatu

jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian, yang

dimana masalah tersebut telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang diberikan

masih berlandaskan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data sehingga hipotesis

dapat juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

dalam penelitiaan ini adalah:

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian pernikahan dini

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pernikahan dini

3. Ada hubungan antara ekonomi dengan pernikahan dini

4. Ada hubungan antara budaya dengan pernikahan dini

5. Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan pernikahan dini

6. Ada hubungan antara teman sebaya dengan pernikahan dini.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana

penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan

observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional Study.

Rancangan Cross Sectional ini merupakan rancangan penelitian

dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan

variable dependen dan variable independen pada satu saat tertentu. Hal

ini berarti tiap subyek hanya observasi satu kali dan pengukuran

variable subyek pada saat pemeriksaan tersebut (Nursalam, 2016a)

Dengan demikian pada Study Cross Sectional peneliti tidak melakukan

tindak lanjut terhadap hasil pengukuran.

B. Waktu dan lokasi penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2020.

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kecamatan Bulukumpa

kabupaten Bulukumba.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

47
48

tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2017).

Populasi dalam penelitian ini yaitu remaja di kecamatan

Bulukumpa dengan jumlah 50 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi atau

merupakan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Donsu tine, 2019).

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 44 remaja di kecamatan Bulukumpa kabupaten

Bulukumba dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut.

(Nasir, Muhith and Ideputri, 2018)

N
n=
1+ Ne2

Keterangan:

n= ukuran sampel

N= ukuran popolasi

e= tingkat signifikan atau tingkat kesalahan, misalnya 5%

50 50
N=
1+( 50× 0,05)²
= N= 1+( 50× O, 0025)
50 50
N=
1+0,125
= N= 1,125

n = 44,4

=44 orang
49

3. Tekhnik Sampling

Tekhnik sampling adalah suatu cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar dapat memporoleh sampel yang benar-

benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2016a).

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

cara non probabilitity sampling yaitu dengan purposive sampling

yaitu memilih sampel sesuai yang dikehendaki peneliti.

4. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek dalam

penelitian mewakili sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel.

Kriteria ekslusi adalah subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

a. Kriteria Inklusi

1) Remaja yang yang menikah dini dan yang tidak menikah

dini bersedia menjadi responden

2) Remaja yang mampu membaca dan menulis

3) Remaja yang menikah dalam keadaan sehat jasmani dan

rohani

4) Ada ditempat saat penelitian berlangsung

b. Kriteria Ekslusi

1) Remaja yang menikah tidak bersedia menjadi responden

2) Remaja yang sakit saat pengambilan data


50

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang diguakan oleh peneliti

untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu fenomna dan juga

secara tertulis berupa pedoman wawancara, pengamatan, dan daftar

pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti untuk mendapatkan

informasi dari responden (Nursalam, 2016a).

a. Untuk variabel pendidikan instrumen berupa kuesioner dengan

menggunakan alat ukur wawancara dengan tingkatan SD, SMP,

SMA , perguruan tinggi.

b. Untuk variabel pengetahuan instrumen ini menggunakan lembar

kuesioner dengan indicator pengetahuan dengan skala Guttman “

benar ” atau “ salah ” . Skor 1 jawaban ya dan skor 0 jawaban tidak

dan jumlah soal pada pengetahuan sebanyak 15 . kuesioner tersebut

telah dimodifikasi oleh peneliti.

c. Untuk variabel ekonomi instrumen yang diberikan adalah

menggunakan alat ukur lembar wawancara jika pendapatan > Rp.

3.500.000 perbulan maka dikatakan golongan sangat tinggi, jika

pendapatan Rp. 2.500.000- 3.500.000 perbulan maka digolongkan

ekonomi tinggi, jika pendapatan Rp. 1.500.000- 2.500.000

perbulan maka digolongkan ekonomi rendah, jika pendapatan <

Rp. 1.500.000 perbulan maka digolongkan ekonomi rendah.

d. Untuk variabel budaya instrumen yang diberikan adalah lembar

kuesioner dengan menggunakan skala Likert dan jumlah soal

sebanyak 10 pertanyaan dengan setiap jawaban sangat setuju


51

mendapatkan skor 4, setuju mendapatkan 3, tidak setuju

mendapatkan skor 2, sangat tidak setuju mendapatkan skor 1.

e. Untuk variabel pola asuh orang tua instrumen yang diberikan

adalah lembar kuesioner dengan menggunakan skala Likert dari

pertanyaan positif dengan pilihan jawaban sangat sering

mendapatkan skor 4, sering mendapatkan skor 3, kadang- kadang

mendapatkan skor 2, tidak pernah mendapatkan skor 1 dengan

jumlah pertanyaan masing- masing 10 pertanyaan. Kemudian

pertanyaan negative dengan pilihan jawaban sangat sering

mendapatkan skor 1, sering mendapatkan skor 2, kadang- kadang

mendapatkan skor 2, tidak pernah mendapatkan skor 4.

f. Untuk variabel teman sebaya instrumen yang diberikan yaitu

menggunakan kuesioner dengan skala Likert dengan pilihan

jawaban sangat setuju mendapatkan skor 4, setuju mendapatkan

skor 3, tidak setuju mendapatkan skor 2, sangat tidak setuju

mendapatkan skor 1 dengan jumlah 10 pertanyaan.


52

E. Alur penelitian
Proposal Penelitian :

Faktor- faktor yang mempengaruhi pernikahan dini


pada remaja

Populasi :
Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 50 remaja yang menikah
dini

Sampel :
Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 44 remaja

Instrumen Penenlitian :
Lembar Kuisoner

Di kecamatan
Ijin Penelitian
bulukumpa

Variabel dependen :
Pengumpulan data : Variabel independen :
Pernikahan dini
Membagikan kuisoner 1. Pendidikan
kepada responden 2. Pengetahuan
3. Ekonomi
4. Budaya
5. Pola asuh
Analisa Data : orang tua
Univariat 6. Teman sebaya
Bivariat

Kesimpulan

Saran

Gambar 4.1 Alur penelitian


53

F. Tehnik pengumpulan data

Tehnik Sampling merupakan tekhnik pengumpulan atau

pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan di gunakan

dalam penelitan, terhadap berbagai tekhnik sampling yang digunakan

(Sugiyono, 2014) . Setelah mendapatkan surat izin dari pihak kampus

Stikes Panrita Husada Bulukumba peneliti mengambil data awal di

pengadilan agama Bulukumba.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau

yang bersangkutan yang memerlukannya. Disebut juga data asli

atau data baru (syamsuddin, 2015).

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah di lakukan di

kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba dan di pengadilan

agama Bulukumba yang diperoleh oleh peneliti dan hasil

wawancara langsung mengenai faktor apa saja yang

mempengaruhi pernikahan dini pada remaja.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang yang akan melakukan penelitian dan sumber-sumber

yang telah ada. ini biasanya di peroleh dari perpustakaan, dan

laporan-laporan (syamsuddin 2015).


54

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah remaja

yang menikah dini pada tahun 2017 sampai 2019 yang diperoleh

dari pengadilan agama Bulukumba.

G. Tehnik pengolahan data dan analisa data

1. Tehnik pengolahan data

a. Editing

Kegiatan untuk memeriksa data mentah yang telah

dikumpulkan, meliputi :

1) Melengkapi data yang kurang atau kosong.

2) Memperbaiki kesalahan atau kekurang jelasan dari

pecacatan data.

3) Memeriksa konsistensi data sesuai dengan data yang

diinginkan.

4) Memeriksa keseragaman hasil pengukuran

5) Memeriksa reliabilitas data (misalnya membuang data-data

yang ekstrim) (Syamsuddin et al., 2015).

b. Coding

Kegiatan untuk membuat pengkodean terhadap data

sehingga memudahkan untuk analisis data, biasanya digunakan

untuk data-data kualitatif. Dengan coding ini, data kulitatif

dapat di konversi menjadi data kuantitatif (kuantifikasi). Proses

kuantifikasi mengikuti prosedur yang berlaku, misalnya degan

menerapkan skala pengukuran nominal dan ordinal

(Syamsuddin et al., 2015).


55

c. Tabulating

Kegiatan untuk membuat tabel data (menyajikan data

dalam bentuk tabel) untuk memudahkan analisis data maupun

pelaporan. Tabel data dibuat sesederhana mungkin sehingga

informasi mudah ditangkap oleh pengguna data maupun bagi

bagian analisis data (Syamsuddin et al., 2015).

2. Analisa Data

Setelah data diolah menjadi suatu data yang diharapkan dapat

(tepat dan konsisten) selanjutnya dilakukan analisa untuk

menjawab pertanyaan peneliti.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara

deskriptif mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-

masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun

variabel terikat. Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian (Sumantri, 2011).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini digunakan

untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan

variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji Statistik

(Sumantri, 2011).
56

Adapun uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Uji Chi-square dengan bantuan program SPSS 20.

H. Etika Penelitian

Menurut (Nursalam, 2016b) secara umum dalam prinsip etika

penelitian atau pengumpulan data yang dibagi menjadi tiga bagian

yaitu prinsip keadilan, prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak

subyek. Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti tersebut perlu

adanya rekomendasi sebelumnya dari pihak institusi atau pihak

lainnya dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi terkait

ditempat penelitian, setelah mendapat persetujuan barulah peneliti

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian

dari KNEPK yang meliputi :

1. Informed Consent

Merupakan suatu pernyataan yang berasal dari subjek

penelitian untuk pengambilan data dan diikutsertakan dalam

penelitian. Dalam informed consent harus ada penejelasan yang

berisi tentang penelitian yang akan dilakukan baik mengenai tujuan

penelitian, manfaat yang akan diperoleh, tata cara penelitian, serta

resiko yang mungkin akan terjadi dan pilihan bahwa subjek dalam

penelitian dapat menarik diri kapan saja.

2. Respect For Person

Menghargai harkat dan martabat manusia, bahwa peneliti perlu

mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki


57

kebebasan dalam menentukan suatu pilihan dan terbebas dari

paksaan untuk berpasrtisipasi dalam kegiatan penelitian.

3. Benefiscience

Peneliti melaksanakan penelitiannya sesuai dengan prosedur,

peneliti juga mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan

ditingkat populasi.

4. Justice

Merupakan prinsip keadilan yang memiliki konotasi latar

belakang dan keadaan untuk memenuhi prinsip keterbatasan.

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, dan

berprikemanusiaan serta memperhatikan faktor-faktor ketetapan,

kecermatan, keseksamaan, intinitas, dan perasaan religius dalam

subjek penelitian.

I. Jadwal penelitian

J. KEGI BULAN
ATAN DES JAN FER MAR APR MEI JUN
Pengajuan judul
Screening judul &
Acc judul
Pembimbingan
proposal
Penetapan penguji
Acc proposal
Ujian proposal
Perbaikan
proposal
Pelaksanaan
penelitian
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Bulukumpa kabupaten

Bulukumba pada bulan Juli 2020, dengan mengumpulkan data secara

primer dengan subjek dalam penelitian ini adalah remaja sebanyak 44

orang. Dari hasil penelitian maka diperoleh data- data sebagai berikut.

1. Karakteristik responden

Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan
Di kecamatan bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun 2020

Karakteristik
Frekuensi Persentase (%)
Responden
Umur (tahun)
Remaja awal 12 – 16 4 9,1%%
Remaja akhir 17 – 25 40 90,9% %
Jenis kelamin
Laki- laki 16 36,4 %
Perempuan 28 63,6 %
Pekerjaan
Bekerja 13 29,5 %
Tidak bekerja 31 70,5 %
Pendidikan orang tua
(bapak)
Tidak sekolah 10 22,7%
SD 28 63,6%
SMP 5 11,4%
SMA 1 2,3%
Pendidikan orang tua
(ibu)
Tidak sekolah 9 20,5%
SD 26 59,1%
SMP 6 13,6%
SMA 3 6,8%

58
59

Pendapatan responden
(suami)
Sangat tinggi 10 22,7%
Tinggi 20 45,5%
Sedang 12 27,3%
Kurang 2 4,5%
Pendapatan reponden
(istri)
Tidak ada 38 86,4%
Sedang 1 2,3%
Kurang 5 11,4%
Total 44 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan Tabel diatas maka dapat diketahui bahwa

Karakteristik responden berdasarkan umur lebih dominan remaja

akhir sebanyak 40 responden (9,1%). Dan karakteristik responden

yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni 28 responden

(63,6%) di bandingkan dengan laki-laki sebanyak 16 responden

(36,4%). Dan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

dimana responden yang tidak bekerja lebih dominan, sebanyak 31

responden (70,5%) sedangkan yang bekerja sebanyak 13 responden

(29,5%). Dan karakteristik pendidikan orang tua (bapak)

responden paling banyak terdapat pada tingkat pendidikan SD

sebanyak 28 (63,6%) responden, sedangkan yang paling rendah

terdapat pada tingkat pendidikan SMA hanya 1 (2,3%) responden,

dan karakteristik pendidikan orang tua (ibu) responden paling

banyak terdapat pada tingkat pendidikan SD sebanyak 26 (59,1%)

responden, sedangkan yang paling rendah terdapat pada tingkat

penddikan SMA hanya 3 (6,8%) responden. Dan karakteristik

pendapatan responden (suami) paling banyak terdapat pada


60

pendapatan tinggi sebanyak 20 (45,5%) responden, sedangkan

yang paling sedikit terdapat pada pendapatan kurang hanya 2

(4,5%) responden.dan karakteristik pendapatan responden (istri)

lebih banyak yang tidak berpenghasilan sebanyak 38 (86,4%)

responden dibandingkan dengan tingkat pendapatan sedang hanya

1 (2,3%) responden.

2. Analisis Univariat

a. Pernikahan dini

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi kejadian pernikahan dini di kecamatan
Bulukumpa kabupaten Bulukumba tahun 2020
Kejadian
Frequency (f) Percent (%)
Pernikahan dini
Terjadi 34 77,3%
Tidak terjadi 10 22,7%
Total 44 100,0
Sumber : data primer 2020

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pernikahan

dini yang terjadi sebanyak 34 (77,3%) responden dan tidak

terjadi sebanyak 10 (22,7%) responden.

b. Pendidikan

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi pendidikan remaja di kecamatan
Bulukumpa kabupaten Bulukumba tahun 2020
Pendidikan Frequency Percent
SD 30 68,2%
SMP + SMA 14 31,8%
Total 44 100,0%
Sumber : data primer 2020

Berdasarkan tabel diatas dari 44 responden menunjukkan

bahwa pernikahan dini terjadi pada tingkat pendidikan SD

sebanyak 30 (68,2%) responden lebih banyak dibandingkan


61

dengan pernikahan dini pada tingkat SMP + SMA hanya 14

(31,8%) responden.

c. Pengetahuan

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Di Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Pengetahuan Frequency Percent
Cukup + baik 16 36,4%
Kurang 28 63,6%
Total 44 100,0
Sumber :Data Primer 2020
Berdasarkan tabel diatas dari 44 responden menunjukkan

bahwa responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 28

(63,6%) responden lebih banyak dibandingkan dengan

responden yang memiliki pengetahuan cukup dan baik hanya

16 (36,4%) responden.

d. Status Ekonomi

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Ekonomi Di
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Status ekonomi Frequency Percent
Sangat tinggi+ tinggi 18 40,9
Sedang+ rendah 26 59,1

Total 44 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel diatas dari 44 jumlah responden dengan

status ekonomi pada kategori sedang dan rendah sebanyak 26

(59,1%) responden lebih banyak dibandingkan dengan status

ekonomi untuk kategori sangat tinggi dan tinggi hanya 18

(40,9%) responden.

e. Budaya
62

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Budaya Di Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Budaya Frequency Present
Mendukung 7 15,9%
Tidak mendukung 37 84,1%
Total 44 100,0
Sumber : data primer 2020

Berdasarkan table diatas dari 44 responden menunjukkan


bahwa budaya untuk kategori tidak mendukung sebanyak 37
(84,1%) responden. lebih banyak dibandingkan dengan
kategori mendukung hanya 7 (15,9%) responden.
f. Pola asuh orang tua

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pola asuh orang tua Di
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Pola asuh orang tua Frequency Present
Otoriter 18 40,9%
Demokratis 17 38,6%
Permisif 9 20,5%
Total 44 100,0
Sumber : data primer 2020

Berdasarkan table diatas, menunjukkan bahwa pola asuh

orang tua otoriter sebanyak 18 (40,9%) responden sedangkan

pola asuh orang tua demokratis sebanyak 17 (38,6%)

responden dan paling sedikit terdapat pada pola asuh orang tua

permisif hanya 9 (20,5%) responden.

g. Teman sebaya

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan teman sebaya Di Kecamatan
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Teman sebaya Frequency Present
Berpengaruh 28 63,6%
Tidak berpengaruh 16 36,4%
Total 44 100,0
63

Sumber : data primer 2020

Berdasarkan tabel diatas dari 44 responden menunjukkan

bahwa teman sebaya yang berpengaruh sebanyak 28 (63,6%)

responden lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak

berpengaruh 16 (36,4%) responden.

3. Analisis Bivariat

a. Analisa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

pernikahan dini dikecamatan Bulukumpa kabupaten

Bulukumba, dapat dilihat pada tabel 5.9

Tabel 5.9
Analisis Hubungan tingkat pengetahuan dengan pernikahan dini di
kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Tingkat Pernikahan dini
pengetahua Terjadi Tidak terjadi Total p
n F % F % F %
2
Kurang 5 56,8% 3 6,8% 28 63,6%
Cukup + O,01
baik 9 20,5% 7 15,9% 16 36,4% 7
3 100,0 100,0 100,0
Total 4 % 10 % 44 %
Sumber: Uji Fisher
Berdasarkan table 5.9 menunjukkan bahwa dari 28

responden dengan tingkat pengetahuan kurang, 25 (56,8%)

diantaranya melakukan pernikahan dini, dan pada tingkat

pengetahuan cukup dan baik dari 16 orang diketahui 9 (20,5%)

orang yang melakukan pernikahan dini.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji fisher

diperoleh nilai significancy sebesar 0,017 (p<0,05), yang

berarti “Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

kejadian pernikahan dini ”.


64

b. Analisa hubungan antara tingkat pendidikan dengan pernikahan

dini dikecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba, dapat

dilihat pada tabel 5.10

Tabel 5.10
Analisis Hubungan tingkat pendidikan dengan pernikahan dini di
kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Pernikahan dini
Tidak Total P
Tingkat
Terjadi
Pendidikan terjadi
F % F % F %
SD 26 59,1% 4 9,1% 30 68,2%
SMP+SMA 8 18,2% 6 13,6% 14 31,8% 0,039

Total 34 100,0 10 100,0% 44 100,0%


%
Sumber: Uji Fisher
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 30

responden dengan tingkat pendidikan SD, 26 (59,1%)

diantaranya melakukan pernikahan dini, dan pada tingkat

pendidikan SMP dan SMA dari 14 orang diketahui 8 (18,2%)

orang yang melakukan pernikahan dini.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji fisher

diperoleh nilai significancy sebesar 0,039 (p<0,05), yang

berarti “Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

kejadian pernikahan dini ”.

c. Analisa hubungan antara status ekonomi dengan pernikahan

dini dikecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba, dapat

dilihat pada tabel 5.11

Tabel 5.11
Analisis Hubungan status ekonomi dengan pernikahan dini di kecamatan
Bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Kejadian pernikahan dini Total P
65

Tidak
Status Terjadi
terjadi
Ekonomi
F % F % f %
Sedang + rendah 23 52,3% 3 6,8% 26 59,1%
Sangat tinggi + 11 25,0% 7 15,9% 18 40,9% 0,040
tinggi
Total 34 100,0% 1 100,0 44 100,0%
0 %
Sumber: Uji Fisher
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 26

responden dengan status ekonomi sedang dan rendah, 23

(52,3%) diantaranya melakukan pernikahan dini, dan pada

status ekonomi sangat tinggi dan tinggi dari 18 orang diketahui

11 (25,0%) orang yang melakukan pernikahan dini.

Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di peroleh

nilai significancy sebesar 0,040 (p<0,05), yang berarti

“Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan Bulukumpa kabupaten

Bulukumba”.

d. Analisa hubungan antara budaya dengan pernikahan dini

dikecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba, dapat dilihat

pada tabel 5.12

Tabel 5.12
Analisis Hubungan antara budaya dengan pernikahan dini di kecamatan
Bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Pernikahan dini

Terjadi Tidak Total P


Budaya
terjadi
F % F % F %
Mendukung 5 11,4% 2 4,55 % 7 15,9% 0,509
Tidak mendukung 29 65,9% 8 18,2% 37 84,1%
Total 34 100,0% 10 100,0% 44 100,0%
66

Sumber: Uji Fisher


Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 7

responden dengan budaya yang mendukung, 5 (11,4%)

diantaranya melakukan pernikahan dini, dan pada budaya yang

tidak mendukung dari 37 orang diketahui 29 (65,9%) orang

yang melakukan pernikahan dini.

Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di peroleh

nilai significancy sebesar 0,509 (p>0,05), yang berarti “ Tidak

terdapat hubungan antara budaya dengan kejadian pernikahan

dini di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba”.

e. Analisa hubungan antara pola asuh orang tua dengan

pernikahan dini dikecamatan Bulukumpa kabupaten

Bulukumba, dapat dilihat pada tabel 5.13

Tabel 5.13

Analisis Hubungan antara pola asuh orang tua dengan pernikahan dini di
kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Pernikahan dini
Tidak Total
Pola asuh
Terjadi
orang tua terjadi
F % F % f %
Otoriter 12 27,3% 6 13,6% 18 40,9%
Demokratis 16 36,4% 1 2,3% 17 38,6%
Permisif 6 13,4% 3 6,8% 9 20,5%
67

Total 34 100,0 10 100,0% 44 100,0%


%
Sumber: Uji Fisher
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 44

responden, pola asuh orang tua demokratis lebih banyak yang

anaknya mengalami pernikahan dini yaitu sebanyak 16 (36,4%)

responden, di bandingkan dengan pola asuh orang tua otoriter

yang mengalami pernikahan dini sebanyak 12 (27,3%)

responden, dan yang paling sedikit yang mengalami pernikahan

dini yaitu pola asuh orang tua permisif hanya 6 (13,4%)

responden.

f. Analisa hubungan antara teman sebaya dengan pernikahan dini

dikecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba, dapat dilihat

pada tabel 5.14

Tabel 5.14
Analisis Hubungan antara teman sebaya dengan pernikahan dini di
kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Pernikahan dini
Tidak Total P
Teman
Terjadi
Sebaya terjadi
F % F % F %
Berpengaruh 25 56,8% 3 6,8% 28 63,6%
Tidak 9 20,5% 7 15,9% 16 36,4% 0,017
berpengaruh
Total 34 100,0 10 100,0 44 100,0
% % %
Sum
ber: Uji Fisher
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 28

responden dengan pengaruh teman sebaya, 25 (56,8%)

diantaranya melakukan pernikahan dini, dan pada yang tidak


68

berpengaruh pada teman sebaya dari 16 orang diketahui 9

(20,5%) orang yang melakukan pernikahan dini.

Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di peroleh

nilai significancy sebesar 0,017 (p<0,05), yang berarti

“Terdapat hubungan antara teman sebaya dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan Bulukumpa kabupaten

Bulukumba”.

B. Pembahasan

1. Kejadian pernikahan dini

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa

pernikahan dini yang terjadi sebanyak 34 (77,3%) responden dan tidak

terjadi sebanyak 10 (22,7%) responden.

Pernikahan dini atau kawin muda sendiri adalah pernikahan yang

dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih

dikategorikan remaja yang berusia dibawah 19 tahun. Pernikahan usia

muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih

belum cukup atau belum matang (Isnaini and Sari, 2019).

Pernikahan dini merupakan suatu masalah yang disebabkan oleh

faktor dari berbagai bidang, beberapa faktor yang diyakini sebagai

penyebab pernikahan dini diantaranya faktor ekonomi, faktor

pengetahuan, faktor pendidkan, faktor pola asuh orang tua, faktor adat,

pergaulan bebas, teman sebaya.

Pernikahan dini sangat mempengaruhi psikologis dan fisik remaja,

terutama remaja putri, karena organ reproduksi belum tumbuh


69

sempurna, belum siapnya rahim seorang perempuan usia muda untuk

memproduksi anak dan belum siapnya mental dalam rumah tangga.

Berbagai survei membuktikan ibu dibawah usia 20 tahun sebagian

besar mengalami anemia, serta sangat berisiko mengalami komplikasi

persalinan seperti perdarahan, infeksi, abortus dan berisiko

menambahan kasus kematian ibu. Bayi yang dikandung oleh ibu usia

muda < 20 berisiko mengalami intra uterin grow restriction, partus

prematurus, bayi berat lahir rendah, aspiksia, dan juga berisiko

kematian bayi (Wijaya merry, 2019).

Asumsi peneliti mengatakan bahwa pengetahuan sangat penting

dalam kehidupan. Dari tingkat pengetahuan seseorang bisa

menggambarkan perilakunya Pendidikan dan pengetahuan mempunyai

hubungan yang sangat erat yang merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia karena pengetahuan yang baik muncul bila sejalan dengan

pendidikan dan mendapatkan informasi yang cukup. Kurangnya

informasi tentang pernikahan dini menjadi kemungkinan terjadinya

pernikahan dini

2. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian pernikahan dini

di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa

responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 28 (63,6%)

responden lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

memiliki pengetahuan cukup dan baik hanya 16 (36,4%) responden.


70

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji fisher

diperoleh nilai significancy sebesar 0,017 (p<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa “Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kejadian pernikahan dini ”.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

diantaranya adalah umur dan tingkat pendidikan.hal ini dibuktikan

bahwa lebih banyak responden yang menikah umur kurang dari 19

tahun pengetahuan dan pengalaman responden masih kurang sehingga

memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 28 (63,6) responden.

pendidikan dan pengetahuan berhubungan. Cara berfikir logis

berkembang secara bertahap, kemampuan kognitif seseorang

berdasarkan usia dapat dikategorikan dalam periode bayi, anak,

remaja, dewasa dan lanjut usia. Masing- masing periode memberikan

dampak pada cara berpikir individu dalam merespon stimulus yang

diberikan sehingga berdampak pada pengetahuan yang terbentuk

(Septianah, Solehati and Widianti, 2019). Pengetahuan merupakan

hasil pengamatan terhadap sesuatu yang bersifat tetap. Pengetahuan

juga merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya ( mata, hidung, telinga,

dan sebagainya ). Sendirinya pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan indera

penglihatan (Arikhman, Meva Efendi and Eka Putri, 2019).


71

Pengetahuan yang rendah dikarenakan masih cukup besarnya

responden yang memiliki pendidikan SD dan SMP, dimana pendidikan

rendah ini mempengaruhi pengetahuan responden tentang pernikahan

dini. pengetahuan dan pendidikan memiliki hubungan yang bermakna

terhadap pernikahan dini. Hal ini juga didukung oleh suatu penelitian

yang menyatakan pengetahuan dan pendidikan merupakan salah satu

faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini (Septianah, Solehati

and Widianti, 2019).

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Septianah,

Solehati and Widianti, 2019), menemukan bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik dan tidak menikah dini sebanyak 97%.

Sedangkan responden yang menikah dini memiliki pengetahuan yang

buruk sebanyak 79,2%. Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai

(p=0,000<0,005) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan pernikahan dini.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Tingkat et al., 2019) menemukan bahwa pengetahuan responden yang

kurang cenderung mengarah ke remaja yang menikah dini sedangkan

pengetahuan yang baik cenderung mengarah ke remaja yang tidak

menikah dini, hasil uji chi-square didapatkan nilai p 0,077. Nilai

p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya

hubungan antara pengetahuan dengan pernikahan dini dikecamatan

Aluh tahun 2019.


72

Asumsi peneliti mengatakan bahwa pengetahuan yang baik

diharapkan akan menghasilkan perilaku yang baik pula terhadap

pelaksanaan, ini disebabkan karena umumnya responden memiliki

tingkat pendidikan dan pengalaman, perilaku dan motivasi yang baik

dan cukup tentang bahaya akan pernikahan di bawah umur. Para orang

tua dan remaja sangat perlu mendapatkan bimbingan tentang bahaya

dan dampak pernikahan dini bagi kesehatan agar tidak ada lagi kasus

pernikahan atau kasus dispensasi yang terjadi yang bias berdampak

buruk bagi remaja remaja.

3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian pernikahan dini

di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa

pernikahan dini terjadi pada tingkat pendidikan SD sebanyak 30

(68,2%) responden lebih banyak dibandingkan dengan pernikahan

dini pada tingkat SMP + SMA hanya 14 (31,8%) responden.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji fisher

diperoleh nilai significancy sebesar 0,039 (p<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa “Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dengan kejadian pernikahan dini ”.

Pendidikan memberikan pengaruh besar pada perkembangan diri

anak. Pendidikan dalam hal ini di maksudkan ialah suatu tindakan

yang dilakukan oleh seorang pendidik (guru) atau pengasuh anak

untuk mencapai tujuan baik bagi anak (Novan, 2014). Tingkat

pendidikan yaitu tahapan pendidikan berkelanjutan, yang sudah


73

ditetapkan oleh lembaga terkait berdasarkan kepada tingkat

perkembangan peserta didik, adapun tingkat pendidikan sekolah

seperti pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pendidikan anak, orangtua,

masyarakat menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan

anaknya yang masih dibawah umur (Dwinanda, Wijayanti and

Werdani, 2017). Remaja yang berpendidikan rendah mempengaruhi

kejadian pernikahan usia dini, di buktikan dengan penelitian yang

dilakukan remaja yang menikah dini lebih banyak terjadi pada tingkat

pendidikan rendah sebanyak 30 (68,2%). Semakin rendah pendidikan

remaja maka semakin berisiko untuk melakukan pernikahan usia dini

karena berkurangnya kegiatan atau aktifitas remaja sehari- hari

sehingga memilih untuk melakukan pernikahan usia dini. Begitu juga

sebaliknya semakin tinggi pendidikan remaja maka semakin lama

untuk melakukan pernikahan sehingga terhindar dari pernikahan usia

dini (Handayani, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Septianah, Solehati and Widianti, 2019), menyatakan bahwa semakin

rendah pendidikan responden maka cenderung akan melakukan

pernikahan dini. Hal ini kemungkinan terjadi karena responden dengan

tingkat pendidikan yang rendah cenderung sulit untuk menerima

informasi. Hasil uji statistic antara variable tingkat pendidikan dan

pernikahan dini didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat

pendidikan dan pernikahan dini dengan keeratan hubungan di tingkat


74

kuat diperoleh nilai (p=0,000<0,05) dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara tingkat pendidikan dan pernikahan dini.

Asumsi peneliti mengatakan bahwa rendahnya pendidikan remaja

di kecamatan Bulukumpa menyebabkan pengetahuan mereka rendah,

sehingga untuk memutuskan menikah mereka tidak memikirkan

jangka panjang mengenai masalah – masalah yang dapat terjadi

terutama dalam hal bahaya nya menikah dini di lihat dari segi

kesehatan reproduksi.

4. Hubungan antara status ekonomi dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa

status ekonomi pada kategori sedang dan rendah sebanyak 26 (59,1%)

responden lebih banyak dibandingkan dengan status ekonomi untuk

kategori sangat tinggi dan tinggi hanya 18 (40,9%) responden.

Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di peroleh nilai

significancy sebesar 0,040 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

“Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian

pernikahan dini di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba”.

Status ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau

suatu masyarakat yang ditinjau dari segi social ekonomi, gambaran

tersebut didapatkan dari pendapatan keluarga. Status ekonomi bisa

dikatakan sebagai pembentuk gaya hidup keluarga (Handayani lisda,

2009).
75

Ekonomi disebut- sebut sebagai faktor penyebab pernikahan dini,

namun beberapa penelitian menyebutkan bahwa pernikahan dini tidak

hanya terjadi pada keluarga rendah tetapi juga terjadi pada keluarga

berpenghasilan tinggi.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Sukma,

2015) menunjukkan bahwa 58 responden yang melakukan pernikahan

dini 6 diantaranya (60,0%) mempunyai pendapatan yang tinggi dan 52

diantaranya (88,1%) mempunyao pendapatan yang rendah. Hasil uji

statistic diperoleh nilai p=0,025 karena nilai p<0,05 maka Ho ditolak.

Ini berarti ada hubungan antara pendapatan dengan pernikahan dini.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian(Wulanuari, Anggraini

and Suparman, 2017) yang mengatakan bahwa untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan pernikahan

dini pada wanita didapatkan p sebesar 0,356 ( p=0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa variable pendapatan orang tua tidak mempunyai

hubungan dengan pernikahan dini pada wanita.

Asumsi dari peneliti anhka pendapatan seseorang memegang

peranan penting dalam pengambilan keputusan untuk berkeluarga

karena dalam membina sebuah keluarga di perlukan sebuah kesiapan

fisik, mental, dan social ekonomi. Masalah kemiskinan menjadi salah

satu factor terjadinya pernikahan dini. Pendapatan seseorang

merupakan suatau hal yang dapat dijadikan sebagai sumber

kelangsungan hidup.
76

5. Hubungan antara budaya dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa

budaya untuk kategori tidak mendukung sebanyak 37 (84,1%)

responden. lebih banyak dibandingkan dengan kategori mendukung

hanya 7 (15,9%) responden.

Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di peroleh nilai

significancy sebesar 0,509 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa “

Tidak terdapat hubungan antara budaya dengan kejadian pernikahan

dini di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba”

Faktor budaya berupa tradisi dan adat menganggap bahwa

banyaknya tekanan dari di lingkungan masyarakat seperti anggapan

negatif terhadap perawan tua, jika menikah melebihi usia 20 tahun

menjadi faktor yang mendorong tingginya jumlah perkawinan muda,

hal ini menimbulkan motivasi sebuah keluarga untuk menikahkan anak

perempuannya lebih awal. Informasi kesehatan reproduksi dianggap

sebagai sesuatu yang tabu, dan parno menjadi salah satu alasan

terjadinya pernikahan anak.

Pernikahan usia dini yang terjadi dalam masyarakat merupakan

fenomena yang terjadi baik secara turun temurun merupakan tradisi

pada masyarakat itu sendiri, karena pernikahan usia dini selalu

diperkuat oleh norma- norma agama, norma hukum, negara dan adat

serta yang tekait dengan tradisi kebudayaan masyarakat setempat

dalam melakukan pernikahan dni. Budaya yang berkembang pada


77

masyarakat yang melakukan pernikahan dini dapat mengakibatkan

katentuan hukum di negara ini tidak akan direspon atau ditanggapi

oleh setiap masyarakat yang melakukan pernikahan dini. Hukum

berlaku didalam negara dapat di gantikan dengan yang diakui oleh

setiap masyarakat itu sendiri (Rahman et al., 2015).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Arikhman, Meva

Efendi and Eka Putri, 2019) bahwa lebih separoh ( 53,75) memiliki

budaya yang mendukung pernikahan dini. Hasil penelitiannya sejalan

dengan penelitian yang di lakukan oleh siti salamak, 2016 tentang

factor- factor yang berhubungan dengan pernikahan dini yang

menemukan 95% responden dengan budaya yang kurang mendukung,

penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara social budaya

dengan pernikahan dini pada remaja di mana nilai p=0,039

Asumsi dari peneliti bahwa budaya tidak mendukung pernikahan

dini pada penelitian ini, tidak di lakukan perjodohan atau mengikuti

tradisi orang tua responden

6. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian pernikahan dini

di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba.

Dari hasil penelitian bahwa pola asuh orang tua otoriter dengan

pernikahan dini yang terjadi sebanyak 12 (27,3%) dan tidak menikah

dini 6 (13,6%).

Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang

menuntut agar anak patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan
78

aturan yang di buat oleh orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya

atau mengemukakan pendapat sendiri.

Pola asuh orang tua merupakan interaksi yang dilakukan antara

anak dan orang tua. Pola asuh yang di maksud adalah mendidik,

membimbing, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang

secara sehat dan optimal (Riadi, 2013).

Asumsi peneliti bahwa pola asuh ini mendorong anak untuk

mandiri tetapi tetap di control oleh orang tua, kehangatan yang

diberikan orang menyebabkan membawa anak pada hal yang positif.

Hasil penelitian ini didapatkan juga orang tua yang menerapkan

jenis pola asuh demokratis melakukan pernikahan dini terjadi paling

banyak 16 (36,4%), dan yang tidak menikah dini 1 (2,3%).

Pola asuh demokratis adalah orang tua yang memberikan

kebebasan terhadap anaknya, memberikan masukan dan bimbingan

terhadap anak. Orang tua sering berdiskusi degan anak tentang setiap

keputusan, terbuka dengan anak. Pola ini memecahkan masalah anak

dengan musyawarah, mendukung anak dengan kesadaran, dan

berkomunikasi dengan anak. Pola asuh ini mendorong anak untuk

mandiri tetapi tetap di control oleh orang tua, kehangatan yang

diberikan orang menyebabkan membawa anak pada positif dimana

anak merasa bahagia, mempunyai control dan rasa percaya diri, lebih

terbuka dengan orang- orang disekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Karang

rayung kabupaten Grobogan ada beberapa responden yang memiliki


79

bentuk pola asuh demokratis, dapat dilihat dari jawaban responden

memberitahu anak tentang kehidupan dalam berumah tangga (20%),

responden mengajak anak berdiskusi tentang pernikahan (38,8%)

responden mengisinkan anak pacaran dirumah (20%).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Septianah, Solehati and Widianti, 2019) yang mengatakan bahwa pola

asuh orang tua dengan pernikahan dini ada hubungan antara pola asuh

orang tua permisif yang mana dari hasil uji statistic dinyatakan bahwa

etrdapat hubungan antara pola asuh permisif dengan pernikahan dini.

Hal ini terjadi karena pola asuh permisif sendiri merupakan pola asuh

dimana orang tua memberikan kebebasan pada anak untuk mengambil

keputusan sendiri.

Asumsi peneliti bahwa apabila pola asuh demokratis diterapkan

dengan baik maka tingkat kejadian pernikahan dini remaja akan

rendah.orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis ini memiliki

wawasan yang luas terhadap masa depan anak atau remaja mereka,

mencoba membentuk karakter dan perilaku anak sesuai dengan

kemampuan anak tanpa ada paksaan.

Pola asuh permissive adalah orang tua sangat tidak terlibat dalam

kehidupan anak. Pola asuh ini menghasilkan anak- anak yang kurang

memiliki kompetensi social terutama karena adanya kecenderungan

kontrol diri yang kurang (Biostatistika and Masyarakat, 2018).

Asumsi peneliti bahwa orang tua memberikan kebebasan pada

anak untuk mengambil keputusan sendiri.


80

7. Hubungan antara teman sebaya dengan kejadian pernikahan dini di

kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa

teman sebaya yang berpengaruh sebanyak 28 (63,6%) responden lebih

banyak dibandingkan dengan yang tidak berpengaruh 16 (36,4%)

responden.

Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di peroleh nilai

significancy sebesar 0,017 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

“Terdapat hubungan antara teman sebaya dengan kejadian pernikahan

dini di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba”.

Teman sebaya merupakan salah satu kelompok sosial yang

berperan penting dalam proses sosialisasi anak. Dalam kelompok

tersebut anak akan memperoleh berbagai pengalaman belajar yang

diperlukan anak dalam perkembangannya (zulfan saam and Wahyuni,

2012).

Faktor teman sebaya merupakan bentuk dorongan atau penerimaan

yang ada di kalangan remaja, dimana peran teman sebaya yang negatif

berisiko besar untuk melakukan pernikahan dini. Pada usia remaja

seseorang menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman

sebayanya dibandingkan bersama orang tuanya (Arikhman, Meva

Efendi and Eka Putri, 2019).

Peran teman sebaya ditonjolkan karena remaja yang mengalami

pubertas akan lebih terbuka kepada teman sebaya ditambah lagi

mereka lebih sering bertemu dalam lingkungan sekolah. Remaja


81

menjadikan teman sebaya sebagai orang pertama yang mengetahui apa

saja yang terjadi pada dirinya, salah satunya adalah kecenderungan

remaja ingin mengetahui seks dimasa pubertas lebih banyak diperoleh

melalui teman sebaya dari pada orang tua teman sebaya akan

mempengaruhi perilaku seksual, teman sebaya juga memberikan

contoh yang tidak baik seperti gaya berpacaran yang melakukan

ciuman, pelukan dan lainnya. Teman sebaya dapat memberikan

tekanan terhadap remaja dalam melakukan pernikahan usia muda,

berhenti sekolah. Dan perilaku seksual pranikah karena teman sebaya

lebih terbuka dalam memberikan informasi tentang seksual dari pada

dengan orang tua teman sebaya atau sahabat seringkali berperan

sebagai tempat untuk bertukar pengalaman atau untuk sekedar

mencurahkan isi hati. Alasannya dengan teman cenderung menyimpan

rahasia, lebih terbuka bercerita tentang lawan jenis serta dapat

memecahkan masalah yang dihadapi dengan orang tua atau keluarga

(Arikhman, Meva Efendi and Eka Putri, 2019).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Masyarakat, 2019) bahwa

hasil penelitian di desa llir dan desa pareana irang kandanghaur, jawa

barat, terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya dengan

kejadian pernikahan wanita muda dengan nilai p=0,014 sehingga

berisiko 4.025 kali melakukan pernikahan usia muda.

Asumsi dari peneliti bahwa teman sebaya dapat memberikan

tekanan terhadap remaja dalam melakukan pernikahan diusia muda,


82

banyak tekanan yang di berikan dari teman sebaya salah satunya

berhenti sekolah dan perilaku seksual pranikah.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 44 responden

sedikitnya jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini

disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam mengjangkau

responden akibat pandemi covid-19

2. Peneliti menggunakan lembar kuesioner dan observasi sebagai alat

instrument penelitian. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh situasi dan

kondisi pelaksanaan pengisian kuesioner (waktu dari responden),

selain itu peneliti hanya mengamati sekali saja pada saat pengumpulan

data dan tidak diamati dalam jangka panjang.

3. Hasil penelitian ini juga sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden

dalam mengisi kuesioner yang telah di berikan.


83
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan

dini pada remaja di kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba tahun

2020.

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :

1. Pernikahan dini yang terjadi sebanyak 34 (77,3%) responden dan

tidak terjadi sebanyak 10 (22,7%) responden.

2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian

pernikahan dini dari hasil analisis dengan menggunakan uji fisher

diperoleh nilai significancy sebesar 0,039 (p<0,05).

3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian

pernikahan dini Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji

fisher diperoleh nilai significancy sebesar 0,017 (p<0,05)

4. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian pernikahan

dini berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di

peroleh nilai significancy sebesar 0,040 (p<0,05)

5. Pola asuh orangtua dengan kejadian pernikahan dini yang terjadi pola

asuh demokratis sebanyak 16 (36,4%) responden.

6. Tidak terdapat hubungan antara faktor budaya dengan kejadian

pernikahan dini berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji

fisher di peroleh nilai significancy sebesar 0,509 (p>0,05)

84
85

7. Terdapat hubungan antara teman sebaya dengan kejadian pernikahan

dini berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji fisher di

peroleh nilai significancy sebesar 0,017 (p<0,05)

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagi pihak KUA kecamatan Bulukumpa kabupaten Bulukumba.

Dari hasil penelitian ini diharapkan pihak KUA:

Memberikan upaya informasi, pengetahuan, kepada pasangan baru

terkait pernikahan usia dini dilakukan secara berkala, baik melalui

media cetak maupun elektronik,seminar, pengajian, khutbah nikah, dan

media lainnya.

2. Kepada masyarakat

Dari hasil penelitian diharapkan perlunya lebih meningkatkan

keinginan untuk menggali informasi dan pendidikan kesehatan bagi

remaja tentang pernikahan. Serta memberikan motivasi dan kegiatan

yang bermanfaat untuk pengembangan remaja sejak di sekolah dasar.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian diharapkan lebih aktif mencari informasi,

menambah pengetahuan,dan di sarankan lebih banyak mengambil

sampel hal ini bertujuan untuk keakuratan data yang lebih baik dalam

penelitian.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. and Asrori, mohammad (2018) psikologi remaja. Jakarta: PT bumi
aksara.
Ali, M. and Asrori, M. (2018) Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Allahverdizadeh, S., Kohan, S. and Farajzadegan, Z. (2018) ‘Akses terbuka
Merancang pedoman untuk memberdayakan remaja perempuan menikah dalam
kesehatan reproduksi : protokol studi-metode campuran’, 9, pp. 1–6.
Arikhman, N., Meva Efendi, T. and Eka Putri, G. (2019) ‘Faktor yang
Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini di Desa Baru Kabupaten Kerinci’, Jurnal
Endurance, 4(3), p. 470. doi: 10.22216/jen.v4i3.4614.
Arikunto (2010) Prosedur penilaian suatu pendekatan praktek. jakarta: PT.
Rineka cipta.
Asman, A. (2019) ‘Pernikahan di Bawah Umur Akibat Hamil di Luar Nikah dan
Dampak Psikologis Pada Anak di Desa Makrampai Kalimantan Barat’, Al-
Istinbath : Jurnal Hukum Islam, 4(1), p. 79. doi: 10.29240/jhi.v4i1.784.
Biostatistika, B. and Masyarakat, F. K. (2018) ‘Hubungan Adat Setempat, Pola
Asuh, dan Persepsi Orang Tua dengan Umur Menikah Wanita PUS pada
Pernikahan Dini di Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan Tahun 2016’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), pp. 148–156.
Candra, D. mardi (2018) ‘Aspek perlindungan anak indonesia analisis tentang
perkawinan di bawah umur’, in. Jakarta timur: Kencana.
Di, S. et al. (2019) ‘Jurnal Ilmiah AVICENNA ISSN : 1978 – 0664 EISSN: 2654
– 3249’, 14(2), pp. 43–53.
Donsu tine, D. J. D. (2019) Metodologi Penelitian Keperawatan. yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Dwinanda, A. R., Wijayanti, A. C. and Werdani, K. E. (2017) ‘Hubungan Antara
Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Responden Dengan Pernikahan Usia Dini’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), p. 76. doi:
10.24893/jkma.v10i1.166.
Eny kusmiran (2014) Kesehatan reproduksi remaja & wanita. Jakarta: Salemba
medika.
Fadlyana, E. and Larasaty, S. (2016) ‘Pernikahan Usia Dini dan
Permasalahannya’, Sari Pediatri, 11(2), p. 136. doi: 10.14238/sp11.2.2009.136-
41.
Hadi siswanto, M. dyah fatwa (2015) ‘Analisis faktor- faktor yang berhubungan
dengan pernikahan dini perempuan di desa x kabupaten cianjur tahun 2015’, pp.
66–71.
Handayani, E. Y. (2014) ‘Eka yuli handayani*’, Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri Di Kecamatan
Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu Factors, 1(5), pp. 200–206.
Handayani lisda, S. (2009) ‘Status ekonomi sebagai penyebab pernikahan dini di
KUA Banjarmasin selatan’.
Hartono, J. (2013) ‘pernikahan di usia muda karena permintaan orang tua di
kecamatan muara bangkahulu’, 3, pp. 239–249.
Hastuti, P. and Aini, F. N. (2016) ‘Gambaran Terjadinya Pernikahan Dini Akibat
Pergaulan Bebas’, Jurnal Riset Kesehatan, 5(1), pp. 11–13. doi:
10.31983/jrk.v5i1.444.
Isnaini, N. and Sari, R. (2019) ‘Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dampak
Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Di Sma Budaya Bandar Lampung’,
Jurnal Kebidanan Malahayati, 5(1), pp. 77–80. doi: 10.33024/jkm.v5i1.1338.
Istawati, R. (2017) ‘Hubungan Keterpaparan Media Massa, Peran Teman Sebaya
Terhadap Tindakan Seksual Di Sma an-Naas’, Jurnal Endurance, 2(2), p. 124.
doi: 10.22216/jen.v2i2.1695.
Iustitiani, N. S. D. and Ajisuksmo, C. R. P. (2018) ‘Faktor Pendukung dan
Konsekuensi Anak Pernikahan’, 33(2), pp. 100–111.
Kartika, D. and Wenagama, I. (2016) ‘Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap
Usia Kawin Pertama Wanita di Kecamatan Bangli’, E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, 5(3), pp. 363–384.
Lestarina, E. et al. (2017) ‘Perilaku Konsumtif di Kalangan Remaja’, JRTI
(Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 2(2), pp. 1–6. doi: 10.29210/3003210000.
Mahendra, O. S., Solehati, T. and Ramdhanie, G. G. (2019) ‘Hubungan Budaya
Dengan Pernikahan Dini’, 4(2).
Masyarakat, J. K. (2019) ‘Hubungan Pendidikan, Budaya, Teman Sebaya Dengan
Pernikahan Usia Muda Di Kecamatan Kandanghaur Indramayu Tahun 2018’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(4), pp. 261–265.
Muhayati, A. (2017) ‘Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi Budaya
Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo’, JKI (Jurnal
Konseling Indonesia), 3(1), pp. 28–32. Available at:
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JKI.
Nasir, A., Muhith, A. and Ideputri, M. . (2018) Buku ajar metodologi penelitian
kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika.
Ni Komang Yuni Rahyani (2013) Kesehatan reproduksi buku ajar bidan. Jakarta:
EGC.
Notoadmojo (2012) Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. jakarta: Rineka cipta.
Novan, W. A. (2014) psikologi perkembangan anak usia dini panduan bagi orang
tua dan pendidik PAUD dalam memahami serta mendidik anak usia dini.
Yogyakarta: Gava media.
Nursalam (2016a) Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 5. Edited by I. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam (2016b) metodelogi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis.
Edisi 4. Jakarta selatan: Salemba medika.
Philipus, S. (2011) sosiologi dan politik. jakarta: Salemba medika.
Pohan, N. H. (2017) ‘ Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini
terhadap Remaja Putri.’, Jurnal Endurance, 2(3), pp. 424–435. doi:
10.22216/jen.v2i3.2283.
Rahman, F. et al. (2015) ‘Kajian Budaya Remaja Pelaku Pernikahan Dini Di Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan’, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia
Universitas Hasanuddin, 11(2), pp. 108–117.
Riadi (2013) Pola asuh orag tua. Kajian pustaka.
Riskesdas (2018) ‘No Title’.
Sardi, B. (2016) ‘Faktor-faktor pendorong pernikahan dini dan dampaknya di desa
mahak baru kecamatan sungai boh kabupaten malinau’, eJournal Sosiatri-
Sosiologi, 4(1), pp. 194–207.
Septianah, T. I., Solehati, T. and Widianti, E. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan ,
Tingkat Pendidikan , Sumber Informasi , dan Pola Asuh dengan Pernikahan Dini
pada Wanita’, 4(2), pp. 73–81.
Stefanus, m. marbu. (2018) Psikologi pendidikan. Edited by Fungky. Ponorogo:
Uwais inspirasi Indonesia.
sugiyono (2017) metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono (2014) Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukma, M. (2015) ‘Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini’, 7(1).
doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Sumantri, A. (2011) Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi 1. Jakarta: Kencana
Perdana Media Group.
Syamsuddin et al. (2015) Pedoman Praktis Metodelogi Penelitian Internal.
Ponorogo: CV. Wade Group.
Tim Pengembang, U. (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT IMPERIAL
BHAKTI UTAMA.
Tingkat, H. et al. (2019) ‘DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI Provinsi
Kalimantan Selatan bulan Januari’, pp. 1–6.
Walgito, bimo. D. prof (2016) bimbingan & konseling perkawinan. Yogyakarta:
C.V. ANDI OFFSET.
Wijaya merry, elba fardila (2019) ‘PENGARUH PEMBEKALAN MATERI
KESEHATAN REPRODUKSI TENTANG BAHAYA PERNIKAHAN DINI
UNTUK REMAJA PUTRI’, 8(1), pp. 1–5.
Wulanuari, K. A., Anggraini, A. N. and Suparman, S. (2017) ‘Jurnal ners dan
kebidanan Indonesia.’, Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 5(1), pp. 68–75.
Available at: http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/363/386.
Yanti, Hamidah and Wiwita (2018) ‘Analisis Faktor Penyebab Dan Dampak
Pernikahan Dini Di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak’, Ibu dan Anak,
6(November), pp. 96–103.
zulfan saam, prof. D. and Wahyuni, S. (2012) ‘psikologi keperawatan’, in
psikologi keperawatan. Jakarta: PT rajagrafindo.

Anda mungkin juga menyukai