Abstrak
Penyakit tromboembolik menunjukkan hubungan dengan trombosis yaitu proses pembentukan bekuan darah
(trombus) dan resiko emboli. Trombosis Vena Dalam (TVD) adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena sekunder / vena dalam oleh karena inflamasi /trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Penyebab utama trombosis vena belum jelas, tetapi ada tiga kelompok faktor pendukung yang dianggap
berperan penting dalam pembentukannya yang dikenal sebagai TRIAS VIRCHOW yaitu abnormalitas aliran
darah, dinding pembuluh darah dan komponen factor koagulasi. Standar baku emas untuk diagnosis TVD
adalah venografi intarvena, di mana bahan kontras diinjeksikan pada vena kemudian difoto rontgen untuk
melihat di mana terdapat obstruksi vena. Pemeriksaan ini invasif sehingga jarang dilakukan.Diagnosis yang
didasarkan pada temuan fisik saja tidak dapt diandalkan, sedangkan untuk penatalaksanaan TVD secara
optimal, perlu diagnosis yang obyektif. Guna mempermudah pendekatan diagnosis, digunakan sistem skoring
untuk menentukan besarnya kemungkinan diagnosis klinik serta pemeriksaan laboratorium, Compression
ultrasonography, dan venografi, yang dijadikan bukti diagnosis obyektif.
Kata kunci : trombosis vena dalam, skor wells
43
3
Gambar 1. Trombosis vena dalam
44
6
Gambar 2. Patofisiologi dari TVD
45
dan efektif sehingga bisa terjadi pooling dan Leiden trombofilia yang dapat menyebabkan
bekuan. Penyakit genetik seperti Faktor V bekuan abnormal.
46
3. Perabaan kulit hangat dan untuk penatalaksanaan TVD secara optimal,
kemerahan di sekitar daerah TVD perlu diagnosis yang obyektif. Guna
terutama di bagian belakang dan mempermudah pendekatan diagnosis,
lutut, terdapat pelebaran vena digunakan sistem skoring untuk menentukan
superfisial dan pada obstruksi berat besarnya kemungkinan diagnosis klinik serta
kulit tampak sianosis. pemeriksaan laboratorium, Compression
4. Kadang TVD tidak memberikan gejala ultrasonography, dan venografi, yang
4
yang nyata, gejala timbul setelah dijadikan bukti diagnosis obyektif.
terjadi komplikasi misalnya terjadi Scarvelis dan Wells mengenalkan
emboli ke paru. keadaan klinis yang dapat memprediksi
adanya TVD seperti pada tabel 2.11
Diagnosis yang didasarkan pada temuan
fisik saja tidak dapt diandalkan, sedangkan
47
2. D-dimer trombosis proksimal dan vena betis
Pemeriksaan kadar d-dimer (hasil yang terisolasi. Kelemahan
pemecahan fibrin ikat silang yang pemeriksaan ini adalah :
dipecah oleh plasmin), merupakan a. Bersifat invasif
pemeriksaan tambahan CU guna b. Menimbulkan rasa nyeri
meningkatkan ketepatan diagnosis c. Mahal dan memerlukan keahlian
TVD. Kadar d-dimer biasanya khusus dalam tekniknya
meningkat pada TVD dan / atau EP d. Membutuhkan waktu yang lama
(Emboli Paru). Peningkatan kadar d- e. Kemungkinana komplikasi
dimer menunjukkan adanya produk trombosis
degradasi fibrin dalam kadar yang f. Alergi dan gangguan faal ginjal
abnormal tinggi. Peningkatan kadar akibat cairan kontras
ini mempunyai arti bahwa telah Karena alasan tersebut,
terjadi trombus yang bermakna dan pemeriksaan non invasif seperti CU
pemecahannya dalam tubuh , namun dan d-dimer, dikombinasi dengan
belum dapat menunjukkan lokasi 13. pemeriksaan fisik, banyak digunakan
Kadar normal dapat membantu untuk sebagai pengganti venografi.
menyingkirkan TVD, namun kadar 4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
yang meningkat tidak spesifik dan MRI sangat akurat untuk diagnosis
mempunyai nilai ramal positif yang TVD, termasuk TVD distal (betis),
rendah. Peningkatan kadar d-dimer pelvis dan trombosis asimptomatik
bisa sebagai respon non spesifik dari pada wanita hamil. Teknik ini sangat
penyakit yang terjadi bersamaan. potensial untuk membedakan
3. Venografi thrombus lama dan baru, serta tidak
Venografi merupakan pemeriksaan memerlukan kontras. Namun
baku emas dari TVD. Keunggulan harganya masih relatif mahal.
venografi adalah mampu mendeteksi
48
Berikut adalah alogaritma untuk diagnosis TVD.
49
3. Intermittent pneumatic compresion, Angiografi merupakan pemeriksaan baku
alat ini dapat memberikan emas untuk emboli paru, tetapi sangat invasif
penekanan dari luar secara teratur dan bisa timbul komplikasi yang lebih fatal.
pada tungkai bawah atau tungkai Pemeriksaan ekokardiografi dapat dilakukan
bawah dan paha; besarnya tekanan untuk mendeteksi disfungsi ventrikel kanan
35-40 mmHg selama 10 detik / yang akan meningkatkan risiko kematian
menit. sehingga perlu pengobatan yang lebih
15
4. Mobilisasi awal untuk meningkatkan agresif.
aliran darah vena pada kondisi
stasis. Pencegahan
Pencegahan TVD dapat dilakukan
Komplikasi Emboli Paru dengan cara :
Trombus yang terlepas menjadi embolus 1. Pemberian injeksi heparin dosis rendah
akan mengikuti aliran darah ke jantung dan pada pasien dengan risiko TVD yang
akan dialirkan ke cabang – cabang arteri di direncanakan operasi dan akan terjadi
paru sehingga akan menghambat aliran imobilisasi setelah operasi. Pada pasien
8
darah . Penderita dengan EP sering dengan risiko rendah disarankan untuk
mengeluh sesak mendadak disertai memakai compression stockings.
hemoptisis atau nyeri dada atau nyeri dada 2. Kurangi merokok dan berat badan yang
dan tiba-tiba kolaps disertai syok bahkan dapat meningkatkan terjadnya TVD.
4,8
kematian mendadak . Sekitar 10% 3. Selama perjalanan jauh ( > 6 jam )
penderita TVD yang tidak ditangani dianjurkan banyak minum air,
berkembang kearah emboli paru di mana menghindari alkohol, melakukan
menyebabkan gejala yang berat atau olahraga sederhana untuk tungkai, serta
8
kematian. menggunakan kaos kaki compression
stockings.
50
http://www.mayoclinic.com/health/deep- Care Test (POCT). Badan Penerbit
vein-thrombosis/DS01005 Universitas Diponegoro. Semarang.
8. Anonymus. Introduction. Deep vein 2006:31-40
thrombosis. (cited 9 September 2008) 14. Turpie AGG, Chin BSP, Lip GYH.
Available from URL : Venous thromboembolism : treatment
http://www.nhsdirect.nhs.uk/articles/articl strategies. BMJ. 2002: 325:948-50
e.aspx?articleid=122 15. Ageno W. Treatment of pulmonary
9. Michiels JJ, Reeder-Boertje SWI, van embolism ; same as deep vein
den Bos RR, Wentel TD, Neumann HAM. thrombosis treatmement? DVT forum.
Prospective studies on diagnosis and 2002; 5:7-8
management of deep vein thrombosis 16. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH.
(dvt) and the post-thrombotic syndrome Kapita selekta Hematologi. Edisi 4.
(pts): filling up the gap part 1: deep-vein Jakarta: EGC, 2005: 104-15; 272;
thrombosis (dvt): the rotterdam 17. Sherlock S. Alih bahasa Andrianto P.
approach. Available from URL : Penyakit hati dan sistem saluran
http://www.jmed.ro/index.php?articol=37 empedu. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika,
2 1995: 597-627
10. Anonymus. Introduction to deep vein 18. Amirudin F. Karsinoma hepar. Dalam
thrombosis (DVT). Available from URL : Soeparman (ed). Ilmu Penyakit Dalam
http://www.medicinenet.com/deep_vein_t Jilid 1 edisi ketiga. Jakarta : Balai
hrombosis/article.htm Penerbit FK UI, 1996 : 310-6
11. Scarvelis D, Wells P. Diagnosis and 19. Mangarengi F, Pakasi R, Hardjoeno. Tes
treatment of deep-vein thrombosis. bilirubin serum. Dalam: Interpretasi hasil
CMAJ 2006;175 (9): 1087–92. tes laboratorium diagnostic. Lembaga
12. Turpie AGG, Chin BSP, Lip GYH. Penerbitan Universitas Hasanudin.
Venous thromboembolism : Makasar, 2003: 265-70
pathophysiology, clinical features and 20. Fauza Y, Rusly B, Hardjoeno. Tes
prevention. BMJ. 2002: 25:887-90 enzimatik hepar. Dalam: Interpretasi
13. Suromo L. D-dimer sebagai parameter hasil tes laboratorium diagnostic.
tambahan untuk trombosis, fibrinolisis Lembaga Penerbitan Universitas
dan penyakit jantung. Dalam : Petanda Hasanudin. Makasar, 2003: 271-85
penyakit kardiovaskuler sebagai Point of
51