Anda di halaman 1dari 6

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi PB IDI–2 SKP

Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis


Andi Putra Jayanegara
RSUD dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia

ABSTRAK
Deep vein thrombosis (DVT) adalah bekuan darah di vena dalam yang sebagian besar tersusun atas fibrin, sel darah merah, serta sebagian kecil
komponen leukosit dan trombosit. Diagnosis DVT ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan
radiologi. Penatalaksanaan DVT dapat berupa terapi non-farmakologis, farmakologis, ataupun pembedahan.

Kata kunci: Anti-koagulan, deep vein thrombosis, heparin

ABSTRACT
Deep vein thrombosis (DVT) is the formation of blood clots in deep veins, mostly composed from fibrin, red blood cells, and component of
leukocytes and platelets. DVT diagnosis is based on clinical symptoms, laboratory, and radiology findings. Management of DVT may include
non-pharmacological, pharmacologic, and surgical therapy. Andi Putra Jayanegara. Diagnosis and Management of Deep Vein Thrombosis

Keywords: Anti-koagulan, deep vein thrombosis, heparin

PENDAHULUAN namun terapi tersebut juga meningkatkan Selain faktor stimuli, terdapat faktor protektif
Trombosis vena dalam dikenal sebagai deep- risiko perdarahan. Profilaksis jauh lebih yaitu inhibitor faktor koagulasi yang telah aktif
vein thrombosis (DVT). Trombus pada sistem efektif menekan angka kematian akibat DVT (contoh: antitrombin yang berikatan dengan
vena dalam sebenarnya tidak berbahaya, yang berkembang menjadi emboli paru heparan sulfat pada pembuluh darah dan
dapat menjadi berbahaya bahkan dapat dibandingkan penatalaksanaan saat diagnosis protein C yang teraktivasi), eliminasi faktor
menimbulkan kematian jika sebagian trombus ditegakkan.1,4,8 koagulasi aktif, dan kompleks polimer fibrin
terlepas, kemudian mengikuti aliran darah oleh fagosit mononuklear dan hepar, serta
dan menyumbat arteri di dalam paru (emboli PEMBAHASAN enzim fibrinolisis.2,11
paru).1,6,11 Epidemiologi
Insidens DVT di Eropa dan Amerika Serikat Patoisiologi
DVT merupakan kelainan kardiovaskuler ketiga kurang lebih 50 per 100.000 populasi/tahun. Trombosis vena biasanya terdiri dari fibrin,
tersering setelah penyakit koroner arteri dan Angka kejadian DVT meningkat sesuai umur, sel darah merah, dan beberapa komponen
stroke. Angka kejadian DVT mendekati 1 per sekitar 1 per 10.000 – 20.000 populasi pada trombosit dan leukosit. Terdapat tiga hal yang
1000 populasi setiap tahun. Faktor risiko DVT umur di bawah 15 tahun hingga 1 per 1000 berperan dalam proses terjadinya trombosis
antara lain usia tua, imobilitas lama, trauma, populasi pada usia di atas 70 tahun.2 Insidens (Virchow’s Triad):1,11
hiperkoagulabilitas, obesitas, kehamilan, DVT pada ras Asia dan Hispanik dilaporkan
dan obat-obatan (kontrasepsi hormonal, lebih rendah dibandingkan pada ras Kaukasia, 1. Stasis vena
kortikosteroid).1,2 Afrika-Amerika Latin, dan Asia Pasifik. Tidak Aliran darah vena cenderung lambat,
ada perbedaan insidens yang signifikan antara bahkan dapat stasis terutama di daerah yang
Pemeriksaan untuk mendeteksi DVT di pria dan wanita.1,2 mengalami imobilisasi cukup lama. Stasis
antaranya adalah D-Dimer dan imaging vena merupakan faktor predisposisi terjadinya
(seperti USG, Venografi, CT Scan, atau MRV). Etiologi trombosis lokal, karena dapat mengganggu
Diagnosis DVT harus dilakukan secara tepat Berdasarkan “Virchow’s Triad”, terdapat 3 faktor mekanisme pembersihan aktivitas faktor
dan akurat untuk meminimalkan risiko emboli stimuli terbentuknya tromboemboli, yaitu pembekuan darah sehingga memudahkan
paru. DVT diterapi dengan antikoagulan dan kelainan dinding pembuluh darah, perubahan terbentuknya trombosis.
juga heparin dengan berat molekul rendah, aliran darah, dan perubahan daya beku darah.

Alamat Korespondensi email: andi_narang88@yahoo.com

652 CDK-244/ vol. 43 no. 9 th. 2016


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Tabel 1. Faktor risiko trombosis vena dalam2

Trias Virchow

Stasis Imobilitas
Bed rest
Tindakan anestesi
Gagal Jantung Kongestif
Riwayat trombosis vena sebelum-
nya
Hiperkoagulabilitas Keganasan
Antibodi Antikardiolipin
Sindrom Nefrotik
Trombositosis Esensial
Terapi Estrogen
Heparin-induced
Trombositopenia
Inlammatory bowel disease
Paroxysmal nocturnal hemoglo-
binuria Gambar 1. Tungkai kiri yang membengkak dan memerah akibat DVT pada Vena Iliofemoral
Disseminated intravascular coagu-
lation dan luas trombosis. Trombosis vena di ditemukan hanya pada 17% - 20% kasus.
Defisiensi Protein C and S
Defisiensi Antitrombin III daerah betis menimbulkan nyeri di daerah Kulit bisa berubah pucat dan kadang-
Kerusakan dinding Trauma tersebut dan bisa menjalar ke bagian kadang berwarna ungu. Perubahan warna
pembuluh darah Pembedahan medial dan anterior paha. Keluhan nyeri menjadi pucat dan dingin pada perabaan
sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa merupakan tanda sumbatan vena besar
2. Kerusakan pembuluh darah
terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya bersamaan dengan spasme arteri, disebut
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan
mulai dari yang ringan sampai hebat. Nyeri legmasia alba dolens.
dalam proses pembentukan trombosis vena,
akan berkurang jika penderita berbaring,
melalui:
„ Trauma langsung yang mengakibatkan
terutama jika posisi tungkai ditinggikan. DIAGNOSIS
2. Pembengkakan Diagnosis DVT ditegakkan berdasarkan
faktor pembekuan
„ Aktivasi sel endotel oleh sitokin yang
Timbulnya edema dapat disebabkan oleh anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
sumbatan vena proksimal dan peradangan pemeriksaan penunjang.
dilepaskan sebagai akibat kerusakan
jaringan perivaskuler. Apabila ditimbulkan
jaringan dan proses peradangan.
oleh sumbatan, maka lokasi bengkak Tanda dan gejala DVT antara lain edema,
adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri, dan perubahan warna kulit (phlegmasia
3. Perubahan daya beku darah
nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh alba dolens/milk leg, phlegmasia cerulea dolens/
Dalam keadaan normal terdapat
peradangan perivaskuler, bengkak timbul blue leg). Skor Wells dapat digunakan untuk
keseimbangan sistem pembekuan darah dan
di daerah trombosis dan biasanya disertai stratifikasi menjadi kelompok risiko ringan,
sistem fibrinolisis. Kecenderungan trombosis
nyeri. Pembengkakan bertambah jika sedang, atau tinggi. Angiografi (venografi
terjadi apabila aktivitas pembekuan darah
berjalan dan akan berkurang jika istirahat atau flebografi) merupakan pemeriksaan baku
meningkat atau aktivitas fibrinolisis menurun.
dengan posisi kaki agak ditinggikan. yang paling bermakna (gold standard), namun
DVT sering terjadi pada kasus aktivitas
3. Perubahan warna kulit pemeriksaan non-invasive ultrasound (USG
pembekuan darah meningkat, seperti pada
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan Doppler) dapat menggantikan peran
hiperkoagulasi, defisiensi anti-trombin III,
tidak banyak ditemukan pada trombosis angiografi pada kondisi tertentu. Jika
defisiensi protein-C, defisiensi protein S, dan
vena dalam dibandingkan trombosis arteri, dengan metode pemeriksaan USG doppler
kelainan plasminogen.
Tabel 2. Well’s rule sebagai tes awal untuk diagnosis DVT12
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DVT tidak selalu jelas dan
Karakteristik Klinis Skor
sama pada setiap orang. Keluhan utama
pasien DVT adalah tungkai bengkak dan nyeri. Kanker aktif (sedang dalam pengobatan, atau riwayat menjalani pengobatan dalam bulan terakhir atau
1
Trombosis dapat menjadi berbahaya apabila sedang dalam terapi paliatif)

meluas atau menyebar ke proksimal. DVT Paresis, paralisis, atau imobilisasi akibat bidai pada ekstremitas bawah 1

umumnya timbul karena faktor risiko tertentu, Tirah baring >3 hari atau baru menjalani bedah mayor dalam 4 minggu terakhir 1
tetapi dapat juga timbul tanpa etiologi yang Nyeri lokal terbatas pada daerah yang sesuai dengan sistem distribusi vena dalam 1
jelas (idiopathic DVT).8,11 Pembengkakan seluruh bagian tungkai 1
Pembengkakan tungkai bawah dengan diameter 3 cm lebih besar dari tungkai bawah kontralateral
1
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam (diukur 10 cm di bawah tuberositas tibia)
dapat berupa:11 Pembengkakan tungkai terbatas pada daerah yang simptomatik 1
1. Nyeri Kolateral vena-vena superfisial (bukan varises) 1
Intensitas nyeri tidak tergantung besar
Diagnosis alternatif yang mirip atau sama kuatnya dengan trombosis vena dalam -2

CDK-244/ vol. 43 no. 9 th. 2016 653


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

dan D-dimer diagnosis DVT belum dapat Radiologis terletak di daerah proksimal.
ditegakkan, maka harus dilakukan magnetic Pemeriksaan radiologis penting untuk 4. Magnetic Resonance Venography
resonance venography (MRV).1,4 mendiagnosis DVT. Beberapa jenis Prinsip pemeriksaan ini adalah
pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan membandingkan resonansi magnetik
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik untuk menegakkan diagnosis DVT, yaitu:1,4,11 antara daerah dan aliran darah vena lancar
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan 1. Venografi dengan yang tersumbat bekuan darah.
hal yang sangat penting dalam pendekatan Disebut juga sebagai plebografi, ascending Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas
pasien dengan dugaan trombosis. Riwayat contrast phlebography atau contrast dan spesifisitas tinggi, namun belum luas
penyakit sebelumnya merupakan hal yang venography. Prinsip pemeriksaannya digunakan. Saat ini sedang dikembangkan
penting karena dapat diketahui faktor risiko adalah menyuntikkan zat kontras ke dalam pemeriksaan resonansi magnetik untuk
dan riwayat trombosis sebelumnya. Adanya sistem vena, akan terlihat gambaran deteksi langsung bekuan darah dalam
riwayat trombosis pada keluarga juga sistem vena di betis, paha, inguinal sampai vena. Pemeriksaan ini tidak menggunakan
merupakan hal penting.3,6 ke proksimal vena iliaca. Venografi dapat kontras, hanya memanfaatkan kandungan
mengidentifikasi lokasi, penyebaran, dan methemoglobin bekuan darah.
Diagnosis DVT tidak cukup hanya berdasarkan tingkat keparahan bekuan darah serta
gejala klinis karena tidak spesifik ataupun menilai kondisi vena dalam. Venografi TATALAKSANA
sensitif. Kombinasi Well’s rule dengan hasil tes digunakan pada kecurigaan kasus DVT Hanya dilakukan pada kasus yang diagnosisnya
non-invasif diharapkan dapat meningkatkan yang gagal diidentifikasi menggunakan sudah jelas ditegakkan mengingat obat-
ketepatan diagnosis, sehingga dapat pemeriksaan non-invasif. obatan dapat menimbulkan efek samping
mengurangi kebutuhan investigasi lebih Venografi adalah pemeriksaan paling serius.
lanjut. Skor 0 atau kurang, menandakan akurat untuk mendiagnosis DVT.
kemungkinan DVT rendah, skor 1 atau 2 Sensitivitas dan spesifisitasnya mendekati Tujuan tatalaksana DVT fase akut adalah:7,11
menandakan kemungkinan DVT sedang, dan 100%, sehingga menjadi gold standard 1. Menghentikan bertambahnya trombus
skor 3 atau lebih menandakan kemungkinan diagnosis DVT. Namun, jarang digunakan 2. Membatasi bengkak tungkai yang
DVT tinggi.1,8 karena invasif, menyakitkan, mahal, progresif
paparan radiasi, dan risiko berbagai 3. Melisis dan membuang bekuan darah
Laboratorium
komplikasi. serta mencegah disfungsi vena atau
Pemeriksaan laboratorium mendapatkan terjadinya sindrom pasca-trombosis
2. Flestimografi Impedans
peningkatan kadar D-dimer dan penurunan 4. Mencegah terjadinya emboli
Prinsip pemeriksaan ini adalah memantau
antitrombin (AT). D-dimer adalah produk
perubahan volume darah tungkai.
degradasi fibrin. Pemeriksaan D-dimer Non-farmakologis
Pemeriksaan ini lebih sensitif untuk
dapat dilakukan dengan ELISA atau latex Penatalaksanaan non-farmakologis terutama
trombosis vena femoralis dan iliaca
agglutination assay. D-dimer <0,5 mg/ ditujukan untuk mengurangi morbiditas pada
dibandingkan vena di daerah betis.
mL dapat menyingkirkan diagnosis DVT. serangan akut serta mengurangi insidens post-
3. Ultrasonografi (USG) Doppler
Pemeriksaan ini sensitif tetapi tidak spesifik, trombosis syndrome yang biasanya ditandai
Saat ini USG sering dipakai untuk
sehingga hasil negatif sangat berguna untuk dengan nyeri, kaku, edema, parestesi, eritema,
mendiagnosis DVT karena non-invasif.
eksklusi DVT, sedangkan nilai positif tidak dan edema. Untuk mengurangi keluhan dan
USG memiliki tingkat sensitivitas 97%
spesifik untuk DVT, sehingga tidak dapat gejala trombosis vena pasien dianjurkan untuk
dan spesifisitas 96% pada pasien yang
dipakai sebagai tes tunggal untuk diagnosis istirahat di tempat tidur (bedrest), meninggikan
dicurigai menderita DVT simptomatis dan
DVT.2 posisi kaki, dan dipasang compression stocking
dengan tekanan kira-kira 40 mmHg.10,13

Meskipun stasis vena dapat disebabkan


oleh imobilisasi lama seperti pada bedrest,
tujuan bedrest pada pasien DVT adalah
untuk mencegah terjadinya emboli
pulmonal. Prinsipnya sederhana, pergerakan
berlebihan tungkai yang mengalami DVT
dapat membuat bekuan (clot) terlepas dan
“berjalan” ke paru. Penggunaan compression
stocking selama kurang lebih 2 tahun dimulai
2-3 minggu ketika diagnosis DVT ditegakkan
dapat menurunkan risiko post-trombosis
A B syndrome. Compression stockings sebaiknya
Gambar 2. (A) Gambar longitudinal paha bagian tengah menunjukkan oklusi trombus sebagian dengan aliran digunakan pada pasien dengan gejala berat
yang menyempit (panah) vena femoralis tengah. (B) Trombus mural pada vena poplitea. Trombus dominan di dan mereka yang memiliki fungsi vena yang
dinding posterior vena poplitea. Color doppler tidak membedakan trombus akut, oklusi parsial, dan rekanalisasi.
jelek.1,3

654 CDK-244/ vol. 43 no. 9 th. 2016


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Farmakologis Trombositopeni transien terjadi pada 10-20% kg dua kali sehari atau 1,5 mg/kg sekali sehari.
Meluasnya proses trombosis dan emboli paru pasien. Heparin dapat dihentikan setelah Dalteparin disetujui hanya untuk pencegahan
dapat dicegah dengan antikoagulan dan empat sampai lima hari pemberian kombinasi DVT. Pada penelitian klinis, dalteparin diberikan
fibrinolitik. Usahakan biaya serendah mungkin dengan warfarin jika International Normalized dengan dosis 200 IU/kgBB/hari (dosis tunggal
dan efek samping seminimal mungkin. Ratio (INR) melebihi 2.0.7 atau dosis terbagi dua kali sehari). FDA telah
Prinsip pemberian anti-koagulan adalah menyetujui penggunaan tinzaparin dengan
safe dan efektif. Safe artinya antikoagulan Tabel 3. Dosis pemberian heparin7 dosis 175 IU/kg/hari untuk terapi DVT.6
tidak menyebabkan perdarahan. Efektif Dosis awal Bolus 80 unit/ kgBB, kemudian
artinya dapat menghancurkan trombus dan 18 unit/ kg/ jam dengan infus Pilihan lain adalah fondaparinux. Fondaparinux
mencegah timbulnya trombus baru dan APTT <35 detik (<1 kali Bolus 80 unit/ kgBB, adalah pentasakarida sintetik yang bekerja
emboli.7 kontrol) kemudian 4 unit/ kg/ jam menghambat faktor Xa dan trombin.
dengan infus
Diberikan subkutan, bioavailabilitasnya 100%,
APTT 35 – 45 detik (1,2- Bolus 40 unit/ kgBB, kemudian
Unfractionated Heparin 1,5 kali kontrol) 2 unit/ kg/ jam dengan infus
dengan konsentrasi plasma puncak 1,7 jam
Terapi unfractionated heparin berdasarkan setelah pemberian. Dapat digunakan sebagai
berat badan dan dosisnya dititrasi berdasarkan APTT 46– 70 detik (1,5- Tidak ada perubahan profilaksis dan terapi kondisi akut dengan
2,3 kali kontrol)
nilai Activated Partial Thromboplastin Time dosis 5 mg (BB <50 kg), 7,5 mg (BB 50-100
APTT 71– 90 detik (2,3- Kecepatan infus diturunkan 2
(APTT). Nilai APTT yang diinginkan adalah 1,5- 3,0 kali kontrol) unit/ kgBB/ jam
kg), atau 10 mg (BB >100 kg) subkutan, sekali
2,5 kontrol. Mekanisme kerja utama heparin sehari.5
APTT >90 detik (>3 kali Hentikan infus selama 1 jam
adalah: 1). meningkatkan kerja antitrombin
kontrol) lalu turunkan kecepatan
III sebagai inhibitor faktor pembekuan, dan infus rata-rata 3 unit/ kgBB/ Efek samping trombositopeni dan
2). melepaskan tissue factor pathway inhibitor jam osteoporosis LMWH lebih jarang dibanding
(TFPI) dari dinding pembuluh darah. pada penggunaan UFH. Kontraindikasi
Low-Molecular-Weight Heparin (LMWH) terapi antikoagulan antara lain kelainan
Diberikan dengan cara bolus 80 IU/kgBB Dibandingkan dengan unfractionated heparin, darah, riwayat stroke perdarahan, metastasis
intravena dilanjutkan dengan infus 18 IU/ LMWH lebih menguntungkan karena waktu ke central nervous system  (CNS), kehamilan,
kgBB/jam. APTT, masa protrombin (protrombin paruh biologis lebih panjang, dapat diberikan peripartum, operasi abdomen atau
time /PT) dan jumlah trombosit harus diperiksa subkutan satu atau dua kali sehari, dosisnya ortopedi dalam tujuh hari dan perdarahan
sebelum memulai terapi heparin, terutama pasti dan tidak memerlukan pemantauan gastrointestinal. LMWH diekskresikan melalui
pada pasien berusia lebih dari 65 tahun, laboratorium. Pada pasien DVT, heparin ginjal, pada penderita gangguan fungsi ginjal,
riwayat operasi sebelumnya, kondisi-kondisi subkutan tidak kurang efektif dibandingkan dosisnya harus disesuaikan atau digantikan
seperti peptic ulcer disease, penyakit hepar, unfractionated heparin infus kontinyu.3,10 oleh UFH.5,10
kanker, dan risiko tinggi perdarahan (bleeding
tendency).7,9 Seperti halnya unfractionated heparin, LMWH Warfarin
dikombinasi dengan warfarin selama empat Warfarin adalah obat pilihan untuk
Efek samping perdarahan dan trombositopeni. sampai lima hari, dihentikan jika kadar INR antikoagulasi akut. Pemberian warfarin segera
Pada terapi awal risiko perdarahan kurang mencapai 2 atau lebih. Enoxaparin disetujui setelah diagnosis DVT ditegakkan, namun
lebih 7%, tergantung dosis, usia, penggunaan oleh FDA (U.S. Food and Drug Administration) kerjanya memerlukan satu minggu atau lebih.
bersama antitrombotik atau trombolitik lain. untuk pengobatan DVT dengan dosis 1 mg/ Oleh karena itu, LMWH diberikan bersamaan

Tabel 4. Regimen LMWH dalam penatalaksanaan Tabel 5. Pedoman diagnosis klinis untuk emboli paru
DVT7
Tanda dan Gejala Nilai
Nama Obat Dosis

Enoxaparin 1 mg/kgBB, terbagi 2 dosis per hari Tanda dan gejala trombosis vena dalam 3
Dalteparin 200 UI/kgBB, satu kali sehari
Diagnosis banding tidak spesifik untuk penyakit lain selain emboli paru 3
Tinzaparin 175 UI/kgBB, satu kali sehari
Nadroparin 6150 UI terbagi 2 dosis, untuk BB 50- Irama jantung >100 x/ menit 1,5
70 kg
4100 UI terbagi 2 dosis, bila BB <50 kg Imobilisasi > 3 hari atau menjalani pembedahan dalam 4 minggu terakhir 1,5
9200 UI terbagi 2 dosis, bila BB >70 kg
Riwayat mengalami emboli paru dan trombosis vena dalam sebelumya 1,5
Reviparin 4200 UI terbagi 2 dosis, untuk BB 46-
60 kg Hemoptoe 1
3500 UI terbagi 2 dosis, bila BB 35-45 kg
6300 UI terbagi 2 dosis, bila BB > 60 kg Menderita keganasan 1
Fondaparinux 7,5 mg satu kali sehari untuk BB 50-
100 kg Nilai: < 4 = Kemungkinan kecil emboli paru
5 mg satu kali sehari untuk BB <50 kg ≥ 4 = Kemungkinan besar emboli paru
10 mg satu kali sehari untuk BB >100 kg

CDK-244/ vol. 43 no. 9 th. 2016 655


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

sebagai terapi penghubung hingga warfarin antara lain trombosis luas dengan risiko tinggi trombosis, atau karena sisa trombus dalam
mencapai dosis terapeutiknya. Untuk pasien emboli paru, DVT proksimal, threatened limb lumen vena. Sindrom ini ditandai oleh bengkak
yang mempunyai kontraindikasi enoxaparin viability, ada predisposisi kelainan anatomi, dan nyeri berulang dan progresif, dapat terjadi
(contohnya: gagal ginjal), heparin intravena kondisi fisiologis baik (usia 18-75 tahun), dalam 1 sampai 2 tahun setelah kejadian
dapat digunakan sebagai tindakan pertama. harapan hidup lebih dari 6 bulan, onset trombosis vena dalam, pada 50% pasien.
Tindakan ini memerlukan perawatan di rumah gejala <14 hari, tidak ada kontraindikasi. Pada beberapa pasien dapat terjadi ulserasi
sakit.3 Kontraindikasi trombolisis antara lain bleeding (venous ulcer), biasanya di daerah perimaleolar
diathesis/ trombositopeni, risiko perdarahan tungkai. Ulserasi dapat diberi pelembap dan
Dosis standar warfarin 5 mg/ hari, dosis spesifik organ (infark miokard akut, trauma perawatan luka. Setelah ulkus sembuh pasien
disesuaikan setiap tiga sampai tujuh hari serebrovaskuler, perdarahan gastrointestinal, harus menggunakan compressible stocking
untuk mendapatkan nilai INR antara 2,0-3,0. pembedahan, trauma), gagal hati atau gagal untuk mencegah berulangnya post thrombotic
INR diusahakan antara 1,5-2,0, meskipun ginjal, keganasan (metastasis otak), kehamilan, syndrome. Penggunaan compressible stocking
masih menjadi pertentangan. Pada sebuah stroke iskemi dalam 2 bulan, hipertensi berat dapat dilanjutkan selama pasien mendapatkan
penelitian, INR lebih dari 1,9 didapat rata-rata tidak terkontrol (SBP>180 mmHg, DBP>110 manfaat tetapi harus diperiksa berkala.6,11,13
1,4 hari setelah dosis 10 mg.7 Dosis warfarin mmHg).1,3
dipantau dengan waktu protrombin atau INR. Pencegahan
Untuk DVT tanpa komplikasi, terapi warfarin Trombektomi Faktor risiko trombosis vena dalam tidak
direkomendasikan tiga sampai enam bulan. Terapi open surgical thrombectomy sepenuhnya dapat dieliminasi, namun
Kontraindikasi terapi warfarin, antara lain direkomendasikan untuk DVT yang memiliki dapat diturunkan. Misalnya, menekuk dan
perdarahan di otak, trauma, dan operasi yang kriteria di antaranya adalah DVT iliofemoral meluruskan lutut 10 kali setiap 30 menit,
dilakukan baru-baru ini.7 akut, tetapi terdapat kontraindikasi trombolitik terutama pasien yang baru menjalani
atau trombolitik ataupun mechanical pembedahan mayor atau melakukan
Pada pasien dengan faktor risiko molekuler thrombectomy gagal, lesi tidak dapat diakses perjalanan jauh. Pada penerbangan lama,
diturunkan seperti defisiensi antitrombin III, oleh kateter, trombus sukar dipecah dan setiap orang harus melakukan peregangan
protein C atau S, activated protein C resistance, kontraindikasi antikoagulan.3 Setelah tindakan dan berjalan-jalan setiap 2 jam.7
atau dengan lupus antikoagulan/antibodi pembedahan, heparin diberikan selama 5
antikardiolipin, antikoagulan oral dapat hari, pemberian warfarin harus dimulai 1 SIMPULAN
diberikan lebih lama, bahkan seumur hidup. hari setelah operasi dan dilanjutkan selama DVT cukup sering dengan angka kejadian
Pemberian antikoagulan seumur hidup juga 6 bulan sesudahnya. Untuk hasil maksimal mendekati 1 : 1000 populasi. DVT mempunyai
diindikasikan pada pasien yang mengalami pembedahan sebaiknya dilakukan dalam 7 risiko besar emboli paru yang dapat
lebih dari dua kali episode trombosis vena hari setelah onset DVT. Pasien phlegmasia menimbulkan kematian. Faktor terjadinya
atau satu kali trombosis pada kanker aktif. 7 cerulea dolens harus difasiotomi untuk tujuan trombosis dapat dikelompokkan menjadi
dekompresi kompartemen dan perbaikan kelainan pembuluh darah, aliran darah,
Terapi Trombolitik sirkulasi.1 dan komponen pembekuan darah. Faktor
Tidak seperti antikoagulan, obat-obat risiko DVT antara lain usia tua, imobilitas
trombolitik menyebabkan lisisnya trombus Komplikasi lama, trauma, hiperkoagulabilitas, obesitas,
secara langsung dengan peningkatan produk 1. Pulmonary Embolism (PE) kehamilan, dan obat-obatan
plasmin melalui aktivasi plasminogen. Obat- Emboli paru adalah penyumbatan arteri
obat trombolitik yang direkomendasikan FDA pulmonalis atau percabangannya akibat Manifestasi klinis DVT cenderung tidak spesifik,
meliputi streptokinase, recombinant tissue bekuan darah yang berasal dari tempat lain. biasanya pasien mengeluh nyeri, bengkak,
plasminogen activator (rt-PA), dan urokinase.5 Tanda dan gejalanya tidak khas, seringkali dan perubahan warna kulit. Diagnosis DVT
pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
Terapi trombolitik bertujuan memecah saat menarik napas, batuk sampai hemoptoe, fisik, juga pemeriksaan penunjang. Prinsip
bekuan darah yang baru terbentuk dan palpitasi, penurunan saturasi oksigen. Kasus pengobatan adalah mengurangi morbiditas
mengembalikan patensi vena lebih berat dapat mengalami penurunan kesadaran, dan terutama mencegah emboli paru. Terapi
cepat daripada antikoagulan. Trombolitik hipotensi bahkan kematian. Standar baku yang dianjurkan adalah heparin dilanjutkan
dapat diberikan secara sistemik atau lokal penegakan diagnosis adalah dengan dengan anti-koagulan oral.
dengan catheter-directed thrombolysis  (CDT). angiografi, namun invasif dan membutuhkan
Terapi trombolitik pada episode akut DVT tenaga ahli. Dengan demikian, dikembangkan
dapat menurunkan risiko rekurensi dan post- metode diagnosis klinis, pemeriksaan D-Dimer
thrombotic syndrome (PTS). Trombolitik dan CT angiografi.8
sistemik dapat menghancurkan bekuan
secara cepat tapi risiko perdarahan juga 2. Post-thrombotic syndrome
tinggi.9 Risiko perdarahan pada penggunaan Post-thrombotic syndrome terjadi akibat
trombolitik lebih besar dibanding inkompetensi katup vena yang terjadi pada
penggunaan heparin. Indikasi trombolisis saat rekanalisasi lumen vena yang mengalami

656 CDK-244/ vol. 43 no. 9 th. 2016


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

DAFTAR PUSTAKA :
1. JCS Guidelines 2011. Guidelines for the diagnosis, treatment and prevention of pulmonary thromboembolism and deep vein thrombosis. Circ J. 2011; 75: 1258-81
2. Goldhaber S. Risk factors for venous thromboembolism. J Amer Coll Cardiol. 2010; 56:1-7
3. Bates S, Ginsberg G. Treatment of deep vein thrombosis. N Engl J Med. 2004; 351:268-77
4. Hirsh J, Lee AY. How we diagnose and treat deep vein thrombosis. Blood 2002;99(9):3102-10.
5. Buller H, Davidson B, Decousus H, Gallus A, Gent M. Fondaparinux or enoxaparin for the initial treatment of symptomatic deep vein thrombosis. Ann Intern Med.
2004; 140:867-73.
6. Ginsberg, J. Deep venous thrombosis. Cecil Medicine. 23rd ed. New York: Mc Graw-Hill; 2007.
7. Bates SM, Jaeschke R, Stevens SM, Goodacre S, Wells PS, Stevenson MD, et al Diagnosis of DVT: Antithrombotic therapy and prevention of thrombosis. 9th ed.
American College of chest physicians. Evidence-based clinical practice guidelines. Chest 2012; 141(2)(Suppl):351–418. doi: 10.1378/chest.11-2299.
8. Fauci,AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Venous thrombosis. In: Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. Ch.111. USA:
McGraw-Hill; 2008.
9. Breddin HK, Hach-Wunderle V, Nakov R, Kakkar VV; CORTES Investigators. Clivarin: Assessment of Regression of Thrombosis, Eicacy, and Safety. Efects of a LMH on
thrombus regression and recurrent thrombo-embolism in patient DVT. N. Engl J Med. 2001; 344:626-31.
10. Partsch H, Blattler W. Compression and walking versus bed rest in the treatment of proximal deep venous thrombosis with low molecular weight heparin. J Vasc
Surg. 2000; 32:861-9 .
11. Acang, Nuzirwan. Trombosis vena alam. Maj Kedokt Andalas 2001; 25(2) : 46-55.
12. Dupras D, Bluhm J, Felty C, Hansens C, Johnsons T, Lim K. Venous thromboembolism diagnosis and treatment. Institute for Clinical System Improvement. 2013; 5 :
1-36.
13. David L, Erica P, James D, Mark B. Diagnosis and management of iliofemoral deep vein thrombosis: Clinical practice guideline. CMAJ. 2015;23: 1-9

CDK-244/ vol. 43 no. 9 th. 2016 657

Anda mungkin juga menyukai