Anda di halaman 1dari 11

BUKU ACUAN

MODUL
PENYAKIT PEMBULUH DARAH PERIFER
PENYAKIT PEMBULUH DARAH PERIFER

TUJUAN UMUM :
Tujuan modul ini adalah untuk memperoleh kompetensi dalam tatalaksana
pemeriksaan laboratorium penyakit pembuluh darah perifer.

TUJUAN KHUSUS:
Tujuan khusus sesi ini adalah agar peserta didik dapat menjelaskan definisi,
epidemiologi, faktor resiko, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan
laboratorium untuk menunjang diagnosis untuk penyakit pembuluh darah perifer.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :
1. Memahami epidemiologi, faktor risiko, gambaran klinis, diagnosis dan pemeriksaan
laboratorium tentang penyakit pembuluh darah perifer.
2. Menjelaskan definisi dan patofisiologi dari penyakit pembuluh darah perifer.
3. Menjelaskan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dari penyakit pembuluh
darah perifer.
4. Mampu mengetahui beberapa macam pemeriksaan laboratorium untuk penyakit
pembuluh darah perifer.
5. Mampu melaporkan dengan baik setiap macam pemeriksaan penyakit pembuluh
darah perifer.
6. Mampu mengusulkan pemeriksaan laboratorium tambahan jika dibutuhkan.

KOMPETENSI
Memahami definisi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan
laboratorium untuk menunjang diagnosis untuk penyakit pembuluh darah perifer.

POKOK BAHASAN
Definisi penyakit pembuluh darah perifer.
Epidemiologi penyakit pembuluh darah perifer.
Faktor resiko penyakit pembuluh darah perifer.
Patofisiologi penyakit pembuluh darah perifer.
Gejala klinis penyakit pembuluh darah perifer.
Diagnosis penyakit pembuluh darah perifer.
Pemeriksaan laboratorium penyakit pembuluh darah perifer.
Definisi Penyakit Pembuluh Darah Perifer

Penyakit Pembuluh Darah Perifer adalah penyakit dari pembuluh darah yang
berlokasi di luar pembuluh darah otak dan pembuluh darah jantung. Penyakit
pembuluh darah perifer dapat menyerang arteri maupun vena perifer, menyebabkan
gangguan perfusi jaringan atau aliran balik vena ke jantung. Dapat juga menyerang
pembuluh limfe. Umumnya dihubungkan dengan Peripheral Arterial Disease (PAD),
sebuah kelainan klinis dimana terdapat stenosis atau oklusi di dalam aorta atau arteri
pada ekstremitas. Atherosklerosis merupakan penyebab dari PAD pada pasien > 40
tahun; penyebab lain termasuk thrombosis, embolisme, vaskulitis, trauma, dll.

Epidemiologi Penyakit Pembuluh Darah Perifer

Prevalensi tertinggi atherosklerotsis PAD muncul pada dekade 6 7


Wanita dan pria mempunyai resiko yang sama untuk PAD

Faktor Resiko Penyakit Pembuluh Darah Perifer

4x peningkatan resiko PAD pada pasien DM tipe 2 (2x peningkatan resiko infark
miokard atau stroke). 1% peningkatan Hb A1c~ 28% peningkatan resiko PAD
Peningkatan 10 mg/dL kolesterol total ~ 10% peningkatan resiko PAD. Hal ini
terkait dengan penurunan kolesterol HDL dan peningkatan kadar trigliserida
3-4x peningkatan resiko PAD dan sinergis dengan faktor resiko lainnya pada
perokok
2x peningkatan resiko PAD pada pasien hipertensi
Peningkatan kadar homocysteine
Inflamasi sistemik (marker seperti CRP juga bisa memprediksi PAD)
Hypercoagulable states (Umumnya thrombosis vena dan thromboembolism, juga
bisa peripheral arterial thrombosis, terutama pada pasien yang lebih muda)

Patofisiologi Penyakit Pembuluh Darah Perifer

Lesi segmental yang menyebabkan stenosis atau oklusi


Biasanya terletak pada pembuluh darah besar atau sedang
Lesi atherosklerosis lebih banyak muncul di point arterial brachialis, dimana
akan meningkatkan turbulensi, merubah tekanan, dan terjadi intimal injury.

Gejala Klinis Penyakit Pembuluh Darah Perifer

< 50% pasien menunjukkan gejala


Gejala yang paling sering adalah Claudication
Claudication disebabkan oleh iskemia otot reversible dan memiliki karakteristik
kram, nyeri, atau lemah pada otot yang terkena
Claudication timbul hanya selama exercise dan terus meningkat dengan berjalan
sampai pasien harus berhenti karena ketidaknyamanan tersebut.
Ketidaknyamanan tersebut segera hilang dengan istirahat tanpa perubahan posisi
(disebut intermittent)
Tergantung dari derajatnya dan luasnya PAD, pasien mungkin mempunyai
claudication yang menjalar pada pantat dan paha, betis (pada umumnya), atau
kaki (jarang)
Claudication dapat berkembang menjadi rest pain, menggambarkan severe
arterial occlusive disease dengan aliran darah inadekuat saat istirahat
Rest pain sering muncul pada malam hari ketika pasien pada posisi horizontal
(tidak ada gravitasi untuk aliran arteri)

Diagnosis Penyakit Pembuluh Darah Perifer

Riwayat dan pemeriksaan fisik seringkali cukup untuk menegakkan diagnosa


PAD.
Pemeriksaan non invasif :
Arterial pressure (ABI : ankle-brachial index) dengan sphygmomanometer
dan alat Doppler. ABI dikalkulasikan dari Doppler-derived pengukuran
tekanan sistolik pada arteri brachial dan ankle
Cara Pengukuran ABI
Penyakit Pembuluh Darah Perifer Lain

1. Thromboangitis Obliterans (Buergers Disease)


Sebuah inflammatory occlusive vascular disorder termasuk arteri vena kecil dan
sedang pada distal ekstremitas atas atau bawah
Terkait erat dengan pemakaian tobacco
Sering didapatkan pada laki-laki < 40 tahun, tapi 20-30% kasus muncul pada
wanita.
Trias dari :
Claudication pada ektremitas
Raynaud's phenomenon
Migratory superficial vein thrombophlebitis

2. Atheroembolism
Deposit kecil multipel fibrin, platelet, dan debris kolesterol emboli dari lesi
atherosklerotik proksimal atau bagian aneurisma di ekstremitas atau organ
Pasien mengeluh nyeri akut & lunak pada bagian embolisasi.
Denyut pada distal biasanya tetap teraba karena emboli menyangkut pada
pembuluh darah kecil otot dan kulit
3. Raynauds Phenomenon
Onset tiba-tiba dari respon triphasic color (white, blue, and red): pucat yang
berbatas jelas pada jari berkembang jadi cyanosis dengan nyeri dan sering mati
rasa, diikuti dengan hyperemia reaktif dan hangat kembali
Sering muncul bila paparan dingin atau stress
Umumnya pada pasien dengan penyakit jaringan ikat
Juga sering muncul pada individu yang menggunakan vibratory tools seperti
mesin bor (hand-arm vibration syndrome), dan pengetik, pianist, pemotong
daging, dan operator mesin jahit.

4. Frostbite
Kerusakan jaringan akibat dari exposure lingkungan sangat dingin atau dari
kontak langsung dengan objek yang sangat dingin
Kerusakan jaringan akibat dari freezing and vasokonstriksi
Frostbite biasanya berakibat di bagian distal dari ekstremitas atau bagian dari
wajah yang terekspos, contohnya telinga, hidung, dagu, dan pipi.
Superficial frostbite melibatkan kulit dan jaringan subkutan
Deep frostbite melibatkan otot, saraf, dan deeper blood vessels
5. Varicose Vein
Dilatasi vena superfisial, akibat dari struktur yang tidak sempurna & fungsi dari
katub vena, kelemahan intrinsik dari dinding vena, tekanan intraluminal yang
tinggi atau, lebih jarang, fistula arteriovena
Primary = original di sistem superficial; muncul 2-3x lebih sering pada wanita
Secondary = hasil dari abnormalitas vena dalam menyebabkan pelebaran
collateral vena superfisial.
Nyeri tumpul atau sensasi ditekan ditungkai setelah berdiri lama
Varises vena yang luas mungkin menyebabkan skin ulcerations dekat ankle

6. Venous Thrombosis
~ Thrombophlebitis
Muncul thrombus pada vena superficial atau deep dengan respon inflamasi
dinding pembuluh darah
Klasifikasi:
o Deep Vein Thrombosis
o Superficial Vein Thrombosis
Kondisi yang berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya venous
thrombosis :
Pembedahan
Neoplasma
Imobilisasi
Kehamilan
Status hiperkoagulasi
Riwayat DVT sebelumnya

Deep Vein Thrombosis (DVT)


Penyakit yang paling penting yang dipengaruhi dari vena perifer
Kebanyakan emboli pulmonum datang dari DVT tungkai
DVT biasanya bermula pada salah satu vena distal
Faktor resiko dari pembentukan trombosis adalah Trias Virchow
1. Hypercoagulability
2. Stasis vena
3. Injury pada dinding pembuluh darah

Gejala Klinis DVT :


Nyeri tungkai, perlunakan, bengkak, palpable cord, discoloration, distensi
vena, vena superfisial yang prominent, dan sianosis
Tidak ada symptom atau sign yang cukup sensitif atau spesifik untuk
mendiagnosa DVT
Penilaian klinis dapat dikategorikan sesuai dengan probabilitas pretest pasien
DVT
Superficial Vein Thrombosis
Tidak mengakibatkan emboli pulmonum
Terkait dengan kateter intravena dan infus
Muncul pada varicose veins, dan mungkin berkembang terkait dengan deep
venous thrombosis (DVT)
Pasien mengeluh nyeri terlokalisir pada bagian yang terkena thrombus
Pemeriksaan:
Menjadi merah, hangat, dan tender cord sepanjang vena superficial
Daerah sekitarnya mungkin merah dan bengkak

7. Lymphedema
Lymph conducting pathways mungkin berkurang jumlahnya, hilang, obstruksi,
atau disfungsi (karena kegagalan kontraksi atau valve incompetence)
menimbulkan lymphedema
Klasifikasi :
Primary = tidak ada penyakit lain yang ditemukan
Secondary = terkait faktor lain dari sistem limfatik
Diagnosa klinis tergantung dari riwayat dan karakteristik perubahan kulit:
Kulit jadi menebal
Lipatan kulit menjadi meningkat
a warty texture (hyperkeratosis) dan menjadi papillomatosis =
Elephantiasis

Secondary Lymphedema
Lymphoedema dengan onset tiba-tiba dari pembengkakan tungkai dipengaruhi
obstruksi proksimal
Penyebab pelvis dari obstruksi vena atau limfatik seperti tumor atau
thrombosis harus di exclude
Di negara barat, pengobatan cancer adalah penyebab paling sering
Filariasis mungkin penyebab paling umum dari secondary lymphoedema dan
seharusnya dipertimbangkan pada semua pasien dengan lymphoedema yang
travel atau hidup area endemik
Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Pembuluh Darah Perifer

Profil lipid
GDP, G2JPP, HbA1c
Faal Hemostasis
Pemeriksaan Darah Lengkap
LED
Urinalisis
Tes Fungsi Ginjal
Homocystein
hsCRP
antinuclear antibody, extractable nuclear antigen (anti-Smith and ribonuclear
protein), anti-dsDNA, anticentromere antibodies, dan SCL70 scleroderma
antibodies
Cryoglobulin
Complement
REFERENSI

1. Goldman L et al.Goldmans Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, Elsevier


Saunder; 2012
2. Longo et al. Harrisons Principle of Internal Medicine.18th ed. McGraw-Hill.2012
3. Hooi JD, Kester AD, Stoffers HE, Overdijk MM, van Ree JW, Knottnerus JA
(2001). "Incidence of and risk factors for asymptomatic peripheral arterial
occlusive disease: a longitudinal study". American Journal of Epidemiology. 153
(7): 666672.

4. Vowden P, Vowden K (March 2001). "Doppler assessment and ABPI:


Interpretation in the management of leg ulceration". Worldwide Wounds.
Archived from the original on May 9, 2008. - describes ABPI procedure,
interpretation of results, and notes the somewhat arbitrary selection of "ABPI of
0.8 has become the accepted endpoint for high compression therapy, the trigger
for referral for a vascular surgical opinion and the defining upper marker for an
ulcer of mixed aetiology"

5. Burns P, Gough S, Bradbury AW; Gough; Bradbury (March 2003). "Management


of peripheral arterial disease in primary care". BMJ. 326 (7389): 5848.

6. Shammas NW (2007). "Epidemiology, classification, and modifiable risk factors


of peripheral arterial disease". Vasc Health Risk Manag. 3 (2): 22934.

7. Kannel W, McGee D (1985). "Update on some epidemiologic features of


intermittent claudication: the Framingham Study". Journal of the American
Geriatrics Society. 33 (1): 13.

8. Hankey, GJ; Norman, PE; Eikelboom, JW (1 February 2006). "Medical treatment


of peripheral arterial disease". JAMA. 295 (5): 54753.

9. Ruiz-Canela, M; Martnez-Gonzlez, MA (2014). "Lifestyle and dietary risk


factors for peripheral artery disease". Circulation Journal. 78 (3): 5539.

10. Hauk, L (15 May 2012). "ACCF/AHA update peripheral artery disease
management guideline". American family physician. 85 (10): 10001.

Anda mungkin juga menyukai