DISUSUN OLEH :
M Arfian Nur Rizky M H
P07220218016
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 31
LAPORAN PENDAHULUAN
Deep Vein Thrombosis (DVT)
Deep vein thrombosis (DVT) merupakan suatu kondisi dimana thrombus terbentuk pada vena
dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan
disekitar vena. DVT terjadi terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah dapat
menghambat darah dari tungkai bawah kembali ke jantung.
Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam pembuluh darah vena atau
arteri pada makluk hidup. Trombosis merupakan istilah yang umum dipakai untuk sumbatan
pembuluh darah, baik arteri maupun vena. Trombosis hemostatis yang bersifat self-limited dan
terlokalisir untuk mencegah hilangnya darah yang berlebihan merupakan respon normal tubuh
Deep vein thrombosis (DVT) terjadi karena Adanya thrombus (bekuan darah) dalam
pembuluh darah balik atau vena terutama pada kaki. Dapat terjadi karena pembuluh vena
mengalami kerusakan sehingga alirannya terhambat atau adanya kelainan pada aliran vena
menjadi melambat atau berhenti sama sekali atau adanya kondisi-kondisi tertentu yang
menyebabkan perubahan pada darah baik efek kanker atau dampak dari pengobatan yang
diberikan seperti pil KB (memberikan efek faktor koagulasi).
Bekuan darah (thrombus) dalam sistim vena dalam dari kaki adalah sebenarnya tidak
berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika sepotong dari bekuan darah terlepas dan
berjalan ke arah muara melalui jantung kedalam sistem peredaran paru, dan terkumpul di dalam
paru yang dapat menyebabkan pulmonary embolism (emboli paru). Diagnosis dan perawatan
dari deep venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk mencegah pulmonary embolism.
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 32
3) Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum
4) Kegemukan
b. Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada biasanya)
1) Obat-obat (contohnya, pil-pil pengontrol kelahiran, estrogen)
2) Merokok
3) Kecenderungan genetik
4) Polycythemia (jumlah yang meningkat dari sel-sel darah merah)
5) Kanker
5) Kanker
a. Superficial thrombophlebitis
Bekuan-bekuan darah pada sistim vena superficial paling sering terjadi disebabkan oleh
trauma (luka) pada vena yang menyebabkan terbentuknya bekuan darah kecil. Peradangan
dari vena dan kulit sekelilingnya menyebabkan gejala dari segala tipe peradangan yang lain :
1) Kemerahan (rubor)
2) Kehangatan (kalor)
3) Kepekaan/nyeri (dolor)
4) Pembengkakan (tumor)
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 33
Gambar 3, tungkai kaki pada pasien DVT
Sering vena yang terpengaruh dapat dirasakan sebagai tali menebal yang kokoh. Mungkin
ada peradangan yang menyertai sepanjang bagian dari vena. Meskipun ada peradangan, tidak
ada infeksi. Varicosities dapat memberi kecenderungan pada superficial thrombophlebitis.
Ketika klep-klep dari vena-vena yang lebih besar pada sistem superficial gagal. darah
dapat mengalir balik dan menyebabkan vena-vena untuk membengkak dan menjadi
menyimpang atau berliku-liku. Klep-klep gagal ketika vena-vena kehilangan kelenturan dan
peregangannya. Ini dapat disebabkan oleh umur, berdiri yang berkepanjangan, kegemukan,
kehamilan, dan faktor-faktor genetik.
Gejala-gejala dari deep vein thrombosis berhubungan dengan rintangan dari darah yang
kembali ke jantung dan menyebabkan aliran balik pada kaki. Secara klasik, gejala-gejala
termasuk nyeri, bengkak ,kehangatan,kemerahan. Tidak semua dari gejala-gejala ini harus
terjadi; satu, seluruh, atau tidak ada mungkin hadir dengan deep vein thrombosis. Gejala-
gejala mungkin meniru infeksi atau cellulitis dari kaki.
Pada beberapa kasus, DVT tidak menunjukkan gejala sama sekali. Namun umumnya, DVT
memunculkan keluhan berupa:
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 34
4. Patofisiologi Deep Vein Thrombosis (DVT)
DVT biasanya terbentuk pada daerah dengan aliran darah lambat atau terganggu di sinus
vena besar dan kantung ujung katup di vena dalam tungkai bawah atau segmen vena yang
terpapar oleh trauma langsung.
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 35
b. Stasis Vena
Statis vena sering pada usia tua, tirah baring lebih dari tiga hari dan operasi yang
memakan waktu lama. Stasis vena memberikan predisposisi thrombosis lokal. Stasis
menggangu pembersihan faktor koagulasi aktif dan membatasi aksesbilitas thrombin di
vena kemudian menempel ke trombomodulin.
c. Aktivasi koagulasi darah (hiperkoagulabilitas)
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 36
Gambar 6. WoC DVT
Ultrasound sekarang adalah metode standar dari mendiagnosa kehadiran deep vein
thrombosis. Teknisi ultrasound mungkin mampu untuk menentukan apakah ada bekuan,
dimana ia berlokasi di kaki, dan berapa besarnya. Ultrasounds dapat dibandingkan melalui
waktu untuk melihat apakah bekuan telah tumbuh atau menghilang. USG yang biasa
dilakukan berupa Duplex Venous Scan.
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 37
Duplex venous scan merupakan tes bersifat non-invasif yang menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi (ultrasound) untuk menangkap gambar internal vena dan aliran darah
menuju jantung. Peda pemeriksaan ekstremitas atas dilakukan pemeriksaan pada vena di
leher, bahu, lengan, dan pergelangan tangan. Sedangkan pada ekstremitas bawah, vena di
tungkai dan pergelangan kaki yang diperiksa.
Jeli khusus ditempatkan di area yang diperiksa sementara alat transduser dilewatkan
secara ringan pada kulit di atas pembuluh darah yang kemudia menunjukan gambar internal
pembuluh darah ditampilkan di layar, direkam sebagai video atau dicetak sebagai foto.
Ultrasonografi Doppler juga dapat dilakukan untuk menangkap gambar pergerakan darah
melalui pembuluh darah Anda. Tes ini membantu menentukan bagaimana darah mengalir
melalui pembuluh darah Anda.
Duplex venous scan dapat menunjukkan bekuan darah di vena tungkai dan mengevaluasi
vena abnormal yang menyebabkan varises.
b. MRI
MRI sering dilakukan dan berkaitan dengan pemeriksaan terhadap otak, saraf tulang
belakang, jantung, pembuluh darah, tulang, sendri, jaringan lunak, dan organ-organ tubuh
lainnya. Pemeriksaan MRI membutuhkan bantuan zat pewarna khusus yang disuntikkan
melalui pembuluh darah, untuk membantu meningkatkan ketepatan gambar, sebagai hasil
dari pemeriksaan.
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 38
pada organ di sekitar pembuluh darah yang bermasalah.
c. Venografi
Venografi adalah sebuah tes x-ray yang melibatkan penyuntikan x-ray bahan kontras
(dye) kedalam suatu vena untuk menunjukkan bagaimana darah mengalir melalui
pembuluh darah Anda. Hal ini memungkinkan dokter untuk mengetahui kondisi
pembuluh darah Anda.
X-ray (radiograf) adalah tes medis invasif yang membantu dokter mendiagnosa dan
mengobati kondisi medis. Pencitraan dengan sinar-x melibatkan mengekspos bagian
tubuh dengan dosis kecil radiasi pengion untuk menghasilkan gambar bagian dalam
tubuh. Sinar-X adalah bentuk tertua dan paling sering digunakan pencitraan medis.
Venografu umumnya tidak dilakukan lagi dan telah lebih menjadi catatan kaki sejarah
d. D-Dimer
D-dimer adalah tes darah yang mungkin digunakan sebagai tes penyaringan (screening)
untuk menentukan apakah ada bekuan darah. D-dimer adalah kimia yang dihasilkan ketika
bekuan darah dalam tubuh secara berangsur-angsur larut/terurai. Semakin tinggi hasil D-
dimer semakin kuat mengarah dugaan kuat adanya bekuan darah.
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 39
6. Penatalaksanaan Medis Deep Vein Thrombosis (DVT)
a. Farmakologis
Penatalaksanaan inisial DVT (fase akut 5-10 hari pertama) dilakukan dengan pemberian heparin
atau fondaparinux dilakukan sebagai bridging therapy sebelum warfarin mencapai dosis
terapeutiknya. Efektivitas heparin pada penatalaksanaan DVT sangat bergantung pada kemampuan
mencapai rasio terapeutik dalam 24 jam pertama perawatan.
1) Obat heparin
Heparin adalah Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan mempotensiasi kerja
anti trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari AT -
III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah, termasuk trombin, faktor IIa,
IXa, Xa, XIa,dan XIla. Oleh karena itu heparin mempercepat inaktifasi faktor
pembekuan darah.
Fondapariux
2) Obat warfarin
Warfarin adalah anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K-yang
berperan dalam pembekuan darah- sehingga terjadi deplesi faktor II, VII, IX dan X. Ia
bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya.
Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat
faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa
hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan
terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.
Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk,
tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk
pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan,
penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
b. Non-Farmakologis
1) Stoking kompresi elastis
Stocking kompresi elastis adalah jenis kaus kaki elastis yang dirancang khusus untuk
memberikan tekanan (paling tinggi) di bagian pergelangan kaki, dan tingkat tekanan
menurun secara progresif di bagian atas garmen. Garmen ini memastikan bahwa aliran
darah melaju ke atas, ke arah jantung bukan ke bawah atau ke vena superfisial lainnya.
Kompresi mengurangi diameter vena mayor, sehingga meningkatkan kecepatan dan
volume aliran darah.
Latihan ROM (Range of Motion) adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. gerakan fleksi-
ekstensi, menggengam, dan lain-lain akan meningkatkan aliran darah di vena-vena yang
masih terbuka (patent).
Vitamin K, yang ada dalam beberapa makanan, memiliki peran penting dalam
pembekuan darah, dan cara kerja warfarin. Hati menggunakan vitamin K untuk
menghasilkan sel koagulan yang membantu mengontrol perdarahan dan memungkinkan
pembentukan gumpalan darah. Ada kemungkinan bahwa mengonsumsi makanan yang
kaya vitamin K dapat mengurangi efek warfarin pada faktor pembekuan. Studi American
Heart Association (AHA) memaparkan bahwa makan makanan kaya vitamin K dapat
melawan efek warfarin, dan menurunkan waktu protrombin.
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page
311
c. Tindakan Invasif
1) Filter vena cava
Filter vena cava merupakan salah satu tipe filter pembuluh darah yang diletakan pada vena
cava yang berfungsi menyaring trombus darah memasuki jantung dan mencegah terjadinya
pulmonary emboli
Penatalaksanaan DVT dengan filter vena cava hanya dilakukan pada kasus-kasus spesifik.
Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kontraindikasi terhadap terapi antikoagulasi,
mengalami perdarahan yang mengancam nyawa, dan gagal terapi atau rekurensi dengan
penggunaan antikoagulasi yang sudah adekuat.
Meskipun hasil penelitian menyatakan bahwa filter ini efektif menurunkan kejadian emboli
paru dalam jangka pendek, ditemukan meningkatkan kejadian DVT rekuren dalam jangka
panjang. Penatalaksanaan dengan vena cava filter ini pun berisiko untuk terjadinya
komplikasi, seperti:
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page
312
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Tanggal MRS : senin, 1 januari 2020……………… Jam Masuk : 07.30 wita …………………………..
Tanggal Pengkajian : senin, 1 januari 2020…………........ No. RM : xxxxxxx ………………………….....
Jam Pengkajian : 08.00 wita ……………………….... Diagnosa Masuk : Deep Venous Trombosis (DVT)….....
Ruangan Rawat Inap : ruangan zz, No. xx ………………...
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. Bernyanyi........................ Penanggung jawab Biaya : BPJS Kesehatan........................
2. Tanggal Lahir/DOB : 1-1-1941 (80th)...................... Nama : Tn. Bernyanyi...........................
3. Suku/ Bangsa : Jawa........................................ Alamat : ...................................................
4. Agama : Islam......................................
5. Pendidikan : SMA......................................
6. Pekerjaan : Pensiunan ..………………...
7. Alamat : Jl. Pahlawan 1, No.xx, Rt. xx, Kec. Samarinda Ulu, Kota samarinda ……………………………..
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan nyeri pasda saat berjalan dan terdapat edema pada kaki.…………….....
2. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan merasa mulai nyeri selama 3 hari yang lalu tanggal 29 desember 2019
Pasien mulai sadar ada pembengkakan (edema) pada kaki pasien pada tanggal 29 desember 2019, pasien mengatakan sejak
saat itu sulit beraktifitas secara normal dan gejala semakin memburuk……………………………………................................
………………………………………………………………………………………………………………………………….....
GENOGRAM
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page
313
Keterangan ..........................................................................................................
Olahraga ya tidak
Keterangan ..........................................................................................................
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Posisi pasien :
Duduk dan berbaring.................................................................................................................................................
Alat medis/ invasif yang terpasang :
...................................................................................................................................................................................
Tanda klinis yang mencolok : ( ) sianosis ( ) perdarahan
Sakit ringan Sakit sedang Sakit berat
2. Kesadaran :
Kualitatif :
Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma
6. Pemeriksaan Kepala
Finger print di tengah frontal : (X) Terhidrasi ( ) Dehidrasi
Kulit kepala: (X) Bersih ( ) Luka
Rambut :
Penyebaran
:...................................................................................................................................................................
Warna:
Putih..................................................................................................................................................
Mudah patah :
Tidak mudah patah...........................................................................................................................
Bercabang :
Tidak bercabang...............................................................................................................................
Cerah / kusam :
Sedikit kusam...................................................................................................................................
Kelainan :
Tidak ada kelainan...........................................................................................................................
Mata :
Sklera : (X) Putih ( ) Ikterik
Konjungtiva : (X) Merah muda ( ) Anemis
Palpebra : (X) Tidak ada edema ( ) Edema
Kornea : ( ) Jernih (X) Keruh
Reflek cahaya: (X) + ( ) -
TIO:
Pupil : (X) isokor ( ) anisokor ( ) diameter
Refleks cahaya: (X) + ( ) -
Visus: - ...... OS ....... OD
Kelainan :
Tidak ada kelainan.............................................................................................................................
Hidung :
Pernafasan Cuping hidung : ( ) ada (X) tidak ada
Posisi Septum nasal: (X) ditengah ( ) deviasi
Lubang hidung :
Normal tidak ada kelainan.................................................................................................................
Ketajaman penciuman :
Normal dapat meningat dan membedakan bau..................................................................................
Kelainan : -
Tidak ada kelainan.............................................................................................................................
Rongga Mulut
Bibir : Warna : merah muda............
Gigi geligi:
Telinga
Daun/ pina telinga :
Normal simetris tidak ada kelainan..........................................................................................................................
Kanalis tellinga:
Bersih, tidak ada kelainan........................................................................................................................................
Membran timpani : normal (Cahaya politser)............................................
Ketajaman pendengaran : normal dapat mendengar dengan baik……....
Tes weber : 256 Hz
Tes Rinne : 512 Hz
Tes Swabach : 512 Hz
Kesimpulan : Telinga kiri : tidak ada kelainan................telinga kanan : tidak ada kelainan.....
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan............................................................................................................
....................................................................................................................................................................................................
7. Pemeriksaan leher
Kelenjar getah bening : ( ) teraba (X) tidak teraba
Tiroid : ( ) teraba (X) tidak teraba
Posisi Trakea : (X) letak ditengah ( ) deviasi ke arah.................
JVP : ± 7........................cmH2O
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 40
BJ I – Trikuspidalis : Normal: S1 S2 (ICS 3, parasternal kiri)..................................................................
BJ I – Mitral : : Normal: S1 S2 (ICS 5, mid klavikula kiri)......................................................................
Bunyi jantung tambahan: .........................................................................................................................
Kelainan :..................................................................................................................................................
f. JVP normal meningkat menurun
g. CVP : 7.................. cmH2O
h. CTR : 30 ............... %
i. ECG & Interpretasinya :
..........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................
Lain-lain : .......................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
Masalah Keperawatan : Gangguan perfusi jaringan perifer..........................................................................................
............................................................................................................................................................................................
10. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi
Parameter Skor
Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan dalam 6
bulan terakhir?
a.Tidak ada penurunan BB 0
b.Tidak yakin.. tidak tahu/ terasa baju lebih longgar 1
c.jika ya, berapa penurunan BB tersebut: 2
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan
a.ya 1
b.tidak 0
Total skor 0
Keterangan : bila skor > 2 dan atau pasein dengan diagnosis/ kndisi khusus dilakukan pengkajian lebih lanjut
oleh Dietisien, Bila skor < 2, skrining ulang 7 hari
Perkusi :
Pemeriksaan asites : undulasi : tidak ada undulasi............................. Shfiting Dullnes : .....................................
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 41
Ginjal: nyeri ada tidak
ketuk :
babinsk
Saraf koordinasi (cerebral) Ya Tidak y
brudzin
Refleks Fisiologis Patella 0 1 2 3 4 sky kernig
Achilles 0 1 2 3 4 d. Keluhan
Bisep 0 1 2 3 4 pusing
Trisep 0 1 2 3 4 ya
Brankioradialis 0 1 2 3 4
tidak
e. Pupil
Isokor Anisokor Diameter……...........................................................
f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 42
f. Balance Cairan:
Intake Output
Minum peroral : ±1950 ml/hr Urine ( 0,5-1 ml/kg/BB/jam) : ±1300 ml/hr
Cairan infus :0 ml/hr Drain :0 ml/hr
Obat IV :0 ml/hr IWL (10-15 ml/kg/BB/24 jam) : ±645 ml/hr
NGT :0 ml/hr Diare :0 ml/hr
Makanan (1 kalori = 0,14 ml/hari) : ±195 ml/hr Muntah :0 ml/hr
Perdarahan :0 ml/hr
Feses (1x= 200 ml/ hari) : ±200 ml/hr
Total : ±2145 ml/hr Total : ±2145 ml/hr
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan....................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
a. Mandi : 1-2................. x/hari f. Ganti pakaian : 1-2..........x/hari
b. Keramas : 1-2..............x/hari g. Sikat gigi : 1-2................x/hari
c. Memotong kuku : per- minggu atau saat dirasa panjang………................
d. Merokok : ya tidak
e. Alkohol : ya tidak
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan....................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Hasil
Jenis Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal
Tanggal 1-1-2020
Laboratorium …………. Tanggal Tanggal Tanggal
MRS
(Ruangan ………….. ………….. …………..
(Saat di IGD)
Rawat
Inap)
Hb (13 – 16 g/dL) 17 g/dL
PEMERIKSAAN USG
DUPLEX VENOUS SCAN
OBA
T YANG DITERIMA
Cara/rute
Nama Obat Kandungan Obat Kekuatan Dosis Sediaan/Bentuk
pemberian
Naproxen Naproxen 2 x 250 mg/hari tablet Oral
1. DATA SUBJEKTIF :
2. DATA OBJEKTIF :
TTV pasien :
o S : 36,7 ᵒC
o N : 110 x/menit
o TD : 130/80 mmHg
o RR : 18 x/menit
DO ;
DO :
TTV pasien :
o S : 36,7 ᵒC
o N : 110 x/menit
o TD : 130/80 mmHg
o RR : 18 x/menit
DO :
Pasien dan keluarga bertanya terhadap masalah
yang mereka hadapi
Pasien dan keluarga tidak mengetahui tentang
cara melakukan terapi mandiri tentang penyakit
pasien
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b/d Penurunan aliran vena, Kurang terpapar
informasi tentang proses penyakit (deep venous thrombosis), Kurang aktivitas fisik
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 50
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 51
Edukasi:
Ajarkan pentingnya
koagulan selama 3 bulan
Anjurkan untuk tidak
duduk menyilangkan
kaki dan mengantungkan
kaki terlalu lama
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
oban antikoagulan
(heparin)
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 52
Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi:
Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
Kerangka Acuan PK2 (KMB I) Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Kaltim Page 53
TINDAKAN KEPERAWATAN
S (subjektif) :
4 senin, 1 januari Melakukan latihan rom
Pasien mengatakan lebih rileks dan
2020 / 10.00 ekstermitas bawah pasien
nyaman
WITA [1.3]
O (objektif) :
Kedalaman edema ± 2 mm
Tugor kulit ± 1 detik
Kekuatan otot extermitas 4
Barthel indeks: ketergantungan
ringan
A (assesment) :
Masalah teratasi sebagian
P (plan) :
Lanjutkan intervensi
S (subjektif) :
5 senin, 1 januari Pemantauan tanda-tanda vital Pasien tidak merasa terganggu /
2020 / 12.00 [1.2] [2.1] keberatan saat dilakukan pengecekan
WITA TTV
O (objektif) :
S : 36, 5 ᵒc
N : 80 x/menit
TD : 130/80 mmHg
RR : 17 x/menit
A (assesment) :
Masalah teratasi sebagian
P (plan) :
Lanjutkan intervensi
S (subjektif) :
6 senin, 1 januari Pemasangan elastic Pasien mengatakan lebih rileks dan
2020 / 12.30 commpression stocking [1.3] nyaman
WITA
O (objektif) :
Kedalaman edema ± 2 mm
Tugor kulit ± 1 detik
Kekuatan otot extermitas 4
Barthel indeks: ketergantungan
ringan
A (assesment) :
Masalah teratasi sebagian
P (plan) :
Lanjutkan intervensi
S (subjektif) :
7 senin, 1 januari Memberikan penkes tentang Pasien dan keluarga mengatakan
2020 / 13.30 penyakit yang diderita pasien mengerti terhadap masalah
WITA kepada pasien dan keluarga
[3.1] O (objektif) :
Pasien dan keluarga dapat menjawab
pertanyaan tentang penyakit pasien
A (assesment) :
Masalah teratasi sebagian
P (plan) :
Lanjutkan intervensi
S (subjektif) :
9 selasa, 2 januari Pemantauan tanda-tanda vital Pasien tidak merasa terganggu /
2020 / 07.00 [1.2] [2.1] keberatan saat dilakukan pengecekan
WITA TTV
O (objektif) :
S : 36, 56 ᵒc
N : 65 x/menit
TD : 120/80 mmHg
RR : 16 x/menit
A (assesment) :
Masalah teratasi sebagian
P (plan) :
Lanjutkan intervensi
S (subjektif) :
10 selasa, 2 januari Memberikan penkes tentang
Pasien dan keluarga mengatakan
2020 / 07.00 obat dan cara melakukan
mengerti terhadap masalah
WITA perawatan mandiri di rumah
sebagai persiapan pulang O (objektif) :
pasien kepada pasien [1.3]
Pasien dapat menjelaskan fungsi
[3.1]
dosis dan cara menggunakan obat
Pasien dan keluarga dapat
memperagakan cara melakukan
perawatan
A (assesment) :
Masalah teratasi sebagian
P (plan) :
Intervensi dilanjutkan mandiri oleh
pasien dan keluarga
EVALUASI
A. Identitas Klien
Nama : Tn. Petarunk
Tanggal Lahir : 1 Januari 1990 (31th)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pahlawan 1, No.xx, Rt. xx, Kec. Samarinda Ulu, Kota
samarinda
Tgl & jam Masuk RS: 1 Januari 2020 (07.00 WITA)
Tanggal Pengkajian : 4 Januari 2020
Dx. Medis : Hemothorax tertutup (derajat 2)
No. Register : xxxxxxx
B. Pengkajian
1. Keluhan Utama : Pasien datang ke RSUD xxx kota bikini bottom,
dengan kecelakaan bermobil, pasien
mengalami penurunan kesadaran dan ada
bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri.
4. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit
Keluarga
5. Pemeriksaan TTV & Fisik : TD : 100/80 mmHg, S: 36,5 ᵒC, RR: 23x/menit,
N: 88x/menit, GCS : 13 apatis (E4 V4 M5)
takikardi bb: 57 kg, Tb: 165 cm, pernapasan cuping
hidung, kepala tidak ada nyeri tekan, konjungtiva
anemis, bibir anemis, perkusi thorax pekak pada ICS
VI, nyeri pada area thorax, thorax tidak simetris
(pembesaran pada bagian kiri), jejas pada thorax
bagian kiri, ekstermitas normal, SpO2 : 85 %.
Terpasang WSJ pada sela ICS 6 dan 7 mid axila,
tepasang infus Ringer Lactate (tpm 30), terpasang
oksigenasi nasal kanul (3 lpm) Nyeri : P : muncul pada
saat adanya tekanan, Q : Sakit terasa tertusuk, R :
Satu titik, S: 3 (mild), T : bertahan selama ± 1 menit
6. Pemeriksaan Penunjang :
Hb (13 – 16 g/dL) : 11 g/dL
Leukosit (5-10 x 103 /µI) : 7 x 103 /µI
Trombosit (150-400 x103 /µI) : 250 x103 /µI
GDA (70-130 mg/dL) : 80 mg/dL
SGPT (30 U/L) : 26 U/L
SGOT (25 U/L) : 22 U/L
PaCO2 (35-45 mmHg) : 50 mmHg
PaO2 (80-100 mmHg) : 60 mmHg
Foto rontgen :
C. Data Fokus
DS :
Pasien mengeluh mengalami nyeri tekan pada area thorax bagian kiri
Pasien mengeluh mengalami pusing
Pasien mengeluh mengalami kesulitan beraktivitas
DO
TD : 100/80 mmHg
RR : 23 x/menit
N : 88 x/menit
Pernapasan cuping hidung
GCS : 13 (apatis)
Konjungtiva dan bibir anemis
Perkusi thorax pekak pada ICS VI
Jejas pada thorax bagian kiri
Nyeri tekan pada thorax, dengan
o P : muncul pada saat adanya tekanan,
o Q : Sakit terasa tertusuk,
o R : Satu titik, S: 3 (mild),
o T : bertahan selama ± 1menit
Hb = 11 g/dL
PaCO2 = 50 mmHg
PaO2 = 60 mmHg
3. Kriteria hasil
1) Pola nafas tidak efektif (D.0005) b/d hambatan upaya napas (hambatan ekspansi
paru)
Tekanan darah dalam batas normal (60-100 x/menit)
Respirasi dalam batas normal (16-20 x/menit)
SpO2 pasien dalam batas normal (95-100%)
GCS pasien meningkat (15 komposmentis)
Anemis pasien hilang
Thorax pasien normal (simetris, tidak ada jejas)
Nyeri thorax pasien hilang/ membaik (skala 0)
5. Implementasi (Pkl...Wita)
1) Pola nafas tidak efektif (D.0005) b/d hambatan upaya napas (hambatan ekspansi
paru)
Monitor tanda-tanda vital
penkajian fisik area thorax
latihan rom aktif pasif
mengatur posisi pasien (semi-fowler)
melakukan perawatan WSD
A. Data Umum
A. Biodata Klien :
Nama Pasien (Inisial) : Tn. Petarunk...................................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki...........................................................................................
Status Perkawinan : Kawin................................................................................................
Agama : Islam..................................................................................................
Pendidikan Terakhir : SMA....................................................................................................
Pekerjaan : Swasta...............................................................................................
Suku : Jawa....................................................................................................
Alamat : Jl. Pahlawan 1, No.xx, Rt. xx, Kec. Samarinda Ulu, Kota
samarinda........................................................................................
Tanggal Masuk RS : 1 januari 2020................................................................................
Tanggal Pengkajian : 4 januari 2020................................................................................
Dx. Medis : Hemothotax tertutup...................................................................
No. Register : xxxxxxx...............................................................................................
B. Proses Keperawatan
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Pasien datang ke RSUD xxx kota bikini bottom, dengan kecelakaan
bermobil, pasien mengalami penurunan kesadaran dan ada bengkak dan jejas di bagian dada
sebelah kiri.
3. Kondisi Pasien :
DS :
Pasien mengeluh mengalami nyeri tekan pada area thorax bagian kiri
Pasien mengeluh mengalami pusing
Pasien mengeluh mengalami kesulitan beraktivitas
DO
TD : 100/80 mmHg
RR : 23 x/menit
N : 88 x/menit
Pernapasan cuping hidung
GCS : 13 (apatis)
Konjungtiva dan bibir anemis
Perkusi thorax pekak pada ICS VI
Jejas pada thorax bagian kiri
Nyeri tekan pada thorax, dengan
o P : muncul pada saat adanya tekanan,
o Q : Sakit terasa tertusuk,
o R : Satu titik, S: 3 (mild),
o T : bertahan selama ± 1menit
Hb = 11 g/dL
PaCO2 = 50 mmHg
PaO2 = 60 mmHg
4. Diagnosa Keperawatan :
1) Pola nafas tidak efektif (D.0005) b/d hambatan upaya napas (hambatan ekspansi paru)
2) Nyeri akut (D.0077) b/d agen pencedera fisik (trauma)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien hilang (skala 0), dan pola nafas pasien
effektif (RR : 16-20 x/menit)
INTERVENSI, IMPLEMENTASI & EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN
1.5 Pengaturan
posisi (I.01019)
Obsevasi :
Moitor status
oksigenasi
sesudah dan
sebelum
mengubah
posisi
Terapeutik :
Tempatkan
pada matras
atau tempat
tidur yang
tepat
Atur posisi
untuk
mengurangi
sesak
Atur posisi
yang
meningkatkan
drainage
Motivasi rom
aktif atau
pasif
Ubah posisi
setiap 2 jam
Edukasi :
Informasikan
saat akan
dilakukan
perubahan
posisi
1.6 Perawatan
selang dada
(I.01022)
Observasi :
Monitor
fungsi, posisi,
dan
kepatenan
selang
Monitor
cairan pada
tabung
Monitor
produksi
gelembung
undulasi, dan
gelombang
pada
penampung
cairan
Monitor
tanda-tanda
infeksi
Terapeutik :
Perhatikan
personal
hygiene
Lakukan
kultur cairan
jika perlu
Perawatan
area
pemasangan
selang setiap
48-72 jam
sesuai
kebutuhan
Penggantian
tabung secara
berkala
Terapeutik :
Jelaskan
tujuan
pemasangan
selang
Ajarkan
tanda-tanda
infeksi
SOP
PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULAR
1. Menjelaskan tanda tanda normal / gejala umum yang berkaitan dengan sistem
kardiovaskuler
2. Mengidentifikasi persiapan yang diperlukan dalam pengkajian sistem
kardiovaskuler
2 Tujuan
3. Mengidentifikasi aspek aspek riwayat kesehatan atau pengkajian sistem
kardiovaskuler
4. Mendemontrasikan teknik inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dalam
sistem kardiovaskuler5. Mengevaluasi hasil pengkajian
a. Indikasi :
1. Kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada pasien
Kontra Indikasi : -
5 Prosedur KOMPONEN Ya Tdk
Fase Orientasi
a. Salam terapetiuk
b. Evaluasi/validasi kondisi pasien
c. Kontrak : topik/waktu/tempat
Fase Orientasi
a. Beri salam, panggil nama klien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama)
b. Menanyakan keluhan utama klien
c. Jelaskan tujuan, prosedur, kontrak waktu, dan hal yang
perlu dilakukan klien selama pengobatan berlangsung.
d. Berikan kesempatan kepada klien/anggota keluarga
lainnya bertanya sebelum kegiatan dilakukan
e. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
Fase kerja
Persiapan Alat
a. Stetoskop
b. Dua buah penggaris/mistar
c. Alat tulis
Persiapan pasien
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan,
mengapa hal tersebut perlu dilakukan, dan bagaimana klien
dapat bekerj sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan
digunakan dalam merencanakan perawatan dan terapi
selanjutnya.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian yang
tepat
3. Beri privasi pasien, tutup tirai
4. Tanyakan kepada klien apakah klien memiliki salah satu
riwayat berikut
Riwayat keluarga adanya insiden dan usia terjadinya
penyakit jantung, kadar kolesterol tinggi, hipertensi,
stroke, obesitas dan penyakit jantung kongenital,
panyakit arterial, dan demam reumatik
Demam reumatik; riwayat klien adanya demam
reaumatik, murmur jantung, serangan jantung,
verikositas, atau gagal jantung
Gagal jantung; adanya gejala yang mengindikasikan
penyakit jantung (misalnya; keletihan, dyspnea,
ortopnea, edema, batuk, nyeri dada, palpitasi, sinkop,
hipertensi, mengi, hemoptysis)
Adanya penyakit yang memengaruhi jantung
(misalnya; obesitas, diabetes, penyakit paru, gangguan
endokrin)
Gaya hidup yang merupakan factor resiko penyakit
jantung (misalnya; merokok, konsumsi alcohol, pola
makan dan olahraga, area dan derajat stress yang
dirasakan)
Cara Kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat yang diperlukan
3. Komunikasi terapeutik dengan pasien
4. Inspeksi & palpasi :
1) Inspeksi dan Palpasi precordium secara simultan untuk
memeriksa adanya pulsasi, daya dorong, dan daya angkat
jantung yang abnormal.
2) Inspeksi dan Palpasi area aorta dan pulmonal, amati area
tersebut pada suatu sudut dan dari samping, untuk
mengetahui ada tidaknya pulsasi
3) palpasi area iktus kordis untuk memeriksa pulsasi dan
daya angkat atau dorong jantung
4) Inspeksi dan palpasi area apical untuk memeriksa adanya
pulsasi, perhatikan lokasi spesifik (dapat berpindah
kesamping atau kebawah) dan diameternya. Jika
berpindah kesamping. Catat jarak antara apeks dan garis
midklavikula dalam sentimeter
5) Inspeksi dan palpasi area epigastrium pada dasar sternum
untuk memeriksa adanya pulsasi aorta abdomen
6) Inspeksi area vena jugularis dengan melakukan
1. Inspeksi distensi vena jugularis ketika klien berada
pada posisi semifowler (sudut 30-45ᵒ), kepala di
sangga dengan bantal kecil.
2. Jika ada distensi jugularis, kaji tekanan vena jugularis
(Jugular venous pressure (JVP)) dengan
menggunakan penggaris.
7) Inspeksi area ekstermitas atas dan bawah, periksa
pulsasi dan adanya edema ataupun iskemia
8) Inspeksi dan palpasi arteri dorsalis pedis, arteri
radialis, arteru brachialis, arteri carotis periksa
kesamaan pulsasi dan adanya edema.
9) Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan
ujung jari-jari pada sela iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri
10) Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu
ekspirasi sambil mempalpasi daerah diatas
11) Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan
impuls jantung pada waktu ekspirasi
5. Perkusi :
1) Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung
yaitu dengan menentukan batas jantung relatif yang
merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor. Dengan
batas-batas :
Batas kanan : Ruang ICS ke-3 s.d. 5 pada
lineaparasternal kanan.
Batas kiri : Ruang ICS ke-3 linea parasternal kiri s.d.
ruang ICS ke-5 linea axillaries anterior kiri.
Batas atas : Ruang ICS ke-3 linea parasternal kanan
s.d ICS ke-3 linea parasternal kiri.
Batas bawah : Ruang ICS ke-5 linea parasternal
kanan s.d. ruang ICS ke-5 linea axillaries anterior
kiri.
6. Auskultasi :
1) Gunakan alat stetoskop dengan benar
2) Auskultasi jantung pada keempat lokasi anatomi; Aorta,
pulmonal, tricuspid, dan apical (mitral). Auskultasi
tidak dibatasi pada area ini saja; namun, perawat dapat
memindahkan stateskop ke area lain untuk mencari bunyi
yang paling dapat didengar pada setiap klien.
Fase terminasi
1. Evaluasi respon pasien :
Evaluasi subjektif
Evaluasi objektif
2. Tindak lanjut pasien
3. Kontrak : topik / waktu / tempat
Sikap :
1. Peka terhadap reaksi pasien.
2. Hati-hati dalam melakukan tindakan
3. Bertanggung Jawab
Dokumentasi :
1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif)
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP
Catatan :
Kelebihan :
Melakukan tindakan dengan prosedur yang tepat (contoh : pemeriksaan dari lateral ke arah
medial)
Sikap tepat, fokus terhadap pasien dan tindakan yang dilakukan
Melakukan komunikasi keperawatan dengan baik
Kekurangan :
Tidak ada pertanyaan tentang riwayat penyakit
tidak melakukan pengecekan vena jugularis ((Jugular venous pressure (JVP))
tidak melakukan persiapan lokasi dengan tepat (tidak menurup tirai)
kurang menjelaskan tentang proses pendokumentasian
tidak ada kontrak selanjutnya
DAFTAR ISI
Corwin J. Elisabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbir Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tambunan KL. Trombosis : Masalah di Indonesia Masa Kini dan Masa Datang. Jakarta : Yoga
Buana;2011.
Rani AA, Soegondo, Nazir AU et al. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2016.
Bhatt, et al. (2020). Diagnosis of Deep Vein Thrombosis of the Lower Extremity: A Systematic
Review and Meta-Analysis of Test Accuracy. Blood Advances, 4(7), pp. 1250–1264.
Andriani, R., & Wahid, I. (2018). Defisiensi Protein S pada Trombosis Vena Dalam. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(4), pp. 100–103.
Cleveland Clinic (2019). Disease & Conditions. Blood Clotting Disorders (Hypercoagulable
State).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : EDISI 1
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : EDISI 1
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : EDISI 1