Anda di halaman 1dari 42

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


DEEP VEIN TROMBOSIS (DVT)

DOSEN PENGAJAR : Nurdin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

OLEH :
KELOMPOK V

1. SUIM SAK KIAR (P201701055)


2. FEBRIANTY KADRIAN (P201701073)
3. METHA INDRASWARY (P201802051)
4. WA ODE FITRI NAITA (P201701089)
5. REY FONDA (P201701083)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan
rahmat-Nya kami diberi kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah dari Bapak Nurdin, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang menjadi tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis. Makalah yang berjudul ‘‘Asuhan Keperawatan Kritis” yang
saya susun merupakan kumpulan dari beberapa sumber dan referensi yang
terpercaya. Dalam makalah ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat saya
nantikan.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberiwawasan


ataupun menjadi referensi kita dalam mengetahui dan mempelajari tentang
Asuhan Keperawatan Kritis. Akhir kata mohon maaf apabaila dalam penlisan
maupun isi materi belum dapat dikatakan sempurna dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Desember, 2020

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi

Trombosis vena dalam dikenal sebagai deep vein thrombosis


(DVT). Trombus pada sistem vena dalam sebenarnya tidak berbahaya,
dapat menjadi berbahaya bahkan dapat menimbulkan kematian jika
sebagian trombus terlepas, kemudian mengikuti aliran darah dan
menyumbat arteri di dalam paru (emboli paru) (Jayanegara, 2016).

DVT merupakan kelainan kardiovaskuler ketiga tersering setelah


penyakit koroner arteri dan stroke. Angka kejadian DVT mendekati 1 per
1000 populasi setiap tahun. Faktor risiko DVT antara lain usia tua,
imobilitas lama, trauma, hiperkoagulabilitas, obesitas, kehamilan, dan
obat-obatan (kontrasepsi hormonal, kortikosteroid) (Jayanegara, 2016).

Trombosis vena dalam (TVD) merupakan pembentukan bekuan


darah pada lumen vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi
inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan perivena. TVD
disebabkan oleh disfungsi endotel pembuluh darah, hiperkoagulabilitas
dan gangguan aliran darah vena (stasis) yang dikenal dengan trias
Virchow (Andriani, 2018).

2. Etiologi
Berdasarkan “Virchow’s Triad”, terdapat 3 faktor stimuli
terbentuknya tromboemboli, yaitu kelainan dinding pembuluh darah,
perubahan aliran darah, dan perubahan daya beku darah. Selain faktor
stimuli, terdapat faktor protektif yaitu inhibitor faktor koagulasi yang telah
aktif (contoh: antitrombin yang berikatan dengan heparan sulfat pada
pembuluh darah dan protein C yang teraktivasi), eliminasi faktor koagulasi
aktif, dan kompleks polimer fibrin oleh fagosit mononuklear dan hepar,
serta enzim fibrinolisis (Jayanegara, 2016).

3. Faktor Resiko
Menurut Jayanegara (2016) faktor risiko trombosis vena dalam
tidak sepenuhnya dapat dieliminasi, namun dapat diturunkan. Misalnya,
menekuk dan meluruskan lutut 10 kali setiap 30 menit, terutama pasien
yang baru menjalani pembedahan mayor atau melakukan perjalanan
jauh. Pada penerbangan lama, setiap orang harus melakukan
peregangan dan berjalan-jalan setiap 2 jam.
Faktor risiko DVT antara lain usia tua, imobilitas lama, trauma,
hiperkoagulabilitas, obesitas, kehamilan, dan obat-obatan
Tabel. Faktor resiko trombosis vena dalam
Trias Virchow
Statis - Imobilitas
- Bed rest
- Tindakan anestesi
- Gagal jantung kongestif
- Riwayat trombosis vena
sebelumnya
Hiperkoagulabilitas - Keganasan
- Antibodi antikardiolipin
- Sindrom nefrotik
- Trombosis esensial
- Terapi estrogen
- Heparin-induced
- Trombositopenia
- Inflamatory bowel disease
- Paroxysmal nocturnal
hemoglobinuria
- Disseminated intravascular
coagulation
- Defisiensi protein C and S
- Defisiensi antitrombin III
Kerusakan dinding pembuluh - Trauma
darah - Pembedahan

4. Manifestasi Klinis
Menurut Jayanegara (2016) Manifestasi klinis DVT tidak selalu
jelas dan sama pada setiap orang. Keluhan utama pasien DVT adalah
tungkai bengkak dan nyeri. Trombosis dapat menjadi berbahaya apabila
meluas atau menyebar ke proksimal. DVT umumnya timbul karena faktor
risiko tertentu, tetapi dapat juga timbul tanpa etiologi yang jelas
(idiopathic DVT).
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa:
a. Nyeri
Intensitas nyeri tidak tergantung besar dan luas trombosis. Trombosis
vena di daerah betis menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan bisa
menjalar ke bagian medial dan anterior paha. Keluhan nyeri sangat
bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan
intensitasnya mulai dari yang ringan sampai hebat. Nyeri akan
berkurang jika penderita berbaring, terutama jika posisi tungkai
ditinggikan.
b. Pembengkakan
Timbulnya edema dapat disebabkan oleh sumbatan vena proksimal
dan peradangan jaringan perivaskuler. Apabila ditimbulkan oleh
sumbatan, maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak
nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan perivaskuler,
bengkak timbul di daerah trombosis dan biasanya disertai nyeri.
Pembengkakan bertambah jika berjalan dan akan berkurang jika
istirahat dengan posisi kaki agak ditinggikan.
c. Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan
pada trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri, ditemukan
hanya pada 17% - 20% kasus. Kulit bisa berubah pucat dan
kadangkadang berwarna ungu. Perubahan warna menjadi pucat dan
dingin pada perabaan merupakan tanda sumbatan vena besar
bersamaan dengan spasme arteri, disebut flegmasia alba dolens.

5. Klasifikasi
Klasifikasi umum menurut Wijaya (2015) DVT terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Venous thromboembolism (VTE) yang terjadi pada pembuluh balik.
Salah satu jenis trombosis yang dapat terjadi pada pembuluh balik
adalah deep vein thrombosis (DVT), umumnya simtoma ini disertai
oleh embolus yang terlepas dari pembuluh paru dan beredar dalam
sirkulasi darah hingga mencapai pembuluh balik tersebut yang
umumnya berada pada kaki
b. Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi.
Trombosis arteri adalah bekuan darah yang berkembang di arteri.
Berbahaya karena dapat menghalangi atau menghentikan aliran
darah ke organ utama, seperti jantung atau otak. Jika gumpalan
darah mempersempit satu atau lebih arteri yang menuju ke jantung,
nyeri otot yang dikenal sebagai angina dapat terjadi.

6. Komplikasi
a. Pulmonary Embolism (PE)
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis atau
percabangannya akibat bekuan darah yang berasal dari tempat lain.
Tanda dan gejalanya tidak khas, seringkali pasien mengeluh sesak
napas, nyeri dada saat menarik napas, batuk sampai hemoptoe,
palpitasi, penurunan saturasi oksigen. Kasus berat dapat mengalami
penurunan kesadaran, hipotensi bahkan kematian. Standar baku
penegakan diagnosis adalah dengan angiografi, namun invasif dan
membutuhkan tenaga ahli. Dengan demikian, dikembangkan metode
diagnosis klinis, pemeriksaan D-Dimer dan CT angiografi
(Jayanegara, 2016).
b. Post-thrombotic syndrome
Post-thrombotic syndrome terjadi akibat inkompetensi katup vena
yang terjadi pada saat rekanalisasi lumen vena yang mengalami
trombosis, atau karena sisa trombus dalam lumen vena. Sindrom ini
ditandai oleh bengkak dan nyeri berulang dan progresif, dapat terjadi
dalam 1 sampai 2 tahun setelah kejadian trombosis vena dalam,
pada 50% pasien. Pada beberapa pasien dapat terjadi ulserasi
(venous ulcer), biasanya di daerah perimaleolar tungkai. Ulserasi
dapat diberi pelembap dan perawatan luka. Setelah ulkus sembuh
pasien harus menggunakan compressible stocking untuk mencegah
berulangnya post thrombotic syndrome. Penggunaan compressible
stocking dapat dilanjutkan selama pasien mendapatkan manfaat
tetapi harus diperiksa berkala (Jayanegara, 2016).

7. Patofisiologi
Menurut Jayanegara (2016)Trombosis vena biasanya terdiri dari
fibrin, sel darah merah, dan beberapa komponen trombosit dan leukosit.
Terdapat tiga hal yang berperan dalam proses terjadinya trombosis
(Virchow’s Triad):
a. Stasis vena
Aliran darah vena cenderung lambat, bahkan dapat stasis terutama
di daerah yang mengalami imobilisasi cukup lama. Stasis vena
merupakan faktor predisposisi terjadinya trombosis lokal, karena
dapat mengganggu mekanisme pembersihan aktivitas faktor
pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombosis.
b. Kerusakan pembuluh darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan dalam proses
pembentukan trombosis vena, melalui:
a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan „
b. Aktivasi sel endotel oleh sitokin yang dilepaskan sebagai akibat
kerusakan jaringan dan proses peradangan.
c. Perubahan daya beku darah
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan sistem pembekuan
darah dan sistem fibrinolisis. Kecenderungan trombosis terjadi
apabila aktivitas pembekuan darah meningkat atau aktivitas
fibrinolisis menurun. DVT sering terjadi pada kasus aktivitas
pembekuan darah meningkat, seperti pada hiperkoagulasi, defisiensi
anti-trombin III, defisiensi protein-C, defisiensi protein S, dan
kelainan plasminogen.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang sangat
penting dalam pendekatan pasien dengan dugaan trombosis.
Riwayat penyakit sebelumnya merupakan hal yang penting karena
dapat diketahui faktor risiko dan riwayat trombosis sebelumnya.
Adanya riwayat trombosis pada keluarga juga merupakan hal
penting.
Diagnosis DVT tidak cukup hanya berdasarkan gejala klinis
karena tidak spesifik ataupun sensitif. Kombinasi Well’s rule dengan
hasil tes non-invasif diharapkan dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis, sehingga dapat mengurangi kebutuhan investigasi lebih
lanjut. Skor 0 atau kurang, menandakan kemungkinan DVT rendah,
skor 1 atau 2 menandakan kemungkinan DVT sedang, dan skor 3
atau lebih menandakan kemungkinan DVT tinggi. (Jayanegara,
2016).
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mendapatkan peningkatan kadar D-
dimer dan penurunan antitrombin (AT). D-dimer adalah produk
degradasi fibrin. Pemeriksaan D-dimer dapat dilakukan dengan
ELISA atau latex agglutination assay. D-dimer D-dimer <0,5 mg/mL
dapat menyingkirkan diagnosis DVT. Pemeriksaan ini sensitif tetapi
tidak spesifik, sehingga hasil negatif sangat berguna untuk eksklusi
DVT, sedangkan nilai positif tidak spesifik untuk DVT , sehingga
tidak dapat dipakai tes tunggal untuk diagnosis DVT. (Jayanegara,
2016).
c. Radiologis
Pemeriksaan radiologis penting untuk mendiagnosis DVT.
Beberapa jenis pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis DVT, yaitu:
a. Venografi
Disebut juga sebagai plebografi, ascending contrast
phlebography atau contrast venography. Prinsip
pemeriksaannya adalah menyuntikkan zat kontras ke dalam
sistem vena, akan terlihat gambaran sistem vena di betis, paha,
inguinal sampai ke proksimal vena iliaca. Venografi dapat
mengidentifikasi lokasi, penyebaran, dan tingkat keparahan
bekuan darah serta menilai kondisi vena dalam. Venografi
digunakan pada kecurigaan kasus DVT yang gagal diidentifikasi
menggunakan pemeriksaan non-invasif.
Venografi adalah pemeriksaan paling akurat untuk
mendiagnosis DVT. Sensitivitas dan spesifisitasnya mendekati
100%, sehingga menjadi gold standard diagnosis DVT. Namun,
jarang digunakan karena invasif, menyakitkan, mahal, paparan
radiasi, dan risiko berbagai komplikasi.
b. Flestimografi Impedans
Prinsip pemeriksaan ini adalah memantau perubahan volume
darah tungkai. Pemeriksaan ini lebih sensitif untuk trombosis
vena femoralis dan iliaca dibandingkan vena di daerah betis.
c. Ultrasonografi (USG) Doppler
Saat ini USG sering dipakai untuk mendiagnosis DVT karena
non-invasif. USG memiliki tingkat sensitivitas 97% dan
spesifisitas 96% pada pasien yang dicurigai menderita DVT
simptomatis dan terletak di daerah proksimal.
d. Magnetic Resonance Venography
Prinsip pemeriksaan ini adalah membandingkan resonansi
magnetik antara daerah dan aliran darah vena lancar dengan
yang tersumbat bekuan darah. Pemeriksaan ini mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas tinggi, namun belum luas digunakan.
Saat ini sedang dikembangkan pemeriksaan resonansi magnetik
untuk deteksi langsung bekuan darah dalam vena. Pemeriksaan
ini tidak menggunakan kontras, hanya memanfaatkan
kandungan methemoglobin bekuan darah. (Jayanegara, 2016).

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan TVD adalah untuk mencegah bertambah


besarnya bekuan, mencegah emboli paru, sindroma post trombosis dan
terjadinya TVD berulang.
a. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang digunakan biasanya adalah antikoagulan
dan trombolitik.
1) Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadi bekuan yang
semakin besar, dan mencegah pembentukan bekuan darah.
Jika terapi antikoagulan diberikan segera setelah TVD terbentuk,
maka akan menurunkan risiko terjadinya emboli paru.
Antikoagulan yang biasa dipakai adalah heparin dan warfarin
(Lestarini, 2017).
2) Trombolitik
Berbeda dengan antikoagulan yang berfungsi mencegah
perluasan maupun kekambuhan trombosis, obat trombolitik
seperti steptokinase, urokinase dan tissue plasminogen
activatorbekerja melarutkan trombin. Obat ini terutama
digunakan pada penderita emboli paru yang luas disertai
gangguan kardiorespirasi dan risiko perdarahan yang kecil
(Lestarini, 2017).
b. Terapi Non Farmakologi
Selain terapi farmakologi, juga dilakukan terapi non farmakologi
untuk pencegahan secara mekanik yaiu
1) Penggunaan kaos kaki yang dapat memberi penekanan
(Compression Elastic stockings). Digunakan pada pagi hari dan
seharian saat aktivitas, dilepas pada saat akan tidur, dapat
digunakan pula saat istirahat dengan posisi menaikkan tungkai
pada saat tiduran.
2) Menaikkan tungkai, yaitu posisi kaki dan betis lebih tinggi dari
pinggul, posisi ini diharapkan dapat memperlancar aliran darah
vena.
3) Intermittent pneumatic compresion, alat ini dapat memberikan
penekanan dari luar secara teratur pada tungkai bawah atau
tungkai bawah dan paha; besarnya tekanan 35-40 mmHg
selama 10 detik / menit.
4) Mobilisasi awal untuk meningkatkan aliran darah vena pada
kondisi stasis (Lestarini, 2017)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Gejala pada DVT yang paling dapat dipercaya adalah bengkak dan
edema dari ekstremitas yang bersangkutan. Ini disebabkan oleh
peningkatan volume intravaskuler akibat bendungan darah vena.
Nyeri adalah gejala yang paling umum ; biasanya dilukiskan sebagai
sakit atau berdenyut dan bias berat. Berjalan dapat memperparah
nyeri. Nyeri tekan pada ekstremitas yang terserang.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan kepada pasien mengenai adanya riwayat varises,
hiperkoagulasi, penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler,
pembedahan mayor yang baru saja dilakukan atau cedera, obesitas,
trauma ortopedik, tirah baring yang lama, paralysis, dehidrasi
mungkin terjadi (hiperkoagulasi).
d. Pemeriksaan fisik fokus (ekstremitas bawah)
1) Keadaan umum :
sedang sampai dengan payah. Kesadaran : composmentis
sampai dengan apatis.
2) Tanda-tanda vital :
tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit,
suhu pada ekstremitas yang sakit; dingin.
3) Ekstremitas bawah :
Nyeri karena aktifitas/ berdiri lama, lemah/ kelemahan pada kaki
yang sakit, varises dan atau pengerasan, gelembung/ ikatan
vena (thrombus), warna kulit/ suhu pada ekstremitas yang sakit;
pucat, dingin, oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena.
4) Aktifitas / Istirahat
Gejala :    Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama
Imobilitas lama (contoh; trauma orotpedik, tirah baring yang
lama, paralysis, kondisi kecacatan)
Nyeri karena aktifitas/ berdiri lama
Lemah/ kelemahan pada kaki yang sakit
Tanda :    Kelemahan umum atau ekstremitas
5) Sirkulasi
Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises
Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena
kehamilan), DM, penyakit katup jantung
Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas
yang sakit ,Varises dan atau pengerasan, gelembung/ ikatan
vena (thrombus), Warna kulit/ suhu pada ekstremitas yang sakit ;
pucat, dingin, oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena,
Tanda human positif
6) Makanan/ Cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi,
pencetus untuk hiperkoagulasi), Kegemukan (pencetus untuk
statis dan tahanan vena pelvis), Oedema pada kaki yang sakit
(tergantung lokasi)
7) Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Berdenyut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau
bergerak
Tanda:  Melindungi ekstremitas kaki yang sakit
8) Keamanan
Gejala : Riwayat cedera langsung/ tidak langsung pada
ekstremitas atau vena (contoh : fraktur, bedah ortopedik,
kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama pada vena pelvic,
terapi intra vena)
Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, system GI)
Tanda:  Demam, menggigil
9) Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Penggunaan kontrasepsi/ estrogen oral, adanya terapi
antikoagulan (pencetus hiperkoagulasi)
Kambuh atau kurang teratasinya episode tromboflebitik
sebelumnya

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah/ statis vena (obstruksi vena sebagian/ penuh), ditandai
dengan: oedema jaringan, penurunan nadi perifer, pengisian kapiler,
pucat, eritema
b. Nyeri berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi
jaringan dengan produksi/ akumulasi asam laktat pada jaringan atau
inflamasi, ditandai dengan; pasien mengatakan nyeri, hati-hati pada
kaki yang sakit, gelisah dan perilaku distraksi.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penekanan syaraf
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema pada kaki
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktifitas
f. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer in adekuat

C. PENYIMPANGAN KDM

Cidera dinding Gangguan


Statis Darah
pembuluh darah pembekuan
ASUHAN KEPERAWATAN DEEP VEIN TROMBOSIS (DVT)

KASUS
Pada tanggal 20 Desember 2020 Ny. A berusia 39 tahun agama islam,
suku bugis, datang bersama keluarga ke IGD RS KOTA KENDARI dengan
keluhan nyeri dan bengkak pada paha kanan yang semakin meningkat sejak 3
hari yang lalu.
Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Trauma pada kaki dan penyakit
keganasan tidak ada. Pucat-pucat sebelumnya tidak disadari pasien. Riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal selama 2 tahun. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan kesan nyeri sedang dengan skala 5 dirasakan tertusuk-tusuk,
hilang timbul selama ±10 menit, pasien tampak meringis memegang
daerah yang sakit, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi reguler 60 kali permenit,
pernafasan 20 kali permenit dan suhu 37,6 ⁰C. Pada pemeriksan fisik didapatkan
kepala normosefal, konjungtiva mata dalam batas normal.
Pada pemeriksaa laboratorium didapatkan HB 10 g/dl, leukosit
15.900/mm3, hematokrit 30%, trombosit 489.000/mm3, LED 13 mm/jam, gula
darh 109 mg/dl, ureum 35 mg/dl, kreatinin 0,8 mg/dl, kolesterol total 107 mg/dl,
kolesterol HDL 40 mg/dl, kolesterol LDL 73 mg/dl, CEA 0,73 ng/ml, CA 125 10,98
U/ml. Urinalisa kekeruhan jernih, warna kuning muda, PH 5,5 protein positif 2,
leukosit 70-80 /LPB, eritrosit 3-5/LPB, silinder negatif, glukosa negatif, kristal
negatif, bilirubin dan urobilinogen negatif . Prothrombin time 14 detik, waktu
thromboplastin 41,7 detik dan D Dimer 3152,5 %.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS

Tanggal MRS : 10 -12-2020 Jam Masuk : 10:30


Tanggal Pengkajian : 10 -12-2020 No. RM : 42305
Jam Pengkajian : 11.00 Diagnosa Masuk : DVT

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. A
2. Umur : 39 Tahun
3. Suku/ Bangsa : Bugis
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Lorong Kancil, Kel. Rahandouna, Kec. Poasia
8. Sumber Biaya : BPJS
KELUHAN UTAMA: klien mengeluh nyeri dan bengkak pada paha kanan
yang semakin meningkat sejak 3 hari yang lalu dengan
skala nyeri 5, nyeri dirasakan tertusuk-tusuk, hilang
timbul selama ± 10 menit, pasien tampak
memegang daerah yang sakit. pasien mengatakan
nyeri saat menggerakkan kakinya.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang diantar keluarganya ke rumah sakit
dibawa ke IGD dengan dalam keadaan sadar
dengan keluhan nyeri dan bengkak pada paha
kanan yang semakin meningkat sejak 3 hari yang
lalu dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan
tertusuk-tusuk, hilang timbul selama ± 10
menit, pasien tampak memegang daerah
yang sakit. pasien mengatakan nyeri saat
menggerakkan kakinya. Pasien juga
mengeluhkan penurunan berat badan akhir-akhir
ini.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya kapan : 3 bulan lalu diagnosa : DVT
2. Riwayat penyakit kronik dan menular : tidak ada penyakit kronik dan
menular
Riwayat kontrol : tidak ada riwayat kontrol
Riwayat penggunaan obat : Obat generik
3. Riwayat alergi:
Obat : tidak alergi obat
Makanan : tidak ada alergi makanan
Lain-lain : tidak mempunyai alergi lainnya

4. Riwayat operasi: tidak ada riwayat operasi


RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada riwayat penyakit dari keluarga
- Genogram :

39

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: klien
: orang tinggal serumah
: orang terdekat

Generasi I : Kedua kakek dan nenek pasien dari bapak dan ibu pasien
sudah meninggal karena faktor usia
Generasi II : Ayah dan dan ibu klien masih hidup
Generasi III : Dalam hal ini klien menderita DVT (Deep Vein Thrombosis)

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:
Alkohol : tidak
keterangan
Merokok : tidak
keterangan
Obat : ya
Keterangan Obat generik
Olahraga : tidak
Keterangan

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 37,6 N :60 x/menit TD :140/80 mmHg RR :20x /mnt
Kesadaran : Composmentis

2. Sistem Pernafasan (B1)


a. RR: 20x /mnt
b. Keluhan : Tidak ada kesulitan bernafas
Batuk : tidak ada batuk
Sekret : tidak ada sekret
c. Penggunaan otot bantu nafas: tidak ada penggunaan otot bantu nafas
d. Irama nafas : teratur
e. Pleural Friction rub : tidak ada suara nafas tambahan
f. Pola nafas : Teratur
g. Suara nafas : Vesikuler
h. Alat bantu napas : tidak alat bantu napas
i. Penggunaan WSD : tidak ada penggunaan WSD
j. Tracheostomy : tidak ada penggunaan Tracheostomy

3. Sistem Kardio vaskuler (B2)


a. Keluhan nyeri dada : tidak ada keluhan nyeri dada
b. Irama jantung : reguler
c. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal)
d. CRT : >2 detik
e. Akral : hangat
f. Sirkulasi perifer : menurun
g. JVP : <8 cmH2O
h. CVP : 7 mmHg
i. CTR : <50%
4. Sistem Persyarafan (B3)
a. GCS : E4 V5 M5 : 14
b. Keluhan pusing : tidak ada keluhan pusing
c. Pemeriksaan saraf kranial:
N1 :normal (Klien dapat membedakan wangi kayu putih dan
kopi)
N2 :normal (Klien dapat membaca kartu nama perawat
dalam jarak 30 cm)
N3, N4, N 6 :normal (Koordinasi gerakan mata baik ditandai klien
dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah,
kontraksi pupil terhadap cahaya positif ditandai dengan
pupil mengecil ketika kontak dengan cahaya, diameter
pupil kanan dan kiri 3 mm)
N5 :normal (klien dapat merasakan sentuhan pada wajahnya,
saat wajahnya disentuh leh kapas)
N7 :normal (klien dapat membuka matanya dengan spontan)
N8 :normal (klien dapat mendengar bunyi jarum jam)
N 9 N 10 :normal (terdapat gerakan opula pada saat mengucapkan
kata “ah” dengan baik, reflek menelan baik)
N 11 :normal (klkien dapat menggerakan kepala ke segala
arah)
N 12 :normal (klien dapat menjulurkan lidah)

d. Hoffman/Tromer test : negatif


e. Pupil : isokor
f. Sclera : ikterus
g. Konjunctiva : anemis
h. Isitrahat/Tidur : 8-9 Jam/Hari Gangguan tidur : tidak ada
i. ICP :12 mmHg
j. Tanda-Tanda PTIK :tidak ada
k. Gangguan pendengaran :Tidak Gangguan pendengaran
l. Gangguan penglihatan :Tidak ada gangguan penglihatan
m. Gangguan Penciuman :Tidak ada gangguan Penciuman
5. Sistem perkemihan (B4)
a. Kebersihan genetalia :Bersih
b. Sekret :Tidak ada sekret
c. Ulkus :Tidak ada Ulkus
d. Kebersihan meatus uretra : Bersih
Keluhan kencing : Tidak ada
e. Kemampuan berkemih : spontan
f. Produksi urine : 100 ml/jam
Warna : kuning
Bau : amonia
g. Kandung kemih : tidak ada pembersaran kandung kemih
h. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
i. Intake cairan oral : 2500 cc/hari
j. Balance cairan : 36.25 cc/hari
6. Sistem pencernaan (B5)
a. TB :151 cm BB :52 kg
b. IMT : 22,8 Interpretasi :berat badan ideal
c. Mulut : bersih
d. Membran mukosa : kering
e. Tenggorokan : tidak ada nyeri saat menelan
f. Abdomen :normal
g. Nyeri tekan :tidak ada
h. Luka operasi :tidak ada
i. Peristaltik :8x/menit
j. BAB :1x/hari Terakhir tanggal : 09-21-2020
k. Konsistensi : lunak
l. Diet : padat
m. Diet Khusus : Tidak ada diet khusus
n. Nafsu makan : baik Frekuensi: 1-2.x/hari
o. Porsi makan : habis

7. Sistem muskuloskeletal (B6)


a. Pergerakan sendi :terbatas
b. Kekuatan otot :5 5
3 5
c. Kelainan ekstremitas : tidak
d. Kelainan tulang belakang : tidak
e. Fraktur : tidak
f. Traksi : tidak ada
g. Penggunaan spalk/gips : tidak ada
h. Keluhan nyeri : ya
P: saat bergerak
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: paha sebelah kanan
S: skala 5
T: ±10 menit
i. Sirkulasi perifer : menurun
j. Kompartemen syndrome :ya
k. Kulit : kemerahan
l. Turgor : kurang
m. Luka operasi : tidak ada
n. ROM : pasif
o. Pitting edema: + grade : derajat II
p. Ekskoriasis : tidak ada
q. Urtikaria : tidak ada

8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid : tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak
c. Hipoglikemia : tidak
d. Hiperglikemia : tidak

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
e. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Pasien sangat memikirkan kesembuhannya
f. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : diam
g. Reaksi saat interaksi : kooperatif
h. Gangguan konsep diri : tidak ada

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN


Selama kakinya terasa sakit pasien mengatakan susah untuk melakukan
aktivitas terutama saat ke toilet sehinga pasien jarang untuk melakukan
perawatan diri.

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit : sering
- Selama sakit : sering
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah: tidak
ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)

Nama pemeriksaan Hasil


PT 12,2 detik
APTT 29,1 detik
GDS 109 Mg/dl
Urium 35 Mg/dl
kreatinin 0,8 Mg/dl

TERAPI
Pasien diterapi dengan heparin 5000 unit intra vena kemudian dilanjutkan
dengan drip heparin 10.000 unit dalam 50 cc NaCl 0,9% menggunakan syringe
pump dengan kecepatan 5cc/jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan PT dan
APTT setiap 6 jam selama 7 hari. Pada hari ketiga diberikan terapi antikoagulan
oral 2 mg perhari. Untuk terapi non farmakologis dilakukan pemasangan
compression stocking dan elevasi tungkai kanan.
ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: DVT Ketidakefektifan perfusi
 Pasien mengatakan jaringan perifer
nyeri dan bengkak Vena mengalami
pada bagian paha obstruksi
sebelah kanan
DO: Edema
 Warna kulit pasien
tampak pucat Nadi perifer
 Adanya edema menurun
(pembengkakan)
 Kulit kemerahan Ketidakefektifan

 CRT >2 detik perfusi jaringan


DS: DVT Nyeri Akut
 Pasien mengatakan nyeri
pada daerah paha sebelah Gangguan aliran
kanan darah
 P : Saat Bergerak
Q : seperti tertusuk-tusuk Peningkatan
R : paha sebelah kanan prokoagulan anti
S :Skala 5 koagulan
T :± 10 menit
DO: Penyempitan
 pasien tampak meringis dinding endotel

 TD:140/90 mmHg
 N: 60X/menit Peningkatan
tekanan turgor
 P: 20x /menit
jaringan
 S: 37,6o C

Reaksi inflamasi

Nyeri akut
DS: DVT Hambatan mobilitas fisik
 Pasien mengatakan nyeri
pada paha sebelah kanan Gangguan aliran
 Pasien mengatakan nyeri darah
saat menggerakkan
kakinya Peningkatan fibrin
dalam sel darah
DO:
Penekanan saraf
Kekuatan otot
5 5 Keterbatasan
aktifitas
3 5
Hambatan mbilitas
fisik

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
2. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi inflamasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penekanan saraf
RENCANA INTERVENSI

HARI/ DIAGNOSA KEPERAWATAN


WAKTU INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
Kamis/10 11.00 Ketidakefektifan perfusi jaringan 1. Perawatan sirkulasi: insufisiensi vena
Desember berhubungan dengan edema a. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara komprehensif (seperti,
2020- Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 mengecek nadi perifer, udem, waktu pengisian kapiler, warna dan
Minggu/1 jam diharapkan masalah teratasi, suhu kulit)
Desember dengan kriteria hasil: b. Nilai udem dan nadi perifer
2020 c. Monitor leve ketidaknyamanan atau nyeri
Status sirkulasi
d. Dukung latihan ROM pasif dan aktif, terutama pada ektremitas
indikator awal akhir
bawah, seama istrahat
Edema 3 4
e. Berikan obat antiplatelet atau antikogulan dengan cara yang tepat
perifer
f. Lindungi ekstremitas dari trauma (misalnya, meletakkan bantalan
Tekanan 3 4 di bawah kaki dan betis, meletakkan fotboard untuk menopang
nadi kaki, menggunakan sepatu sesuai ukuran)
Capillary 3 4 g. Instruksikan pasien melakukan perawatan kaki yang benar
refill h. Pertahankan hidrasi yang cukup untuk menurunkan viskositas
Petting 3 4 darah
edema 2. Perawatan sirkulasi: infusiensi arteri
a. Lakukan pemeriksaan fisik sistem kardivaskuler atau penilaian
yang komprehensif pada sirkulasi perifer (misalnya, memeriksa
denyut nadi perifer, edema, waktu pengisian kapiler, warna dan
suhu)
b. Berikan obat antipetelet (penurunan agregasi platelet) atau
antikagulan (pengeceran darah), dengan tepat
c. Dukung pasien melakukan kegiatan olahraga walaupun pasien
tidak suka
d. Instruksikan pasien mengenai faktor-faktor yang mengganggu
sirkulasi darah (misalnya, merokok, pakaian ketat, terlalu lama di
dalam suhu dingin, dan menyilangkan kaki)
e. Instruksikan pada pasien mengenai perawatan kaki yang tepat
f. Pelihara hidrasi yang memadai untuk menurunkan kekentalan
darah
g. Monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar
Kamis/10 11.00 Nyeri akut berhubungan dengan deep 1. Manajemen nyeri
Desember vena thrombosis a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
2020- karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24
Minggu/1 beratnya nyeri dan faktor pencetus
jam diharapkan nyeri
Desember b. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
berkurang/teratasi, dengan kriteria
2020 memperberat nyeri
hasil:
c. Berikan informasi mengenal nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
Tingkat Nyeri
lama nyeri dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
indikator awal Akhir
prosedur
Nyeri 2 3
d. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau
yang
meningkatkan nyeri (misalnya, ketakutan, kelelahan, keadaan
dilapork monoton dan kurnag pengetahuan)
an e. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya,
Denyut 3 4 farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi
nadi penurunan nyeri, sesuai dengan kebutuhan
radial f. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Panjang 3 4 g. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya
nya dengan tepat
episode h. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti, biofeedback,
nyeri TENS, hypnosis,relaksasi, bimbingan antisipasi, terapi musik,
terapi aktivitas, akuspressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan
sebelum dan sesudah jika memungkinkan ketika melakukan
aktivitas)
i. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
j. Dukung istrahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
nyeri
k. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri.
Kamis/10 16.30 Hambatan mobilitas fisik berhubungan 1. Perawatan tirah baring
Desember dengan penekanan saraf a. Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring
2020- b. Tempatkan matras atau Kasur terapeutik dengan cara yang tepat
Minggu/1 Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 c. Ajarkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat
Desember jam diharapkan masalah teratasi, d. Berikan stoking antiemboli
2020 dengan kriteria hasil: 2. Terapi latihan :ambulasi
Pergerakan a. Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi,
indikator awal akhir sesuai kebutuhan
Gerakan otot 3 4 b. Bantu pasien untuk berpindah sesuai kebutuhan
Gerakan 3 4 c. Bantu pasien dengan ambulasi awal dan jika diperlukan
sendi d. Instruksikan pasien mengenai pemindahan dan teknik ambulasi
Ambulasi yang aman
indikator awal akhir e. Monitor penggunaan alat bantu berjalan pasien
Berjalan 1 2 f. Bantu pasien untuk membangun pencapaian yang realistis untuk
dengan pelan ambulasi jarak
Berjalan 1 2 g. Dorong pasien untuk bangkit sebanyak dan sesering mungkin yang
dengan diinginkan, jika sesuai
langkah yang
efektif

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


Kamis/10 1 11.00 1. melakukan penelitian sirkulasi 16.00 S: klien mengatakan nyeri
Desember perifer secara komprehensif pada paha sebelah kanan
2020 (misalnya, mengecek nadi perifer,
udem, waktu pengisian kapiler,
warna dan suhu kulit)
11.40 2. menilai udem dan nadi perifer
12.00 3. memonitor level ketidaknyamanan O: tampak adanya edema
atau nyeri
12.30 4. mendukung latihan ROM pasif dan
aktif, terutama pada ektremitas
bawah, selama istrahat
13.00 5. memberikan obat antiplatelet atau A: masalah belum teratasi
antikogulan dengan cara yang tepat
13.30 6. melindungi ekstremitas dari trauma
(misalnya, meletakkan bantalan di
bawah kaki dan betis, meletakkan
fotboard untuk menopang kaki, P: lanjutkan intervensi
menggunakan sepatu sesuai
ukuran)
13.40 7. menginstruksikan pasien melakukan
perawatan kaki yang benar
13.50 8. memertahankan hidrasi yang cukup
untuk menurunkan viskositas darah
14.00 9. melakukan pemeriksaan fisik sistem
kardivaskuler atau penilaian yang
komprehensif pada sirkulasi perifer
(misalnya, memeriksa denyut nadi
perifer, edema, waktu pengisian
kapiler, warna dan suhu)
14.30 10. mendukung pasien melakukan
kegiatan olahraga walaupun pasien
tidak suka
14.40 11. menginstruksikan pasien mengenai
faktor-faktor yang mengganggu
sirkulasi darah (misalnya, merokok,
pakaian ketat, terlalu lama di dalam
suhu dingin, dan menyilangkan
kaki)
14.50 12. menginstruksikan pada pasien
mengenai perawatan kaki yang
tepat
14.55 13. mempelihara hidrasi yang memadai
untuk menurunkan kekentalan
darah
15.00 14. memonitor jumlah cairan yang
masuk dan keluar

Kamis/10 2 11.00 1. melakukan pengkajian nyeri 16.00 S: klien mengatakan nyeri


Desember komprehensif yang meliputi lokasi, pada paha sebelah kanan
2020 karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
11.10 2. menggali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat menurunkan atau O: klien tampak meringis
memperberat nyeri
11.15 3. memberikan informasi mengenal
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri dirasakan, dan A: masalah belum teratasi
antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
11.20 4. mengurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri (misalnya, P: lanjutkan intervensi
ketakutan, kelelahan, keadaan
monoton dan kurnag pengetahuan)
11.25 5. memilih dan meimplementasikan
tindakan yang beragam (misalnya,
farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai dengan
kebutuhan
11.30 6. mengajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
12.00 7. mendorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat
12.20 8. mengajarkan penggunaan teknik
non farmakologi (seperti,
biofeedback, TENS,
hypnosis,relaksasi, bimbingan
antisipasi, terapi musik, terapi
aktivitas, akuspressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan sebelum
dan sesudah jika memungkinkan
ketika melakukan aktivitas)
12.40 9. mengajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri
12.55 10. mendukung istrahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
13.00 11. memberikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri.

Kamis/10 3 14.00 1. Jelaskan alasan diperlukannya tirah 16.00 S: pasien mengatakan masih
Desember baring butuh bantuan dalam
2020 14.05 2. Tempatkan matras atau Kasur melakukan ROM
terapeutik dengan cara yang tepat
14.10 3. Ajarkan latihan di tempat tidur
dengan cara yang tepat
14.20 4. Berikan stoking antiemboli
14.35 5. Konsultasikan pada ahli terapi fisik O: tampak pasien dibantu
mengenai rencana ambulasi, sesuai keluarga dan perawat
kebutuhan
15.00 6. Bantu pasien untuk berpindah
sesuai kebutuhan
15.05 7. Bantu pasien dengan ambulasi awal
dan jika diperlukan A: masalah belum teratasi
15.10 8. Instruksikan pasien mengenai
pemindahan dan teknik ambulasi
yang aman
15.15 9. Monitor penggunaan alat bantu
berjalan pasien
15.20 10. Bantu pasien untuk membangun P: lanjutkan intervensi
pencapaian yang realistis untuk
ambulasi jarak
15.25 11. Dorong pasien untuk bangkit
sebanyak dan sesering mungkin
yang diinginkan, jika sesuai

Minggu/13 1 11.00 1. melakukan penelitian sirkulasi 16.00 S: klien mengatakan nyeri


Desember perifer secara komprehensif pada betis kiri
2020 (misalnya, mengecek nadi perifer,
udem, waktu pengisian kapiler,
warna dan suhu kulit)
11.30 2. menilai udem dan nadi perifer
11.50 3. memonitor level ketidaknyamanan O: tampak edema sudah
atau nyeri mulai turun
12.25 4. mendukung latihan ROM pasif dan
aktif, terutama pada ektremitas
bawah, selama istrahat
13.00 5. memberikan obat antiplatelet atau
antikogulan dengan cara yang tepat A: masalah teratasi
13.30 6. melindungi ekstremitas dari trauma
(misalnya, meletakkan bantalan di
bawah kaki dan betis, meletakkan
fotboard untuk menopang kaki,
menggunakan sepatu sesuai P: intervensi dihentikan
ukuran)
13.40 7. menginstruksikan pasien melakukan
perawatan kaki yang benar
13.50 8. memertahankan hidrasi yang cukup
untuk menurunkan viskositas darah
14.00 9. melakukan pemeriksaan fisik sistem
kardivaskuler atau penilaian yang
komprehensif pada sirkulasi perifer
(misalnya, memeriksa denyut nadi
perifer, edema, waktu pengisian
kapiler, warna dan suhu)
14.30 10. mendukung pasien melakukan
kegiatan olahraga walaupun pasien
tidak suka
14.35 11. menginstruksikan pasien mengenai
faktor-faktor yang mengganggu
sirkulasi darah (misalnya, merokok,
pakaian ketat, terlalu lama di dalam
suhu dingin, dan menyilangkan
kaki)
14.40 12. menginstruksikan pada pasien
mengenai perawatan kaki yang
tepat
14.45 13. mempelihara hidrasi yang memadai
untuk menurunkan kekentalan
darah
15.00 14. memonitor jumlah cairan yang
masuk dan keluar

Minggu/13 2 11.00 1. melakukan pengkajian nyeri 16.00 S: klien mengatakan nyeri


Desember komprehensif yang meliputi lokasi, sudah tidak ada
2020 karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
11.05 2. menggali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat menurunkan atau O: klien tampak rileks
memperberat nyeri
11.10 3. memberikan informasi mengenal
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri dirasakan, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan A: masalah teratasi
akibat prosedur
11.15 4. mengurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri (misalnya,
ketakutan, kelelahan, keadaan P: intervensi dihentikan
monoton dan kurnag pengetahuan)
11.20 5. memilih dan meimplementasikan
tindakan yang beragam (misalnya,
farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi
penurunan nyeri, sesuai dengan
kebutuhan
11.25 6. mengajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
12.00 7. mendorong pasien untuk memonitor
nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat
12.10 8. mengajarkan penggunaan teknik
non farmakologi (seperti,
biofeedback, TENS,
hypnosis,relaksasi, bimbingan
antisipasi, terapi musik, terapi
aktivitas, akuspressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan sebelum
dan sesudah jika memungkinkan
ketika melakukan aktivitas)
12.40 9. mengajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri
12.50 10. mendukung istrahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
13.00 11. memberikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
dan respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri.

Minggu/13 3 15.00 1. Jelaskan alasan diperlukannya tirah 16.00 S: pasien mengatakan sudah
Desember baring tidak membutuhkan bantuan
2020 15.10 2. Tempatkan matras atau Kasur dalam melakukan ROM
terapeutik dengan cara yang tepat
15.20 3. Ajarkan latihan di tempat tidur
dengan cara yang tepat
15.30 4. Berikan stoking antiemboli
15.40 5. Konsultasikan pada ahli terapi fisik O: tampak pasien dapat
mengenai rencana ambulasi, sesuai berjalan sendiri
kebutuhan
16.00 6. Bantu pasien untuk berpindah
sesuai kebutuhan
16.05 7. Bantu pasien dengan ambulasi awal
dan jika diperlukan A: masalah teratasi
16.10 8. Instruksikan pasien mengenai
pemindahan dan teknik ambulasi
yang aman
16.20 9. Monitor penggunaan alat bantu
berjalan pasien
16.25 10. Bantu pasien untuk membangun P: intervensi dihentikan
pencapaian yang realistis untuk
ambulasi jarak
16.20 11. Dorong pasien untuk bangkit
sebanyak dan sesering mungkin
yang diinginkan, jika sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Rinni dan Wahid, Irza. Defisiensi Protein S pada Trombosis Vena
Dalam. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(4).
Bulechek, Gloria M dkk. 2017. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam.
Yogyakarta: CV. Mocomedia
Jayanegara, Andi Putra. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis.
Continuing Medical Education. 2016; 43(9).
Lestarini, I. A.. Trombosis Vena Dalam. Jurnal Kedokteran. 2017; 2(1).
Moorhead, Sue dkk. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Yogyakarta: CV. Mocomedia
Nanda Internasional. 2018. EGC Keperawatan NANDA- Klasifikasi 2018-2020
Edisi 11. Jakarta: EGC
Wijaya, W. 2015.Treatment Of Deep Vein Thrombosis. N Engl J Med.

Anda mungkin juga menyukai