Disusun oleh :
Kelompok VI
- Gita Karundeng ( 17061102)
- Olivia Djeramu (16061067)
- Christy Madilah (16061002)
- Daniel Miojo (17061128)
- Florentin Pioh (17061137)
- Meis Mangerongkonda (17061053)
- Juandy sambuaga (17061038)
Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis /DVT) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan ditemukannya bekuan darah dalam vena dalam. (PDPI, 2012)
Deep vena thrombosis(DVT) adalah suatu kondisi dimana terbentuk bekuan darah
dalam vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena
sebagian, yang mengakibatkan penyumbatan parsial atau total sehingga aliran darah
terganggu. (Doenges, 2000).
Deep vein thrombosis (DVT) merupakan pembentukan bekuan darah pada lumen
vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh darah dan
jaringan perivena ( Wakefield, 2008).
Jadi, Deep vein thrombosis (DVT) adalah pembekuan darah yang terjadi pada
pembuluh vena yang diakibatkan oleh obstruksi vena sebagian sehingga menyebabkan aliran
darah terganggu,
B. Etiologi
1. Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
- Perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti penerbangan-penerbangan
pesawat yang panjang ("economy class syndrome"), mobil, atau perjalanan kereta api,
opname rumah sakit, Operasi.
- Ketika kaki kita berada dalam posisi diam untuk waktu yang cukup lama, otot-otot
kaki kita tidak berkontraksi sehingga mekanisme pompa otot tidak berjalan dengan
baik.
- Trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa operasi atau gips
- Kehamilan, termasuk 6-8 minggu setelah partum
- Kehamilan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh vena daerah kaki
dan pelvis. Wanita-wanita yang memiliki riwayat keturunan gangguan penjendalan
darah memiliki resiko terbentuknya trombus.
- Kegemukan dan varises
- Obesitas dan varices dapat menimbulkan statis aliran darah dan penurunan aktifitas
fibriolitik yang mempermudah terjadinya trombosis vena.
- Merokok
- Kecenderungan genetic
- Kanker
c. Klasifikasi
Berdasarkan gejala dan tanda klinis serta derajat keparahan drainase vena DVT dibagi
menjadi DVT akut dan kronis
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DVT tidak selalu jelas dan sama pada setiap orang. Keluhan utama
pasien DVT adalah tungkai bengkak dan nyeri. Trombosis dapat menjadi berbahaya apabila
meluas atau menyebar ke proksimal. DVT umumnya timbul karena faktor risiko tertentu,
tetapi dapat juga timbul tanpa etiologi yang jelas (idiopathic DVT). Keluhan dan gejala
trombosis vena dalam dapat berupa:
a. Nyeri
Intensitas nyeri tidak tergantung besar dan luas trombosis. Trombosis vena di daerah
lkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha.
Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan
intensitasnya mulai dari yang ringan sampai hebat. Nyeri akan berkurang jika
penderita berbaring, terutama jika posisi tungkai ditinggikan.
b. Pembengkakan
Timbulnya edema dapat disebabkan oleh sumbatan vena proksimal dan peradangan
jaringan perivaskuler. Apabila ditimbulkan oleh sumbatan, maka lokasi bengkak
adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh
peradangan perivaskuler, bengkak timbul di daerah trombosis dan biasanya disertai
nyeri. Pembengkakan bertambah jika berjalan dan akan berkurang jika istirahat
dengan posisi kaki agak ditinggikan.
e. Pathway
f. Prognosis
Mortalitas DVT terutama berkaitan dengan kejadian emboli paru, di mana tercatat
sebanyak 300.000 kematian per tahun di Amerika Serikat. Menurut statistik dari Centers for
Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 10-30% pasien meninggal dalam 1 bulan
pertama sejak terdiagnosis tromboemboli vena, dan kematian mendadak adalah gejala
pertama pada seperempat kasus emboli paru.
g. Pemeriksaan Penunjang
2. D-dimer
Pemeriksaan kadar d-dimer (hasil pemecahan fibrin ikat silang yang dipecah oleh
plasmin), merupakan pemeriksaan tambahan CU guna meningkatkan ketepatan
diagnosis TVD. Kadar d-dimer biasanya meningkat pada TVD dan / atau EP (Emboli
Paru). Peningkatan kadar d-dimer menunjukkan adanya produk degradasi fibrin dalam
kadar yang abnormal tinggi. Peningkatan kadar ini mempunyai arti bahwa telah
terjadi trombus yang bermakna dan pemecahannya dalam tubuh , namun belum dapat
menunjukkan lokasi. Kadar normal dapat membantu untuk menyingkirkan TVD,
namun kadar yang meningkat tidak spesifik dan mempunyai nilai ramal positif yang
rendah. Peningkatan kadar d-dimer bisa sebagai respon non spesifik dari penyakit
yang terjadi bersamaan.
3. Venografi
Venografi merupakan pemeriksaan baku emas dari TVD. Keunggulan venografi
adalah mampu mendeteksi trombosis proksimal dan vena betis yang terisolasi.
Kelemahan pemeriksaan ini adalah :
Bersifat invasive
Menimbulkan rasa nyeri
Mahal dan memerlukan keahlian khusus dalam tekniknya
Membutuhkan waktu yang lama
Kemungkinan komplikasi thrombosis
Alergi dan gangguan faal ginjal akibat cairan kontras
Karena alasan tersebut, pemeriksaan non invasif seperti CU dan d-dimer, dikombinasi
dengan pemeriksaan fisik, banyak digunakan sebagai pengganti venografi.
h. Penatalaksanaan
Penatalaksaan Keperawatan :
Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking elastik dan analgesik
untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi DVT. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7
hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan
thrombus untuk melekat pada dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika
pasien mulai berjalan, harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada
berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan
kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat
mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. (Soekardjo,2019)
Menurut (Arum,2019) penatalaksanaanya bisa dilakukan terapi non farmakologi untuk
pencegahan secara mekanik yaitu
- Penggunaan kaos kaki yang dapat memberi penekanan (Compression Elastic
stockings). Digunakan pada pagi hari dan seharian saat aktivitas, dilepas pada saat
akan tidur, dapat digunakan pula saat istirahat dengan posisi menaikkan tungkai pada
saat tiduran.
- Menaikkan tungkai, yaitu posisi kaki dan betis lebih tinggi dari pinggul, posisi ini
diharapkan dapat memperlancar aliran darah vena.
- Intermittent pneumatic compresion, alat ini dapat memberikan penekanan dari luar
secara teratur pada tungkai bawah atau tungkai bawah dan paha; besarnya tekanan 35-
40 mmHg selama 10 detik / menit.
- Mobilisasi awal untuk meningkatkan aliran darah vena pada kondisi stasis.
Penatalaksanaan Medis :
Penatalaksanaan TVD adalah untuk mencegah bertambah besarnya bekuan, mencegah
emboli paru, sindroma post trombosis dan terjadinya TVD berulang. Terapi farmakologi yang
digunakan biasanya adalah antikoagulan dan trombolitik (Arum,2019).
- Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadi bekuan yang semakin besar, dan
mencegah pembentukan bekuan darah. Jika terapi antikoagulan diberikan segera setelah TVD
terbentuk, maka akan menurunkan risiko terjadinya emboli paru. Antikoagulan yang biasa
dipakai adalah heparin dan warfarin.
- Trombolitik
- Menjaga berat badan, berhenti merokok, rutin untuk melakukan olahraga, hindari
duduk terlalu lama, beraktifitas, serta menjaga pola makan.
- Pemberian injeksi heparin dosis rendah pada pasien dengan risiko TVD yang
direncanakan operasi dan akan terjadi imobilisasi setelah operasi. Pada pasien dengan
risiko rendah disarankan untuk memakai compression stockings. Metode mekanik
untuk mencegah DVT adalah pneumatic intermitent compression (IPC), graduated
compression stocking (GCS) atau venous foot pump. IPC akan meningkat aliran vena
dalam di betis mencegah stasis vena sehingga dapat mencegah trombosis. Review
Cochrane mendapatkan penurunan 50% VTE dengan menggunakan graduated
compression stocking. IPC selain dapat mengurangi risiko thrombosis juga dapat
meningkatkan aktivitas fibrinolitik endogen dengan mengurangi plasminogen
activator inhibitor-1. Penggunaan pencegahan DVT dengan metode kombinasi
(mekanikal dan farmakologikal) mengurangi risiko trombosis lebih baik dibandingkan
dengan metode mekanikal atau farmakologikal dan terutama pada kelompok dengan
penderita dengan risiko trombosis yang tinggi.
- Pencegahan juga bisa dilakukan dengan melakukan latihan yang dapat meningkatkan
aliran darah , mencegah pembekuan, melatih otot-otot kaki bagian bawah dapat
membantu mencegah DVT, istirahat untuk meregangkan kaki . Tips perjalanan : Bila
bepergian selama lebih dari empat jam, hindari pakaian yang ketatdan minum banyak
air, berjalan - jalan paling tidak setiap dua sampai tiga jam. Jika anda harus tinggal di
tempat duduk anda, lakukan cara untuk menjaga kaki aktif, cobalah mengepal dan
mengangkat dan menurunkan tumit dengan jari-jari kaki di lantai.
Konsep Asuhan Keperawatan
a. PENGKAJIAN
- Pengkajian primer
Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala: tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama ,imobilitas lama
contoh: trauma orotpedik,tirah baring yang lama,paralysis,kondisi kecatatan
b. Nyeri karena aktivtas berdiri lama ,
c. lemah kelemahan pada kaki yang sakit,
d. Tanda kelemahan umu pada ektremitas
2. Sirkulasi
a. Gejala:riwayat trombosis vena sebelumnya,adanya varises,adanya faktor pencetus
lain contohnya: hipertensi (karena kehamilan),DM,penyakit katup jantung
b. Tanda tachikardi,penurunan nadi perifer pada ektremitas yang sakit varises dan
atau pengerasan,gelembung /ikatan vena(thrombus)
c. Warna kuli suhu pada ekstremitas yang sakit:
pucat,dingin,oedema,kemerahan,hangat sepanjang vena
d. Tanda human positif
3. Makanan/cairan
a. Tanda : tugor kulit buruk,membran mukosa kering(dehidrasi,pencetus untuk
hiperkoagulasi,kegemukan pencetus untuk statsi dan tahanan vena pelvis,oedema
pada kaki yang sakit (tergantung lokasi)
4. Nyeri/kenyamanan
a. Gejala:berdenut,nyeri tekan,makin nyeri bila berdiri atau bergerak
b. Tanda: melindungi ekstremitas kaki yang sakit
5. Kemaanan
a. Gejala: riwayat cedera langsung / tidak langsung pada ektremitas atau vena
(contoh: fraktur,bedah ortopedik,kelahiran dengan tekanan kepala bayi yang lama
pada pelvik,terapi intra vena),adanya keganasan khusnya pancreas,paru,system GI
b. Tanda: demam,menggil
6. Penyuluhan/pembelajaran
a. Gejala: penggunaan kontrasepsi/estrogen oral,adanya terapi antikoagulan pencetus
hiperkoagulasi kambuh atau kurang teratasinya episode tromboflebitik
sebelumnya.
b. Analisa Data & Diagnosa Keperawatan
ANALISA DATA
:
N DATA (SIGNS & PENYEBAB MAS
O. SYMPTOMS) (ETIOLOGY) ALAH
(PROBLEM)
1 Statis darah, cedera Resiko
. - Imobilisasi yang dinding pembuluh darah, perfusi
lama,duduk yang lama yang gangguan pembekuan darah perifer tidak
menyebabkan gerak yang efektif
minimal menimbulkan statis (SDKI,
aliran darah Trombosis vena D.0015)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis inflamasi (SDKI, D.0077)
2. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah, statis
vena(obstruksi vena sebagian/penuh). (SDKI, D.0015)
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI, D.0111)
c. Rencana Keperawatan
d. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Perencanaan
: analgesik, antipiretik,
pemberian kompres
panas pada
ekstremitas
- - Kolaborasi :
pemberian
kompres
hangat/basah
atau panas
pada
ekstremitas
yang sakit ;
dan
antikoagulan
d. - Tekankan
pentingnya
pemeriksaan lab.
i.
DAFTAR PUSTAKA