Primary Survey
1. Airway: Jalan Napas- control servikal
Kaji apakah adanya tanda-tanda obstruksi jalan napas, kaji pernapasan klien
apakah normal atau abnormal, apakah pasien dapat berbicara dengan jelas (jika
sadar), apakah adanya suara tambahan seperti stridor. Jika tidak buka mulut pasien
dan kaji apakah ada sumbatan jalan napas seperti darah, benda asing, muntahan,
atau air lieur pasien sendiri. Jika jalan napas tidak paten maka lakukan finger
swab, head tilt chin lift, jaw trust, suction, pemasanagan OPA atau
Nasopharingeal airway, intubasi. Jika klien dicurigai patah tulang leher maka
akan dipasangkan neck colar dan stabilizer. Alat yang digunakan yaitu: Spatel
lidah, open mounth, OPA, NPA, neck colar, stabilizer, set alat intubasi, set alat
suction.
2. Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi
Dilakukan periksaan dengan cara (Haffen, Karren, 1992) :
a. Lihat (look), melihat naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding
dada yang adekuat.
b. Dengar (listen), mendengar adanya suara pernafasan pada kedua sisi dada.
c. Rasa (feel), merasa adanya hembusan nafas
Lakukan IPPA. Inspeksi: lihat apakah adanya lembam di area paru atau dada,
palpasi: di setiap area costa apakah adanya krepitasi/ fraktur, perkusi: perkusi dan
kaji bunyi sonor hipersonor, jika didapatkan hipersonor periksa bagian leher jika
adanya pembengkakan pada vena jugularis dan periksa pergeraka trake dan
auskultasi: Suara napas.
Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka secara cepat kita dapat
memperkirakan tekanan darah dengan meraba pulsasi (Haffen, Karren, 1992):
a. Jika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan darah minimal 80 mmHg
sistol
b. Jika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan darah minimal 70
mmHg sistol
c. Jika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan darah minimal 70
mmHg sistol
d. Jika teraba pulsasi pada arteri carotid, maka tekanan darah minimal 60 mmHg
sistol.
4. Disability:
Cek kesadaran klien, GCS klien, pupil, verbal, motoric/kekuatan otot dan AVPU.
AVPU adalah : A : Alert V : Respon to verbal P : Respon to pain U : Unrespon,
GSC (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang sederhana untuk menilai
tingkat kesadaran pasien. menilai “eye opening” penderita (skor 4-1), menilai
“best verbal response” penderita (skor 5-1), menilai “best motor respon”
penderita (skor 6-1), Range skor : 3-15 (semakin rendah skor yang diperoleh,
semakin jelek kesadaran).
5. Exposure
Exposure/environmental control, membuka baju penderita, tetapi cegah
hipotermia Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita harus dibuka
keseluruhan pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian tubuh. Periksa
punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll.
6. Folley Catheter: monitor urine output
a. Mengkaji kebutuhan klien dalam penggunaan kateter. Melakukan pemasangan
kateter dengan indikasi: perdarahan, gangguan pada saluran kemih.
b. Perhitungan folley cathecter: 1/2Xbb untuk bayi, 1xbb untuk anak, 2x bb
untuk orang dewasa.
7. Gastric Tube: pencegahan aspirasi isi gaster
Indikasi: distensi abdomen, mencegah aspirasi, input makanan/ obat, nda naso dan
oro gastric tube. Digunakan jika diperlukan.
8. Heart Monitor: observasi irama jantung
Dilakukan pemeriksaan dan pemantauan EKG, kemudian siapkan klien untuk
pemeriksaan thorax dll.
B. Secondary Survey
1. Anamnesis Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien
yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi
keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat
keluarga, sosial, dan sistem. Pengkajian riwayat pasien secara optimalharus
diperolehlangsung daripasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya,usia, dan
cacatatau kondisipasienyang terganggu, konsultasikan dengan anggota keluarga,
orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.
a. Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien
dan keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan).
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat.
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang
pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obatobatan herbal).
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk
dalam komponen ini).
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama.
b. Selain itu apat dilakukan pengkajian PQRST saat pasien mengeluhkan nyeri P
(Provokes/palliates), Q (Quality), R (Radiates), S (Severity), T (Time).
c. Setelah dilakukan anamnesis, maka langkah berikutnya adalah pemeriksaan
tanda-tanda vital. Tanda tanda vital meliputi suhu, nadi, frekuensi nafas,
saturasi oksigen, tekanan darah, berat badan, dan skala nyeri
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanaya kelainan
– kelainan dari sustu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi),
meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M
Rospond, 2009).
a. Inspeksi Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung
seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Inspeksi adalah
kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatnya dan
dimana lokasinya.
b. Palpasi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan
bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
c. Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran
atau gelombang suara yang dihaantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh
yang diperiksa.
d. Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan stetoskop.