Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase KMB Profesi Ners

Disusun Oleh :
YERIANI
(A32020120)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tanggal : 06.03.2021
Topik : Edukasi DVT

A. Latar Belakang
Penyakit tromboembolik menunjukkan hubungan dengan trombosis yaitu
proses pembentukan bekuan darah (trombus) dan resiko emboli. Trombosis
Vena Dalam (TVD) adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena
sekunder / vena dalam oleh karena inflamasi /trauma dinding vena atau
karena obstruksi vena sebagian. Penyebab utama trombosis vena belum jelas,
tetapi ada tiga kelompok faktor pendukung yang dianggap berperan penting
dalam pembentukannya yang dikenal sebagai TRIAS VIRCHOW yaitu
abnormalitas aliran darah, dinding pembuluh darah dan komponen factor
koagulasi. Standar baku emas untuk diagnosis TVD adalah venografi
intarvena, di mana bahan kontras diinjeksikan pada vena kemudian difoto
rontgen untuk melihat di mana terdapat obstruksi vena. Pemeriksaan ini
invasif sehingga jarang dilakukan.Diagnosis yang didasarkan pada temuan
fisik saja tidak dapt diandalkan, sedangkan untuk penatalaksanaan TVD
secara optimal, perlu diagnosis yang obyektif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk memberikan edukasi penyakit DVT pada
pasien yang terkait dengan riayat penyakit saat ini.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengenali pengertian DVT.
b. Klien mampu mengetahui penyebab DVT.
c. Klien mampu mengetahui tanda dan gejala DVT.
d. Klien mampu mengetahui penatalaksanaan DVT.
e. Klien mampu mengetahui faktor resiko DVT.
f. Klien mampu mengetahui pencegahan DVT.

C. Waktu : 10.00 WIB

D. Hari dan tanggal : Sabtu, 06 Maret 2021

E. Tempat : Bangsal Mawar

F. Metode : Ceramah, Diskusi

G. Setting tempat
Keterangan : : Klien Tn. P
H.
: Perawat

I. Strategi pelaksanaan
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan 1. Mengucapkan salam. 3 menit
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan.
4. Melakukan kontrak waktu tindakan.

Pelaksanaan 1. Memberikan edukasi 10 menit

Penutup 1. Mengucapkan salam. 2 menit


2. Melakukan kontrak waktu terkait perawatan
luka.
Jumlah 15 menit
J. Kriteria Evaluasi
Tahap Evaluasi Indikator Keberhasilan
Struktur 1. Tersedianya SAP.
2. Terbentuknya kontrak waktu dengan klien.
3. Menyiapkan media edukasi.

Proses 1. Klien memahami penjelasan yang diberikan perawat.


2. Klien mampu mengetahui tentang penyakit DVT.

Hasil 1. Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala serta


penyakit DVT.
2. Klien mengerti penatalaksanaan penyakit DVT.
LAMPIRAN MATERI

A. Definisi
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis merupakan penggumpalan
darah yang terjadi di pembuluh balik (vena) sebelah dalam. Bekuan yang
terbentuk didalam suatu pembuluh darah disebut trombus. Trombus bisa
terjadi di vena superfisial (vena permukaan) maupun di vena dalam.
Trombosis vena dalam adalah terbentuknya bekuan darah didalam lumen
vena dalam yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh darah dan
jaringan perivena. Trombosis vena dalam lebih banyak terjadi pada vena
tungkai seperti vena femoralis dan vena poplitea (Smeltzer, 2007 dalam
Angelina, 2019).

B. Etiologi
Thrombosis vena dalam disebabkan oleh adanya disfungsi endotel pembuluh
darah, hiperkoagulabilitas dan gangguan aliran darah vena (stasis) yang
dikenal dengan istilah Trias Virchow. Adapun faktor risiko terjadinya
thrombosis vena dalam yaitu : usia, genetik, kanker ,dehidrasi, merokok, dan
obesitas.

C. Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko dari TVD adalah sebagai berikut
1. Duduk dalam waktu yang terlalu lama, seperti saat mengemudi atau
sedang naik pesawat terbang. Ketika kaki kita berada dalam posisi diam
untuk waktu yang cukup lama, otot-otot kaki kita tidak berkontraksi
sehingga mekanisme pompa otot tidak berjalan dengan baik.
2. Memiliki riwayat gangguan penggumpalan darah. Ada beberapa orang
yang memiliki faktor genetik yang menyebabkan darah dapat
menggumpal dengan mudah.
3. Bed Rest dalam keadaan lama, misalnya rawat inap di rumah sakit dalam
waktu lama atau dalam kondisi paralisis.
4. Cedera atau pembedahan. Cedera terhadap pembuluh darah vena atau
pembedahan dapat memperlambat aliran darah dan meningkatkan resiko
terbentuknya gumpalan darah. Penggunaan anestesia selama pembedahan
mengakibatkan pembuluh vena mengalami dilatasi sehingga
meningkatkan resiko terkumpulnya darah dan terbentuk trombus.
5. Kehamilan. Kehamilan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam
pembuluh vena daerah kaki dan pelvis. Wanita-wanita yang memiliki
riwayat keturunan gangguan penjendalan darah memiliki resiko
terbentuknya trombus.
6. Kanker. Beberapa penyakit kanker dapat meningkatkan resiko terjadinya
trombus dan beberapa pengelolaan kanker juga meningkatkan resiko
terbentuknya thrombus.
7. Inflamatory bowel syndrome.
8. Gagal jantung. Penderita gagal jantung juga memiliki resiko TVD yang
meningkat dikarenakan darah tidak terpompa secara efektif seperti
jantung yang normal.
9. Pil KB dan terapi pengganti hormone.
10. Pacemaker dan kateter di dalam vena.
11. Memiliki riwayat TVD atau emboli pulmonal .
12. Memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas.
13. Merokok.
14. Usia tua (di atas 60 tahun).
15. Memiliki tinggi badan yang tinggi.
D. Tanda dan Gejala
Pasien yang mengalami Thrombosis vena dalam akan merasa nyeri pada
ekstremitas yang mengalami thrombosis. Ekstremitas ini akan mengalami
perubahan bentuk yakni menjadi lebih besar atau bengkak dan mengalami
perubah warna kulit menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Komplikasi kronis
dari thrombosis vena dalam dilihat dari adanya gejala postphlebitic syndrom
yakni nyeri, bengkak dan adanya ulserasi pada ekstremitas (Andalas, 2008
dalam Angelina, 2019).
Gejala dan tanda pada TVD berhubungan dengan terjadinya obstruksi aliran
darah balik ke jantung yang menyebabkan darah terkumpul di lengan atau
tungkai. Gejala dan tanda klasik :
1. Nyeri tekan pada tungkai atau betis bila terjadi di tungkai dan di lengan
atau leher jika mengenai ekstrimitas atas.
2. Pembengkakan terlokalisir pada daerah yang terkena disertai pitting
oedema. Untuk TVD distal pembengkakan sampai di bawah lutut dan
TVD proksimal sampai daerah pantat.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk diagnosis TVD :
1. Compression Ultrasonography
CU merupakan pemeriksaan non invasive pilihan untuk membantu
menegakkan diagnosis pada kecurigaan TVD secara klinik. Prosedur ini
cukup teliti untuk mendeteksi TVD proksimal simtomatik (femoral,
popliteal, calf bifurcation) dengan sensitifitas 97% dan spesifitas 94%.
Bila hasil abnormal, diadnosis trombosis vena dapat ditegakkan, bila
hasil normal maka diulang pada minggu berikutnya. Konversi dari
normal ke abnormal pada pemeriksaan CU ulang terdapat pada 2%
pasien. CU kurang sensitive untuk TVD distal, TVD asimtomatik dan
TVD berulang.
2. D-dimer
Pemeriksaan kadar d-dimer (hasil pemecahan fibrin ikat silang yang
dipecah oleh plasmin), merupakan pemeriksaan tambahan CU guna
meningkatkan ketepatan diagnosis TVD. Kadar d-dimer biasanya
meningkat pada TVD dan / atau EP (Emboli Paru). Peningkatan kadar
ddimer menunjukkan adanya produk degradasi fibrin dalam kadar yang
abnormal tinggi. Peningkatan kadar ini mempunyai arti bahwa telah
terjadi trombus yang bermakna dan pemecahannya dalam tubuh , namun
belum dapat menunjukkan lokasi. Kadar normal dapat membantu untuk
menyingkirkan TVD, namun kadar yang meningkat tidak spesifik dan
mempunyai nilai ramal positif yang rendah. Peningkatan kadar d-dimer
bisa sebagai respon non spesifik dari penyakit yang terjadi bersamaan.
3. Venografi
Venografi merupakan pemeriksaan baku emas dari TVD. Keunggulan
venografi adalah mampu mendeteksi trombosis proksimal dan vena betis
yang terisolasi. Kelemahan pemeriksaan ini adalah :
a. Bersifat invasive
b. Menimbulkan rasa nyeri
c. Mahal dan memerlukan keahlian khusus dalam tekniknya
d. Membutuhkan waktu yang lama
e. Kemungkinana komplikasi thrombosis
f. Alergi dan gangguan faal ginjal akibat cairan kontras Karena alasan
tersebut, pemeriksaan non invasif seperti CU dan d-dimer,
dikombinasi dengan pemeriksaan fisik, banyak digunakan sebagai
pengganti venografi.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat untuk diagnosis TVD, termasuk TVD distal (betis),
pelvis dan trombosis asimptomatik pada wanita hamil. Teknik ini sangat
potensial untuk membedakan thrombus lama dan baru, serta tidak
memerlukan kontras, namun mahal harganya.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan TVD adalah untuk mencegah bertambah besarnya bekuan,
mencegah emboli paru, sindroma post trombosis dan terjadinya TVD
berulang. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya adalah antikoagulan
dan trombolitik.
1. Penatalaksaan bedah
Pembedahan trombosis vena dalam diperlukan bila: ada kontraindikasi
terapi antikoagulan atau trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas,
dan aliran darah vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan
kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombectomi (pengangkatan
trombosis) merupakan penanganan pilihan bila diperlukan pembedahan.
Filter vena cava harus dipasang pada saat dilakukan trombectomi untuk
menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, manajemen nyeri
dengan teknik relaksasi dan kolaborasi pemberian terapi analgesik.
3. Penatalaksanaan Medis
a. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadi bekuan yang
semakin besar, dan mencegah pembentukan bekuan darah. Jika
terapi antikoagulan diberikan segera setelah TVD terbentuk, maka
akan menurunkan risiko terjadinya emboli paru. Antikoagulan yang
biasa dipakai adalah heparin dan warfarin.
b. Trombolitik
Berbeda dengan antikoagulan yang berfungsi mncegah perluasan
maupun kekambuhan trombosi obat trombolitik seperti steptokinase,
urokinase dan tissue plasminogen activator bekerja melarutkan
trombin. Obat ini terutama digunakan pada penderita emboli paru
yang luas disertai gangguan kardiorespirasi dan risiko perdarahan
yang kecil.
4. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Penggunaan kaos kaki yang dapat memberi penekanan (Compression
Elastic Stockings).
Digunakan pada pagi hari dan seharian saat aktivitas, dilepas pada
saat akan tidur, dapat digunakan pula saat istirahat dengan posisi
menaikkan tungkai pada saat tiduran.
b. Menaikkan tungkai, yaitu posisi kaki dan betis lebih tinggi dari
pinggul, posisi ini diharapkan dapat memperlancar aliran darah .
c. Intermittent pneumatic compresion, alat ini dapat memberikan
penekanan dari luar secara teratur pada tungkai bawah atau tungkai
bawah dan paha; besarnya tekanan 35-40 mmHg selama 10 detik /
menit.
d. Mobilisasi awal untuk meningkatkan aliran darah vena pada kondisi
stasis.

G. Komplikasi Emboli Paru


Trombus yang terlepas menjadi embolus akan mengikuti aliran darah ke
jantung dan akan dialirkan ke cabang-cabang arteri di paru sehingga akan
menghambat aliran darah. Penderita dengan EP sering mengeluh sesak
mendadak disertai hemoptisis atau nyeri dada atau nyeri dada dan tiba-tiba
kolaps disertai syok bahkan kematian mendadak4,8. Sekitar 10% penderita
TVD yang tidak ditangani berkembang kearah emboli paru di mana
menyebabkan gejala yang berat atau kematian. Angiografi merupakan
pemeriksaan baku emas untuk emboli paru, tetapi sangat invasive dan bisa
timbul komplikasi yang lebih fatal. Pemeriksaan ekokardiografi dapat
dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ventrikel kanan yang akan
meningkatkan risiko kematian sehingga perlu pengobatan yang lebih agresif.
H. Pencegahan
Pencegahan TVD dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemberian injeksi heparin dosis rendah pada pasien dengan risiko TVD
yang direncanakan operasi dan akan terjadi imobilisasi setelah operasi.
Pada pasien dengan risiko rendah disarankan untuk memakai
compression stockings.
2. Kurangi merokok dan berat badan yang dapat meningkatkan terjadnya
TVD.
3. Selama perjalanan jauh (>6 jam) dianjurkan banyak minum air,
menghindari alkohol, melakukan olahraga sederhana untuk tungkai, serta
menggunakan kaos kaki compression stockings.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I.W. L., dkk. (2013). Trombosis Vena Dalam. Divisi Hematologi
Onkologi Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas
Udayana RSUP Sanglah Denpasar Bali. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan (PKB) XXI 2013.

IA, Arum. L. (2013). Trombosis Vena Dalam. Jurnal Kedokteran. Diakses dari
http://jku.unram.ac.id diakses pada tanggal 06 Maret 2021 pukul 01.00
WIB.

Olla, Angelina.A.I. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Pada Tn M.P


Yang Menderita Trombosis Vena Dalam Di Ruang Teratai Rsud Prof.
Dr. W. Z. Johanes Kupang Mei 2019. Diakses dari
http://repository.poltekeskupang.ac.id/id/eprint/1064 pada tanggal 06
Maret 2021 pukul 01.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai