◦ DVT adalah penyakit yang dapat terjadi akibat 3 faktor, yaitu gangguan aliran darah (stasis vena), kerusakan
pembuluh darah, atau kondisi di mana darah mudah menggumpal (hiperkoagulabilitas). Segala kondisi atau
kejadian yang dapat mengakibatkan terjadinya 1 dari ketiga faktor tersebut, berisiko menimbulkan DVT.
Timbulnya 2 atau 3 faktor sekaligus, makin meningkatkan risiko timbulnya DVT.
Stasis vena. Stasis vena adalah kondisi terganggu atau
melambatnya aliran darah pada vena, yang dapat disebabkan oleh:
Perjalanan panjang dengan mobil, kereta atau pesawat, sehingga tungkai tidak banyak bergerak, terutama perjalanan lebih dari
4 jam.
Penyakit atau cedera yang menyebabkan tubuh tidak bergerak dalam waktu lebih dari 3 hari. Misalnya, patah tulang atau
stroke.
Gagal jantung.
Terdapat varises.
Stasis vena. Stasis vena adalah kondisi terganggu atau
melambatnya aliran darah pada vena, yang dapat disebabkan oleh:
Pemasangan Pengguna
Obat-obatan
kateter vena NAPZA jenis
kemoterapi.
sentral (CVC). suntik.
1. Duduk dalam waktu yang terlalu lama, seperti saat mengemudi
atau sedang naik pesawat terbang. Ketika kaki kita berada dalam
posisi diam untuk waktu yang cukup lama, otototot kaki kita tidak
berkontraksi sehingga mekanisme pompa otot tidak berjalan
dengan baik.
2. Memiliki riwayat gangguan penggumpalan darah. Ada beberapa
orang yang memiliki faktor genetic yang menyebabkan darah dapat
menggumpal dengan mudah.
Faktor Resiko 3. Bed Rest dalam keadaan lama, misalnya rawat inap di rumah sakit
dalam waktu lama atau dalam kondisi paralisis.
4. Cedera atau pembedahan Cedera terhadap pembuluh darah vena
atau pembedahan dapat memperlambat aliran darah dan
meningkatkan resiko terbentuknya gumpalan darah. Penggunaan
anestesia selama pembedahan mengakibatkan pembuluh vena
mengalami dilatasi sehingga meningkatkan resiko terkumpulnya
darah dan terbentuk trombus.
5. Kehamilan, Kehamilan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam
pembuluh vena daerah kaki dan pelvis. Wanita-wanita yang memiliki riwayat
keturunan gangguan penjendalan darah memiliki resiko terbentuknya trombus.
6. Kanker, Beberapa penyakit kanker dapat meningkatkan resiko terjadinya
trombus dan beberapa pengelolaan kanker juga meningkatkan resiko
terbentuknya trombus
7. Inflamatory bowel sydnrome
8. Gagal jantung, Penderita gagal jantung juga memiliki resiko TVD yang
meningkat dikarenakan darah tidak terpompa secara efektif seperti jantung
Faktor Resiko yang normal
9. Pil KB dan terapi pengganti hormon
10. Pacemaker dan kateter di dalam vena
11. Memiliki riwayat TVD atau emboli pulmonal
12. Memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas
13. Merokok
14. Usia tua (di atas 60 tahun)
15. Memiliki tinggi badan yang tinggi.
Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami pasien, lalu melakukan
pemeriksaan fisik pada area yang sakit dan bengkak. Kemudian, dokter
akan melakukan serangkaian tes penunjang seperti:
Tes D-Dimer. Tes ini untuk mendeteksi gumpalan darah yang sudah
terurai dan memasuki aliran darah. Semakin banyak gumpalan darah yang
sudah terurai ditemukan di dalam darah, semakin besar kemungkinan
terdapat penggumpalan darah.
Diagnosis USG Tes ini digunakan untuk memeriksa aliran darah, apakah normal
atau ada hambatan karena adanya penggumpalan darah.
Resiko sedang : Operasi minor pada pasien dengan faktor resiko tambahan,
operasi bukan mayor pada pasien 40-60 tahun tanpa faktor resiko tambahan,
operasi mayor pada pasien <40 tahun tanpa faktor resiko tambahan
Resiko tinggi : Operasi bukan mayor pada pasien >60 tahun atau dengan factor
resiko tambahan, operasi mayor pada pasien >40 tahun atau dengan faktor resiko
tambahan
Resiko sangat tinggi : Operasi mayor pada pasien >40 tahun dengan + riwayat
tromboemboli vena, kanker, atau hypercoagulable state molecular, artroplasti
panggul atau lutut, operasi fraktur panggul, trauma mayor, cedera tulang belakang
Penatalaksanaan
◦ Penatalaksanaan deep vein thrombosis (DVT), atau thrombosis vena
dalam, ditujukan untuk mencegah perburukan thrombosis, mencegah
mortalitas, komplikasi DVT (seperti emboli paru, hipertensi pulmonal,
ataupun post-thrombotic syndrome / PTS), dan rekurensi thrombosis.
◦ Prinsip utama penatalaksanaan DVT yaitu antikoagulasi (heparin,
fondaparinux, atau vitamin K antagonis / VKA). Baru-baru ini,
mechanical thrombolysis semakin sering digunakan sebagai terapi
endovaskular.
◦ Tujuan utamA penatalaksanaan pada DVT adalah mencegah emboli
paru, menurunkan morbiditas, dan mencegah atau meminimalisir
risiko postthrombotic syndrome (PTS). Hingga saat ini, tatalaksana yang
digunakan adalah dengan terapi thrombolisis, misalnya menggunakan
low molecular weight heparin (LMWH) dan vitamin K antagonist (VKA).
◦ DVT akut dapat ditatalaksana dengan secara rawat jalan menggunakan
LMWH dan VKA jika risiko emboli paru rendah. Protokol tatalaksana
ini memiliki risiko kumulatif komplikasi perdarahan <12%.