Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOTERAPI 3

YOGIE IRWAN, S.FARM., M.FARM


NIDN : 1104039301
Deep vein thrombosis (DVT)
◦ Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah kondisi
ketika terjadi penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah
vena dalam. Umumnya DVT terjadi di paha atau betis, tapi bisa juga
terbentuk di bagian tubuh yang lain. DVT bisa menyebabkan nyeri dan
pembengkakan di tungkai yang dapat mengakibatkan komplikasi serius
emboli paru, yaitu suatu kondisi saat gumpalan darah masuk ke aliran
darah dan menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru.
◦ Trombosis Vena Dalam (DVT) merupakan penggumpalan darah yang
terjadi di pembuluh balik (vena) sebelah dalam.Terhambatnya aliran
pembuluh balik merupakan penyebab yang sering mengawali TVD.
Penyebabnya dapat berupa penyakit pada jantung, infeksi, atau imobilisasi
lama dari anggota gerak
◦ Insiden DVT di Amerika Serikat adalah 159 per 100 ribu
atau sekitar 398 ribu per tahun. Tingkat fatalitas TVD yang
sebagian besar diakibatkan oleh emboli pulmonal sebesar
1% pada pasien muda hingga 10% pada pasien yang lebih
tua. Tanpa profilaksis, insidensi TVD yang diperoleh di
Epidemiologi rumah sakit adalah 10-40% pada pasien medikal dan
surgikal dan 40-60% pada operasi ortopedik mayor. Dari
sekitar 7 juta pasien yang selesai dirawat di 944 rumah sakit
di Amerika, tromboemboli vena adalah komplikasi medis
kedua terbanyak, penyebab peningkatan lama rawatan, dan
penyebab kematian ketiga terbanyak.
Patogenesis
◦ Dalam keadaan normal, darah yang bersirkulasi berada
dalam keadaan cair, tetapi akan membentuk bekuan jika
teraktivasi atau terpapar dengan suatu permukaan.
Virchow mengungkapkan suatu triad yang merupakan
dasar terbentuknya trombus. Hal ini dikenal sebagai
Triad Virchow. Triad ini terdiri dari: 1. Gangguan pada
aliran darah yang mengakibatkan stasis, 2.Gangguan
pada keseimbangan prokoagulan dan antikoagulan yang
menyebabkan aktivasi faktor pembekuan, dan 3.
Gangguan pada dinding pembuluh darah (endotel) yang
menyebabkan prokoagulan
Penyebab Deep Vein Thrombosis

◦ DVT adalah penyakit yang dapat terjadi akibat 3 faktor, yaitu gangguan aliran darah (stasis vena), kerusakan
pembuluh darah, atau kondisi di mana darah mudah menggumpal (hiperkoagulabilitas). Segala kondisi atau
kejadian yang dapat mengakibatkan terjadinya 1 dari ketiga faktor tersebut, berisiko menimbulkan DVT.
Timbulnya 2 atau 3 faktor sekaligus, makin meningkatkan risiko timbulnya DVT.
Stasis vena. Stasis vena adalah kondisi terganggu atau
melambatnya aliran darah pada vena, yang dapat disebabkan oleh:

Prosedur bedah yang membius pasien selama 1 hingga 1,5 jam.

Operasi daerah panggul atau tungkai, seperti operasi penggantian panggul.

Perjalanan panjang dengan mobil, kereta atau pesawat, sehingga tungkai tidak banyak bergerak, terutama perjalanan lebih dari
4 jam.

Penyakit atau cedera yang menyebabkan tubuh tidak bergerak dalam waktu lebih dari 3 hari. Misalnya, patah tulang atau
stroke.

Gagal jantung.

Terdapat varises.
Stasis vena. Stasis vena adalah kondisi terganggu atau
melambatnya aliran darah pada vena, yang dapat disebabkan oleh:

Pemasangan Pengguna
Obat-obatan
kateter vena NAPZA jenis
kemoterapi.
sentral (CVC). suntik.
1. Duduk dalam waktu yang terlalu lama, seperti saat mengemudi
atau sedang naik pesawat terbang. Ketika kaki kita berada dalam
posisi diam untuk waktu yang cukup lama, otototot kaki kita tidak
berkontraksi sehingga mekanisme pompa otot tidak berjalan
dengan baik.
2. Memiliki riwayat gangguan penggumpalan darah. Ada beberapa
orang yang memiliki faktor genetic yang menyebabkan darah dapat
menggumpal dengan mudah.
Faktor Resiko 3. Bed Rest dalam keadaan lama, misalnya rawat inap di rumah sakit
dalam waktu lama atau dalam kondisi paralisis.
4. Cedera atau pembedahan Cedera terhadap pembuluh darah vena
atau pembedahan dapat memperlambat aliran darah dan
meningkatkan resiko terbentuknya gumpalan darah. Penggunaan
anestesia selama pembedahan mengakibatkan pembuluh vena
mengalami dilatasi sehingga meningkatkan resiko terkumpulnya
darah dan terbentuk trombus.
5. Kehamilan, Kehamilan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam
pembuluh vena daerah kaki dan pelvis. Wanita-wanita yang memiliki riwayat
keturunan gangguan penjendalan darah memiliki resiko terbentuknya trombus.
6. Kanker, Beberapa penyakit kanker dapat meningkatkan resiko terjadinya
trombus dan beberapa pengelolaan kanker juga meningkatkan resiko
terbentuknya trombus
7. Inflamatory bowel sydnrome
8. Gagal jantung, Penderita gagal jantung juga memiliki resiko TVD yang
meningkat dikarenakan darah tidak terpompa secara efektif seperti jantung
Faktor Resiko yang normal
9. Pil KB dan terapi pengganti hormon
10. Pacemaker dan kateter di dalam vena
11. Memiliki riwayat TVD atau emboli pulmonal
12. Memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas
13. Merokok
14. Usia tua (di atas 60 tahun)
15. Memiliki tinggi badan yang tinggi.
Dokter akan bertanya tentang gejala yang dialami pasien, lalu melakukan
pemeriksaan fisik pada area yang sakit dan bengkak. Kemudian, dokter
akan melakukan serangkaian tes penunjang seperti:

Tes D-Dimer. Tes ini untuk mendeteksi gumpalan darah yang sudah
terurai dan memasuki aliran darah. Semakin banyak gumpalan darah yang
sudah terurai ditemukan di dalam darah, semakin besar kemungkinan
terdapat penggumpalan darah.

Diagnosis USG Tes ini digunakan untuk memeriksa aliran darah, apakah normal
atau ada hambatan karena adanya penggumpalan darah.

Venografi. Tes dilakukan dengan menyuntikkan zat pewarna (kontras)


pada pembuluh darah vena pasien, kemudian dilakukan pencitraan
dengan foto Rontgen untuk mengetahui letak aliran darah yang
terhambat akibat penggumpalan darah. Tes venografi dilakukan jika
pemeriksaan D-Dimer dan USG Doppler belum dapat memastikan DVT.
◦ Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya DVT, antara lain:
◦ Bila ingin menjalani operasi dan pasien rutin mengonsumsi
pil KB atau terapi pengganti hormon, perlu menghentikan
obat tersebut 4 minggu sebelum operasi. Tergantung dari
faktor risiko lainnya, dokter juga dapat memberikan obat
Pencegahan antikoagulan atau stoking kompresi untuk mencegah DVT
akibat prosedur operasi.

Deep Vein ◦ Bila melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan


duduk dalam waktu lama, dapat lakukan gerakan kaki
sederhana seperti menekuk punggung kaki ke atas, atau
Thrombosis sesekali bangun dari tempat duduk untuk jalan (bila
memungkinkan), serta banyak minum air putih untuk
mencegah dehidrasi.
◦ Berhenti merokok.
◦ Makan makanan dengan gizi seimbang.
◦ Olahraga teratur.
◦ Mempertahankan berat badan ideal.
Mengingat sebagian besar tromboemboli
vena bersifat asimptomatik atau tidak
disertai gejala klinis yang khas, biaya yang
tinggi jika terjadi komplikasi dan resiko
kematian akibat emboli paru yang fatal,
pencegahan trombosis atau
tromboprofilaksis harus dipertimbangkan
pada kasus-kasus yang mempunyai resiko
terjadinya tromboemboli vena. Resiko
tromboemboli pada pasien yang menjalani
operasi tanpa tromboprofilaksis
digambarkan pada tabel
Resiko rendah : Operasi minor pada pasien usia <40 tahun tanpa faktor resiko
tambahan

Resiko sedang : Operasi minor pada pasien dengan faktor resiko tambahan,
operasi bukan mayor pada pasien 40-60 tahun tanpa faktor resiko tambahan,
operasi mayor pada pasien <40 tahun tanpa faktor resiko tambahan

Resiko tinggi : Operasi bukan mayor pada pasien >60 tahun atau dengan factor
resiko tambahan, operasi mayor pada pasien >40 tahun atau dengan faktor resiko
tambahan

Resiko sangat tinggi : Operasi mayor pada pasien >40 tahun dengan + riwayat
tromboemboli vena, kanker, atau hypercoagulable state molecular, artroplasti
panggul atau lutut, operasi fraktur panggul, trauma mayor, cedera tulang belakang
Penatalaksanaan
◦ Penatalaksanaan deep vein thrombosis (DVT), atau thrombosis vena
dalam, ditujukan untuk mencegah perburukan thrombosis, mencegah
mortalitas, komplikasi DVT (seperti emboli paru, hipertensi pulmonal,
ataupun post-thrombotic syndrome / PTS), dan rekurensi thrombosis.
◦ Prinsip utama penatalaksanaan DVT yaitu antikoagulasi (heparin,
fondaparinux, atau vitamin K antagonis / VKA). Baru-baru ini,
mechanical thrombolysis semakin sering digunakan sebagai terapi
endovaskular.
◦ Tujuan utamA penatalaksanaan pada DVT adalah mencegah emboli
paru, menurunkan morbiditas, dan mencegah atau meminimalisir
risiko postthrombotic syndrome (PTS). Hingga saat ini, tatalaksana yang
digunakan adalah dengan terapi thrombolisis, misalnya menggunakan
low molecular weight heparin (LMWH) dan vitamin K antagonist (VKA).
◦ DVT akut dapat ditatalaksana dengan secara rawat jalan menggunakan
LMWH dan VKA jika risiko emboli paru rendah. Protokol tatalaksana
ini memiliki risiko kumulatif komplikasi perdarahan <12%.

Anda mungkin juga menyukai