penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam. Umumnya
DVT terjadi di paha atau betis, tapi bisa juga terbentuk di bagian tubuh yang lain.
DVT bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan di tungkai yang dapat
mengakibatkan komplikasi serius emboli paru, yaitu suatu kondisi saat gumpalan
darah masuk ke aliran darah dan menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru.
Vaskulitis.
Pemasangan kateter vena sentral (CVC).
Obat-obatan kemoterapi.
Pengguna NAPZA jenis suntik.
Sepsis.
Kekurangan protein pengencer darah alami, seperti protein S (defisiensi protein S),
protein C (defisiensi protein C), antithrombin III (defisiensi ATIII).
Factor V Leiden.
Mutasi gen prothrombin.
Kadar homosistein tinggi (hyperhomocysteinemia).
Meningkatnya kadar fibrinogen atau disfungsi fibrinogen (disfibrinogenemia).
Kelebihan faktor pembekuan VIII, IX dan XI.
Kelainan sistem fibrinolisis, sepeti hipoplasminogenemia, displasminogenemia dan
meningkatnya kadar plasminogen activator inhibitor (PAI-1).
Hiperkoagulabilitas yang terjadi karena disebabkan oleh suatu kondisi yang didapat,
seperti:
Kanker.
Obesitas.
Kehamilan.
Konsumsi terapi pengganti hormon.
Konsumsi pil KB.
Sindrom antifosfolipid.
Sindrom nefrotik (terlalu banyak protein dalam urine).
Penggunaan obat untuk mengatasi kanker, seperti thalidomide.
Diabetes.
Lupus.
Tes D-Dimer. Tes ini untuk mendeteksi gumpalan darah yang sudah terurai dan
memasuki aliran darah. Semakin banyak gumpalan darah yang sudah terurai
ditemukan di dalam darah, semakin besar kemungkinan terdapat penggumpalan
darah.
USG Tes ini digunakan untuk memeriksa aliran darah, apakah normal atau ada
hambatan karena adanya penggumpalan darah.
Venografi. Tes dilakukan dengan menyuntikkan zat pewarna (kontras) pada
pembuluh darah vena pasien, kemudian dilakukan pencitraan dengan foto Rontgen
untuk mengetahui letak aliran darah yang terhambat akibat penggumpalan darah.
Tes venografi dilakukan jika pemeriksaan D-Dimer dan USG Doppler belum dapat
memastikan DVT.
Bila ingin menjalani operasi dan pasien rutin mengonsumsi pil KB atau terapi
pengganti hormon, perlu menghentikan obat tersebut 4 minggu sebelum operasi.
Tergantung dari faktor risiko lainnya, dokter juga dapat memberikan obat
antikoagulan atau stoking kompresi untuk mencegah DVT akibat prosedur operasi.
Bila melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan duduk dalam waktu lama,
dapat lakukan gerakan kaki sederhana seperti menekuk punggung kaki ke atas, atau
sesekali bangun dari tempat duduk untuk jalan (bila memungkinkan), serta banyak
minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
Berhenti merokok.
Makan makanan dengan gizi seimbang.
Olahraga teratur.
Mempertahankan berat badan ideal.