Anda di halaman 1dari 24

Rhabdomyolysis & Deep Vein

Thrombosis (DVT)
DEFINISI
 Rhabdomyolysis
Rhabdomyolysis adalah kondisi dimana jaringan otot rangka
penderita mengalami kerusakan akibat matinya serat-serat
otot dan keluarnya isi serat ke dalam aliran darah.
Rusaknya otot juga melepaskan zat mioglobin ke aliran
darah. Mioglobin sendiri merupakan protein yang berfungsi
menyimpan oksigen dalam otot. Terlalu banyak mioglobin
dalam darah dapat menyebabkan penderita rhabdomyolysis
berisiko terkena komplikasi serius, seperti gagal ginjal, yaitu
kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan dalam
membuang limbah dan konsentrat urine.
 Deep vein thrombosis (DVT)
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam
adalah kondisi ketika terjadi penggumpalan darah pada
satu atau lebih pembuluh darah vena dalam. Umumnya
DVT terjadi di paha atau betis, tapi bisa juga terbentuk di
bagian tubuh yang lain. DVT bisa menyebabkan nyeri
dan pembengkakan di tungkai yang dapat mengakibatkan
komplikasi serius emboli paru, yaitu suatu kondisi saat
gumpalan darah masuk ke aliran darah dan menyumbat
pembuluh darah arteri di paru-paru.
ETIOLOGI
 Rhabdomyolysis
Rhabdomyolysis mempunyai spekrum etiologi yang luas.8 Setiap bentuk
cedera otot yang berat dan melibatkan cukup banyak otot rangka dapat
menyebabkan terjadinya rabdomiolisis. Beberapa penyebab sekaligus dapat
ditemukan pada satu individu. Adanya kelainan genetik metabolisme otot
memudahkan terjadinya rabdomiolisis.
Etiologi Rhabdomyolysis dapat dibagi atas penyebab fisik (traumatik) dan
non fisik (non-traumatik). Penyebab fisik antara lain berupa trauma tumpul
yang hebat dan luas, crush injury, kompresi, oklusi pembuluh darah otot
(iskemia), aktivitas otot yang berat (latihan fisik, epilepsi, tetanus dan lain
lain), cedera listrik bertegangan tinggi, dan hipertermia, sedangkan penyebab
non-fisik antara lain obat-obatan dan toksin (termasuk pestisida), infeksi
virus maupun bakteri, miopati metabolik (genetik), serta gangguan endokrin
dan elektrolit.
Lanjutan.
 Pada orang dewasa penyebab utama Rhabdomyolysis ialah
pemakaian obat-obatan narkotika, alkohol, obat-obatan medik,
gangguan otot, trauma, neuroleptic malignant syndrome
(NMS), kejang, dan imobilisasi lama, sedangkan pada
anakanak penyebab utama ialah miositis akibat virus, trauma,
gangguan jaringan ikat, latihan, overdosis obat-obatan, dan
idiopatik.
 Deep Vein Thrombosis (DVT)
Etiologi dari deep vein thrombosis (DVT), atau
thrombosis vena dalam, adalah obstruksi aliran darah
oleh thrombus atau gumpalan darah yang terbentuk di
sistem vaskular vena dalam.
PATOFISIOLOGI
 Rhabdomyolysis
Rabdomiolisis merupakan sindroma klinis yang
disebabkan oleh cedera otot rangka sehingga terjadi
kerusakan sarkolema yang berakibat terlepasnya
kandungan serat otot ke cairan ekstrasel dan darah.
Mekanisme yang berperan dalam patofisiologi
rabdomiolisis ialah: perubahan metabolisme sel, cedera
reperfusi, dan sindroma kompartemen (compartment
syndrome).
 Deep Vein Thrombosis (DVT)
Patofisiologi deep vein thrombosis (DVT), atau yang juga
dikenal sebagai thrombosis vena dalam, didasari oleh trias
Virchow (Virchow’s Triad) yang dikemukakan oleh Rudolph
Virchow.
Trias Virchow
Trias Virchow mencakup 3 faktor: endotel, stasis, dan
hiperkoagulabilitas. Salah satu dari ketiga faktor saja dinilai
tidak cukup untuk memicu clotting / menggumpalnya darah,
namun ketiga faktor ini bersama-sama dapat meningkatkan
risiko terbentuknya gumpalan darah.
FAKTOR RISIKO
 Rhabdomyolysis

Beberapa faktor berisiko di bawah ini dapat memengaruhi


kemungkinan terkena rhabdomyolysis, yakni:
 Obat dan zat beracun (kerusakan otot langsung): inhibitor HMG-

CoA, terutama dalam kombinasi dengan penurun kadar lemak


yang diturunkan dari fibrate seperti niacin (asam nikotinat,
Nicola); Cyclosporine (Sandimmune), Itrakonazol (Sporanox),
Eritromisin, Colchicine, Zidovudine (AZT), dan kortikosteroid.
 Obat dan zat beracun (kerusakan otot tidak langsung): Alkohol,

depresan di sistem saraf pusat, Kokain, Amfetamin, Ekstasi


(MDMA), LSD, dan agen pemblokir neuromuskular.
Deep Vein Thrombosis (DVT)

Faktor risiko deep vein thrombosis adalah:


 Riwayat gangguan penggumpalan darah. 
 Tidur berkepanjangan, seperti tinggal di rumah sakit cukup lama, atau

kelumpuhan. 
 Cedera atau pembedahan. 
 Kehamilan.
 Pil KB atau terapi hormon.
 Kelebihan berat badan atau obesitas. 
 Merokok.
 Kanker. 
 Gagal jantung. 
 Penyakit radang usus.
 Usia.
 Duduk dalam jangka waktu yang lama.
MANIFESTASI KLINIS
Rhabdomyolysis

 Gambaran klinis rabdomiolisis bervariasi dari yang


ditemukan melalui pemeriksaan laboratorik
(subklinis) sampai dengan kegawatdaruratan.
 Gejala klinis klasik dari rabdomiolisis ialah
kelemahan anggota gerak, mialgia, pembengkakan
dan disfungsi otot, kaku dan kesemutan, serta urin
berwarna teh atau coklat kemerahan (mioglobinuria).
 Gejala non-spesifik yang ditemukan dapat diakibatkan oleh
nekrosis jaringan otot atau akibat keadaan yang
menyebabkan rabdomiolisis, berupa malaise, demam, nyeri
perut, mual dan muntah, serta koma. Gejala awal sulit
dikenal pada pasien dengan gangguan mental, intoksikasi,
gangguan elektrolit, atau ensefalopati uremik. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi antara
lain membran mukosa kering, turgor kulit berkurang, dan
keterlambatan pengisian kapiler. Pada kasus traumatik, area
yang terkena tampak nyeri pada pergerakan pasif, gangguan
sensorik dan motilitas, serta tanda insufisiensi vaskular.
 Deep Vein Thrombosis (DVT)
Manifestasi klinis DVT tidak selalu jelas dan sama pada
setiap orang. Keluhan utama pasien DVT adalah tungkai
bengkak dan nyeri. Trombosis dapat menjadi berbahaya
apabila meluas atau menyebar ke proksimal. DVT
umumnya timbul karena faktor risiko tertentu, tetapi
dapat juga timbul tanpa etiologi yang jelas
(idiopathic DVT).
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam
dapat berupa:
 1. Nyeri Intensitas nyeri tidak tergantung

besar dan luas trombosis.


 2. Pembengkakan
 3. Perubahan warna kulit.
TATALAKSANA
Rhabdomyolysis
NON-FARMAKOLOGIS
FARMAKOLOGIS
• Aspirin • Latihan fisik
• Asetaminofen • Pijatan
• Ibuprofen
• Relaksasi
• Pendekatan radioterapi
• Ketoprofen
• mengistirahatkan tubuh agar
• Pemberian cairan infus. otot-otot dapat pulih
• Cuci darah (hemodialisis) • serta minum banyak cairan untuk
• Pembedahan. mencegah kerusakan ginjal
Deep Vein Thrombosis (DVT)

FARMAKOLOGIS

 Pengobatan untuk pasien DVT adalah dengan pemberian obat antikoagulan.


Masyarakat menganggap antikoagulan adalah obat untuk mengencerkan darah,
namun sebenarnya obat ini mengubah protein dalam darah untuk mencegah
terbentuknya gumpalan darah. Obat ini juga berfungsi mencegah gumpalan
darah semakin membesar dan menyebar ke aliran darah.
 Jenis obat antikoagulan yang umumnya digunakan untuk mengobati DVT
adalah heparin dan warfarin. Dokter akan memberikan heparin terlebih dulu,
melalui suntikan ke bawah lemak atau melalui pembuluh darah. Bila pasien
lebih memilih obat dalam bentuk tablet, warfarin dapat diberikan. Namun perlu
diingat, warfarin tidak langsung bekerja setelah dikonsumsi, sehingga perlu
diberikan terapi lain yang dilakukan secara bersamaan. Pasien dapat
mengonsumsi antikoagulan 3-6 bulan untuk mencegah gumpalan darah
terbentuk kembali.
 Obat antikoagulan lain yang direkomendasikan untuk
pasien DVT adalah rivaroxaban, apixaban, dabigatran,
dan fondaparinux.

NON FARMAKOLOGIS
 Olahraga kaki sederhana dengan menggerakan
punggung kaki ke atas, serta mengangkat tungkai
ketika istirahat, sehingga kaki lebih tinggi dari panggul
dapat membantu mengurangi pembengkakan pada
tungkai dan mencegah komplikasi DVT
KASUS
 Tn. R 54 tahun memeriksakan dirinye ke dokter dengan
keluhan utama sakit di kaki kanan. Ia menyatakan
bahwa 3 hari yang lalu ia terbangun dengan rasa sakit
yang terus-menerus, rasa sakitnya akan semakin parah
ketika berjalan. Pasien telah mengkonsumsi obat
ezetimibe 10 mg perhari untuk pengobatan
hiperlipidemia sekitar 3 minggu sebelum ia ke dokter.
Tetapi ia menghentikan mengkonsumsi ezetimibe 3
hari lalu karena dia pikir itu mungkin menyebabkan
kakinya sakit, tapi rasa sakitnya terus menerus.
 Pemeriksaan fisik mengungkapkan kaki tegang hangat,
betis kanan dengan kelembutan ringan. Diagnosis
dokter deep vein thorombosis dan rhabdomyolysis, dan
pasien dirujuk kegawat darurat untuk evaluasi lebih
lanjut. Setelah gawat darurat meliputi nyeri terus-
menerus dalam betis kanan yang diperburuk dengan
berjalan.
Pasien intensitas nyeri sebagai 10/3 saat ini.

Pengobatan
 Allupurinol 300mg po setiap hari
 Levothyroxine 150 mcg setiap hari po
 Ezetimibe 10mg po seiap hari (dihentikan 3 hari yang

lalu)
PEMBAHASAN KASUS
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dokter
mendiagnosa deep vein trombosis (DVT) dan
rhabdomylysis.
 Pengobatan untuk pasien DVT adalah dengan

pemberian obat antikoagulan. Obat ini mengubah


protein dalam darah untuk mencegah terbentuknya
gumpalan darah dan juga berfungsi mencegah
gumpalan darah semakin membesar dan menyebar ke
aliran darah.
 Jenis obat antikoagulan yang umumnya digunakan untuk
mengobati DVT adalah heparin dan warfarin.
 Obat antikoagulan lain yang direkomendasikan untuk pasien

DVT adalah rivaroxaban, apixaban, dabigatran, dan


fondaparinux.
 Dan untuk pengobatan rhabdomylysis yaitu dengan pemberian obat
aspirin, paracetamol, ketoprofen, pemberian cairan infus, cuci darah
(hemodialisis), dan melakukan pembedahan.
 Obat-obat pada pengobatan sebelumnya sebaiknya dihentikan saja karena
obat Allupurinol untuk obat asam urat. Levothyroxine untuk obat
hypertyroid. Dan penggunaan obat ezetimibe sudah dihentikan, dan jika
ingin menggukana obat ezetimibe, pasien harus melakukan pemeriksaan
yang menyatakan kalau pasien tersebut menderita hiperlipidemia.
GUIDELINE
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai