Anda di halaman 1dari 21

GANGGUAN NEFROTIK (NS, SNA, GNC) DAN

DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Oleh:
KELOMPOK I
1. Ernawati 221711005
2. Leli Mahbubah 221711013
3. Nurul Hikmah 221711001
4. Winah 221711007
5. Windia Maulina Yuniar 221711011
6. Yandry Supriyadi 221711009
7. Yayah Sabsiyah 221711003
Definisi

 Nefrotik Syndrome (NS)


Sindroma nefrotik adalah suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana
menunjukkan kelainan inflamasi glomerulus. Secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan
pada proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai macam masalah yang membutuhkan
perawatan yang tepat, cepat, dan akurat.
 Sindrom Nefritik Akut (SNA)
Sindrom Nefritik Akut (SNA) merupakan suatu kumpulan gejala klinik berupa proteinuria, hematuria, azotemia, red
blood cast, oligouria, dan hipertensi (PHAROH) yang terjadi secara akut. Istilah SNA sering digunakan bergantian
dengan Glomerulonefritis Akut (GNA). GNA ini adalah suatu istilah yang sifatnya lebih umum dan lebih
menggambarkan proses histopatologi berupa proliferasi dan inflamasi sel glomeruli akibat proses imunologik. Jadi,
SNA merupakan istilah yang bersifat klinik dan GNA merupakan istilah yang lebih bersifat histologik.
 Glomerulonefritis Kronis (GNC)
Glomerolusnefritis Kronis (GNC) adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerolus.Kelainan ini
dapat terjadi akibat glomerolonefritis akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Pada umumnya
merupakan penyakit yang berkembang secara lambat dan menimbulkan pengerutan.
Etiologi

 Nefrotik Syndrome (NS)  Glomerulonefritis Kronis (GNC)

 Sindrom nefrotik bawaan  Lanjutan GNA

 Sindrom nefrotik sekunder  Keracunan

 Sindrom nefrotik idiopatik  Diabetes Melitus

 Sindrom Nefritik Akut (SNA)  Trombosis vena renalis

 Faktor Infeksi  Hipertensi Kronis

 Penyakit multisistemik  Penyakit kolagen

 Penyakit Ginjal Primer  Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemukan pada
stadium lanjut
Manifestasi Klinis
 Nefrotik Syndrome (NS)  Sindrom Nefritik Akut (SNA)
 Proteinuria  Hematuria
 Retensi cairan  Oliguria
 Edema: edema periorbital, edema fasial, asites  Edema
 Berat badan meningkat, distensi abdomen  Sakit kepala
 Penurunan jumlah urin  Dyspnea.
 Urine tampak berbusa dan gelap  Mual dan muntah, purpura
 Hematuria  Penglihatan kabur, batuk berdahak, penurunan
kesadaran, malaise dan sesak napas
 Nafsu makan menurun

 Pucat

 Kesulitan pernafasan (efusi pleura)

 Pembengkakan labial atau scrota


Manifestasi Klinis

 Glomerulonefritis Kronis (GNC)


 Dapat tanpa keluhan sampai terjadi gagal ginjal
 Lemah, lesu, nyeri kepala, gelisah, mual, dan kejang
 Edema
 Urine bening dan terdapat isostenuria,
 Tekanan darah meningkat
 Dispnea
 Ensefalopati hipertensif dan gagal jantung
Patofisiologi

 Nefrotik Syndrome (NS)


Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular
berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
 Sindrom Nefritik Akut (SNA)
Mekanisme dasar terjadinya sindrom nefritik akut pasca infeksi streptokokus adalah adanya suatu proses imunologis yang terjadi
antara antibodi spesifik dengan antigen streptokokus. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus
dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina,
diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum penderita.
 Glomerulonefritis Kronis (GNC)
Glomerulonefritis kronis awalnya seperti glomerulonefritis akut. Setelah kejadian berulang infeksi ini, ukuran ginjal sedikit
berkurang sekitar seperlima dari ukuran normal dan terdiri dari jaringan fibrosa yang luas, korteks mengecil menjadi lapisan yang
tebalnya 1-2 mm atau kurang. Berkas jaringan parut merusak sistem korteks menyebabkan permukaan ginjal kasar dan ireguler.
Sejumlah glomeruli dan tubulusnya berubah menjadi jaringan parut,dan cabang-cabang arteri renal menebal. Akhirnya terjadi
perusakan glomerulo yang parah, menghasilkan penyakit ginjal tahap akhir (ESRD).
Komplikasi

 Nefrotik Syndrome (NS)  Sindrom Nefritik Akut (SNA)


 Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)  Retinopati hipertensi
 Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan)  Encephalopati hipertensif
 Kerusakan kulit  Payah jantung karena hipertensi dan hipervolemia
 Efek samping steroid yang tidak diinginkan (volume overload)

 Gagal ginjal akut  Edema Paru

 Tromboembolisme (terutama vena renal)  Glomerulonefritis progresif

 Emboli pulmoner  Abnormalitas urinalisis (microhematuria)

 Infeksi (akibat defisiensi respon imun)  Gagal ginjal kronik

 Malnutrisi  Sindrom nefrotik


Komplikasi

 Glomerulonefritis Kronis (GNC)


 Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari.
 Ensefalopati hipertensi.
 Gangguan sirkulasi.
 Anemia.
 Gagal Ginjal Akut (GGA)
Pemeriksaan Diagnostik
 Nefrotik Syndrome (NS)
 Uji Urine
 Uji Darah
 Uji Diagnostic
 Sindrom Nefritik Akut (SNA)
 Darah
 Urin.
 Bakteriologi.
 Pencitraan.
 Glomerulonefritis Kronis (GNC)
 Urinalisa
 USG
 IVP.
 Biopsy ginjal
 Pemeriksaan radiologi
Penatalaksanaan

 Nefrotik Syndrome (NS)  Sindrom Nefritik Akut (SNA)


 Pemberian kortikosteroid  Medikamentosa
 Penggantian protein  Diuretik atau anti hipertensi.
 Pengurangan edema  Pembatasan cairan dan natrium.
 Mempertahankan keseimbangan elektrolit  NaCl
 Pengobatan nyeri  Keperawatan
 Pemberian antibiotik  Tirah baring
 Terapi imunosupresif  Diet
 Tindakan Khusus
 Stop Intake peroral
 IVFD dextrose 5%-10% sesuai kebutuhan per
24 jam
 Pemberian oksigen 2-5 L/menit
 Furosemide
 Bolus NB
Penatalaksanaan

 Glomerulonefritis Kronis (GNC)


 Medical
 Pharmacological
 Diet
 Activity
Pengkajian

 Identitas klien meliputi:


 Riwayat Kesehatan
 Pengkajian per sistem
Diagnosa Keperawatan

 Resiko gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan kelebihan volume
cairan
 Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
(hipertensi)
 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
 Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh (edema)
Rencana Keperawatan
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume cairan

Intervensi Rasional
1. Bantu anak mengubah posisi tubuhnya setiap 2 jam 1. Pengubahan posisi yang sering dapat mencegah
2. Lakukan perawatan kulit yang tepat termasuk kerusakan kulit, dengan cara meniadakan tekanan di
mandi harian dengan menggunakan sabun permukaan tubuh
pelembab, masase, pengubahan posisi, dan 2. Perawatan kulit yang baik dapat menjaga kulit bebas
penggantian linen serta pakaian kotor dari bahan pengiritasi dan membantu mencegah
3. Kaji kulit anak untuk melihat bukti iritasi dan kerusakan kulit
kerusakan seperti kerusakan, edema, dan abrasi, 3. Pengkajian yang sering memungkinkan deteksi dini
setiap 4-8 jam dan intervensi yang tepat ketika dibutuhkan
4. Topang atau tinggikan area-area yang mengalami 4. Meninggikan atau menopang daerah yabg edema
edema, seperti lengan, tungkai, dan skrotum, dapat mengurangi edema menggunakan bedak dapat
dengan menggunakan bantal atau linen tempat mengurangi kelembapan dan gesekan yang
tidur. Gunakan bedak pada area ini ditimbulkan ketika permukaan tubuh saling bergesek
5. Tingkatkan jumlah aktivitas anak, seiring edema 5. Peningkatan aktivitas membantu mencegah
mereda kerusakan kulit akibat tirah baring yang lama
Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi

Intervensi Rasional
1. Jangan izinkan seorang pun yang mengidap 1. Keadaan imunosupresi membuat anak rentan
infeksi akut unuk mengunjungi anak terhadap infeksi
2. Beri obat antibiotik sesuai program 2. Anak yang kekebalan tubuhnya menurun biasanya
3. Pantau anak setiap hari untuk deteksi tanda serta menerima obat antibiotik profilaktik untuk
gejala infeksi, termasuk batuk, demam, hidung mencegah infeksi
tersumbat, drainase purulen dan nyeri tenggorokan 3. Pemantauan memastikan pengenalan dini dan terapi
yang tepat terhadap infeksi
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi)

Intervensi Rasional
1. Pantau tekanan darah anak setiap 4 jam 1. Pemantauan memastikan pengenalan dini dan terapi
2. Lakukan kewaspadaan serangan kejang berikut : hipertensi yang tepat
a. Pertahankan jalan napas melalui mulut dan 2. Hipertensi berat dan hipoksia serebral meningkatkan
persiapkan peralatan pengisap dekat sisi tempat tidur resiko kejang
anak 3. Anak mungkin membutuhkan obat anti hipertensi untuk
b. Sematkan tanda diatas tempat tidur anak dan dipintu mengurangi tekanan darah dan mengurangi resiko
kamar, yang berisi peringatan untuk semua petugas komplikasi, termasuk kejang, stroke, gagal ginjal, dan
kesehatan tentang status kejang anak sakit kepala
c. Catat status kejang anak pada catatan anak
3. Beri obat-obatan anti hipertensi sesuai program
Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)

Intervensi Rasional
1. Tawarkan anak makanan porsi kecil tetapi frekuensi 1. Seorang anak yang mengalami penyakit ini, biasanya
kecil secara khas mengalami penurunan nafsu makan.
2. Beri anak beberapa makanan kesukaan, namun tetap Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil dan frekuensi
dalam restriksi diet sering akan mecegah anak lelah dan terlalu kenyang.
Pastikan pula bahwa ia mengonsumsi makanan lebih
banyak setiap kali duduk
2. Anak lebih cenderung mengkonsumsi lebih banyak porsi
makanan jika ia diberikan beberapa makanan
kesukaannya
Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan anak pada waktu yang sama 1. Menimbang berat badan setiap hari, membantu
setiap hari, dengan menggunakan timbangan dan menentukan fluktuasi status cairan anak
pakaian yang sama 2. Pemantauan membantu menentukan status cairan
2. Pantau asupan dan haluaran cairan anak dengan anak
cermat 3. Suatu diet rendah natrium dapat mencegah retensi
3. Programkan anak pada diet rendah natrium selama cairan
fase edema 4. Obat diuretik dapat mengeliminasi cairan dari tubuh
4. Beri obat diuretik sesuai program anak. Namun, obat ini kadang-kadang tidak efektif
5. Pantau anak untuk melihat penurunan berat jenis pada penderita nefrosis
urine 5. Penurunan berat jenis urine mengindikasikan diuresis
6. Kaji integritas kulit dan lakukan perawatan kulit 6. Edema akibat kelebihan cairan dapat meningkatkan
resiko kerusakan kulit.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Intervensi Rasional
1. Jadwalkan periode istirahat untuk setiap kali 1. Periode istirahat yang sering dapat menyimpan energi
beraktivitas dan mengurangi produksi sisa metobolik yang dapat
2. Sediakan permainan yang tenang, menantang, dan membebani kerja ginjal lebih lanjut
sesuai usia 2. Permainan yang sedemikian, tetapi mencegah
3. Kelompokkan asuhan keperawatan anak untuk kebosanan
memungkinkan anak tidur tanpa gangguan di malam 3. Mengelompokkan pemberian asuhan perawatan,
hari membantu anak tidur sesuai dengan kebutuhan
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh (edema)

Intervensi Rasional
1. Dengarkan anak dengan penuh perhatian, tanpa 1. Teknik komunikasi mendengarkan memberikan dukungan
menghakimi perasaan dan kekhawatiran anak tentang emosional, dan memangkinkan anda mengkaji seberapa
tubuhnya baik anak menerima penampilannya
2. Beri motivasi kepada anak untuk berfokus pada 2. Memfokuskan anak pada kemampuan dan gambaran
kemampuan positifnya serta gambaran yang positif positif tentang dirinya dapat menekan aspek negatif
terhadap dirinya kondisi anak
3. Anjurkan anak untuk menghadiri pertemuan kelompok 3. Kelompok pendukung dapat mengurangi perasaan
pendukung, misalnya pertemuan yang dirancang bagi terisolasi anak, dengan cara memperkenalkan kepada
pasien transplan yang berada dalam kelompok usianya orang lain yang memiliki masalah sama. Kelompok
4. Anjurkan saudara kandung dan teman sebaya untuk seperti ini juga memungkinkan anak melihat bagaimana
berkunjung anak lain dapat beradaptasi terhadap perubahan citra
tubuhnya
4. Kunjungan dari saudara kandung dan teman sebaya
membantu anak untuk mempertahankan kontak dengan
orang lain yang berada di luar RS sehingga menciptakan
keadaan normal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai