Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

“ KONSEP & ASUHAN KEPERAWATAN TRANSPLANTASI GINJAL “

OLEH :
KELOMPOK II
1. NURHAYATI (R011191054) 9. AMIR (R011191105)
2. YULINDA UMAR (R011191069) 10. RUKIYA UMARELLA (R011191106)
3. NELIYANTHI AR. HUSEIN 11. RAHMANIA (R011191111)
(R011191073) 12. FRANSISCA LIO (R011191120)
4. YANNI MANNI (R011191080) 13. NADIA SRI DAMAYANTI
5. LA DEMI (R011191082) (R011191121)
6. IFNA OKTAMILIA (R011191085) 14. MISNAH MOCHTAR (R011191133)
7. ABRAHAM HEUMASSE 15. RISKA ROFIQA (R011191142)
(R011191094) 16. JULHAIDIN (R011191144)
8. MAISURY (R011191104)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2020
A. KONSEP TRANSPLANTASI GINJAL
1. DEFINISI
Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian
dicangkokan kedalam tubuh orang lain yang mengalami gangguan fungsi ginjal berat dan
permanen.
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya
sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme
dari dalam tubuh.
Transplantasi ginjal adalah terapi penggantian ginjal yang melibatkan pencangkokan
ginjal dari orang hidup atau mati kepada orang yang membutuhkan.

2. ETIOLOGI
Gagal ginjal terminal, fungsi-fungsi pembuangan llimbah, pengaturan cairan dan
elektrolit harus digantikan dengan terapi pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal ini
dialysis yaitu peritoneaaldidiasis atau cuci perut dan cuci darah atau hemodialysis, serta
mengganti ginjal yang tidak berfungsi dengan transplantasi ginjal (Hassan etal, 2009).

3. PATOFISIOLOGI
Pengurangan massa ginjal  hipertrofi structural dan fungsional nefron sebagai
kompensasi (diperantarai sitokin+ growth factor) peningkatan aktivitas renin-
angiotensin-aldosteron intrarenal  hiperfiltrasi  peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus  adaptasi  maladaptasi  sclerosis nefron penurunan
fungsi nefron progresif.
Gambar Gagal Ginjal
Stadium dini  kehilangan daya cadang ginjal (LFG normal/ meningkat) Penurunan
fungsi nefron progresif (peningkatan urea dan kreatinin serum)  LFG 60%
(asimtomatik) LFG 30% keluhan nokturia, lemah, mual, nafsu makan turun, BB turun
 LFG < 30% gejala dan tanda uremia nyata: anemia, gangguan metabolism fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, muntah, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan air,
gangguan kesimbangan elektrolit (natrum, kalium)  LFG <15% gejala komlikasi serius,
perlu terapi pengganti ginjal (transplantasi ginjal).
PATHWAY

Terdapat indikasi Transplatasi Ginjal:


Penyakit ginjal tahap akhir

Ada ginjal transplan Ada donor Ada resipien

Antigen cocok (ABO+HLA)

Tidak ada
pengalaman bedah, Prosedur transplatansi ginjal
takut akan hasil
Insisi Abdomen

Ansietas Nefrotomi ginjal pasien

Penanaman ginjal transplan


Nekrosis tubuler Di fosailiaka anterior-kristailiaka Respon imun tubuh
menurun

Ginjal belum Heating abdomen


berfungsi dengan
baik

Medikasi imunosupresif
Perubahan status cairan Luka bekas insisi

Penumpukan cairan tubuh Pertahanan tubuh menurun

Distensi abdomen
Kelebihan
volume cairan

Risiko infeksi

Perubahan eliminasi
urine
Nyeri akut Risiko cidera
4. MANIFESTASI KLINIS

Penderita Gagal Ginjal Kronik akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala sesuai
dengan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia penderita.
Penyakit ini akan menimbulkan gangguan pada berbagai organ tubuh antara lain:

a) Manifestasi Kardiovaskuler
Hipertensi, gagal jantung kongesif, edema pulmonal, pericarditis.
b) Manifestasi Dermatologis
Kulit pasien berubah menjadi putih seakan-akan berlilin diakibatkan penimbunan
pigmen urine dan anemia. Kulit menjadi kering dan bersisik. Rambut menjadi rapuh
dan berubah warna. Pada penderita uremia sering mengalami pruritus.
c) Manifestasi Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, cegukan, penurunan aliran saliva, haus, stomatitis.
d) Perubahan Neuromuskular
Perubahan tingkat kesadaran, kacau mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan
otot dan kejang.
e) Perubahan Hematologis
Kecenderungan perdarahan
f) Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum, lebih mudah mengantuk,
karakter pernapasan akan menjadi kussmaul dan terjadi koma (Brunner dan Suddarth,
2001).

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Pre Operasi dan Post Operasi Transplantasi Ginjal
a. Penatalaksanaan Pre Operatif
Tujuan Pre Operatif adalah mengembalikan status metabolic pasien ke kadar normal
sedekat mungkin. Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan untuk mendeteksi dan
menangani setiap kondisi yang kemungkinan dapat menyebabkan komplikasi akibat
transplantasi. Sampel jaringan, sampel darah dan skrining antibody dilakukan untuk
menetapkan kecocokan jaringan dan sel dari donor dan resipien. Traktus urinarius
bawah diteliti untuk mengkaji fungsi leher kandung kemih dan untuk mendeteksi
refluks ureteral. Hemodialisis sering dilakukan sehari sebelum jadwal prosedur
transplantasi ginjal untuk meyakinkan status fisik pasien.
Pasien harus bebas dari infeksii pada saat menjalani transplantasi ginjal karena pasien
ini mengalami immunosupresi dan berisiko terhadap infeksi. Oleh karena itu pasien
harus dievaluasi dan ditangani terhadap tanda-tanda penyakit yang memungkinkan
timbul akibat adanya mikroorganisme.
Evaluasi psikososial dilakukan untuk mengkaji kemampuan pasien dalam
menyesuaikan diri dengan transplan, pola koping, riwayat social, ketersediaan
dukungan social, dan sumber finansial. Riwayat penyakit psikiatrik juga penting
untuk dikaji, karena kondisi psikis sering diperburuk oleh kortikosteroid yang
diperlukan untuk immunosupresi pada transplantasi ginjal. Sehingga memberikan
penyuluhan mengenai informasi terkkait prosedur transplantasi ginjal, dan
memfasilitasi setiap pertanyaan pasien merupakan bagian dan peran perawat dalam
penatalaksanaan pre operatif.
b. Penatalaksanaa Pascaoperatif
Tujuan perawatan setelah transplantasi ginjal adalah untuk mempertahankan
homeostatis sampai ginjal transplan dapat berfungsi dengan baik.
 Terapi Immunosupresif
Kelangsungan ginjal transplan bergantung pada kemampuan tubuh untuk
menyekat respons imun terhadap ginjal transplan. Untuk mengurangi dan
mengatasi mekanisme pertahanan tubuh, medikasi Immunosupresif seperti
Azathioperine (Imuran), kortikosteroid (prednisole), Siklosporin, dan OKT-3
(antibody monoclonal) dapat diberikan secara bertahap selama beberapa minggu.
 Rejeksi Tandur
Rejeksi transplan ginjal dan kegagalan dapat terjadi dalam waktu 24 jam
(hiperakut), dalam 3 sampai 14 hari (akut), atau setelah beberapa tahun pertama
setelah transplantasi. Ultrasound dapat digunakan untuk mendeteksi pembesaran
ginjal, sedangkan biopsy renal dan teknik radiografik digunakan untuk
mengevaluasi rejeksi transplan, jika transplan ditolak maka pasien akan kembali
menjalani dialysis. Ginjal yang ditolak tersebut dapat diangkat kembali atau tidak
bergantung kapan penolakan tersebut terjadi dan risiko infeksi jika ginjal
dibiarkan ditempat.
Besarnya risiko infeksi dan rejeksi, dilakukan pengkajian terkait tanda dan gejala
rejeksi transplan seperti oliguria, edema, peningkatan tekanan darah, pertambahan
berat badan bengkak atau nyeri tekan diseluruh ginjal transplan. Hasil tes kimia
darah (BUN dan kreatinin) dan hitung leukosit serta trombosit dipantau dengan
ketat, karena immunosupresi akan menekan pembentukan leukosit dan trombosit.
Pasien dipantau ketat akan adanya infeksi karena mengalami kegagalan
penyembuhan atau infeksi akibat terapi immunosupresif dan komplikasi gagal
ginjal.

7. KOMPLIKASI
Komplikasi transplantasi ginjal (I Made Juliana, 2007)
1. Anemia
2. Hipertensi
3. Diabetes mellitus
4. Dyslipidemia
5. Hiperhomosisteinemia
6. Keganasan

8. PROGNOSIS
Transplantasi ginjal menawarkan hasil terbaik dan kualitas hidup terbaik. Transplantasi
ginjal dapat berasal dari donor hidup seperti saudara, ataupun tidak ada ikatan darah, atau
orang yang telah meninggal karena penyebab lain. Pada orang dengan diabetes tipe I,
gabungan transplantasi ginjal-pankreas sering menjadi pilihan yang lebih baik
Namun, tidak semua orang adalah calon transplantasi ginjal. Orang perlu menjalani
pengujian ekstensif untuk memastikan kesesuaian untuk transplantasi. Juga, ada
kekurangan organ untuk transplantasi karena membutuhkan waktu tunggu beberapa bulan
sampai beberapa tahun sebelum mendapatkan transplantasi.
Seseorang yang membutuhkan transplantasi ginjal mengalami beberapa tes untuk
mengidentifikasi karakteristik sistem kekebalannya. Penerima dapat menerima ginjal
yang berasal dari donor yang cocok karakteristik imunologinya. Donor yang serupa
dalam karakteristik ini, semakin besar kemungkinan untuk keberhasilan transplantasi
jangka panjang. Transplantasi dari donor yang memiliki hubungan darah hidup umumnya
memiliki hasil terbaik.
Operasi transplantasi adalah prosedur yang besar dan umumnya membutuhkan 4-7 hari di
rumah sakit. Semua penerima transplantasi membutuhkan obat imunosupresan seumur
hidup untuk mencegah tubuh mereka dari proses penolakan ginjal baru. Obat
imunosupresan perlu dipantau kadarnya dalam  darah serta meningkatkan risiko infeksi
dan beberapa jenis kanker.

9. PENCEGAHAN
Menurut Buku Saku Patofisiologi, EGC:
 Terapi gagal ginjal akut pertama – tama ditujukan untuk pencegahan. Individu yang
mengalami syok cepat diterapi dengan penggantian cairan untuk memulihkan tekanan
darah. Individu yang beresiko mengalami gagal ginjal akut, misalnya mereka yang
akan mengalami pembedahan jantung dapat diberi diuretic osmotic sebelum
pembedahan untuk meningkatkan fungsi ginjal. Hidrasi yang kuat sebelum pemberian
obat – obat nefrotoksik dapat mencegah timbulnya gagal ginjal akut.
 Apabila tetap timbul gagal ginjal, maka data-data terakhir mengisyaratkan dilakukan
tindakan pencegahan fase oligurik untuk menghasilkan prognosis terbaik. Tindakan
tersebut antara lain:
 Ekspansi volume plasma secara agresif
 Pemberian diuretic untuk meningkatkan pembentukan urine
 Vasodilator,terutama Dopamin yang bekerja secara spesifik sebagai vasodilator
ginjal untuk meningkatkan aliran darah ginjal
 Pembatasan asupan protein dan kalium dari makanan sering diterapkan pada gagal
ginjal akut.Selain itu asupan karbohidrat tinggi,akan mencegah metabolisme protein
dan mengurangi pembentukan zat – zat sisa bernitrogen.
 Terapi antibiotic mungkin diperlukan untuk mencegah atau mengobati infeksi karena
tingginya angka sepsis pada gagal ginjal akut.
 Sering dilakukan dialysis selama stadium oligurik gagal ginjal akut untuk memberi
waktu pada ginjal agar memulihkan diri.Dialisis juga mencegah penimbunan zat – zat
sisa bernitrogen,dapat menstabilkan elektrolit,dan mengurangi beban cairan.
 Pada stadium gagal ginjal kronik,pencegahan infeksi perlu dilakukan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
1. PENGKAJIAN
2. NURSING CARE PLANING

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


NO DATA
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. DS: Bersihan Jalan nafas Bersihan jalan nafas Manajemen Jalan nafas
tdk efektif (D.0001) ( L. 01001) (I.01011)
Setelah dilakukan  Monitor pola nafas
tindakan keperawatan (frekuensi ,
selama 1X24 jam kedalaman, usaha
diharapkan bersihan nafas)
jalan teratasi dengan  Monitor bunyi nafas
kriteria: tambahan (mis:
 Produksi sputum ronkhi, weezing,
dari meningkat (1) mengi, gurgling)
di turunkan ke  Monitor sputum
sedang(3)  Posisikan semi fowler
 Dispneu dari atau fowler
meningkat (1)  Lakukan suction
diturunkan ke (3) kurang dari 15 detik
 Frekuensi nafas  Berikan oksigen bila
dari memburuk (1) perlu
ditingkatkan ke  Kolaborasi pemberian
sedang (3) bronkodilator
 Pola nafas dari
memburuk (1)
ditingkatkan ke
sedang (3)

2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen ventilasi


pertukaran gas tindakan keperawatan mekanik (I.01013)
(D.0003) selama 3x24 jam  Periksa indicator
diharapkan gangguan ventilator (asidosis
pertukaran gas teratasi respiratorik)
dengan kriteria:  Monitor efeknegatif
 Tingkat Kesadaran ventilator
dari menurun (1)di  Atur posisi kepala 45-
tingkatkan ke 60 derajat untuk
sedang (3) mencegah aspirasi
 Bunyi nafas  Ganti sirkuit ventilator
tambahan dari setiap 24 jam atau
meningkat (1) sesuai protocol
diturunkan ke  Kolaborasi pemilihan
sedang (3) mode ventilator
 PCO2 dari
memburuk (1)
ditingkatkan ke
membaik (5)
 PO2 dari
memburuk (1)
ditingkatkan ke
membaik(5)
 Takikardi dari
memburuk (1)
ditingkatkan ke
membaik (5)
3. Gangguan eliminasi Eliminasi Urine
urine (D. 0040) (L.04034)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan tidak
terjadai gangguan
eliminasi dengan
kriteria:
 Anuria dari
meningkat (1)
diturunkan ke
sedang (3)
 Frekuensi BAK
dari memburuk (1)
di tingkatkan ke
sedang (3)
 Karakteristik urin
dari memburuk (1)
diingkatkan
kesedang (3)
4. Hipertermi (D. Termoregulasi (L. Manajemen hipertermi
0130) 14134) I.15506
Setelah dilakukan  Identifikasi penyebab
tindakan keperawatan hipertermia
selama 3x24 jam  Monitor suhu tubuh
diharapkan tidak  Monitor kadar
terjadi hipertermi elektrolit
dengan kriteria:  Monitor haluaran urin
 Suhu tubuh dari  Monitor komplikasi
memburuk (1) akibat hipertermia
ditingkakan ke  Sediakan lingkungan
cukup membaik yang dingin
(4)
 Longgarkan atau
 Takikardi dari lepaskan pakaian
meningkat (1)
 Kolaborasi pemberian
diturunkan ke
cairan dan elektrolit
cukup menurun (4)
intravena

5. Risiko perdarahan Faktor risiko (L. Pencegahan perdarahan I.


(D. 0012) 14128) 02067
Setelah dilakukan  Monitor tanda dan
tindakan keperawatan geala perdarahan
selama 3x24 jam  Monitor koagulasi
diharapkan tidak ( trombosit )
terjadi risiko dengan  Batasi tindakan
kriteria: invasive ika perlu
 Kemampuan  Gunakan kasur
melakukan strategi pencegah decubitus
kontrol risiko dari  Hindari pengukuran
menurun (1) suhu rektal
ditingkatkan ke  Jelaskan tanda dan
cukup meningkat gejala perdarahan
(4)  Lanjutkan segera
 Komitmen melapor jika teradi
terhadap strategi perdarahan
dari menurun (1)  Kolaborasi pemberian
ditingkatkan ke obat pengontrol
cukup meningkat perdarahan,jika perlu
(4)
 Kolaborasi pemberian
 Kemampuan produk darah,jika
menghindari perlu
faktor risiko dari
 Kolaborasi pemberian
menurun (1)
pelunak tinja,jika
ditingkatkan ke
perlu.
cukup meningkat
(4)

6. Risiko Infeksi Tingkat infeksi (L. Perawatan luka I.14564


D.0142 14137)  Monitor karakteristik
Setelah dilakukan luka (missal drainase,
tindakan keperawatan warna,ukuran, bau)
selama 3x24 jam  Monitor tanda-tanda
diharapkan risiko infeksi
infeksi tidak terjadi  Lepaskan balutan dan
Dari meningkat (1) di plester secara perlahan
turunkan ke menurun  Bersihkan dengan
(5) dengan kriteria cairan Nacl atau
hasil : pembersih nontoksik
 Demam menurun  Bersihkan jaringan
(5) nekrotik jika ada
 Kemerahan  Pasang balutan sesuai
menurun (5) jenis luka
 Nyeri menurun (5)  Pertahankan tekhnik
 Bengkak menurun steril saat melakukan
(5) perawatan luka
 Cairan berbau  Ganti balutan sesuai
busuk (5) jumlah eksudat dan
drainase
 Elaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
 Kolaborasi prosedur
debridement ika perlu
 Kolaborasi pemberian
antibiotic
7. Risiko Keseimbangan Manajemen elektrolit
ketidakseimbangan elektrolit (L.03021) ( I.03102)
elektrolit ( D.0037) Setelah dilakukan  Identifikasi tanda dan
tindakan keperawatan gejala
3x24 jam diharapkan ketidakseimbangan
tidak terjadi gangguan kadar elektrolit
risiko  Identifikasi penyebab
ketidakseimbangan ketidakseimbangan
elektrolit menurun (1) elektrolit
ditingkatkan ke sedang  Identifikasi
(3) dengan kriteria kehilangan elektrolit
hasil : melalui cairan
 Serum natrium ( drainase luka,
 Serum kalium drainase ileostomy )
 Serum klorida  Monitor kadar
 Serum kalsium elektrolit
 Berikan diet yang
tepat (mis, tinggi
kalium, rendah
natrium )
 Kolaborasi pemberian
suplemen elektrolit
(mis, oral,NGT,IV)

DAFTAR PUSTAKA
Joice M. Black, Jane Hokanson Hawks. Buku keperawatan medical bedah. Manajemen
klinis untuk hasil yang diharapkan, Buku 3 ed.8

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M. (Eds.).
2011. Chronic Kidney Disease: Progression-Modifying Therapies In
Pharmacotheraphy: A Patophysiologic Approach, 8th edition

I Made Juliana, J. S. L. (2007). komplikasi paska transplantasi ginjal. Journal of Internal


Medicine, 8, 79–91.

Askandar Tjokroprawiro, ( 2015 ) Buku ajar ilmu penyakit dalam,ed.2: fakultas


kedokteran Indonesia

Anda mungkin juga menyukai