Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSEDUR PEMBEDAHAN NEFREKTOMY

1. Konsep Penyakit

1.1 Anatomi dan Fisiologi

1.2 Definisi Penyakit


Definisi Suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat ginjal dengan
atau tanpa kelenjar getah bening regional. b. Ruang lingkup Semua
penderita yang datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang dan
hematuria serta dalam pemeriksaan penunjang (foto polos abdomen,
pyelografi intravena dan ultrasonografi, CT scan) diketahui penyebabnya
adalah tumor ginjal atau ruptur ginjal.

Menurut Brunner and Suddarth, Transplantasi ginjal melibatkan


menanamkan ginjal dari donor hidup atau kadaver menusia resipein yang
mengalami penyakit ginjal tahap akhir.
Transplantasi ginjal dapat dilakukan secara “cadaveric” (dari seseorang
yang telah meninggal) atau dari donor yang masih hidup (biasanya
anggota keluarga). Ada beberapa keuntungan untuk transplantasi dari
donor yang masih hidup, termasuk kecocokan lebih bagus, donor dapat
dites secara menyeluruh sebelum transplantasi dan ginjal tersebut
cenderung memiliki jangka hidup yang lebih panjang.
Transplantasi ginjal adalah pembedahan ginjal manusia yang ditransfer
dari satu individu ke individu lain (Lucman and Sorensen).
Transplantasi ginjal merupakan insersi pembedahan ginjal manusia dari
sumber yang hidup atau ginjal cadaver kepada klien dengan penyakit
ginjal tahap akhir,untuk mengganti hilangnya fungsi ginjal yang normal
(Gorzemen and Bawdain).
Transplantasi mempunyai 2 tujuan yaitu:

1.2.1 Untuk membebaskan diri dari ketergantungan terhadap dialysis.

1.2.2 Dapat menikmati hidup yang lebih baik, makan/minum bebas,


perasaan sehat seperti orang lain/normal.
Syarat-syarat melakukan transplantasi ginjal Recipient:

1.2.2.1 Usia 13-60 tahun.


1.2.2.2 Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC,
hepatitis, Jantung.
1.2.2.3 Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu
yang lama dan harus patuh minum obat.
1.2.2.4 Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya.
1.2.2.5 Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
Donor:
1.2.2.6 Usia 18-50 tahun.
1.2.2.7 Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan.
1.2.2.8 Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi.
1.2.2.9 Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk
fungsi ginjal dan komplikasi setelah operasi.
1.2.2.10 Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.
Jika donor hidup tidak tersedia, pasien harus menunggu
jaringan yang diambil dari mayat yang cocok, dan untuk
mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh
organisasi dibawah aturan pemerintah yaitu organisasi
yang dibiayai secara federal yang mengkoordinasi
pertukaran organ,dan dengan sistim komputer akan
mencocokkan donor mayat dengan calon penerima.
1.3 Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir). Gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal
yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Pada stadium paling
dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal
reserve), dimana LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) masih normal. Kemudian
perlahan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif. Sampai pada
LFG 60%, masih dalam tahap asimtomatik tetapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pada LFG 30%, mulai terjadi
keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
kurang, dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30%,
pasien memperlihatkan tanda dan gejala uremia yang nyata, seperti
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, muntah, dan lainnya. Pasien juga mudah terkena
infeksi seperti infeksi saluran kemih, saluran nafas, maupun infeksi saluran
cerna. Juga terjadi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jika LFG
dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan
pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy), antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada stadium ini
sudah dapat dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal (Suwitra, 2007).

Beberapa terminologi dalam transplantasi, yaitu:


1.3.1 Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari individu yang sama.
1.3.2 Isograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari saudara kembar.
1.3.3 Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari individu dain dalam spesies yang sama.
1.3.4 Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan
berasal dari spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang
ditransplantasikan kepada manusia.

1.4 Tanda dan Gejala


Transplantasi ginjal merupakan transplantasi yang paling banyak
dilakukan dibanding transplantasi organ lain dan mencapai lam hidup
paling panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
transplantasi ginjal terdiri faktor yang bersangkut paut dengan donor,
resipien, faktor imunologis, faktor pembedahan antara lain penanganan
pra-operatif dan paska operasi.

1.4.1 Donor ginjal


Kekurangan ginjal donor merupakan masalah yang umum dihadapai
di seluruh dunia. Kebanyakan negara maju telah menggunakan donor
jenasah (cadaveric donor). Sedangkan negara-negara di Asia masih
banyak mempergunakan donor hidup (living donor). Donor hidup
dapat berasal dari individu yang mempunyai hubungan keluarga
(living related donor) atau tidak ada hubungan keluarga (living non
related donor). Kemungkinan mempergunakan donor hidup bukan
keluarga berkembang menjadi suatu masalah yang peka, yaitu
komersialisasi organ tubuh.
Donor hidup
Donor hidup, khususnya donor hidup yang mempunyai hubungan
keluarga harus memenuhi beberapa syarat :
1.4.2 Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun.
1.4.3 Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.
1.4.4 Kedua ginjal normal.
1.4.5 Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal dalam waktu jangka yang lama.
1.4.6 Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah (cross
match).
1.4.7 Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada resepien.
1.4.8 Sehat mental.
1.4.9 Toleransi operasi baik.
1.4.10 Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis
lengkap; termasuk tes fungsi ginjal, pemeriksaan golongan
darah dan sistem HLA, petanda infeksi virus (hepatitis B,
hepatitis C, CMV, HIV), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi
ginjal.

1.5 Patofisiologi
Tumor ginjal meskipun memiliki angka yang tidak signifikan
dibandingkan kanker yang lain namun memiliki tingkat prognosa yang
buruk jika tidak tertangani dengan baik. Tumor ini berasal daeri tubulus
proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam kortex, dan kemudian
menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor ini disertai dengan
pseudokapsul yang terdiri atas perenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan
tumor dan jaringan fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang
berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota
merupakan barier yang menahan penyebaran tumor ke organ
sekitarnya.Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye sedangkan
pada gambaran histopologik terdapat berbagai jenis clear cell, granular,
sarkomatoid, papiler dan berbentuk campuran. (Prabowo & Pranata, 2014).

Merokok, obesitas pada wanita, diet lemak tinggi dan kolesterol


mengakibatkan toksik pada vaskular yang mengakibatkan elastisitas
vaskuler turun yang menyebabkan hiposirkulasi. Hiperlipidemia pada
wanita obesitas mengakibatkan kompresi vaskuler juga mengakibatkan
laju sirkulasi menurun. Diet tinggi lemak dan kolesterol mengakibatkan
pasien memiliki resiko atherosklerosis. Hiposirkulasi dan atherosklerosis
menyebabkan hipoksia pada organ ginjal yang menyebabkan inflamasi sel
sehingga sel akan mengalami metaplasia/hiperplasia sel yang berpotensi
menjadi kanker ginjal. Ca ginjal mengakibatkan hipervaskularisasi sel
ganas yang meningkatkan tekanan intravaskuler yang mengakibatkan urine
yang keluar bercampur darah (hematuria) yang mengakibatakan nyeri akut
(Nurarif & Kusuma, 2015).

1.6 Pathway
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap, tes faal ginjal, sedimen urin, foto
polos abdomen, pyelografi intravena, USG atau CT scan abdomen.

1.7.1 Tekhnik Operasi


1.7.1.1 Dengan pembiusan umum.
1.7.1.2 Posisi supinasi.
1.7.1.3 Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
1.7.1.4 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
1.7.1.5 Insisi kulit di garis tengah dimulai dari prosesus xyphoideus ke
arah simfisis pubis, diperdalam lapis demi lapis.
1.7.1.6 Pada nefrektomi elektif: garis putih (white line) dari Told
diinsisi untuk membebaskan kolon, kolon disibakkan ke
medial sampai tampak vasa renalis. Ginjal yang masih diliputi
lemak perinefrik dan fascia Gerota dimobilisasi secara tumpul
di sisi posterior dan lateral pada daerah avaskuler antara fascia
Gerota dan otot kuadratus lumborum dan psoas.
1.7.1.7 Identifikasi ureter pada tepi inferior fascia Gerota saat menyilang
vasa iliaka. Ureter diligasi dengan benang sutra 1-0 dan dipotong.
Identifikasi vena renalis dan diteugel. Vena spermatika dan vena
adrenalis diligasi dengan benang sutra 2-0 pada tempat keluarnya
dari vena renalis dan dipotong.
1.7.1.8 Sisihkan vena renalis ke anterior untuk menampakkan arteri
renalis. Arteri renalis diligasi ganda dengan sutra 2-0 di
proksimal dan dipotong. Vana renalis diligasi ganda dengan
sutra 2-0 dan dipotong. Tepi superior fascia Gerota diatas
kelenjar adrenal dibebaskan. Cabang vasa adrenalis dari aorta
diidentifikasi dan diligasi dengan sutra 2-0 dan dipotong.
Ginjal dikeluarkan dari kavum abdomen.
1.7.1.9 Pada nefrektomi darurat (trauma): kontrol terhadap pedikel
ginjal dilakukan terlebih dahulu dengan menyibakkan usus
halus ke arah kanan dan peritoneum posterior dipotong mulai
dari ligamentum Treitz ke arah sekum. Vasa renalis
diidentifikasi dan diligasi. Eksposur dan pengangkatan ginjal
selanjutnya sama dengan nefrektomi elektif.
1.7.1.10 Cuci lapangan operasi dengan Povidone Iodine dan PZ.
1.7.1.11 Pasang drain redon pada fosa renalis.
1.7.1.12 Luka operasi ditutup lapis demi lapis.
1.8 Penatalaksanaan
Penanganan pada beberapa jenis tumor ginjal antara lain : (Nurarif &
Kusuma, 2015).
1.8.1 Hermatoma ginjal
Tumor kecil dan tanoa menimbulkan keluhan tidak perlu diobati,
hanya saja memerlukan evaluasi berkala yang teratur untuk
mengetahui perkembangan besarnya massa tumor. Jika tumor
menjadi semakin besar dan sangat mengganggu perlu
dieprtimbangkan untuk tindakan nefrektomi.
1.8.2 Adenokarsinoma Ginjal
1.8.2.1 Nefrektomi : tumor yang masih dalam stadium dini
dilakukan nefrektomi radikal yaitu mengangkat ginjal
beserta kapsula gerota.
1.8.2.2 Hormonal : penggunaa terapi hormonal belum banyak
diketahui hasilnya.

1.8.2.3 Imuno terapi : harganya sangat mahal dan hasil terapi


dengan obat-obatan ini masih belum jelas.

1.8.2.4 Radial eksterna : radiasi eksterna tidak banyak memberi


manfaat pada adenokarsinoma ginjal karena tumor ini
adalah tumor yang radioresisten.

1.8.3 Sitotastika : demikian pula pemakaian sitotastika tidak banyak


memberikan manfaat pada tumor ginjal.

1.8.4 Nefroblastoma

1.8.4.1 Sitotastika : pemberian ini diberikan sebelum pembedahan


dan dilanjutkan beberapa seri setelah pembedahan dengan
memberikan hasil yang cukup memuaskan.

1.8.4.2 Radiasi eksterna : tumor wilms memeberikan respon yang


cukup baik terhadap radio terapi.

1.8.4.3 Nefrektomi radikal merupakan terpai terpilih apabila tumor


belum melewati garis tengah dan belum menginflitrasi
jaringan lain.

1.8.5 Tumor wilm dikenal sebagai tumor yang radiosensitif. Akan tetapi
radio terapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan
menimbulkan penyulit jantung, paru dan hati.

1.8.6 Tumor pelvis renalis


Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika
maupun radiasi ekaterna. Terapi yang paling baik untuk tumor ini
pada stadium awal.

1.9 Komplikasi operasi


Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi,
Perawatan Pasca bedah :
1.9.1 Pelepasan kateter 24 jam setelah penderita siuman.
1.9.2 Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi <
20cc/24 jam.
1.9.3 Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi.

2 Rencana Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian

2.1.1 Riwayat Keperawatan

2.1.1.1 Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,


suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,
alamat, no register, Tanggal MRS, Tanggal Pengkajian,
Diagnosa medis.

2.1.1.2 Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,


hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.

2.1.1.3 Keluhan Utama


Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, biasanya
datang dengankeluhan nyeri pada pinggang, bengkak/edema
pada ekstremitas, perut kembung, sesak, urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan
gatal pada kulit.

2.1.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi.
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus,
dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

2.1.1.5 Riwayat Penyakit Sekarang


Kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan
kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan
pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan
mendapat pengobatan apa.

2.1.1.6 Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di
terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi
system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi,
penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.

2.1.1.7 Riwayat Psikososial


Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan
dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan
gangguan peran pada keluarga.

2.1.1.8 Lingkungan dan tempat tinggal


Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai
kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan
rumah, dll.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik

2.1.2.1 Keadaan umum dan TTV

2.1.2.1.1 Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat

2.1.2.1.2 Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat


uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf
pusat

2.1.2.1.3 TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR


meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari
hipertensi ringan sampai berat.

2.1.2.2 Sistem Pernafasan


Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon
uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas
cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi.

2.1.2.3 Sistem Hematologi


Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas
efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik,
palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama
jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari
penurunan curah jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan
kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia.
Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin,
lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah,
dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI,
kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari
trombositopenia.

2.1.2.4 Sistem Neuromuskular


Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,
seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien
sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer,
burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan
nyeri otot.

2.1.2.5 Sistem Kardiovaskuler


Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin-
aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis,
efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat
aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan dan hipertensi.

2.1.2.6 Sistem Endokrin


Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun
pada laki-laki akibat produksi testosterone dan
spermatogenesis yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan
dengan metabolic tertentu. Pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut
(klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens
metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif
memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat
penurunan glukosa darah akan berkurang. Gangguan
metabolic lemak, dan gangguan metabolism vitamin D.

2.1.2.7 Sistem Perkemihan


Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi
penurunan libido berat

2.1.2.8 Sistem pencernaan


Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare
sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa
mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

2.1.2.9 Sistem Muskuloskeletal


Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot,
nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/
berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ),
petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit
fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi,
keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder
dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

2.1.2.10 Pemeriksaan Bio-Psiko


Pre-operative
1) Status nutrisi : kebutuhan nutrisi ,obesitas , penggunaan
obat dan alcohol.
2) Status pernafasan : pola pernafasan , frekwensi dan
kedalaman.
3) Status kardiovaskuler :fungsi system kardiovaskuler.
4) Fungsi hepatic : fungsi hepar.
5) Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah.
6) Fungsi imonologi : reaksi alergi sebelumnya ,
medikasi ,transfuse darah.
7) Terapi medikasi sebelumnya : segala medikasi
sebelumnya , termasuk obat –obatan yang dijual
bebas dan frekwensi penggunaanya.
8) Pertimabanagn gerontology : lansia dianggap
memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk
dibandingkan pasien yang lebih muda
Pasca operatif
1) Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola
pernafasan.
2) Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda
vital , tekana darah arteri dan vena sentral , warna dan
suhu kulit , keluaran urin , keadaan luka insisi , dan
selang drainase.
3) Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian preoart analgesic , adanya distensi
abdomen.
4) Drainase ; keluaran urin dan drainase (
jumlah,warna,tipenya ) dari selang yang di pasang pada
saat pembedahan, penurunan atau tidak adanya
drainase urin.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi

2.2.1 Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari


transplantasi ginjal.
Post Operasi

2.2.2 Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme
otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.

2.2.3 Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ;


resiko tinggi infeksi berhubungan denagn drainase urin.

2.2.4 Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan


penurunan haluaran urine, gagal ginjal, penolakkan tranplantasi,
tingginya volume cairan intravena.

2.3 Intervensi Keperawatan


Pre Operasi

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Dx 1 Tujuan: menurunkan anxietas a. Kaji ketakutan a. Memberi data
dan cemas praoperatif dan kecemasan dasar untuk
Kriteria hasil : pasien sebelum pengkajian
 Rasa cemas berkurang dilakukan praoperatif
 Pasien dapat pembedahan b. Memberiakn
menyebutkan proses b. Kaji dasar yang
transplantasi ginjal pengetahuan lebih lanjut
 Wajah rileks. pasien mengenai c. Memudahakan
prosedur pemahan akan
pembedahan dan reaksi atau
kemungkinan respon pasien
hasil akhir terhadap
pembedahan kemungkinan
c. Evaluasi hasil akhir
perubahan pembedahan
makna bagi d. Verbalisasi
pasien dan respon sering
anggota keluarga diperlukan
atau untuk mengkaji
pasangannya . pemahan
d. Dorong pasien pasien terhadap
untuk hal-hal tersebut
mengutarakan dan
dengan kata-kata pemecahannya.
reaksi , perasaan e. Memudahkan
dan pasien dan
ketakutannya. pasanagnya
e. Dorong pasien untuk
untuk membagi menerima
perasaanya dukungan
denagn bersama dan
pasangannya. mengurangi
perasaan
terisolasi satu
sama lain.

Post Operasi

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 I Tujuan : pengurangan rasa a. Kaji tingkat nyeri a. Memberikan
nyeri dan gangguan rasa pasien data dasar
nyaman b. Berikan preparat untuk
Kriteria hasil : analgesic yang mengevaluasi
 pasien dapat toleransi diresepkan keberhasilan
terhadap rasa nyeri c. Lakukan kompres strategi dalam
 ungkapan rasa nyeri hangat dan masase meredakan rasa
berkurang/hilang pada daerah yang nyeri
 ekpresi wajah tenang. terasa pegal serta b. Meningkatkan
mengalami pengurangan
gangguan rasa rasa nyeri
nyaman c. Meningkatkan
d. Fiksasi luka insisi relaksasi dan
dengan kedua peredaan nyeri
belah tangan atau otot serta
bantal pada saat gangguan rasa
melakukan nyaman
gerakan atau d. Meminimalkan
melakukan latihan tarikan atau
batuk tegangan pada
e. Bantu dan dorong luka insisi dan
ambulasi dini memberikan
dukungan pada
pasien
e. Dimudahkan
dilanjutkannya
kembali latihan
aktivitas otot

2 II Tujuan : mempertahankan a. Kaji system a. Memberikan


eliminasi urin ; saluran kemih drainase urin dasar bagi
yang bebas dari infeksi. dengan segera pengkajian dan
Kriteria hasil : pasien akan b. Kaji keadekuatan tindakan
mempertahankan keluaran keluaran urin dan selanjutnya
urine yang adekuat. potensi system b. Memberikan
drainase data dasar
c. Pertahankan c. Mengurangi
sistem drainase resiko
urin yang tertutup kontaminasi
d. Observasi warna , bakteri dan
volume, bau dan infeksi
konstituen urin d. Memberikan
e. Pertahankan informasi
asupan cairan mengenai
yang adekuat kecukupan
keluaran urin,
kondisi dan
patensi system
drainase, serta
debris dalam
urin
e. Meningkatkan
keluaran urin
yang adekuat
dan mencegah
stasis
urinarius.

3 III Tujuan : mempertahankan a. Timbang berat a. Penimbangan


keseimbanagn cairan yang badan pasien berat setiap
normal setiap hari hari
Kriteria hasil : b. Ukur asupan dan merupakan
Pasien mengeluarkan urine keluaran cairan indicator yang
yang adekuat dan tidak yang akurat sensitive untuk
menahan cairan. c. Berikan semua menunjukkan
terapi parenteral kehilangan
dengan pompa atau
infuse penambahan
d. Pantau jumlah cairan
dan karakteristik b. mendeteksi
urin retensi urin
e. Pantau tanda- akibat curah
tanda vital : suhu jantung atau
tubuh , denyut keluaran ginjal
nadi , pernafasan yang buruk
dan tekanan darah c. Memastikan
agar cairan
infuse tidak
kelebihan atau
kekurangan
tanpa
disengaja
d. Membantu
mendeteksi
secara dini
komplikasi
dari
pembedahan
atau
pemasangan
selang yang
mungkin
terjadi
e. Apabila
volume cairan
atau curah
jantung
mengalami
perubahan,
tanda-tanda
vital akan
terpengaruh

4 IV Tujuan: resiko infeksi dapat a. Lakukan cuci a. Mencegah


dicegah tangan dengan terjadinya
kriteria hasil : bersih sebelum, kontaminasi
 pasien akan selama, dan melalui tangan
mengalami setelah merawat b. Mencegah
penyembuhan jaringan pasien. terjadinya
normal b. Gunakan tehnik infeksi dari
 pasien tidak demam, aseptik dengan prosedur
insisi kering, urine saksama dalam c. Mengetahui
jernih/kuning tanpa merawat semua adanya
sediment, paru-paru kateter, selang perubahan
bersih infus sentral, pipa suhu
endoktrakheal, d. Menjaga
dan selang infuse kenyamanan
perifer. pasien
c. Periksa suhu e. Mengetahui
tubuh setiap 4 kenormalan
jam. miksi pasien
d. Pertahankan
lingkungan yang
bersih.
e. Lepaskan kateter
secepat mungkin
sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Price Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta : EGC

Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Born B Colin. 2002. Manual Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Binarupa Aksara.

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC

Charlene, Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.

Heardman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional 2012-2014.


Jakarta : EGC

Price Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. EGC
: Jakarta

Reeves Charlene. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Susalit, Endang. 2007. Transplantasi Ginjal dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang.
Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Tierniy M Lawrence, dkk. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam. Jakarta :
Salemba Medika.
Nefrectomy

Ginjal

Parsial Dorsal

Ureter Kelenjar
Adrenal

Semua operasi
memiliki resiko
dan komplikasi

Tindakan

Pra Op Intra Op Post Op

Defisit Pendarahan Luka post Op


Pengetahuan

Ansietas Kekurangan Nyeri Akut


Volume Cairan

Anda mungkin juga menyukai