Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah


tumor prostat dan tumor kandung kemih. Semakin meluasnya penggunaan
ultrasonografi abdomen sebagai salah satu pemeriksaan screening (penyaring)
di klinik-klinik rawat jalan, makin banyak diketemukan kasus-kasus tumor
ginjal yang masih dalam stadium awal. 1
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan
pada orang dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor
yang sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang
ditemukan pada orang dewasa. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap tahun di
Amerika Serikat. 75% ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25% nya
terjadi dengan kelainan pertumbuhan pada anak. 1,2
Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien bertahan hidup hingga
5 tahun. Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker,
dengan rata-rata kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Kanker ginjal
sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita (2:1) dan
umumnya terdiagnosa pada usia antara 50 – 70 tahun, tapi dapat terjadi pada
usia berapa saja juga. Tumor Wilms merupakan sekitar 10% keganasan pada
anak. Paling sering dijumpai pada usia 3 tahun dan 10% nya merupakan lesi
bilateral.2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari tumor ginjal ?
2. Apa etiologi tumor ginjal ?
3. Bagaimana patofisiologi tumor ginjal ?
4. Bagaimana gejalan klinis tumor ginjal ?
5. Bagaimana penatalaksanaan terhadap penyakit tumor ginjal ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan tumor ginjal ?

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 1


C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari tumor ginjal.
2. Untuk mengetahui etiologi tumor ginjal.
3. Untuk mengetahui a patofisiologi tumor ginjal.
4. Untuk mengetahui gejalan klinis tumor ginjal.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap penyakit tumor ginjal .
6. Untuk mengetahui bentuk asuhan keperawatan klien dengan tumor ginjal.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2


BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat
ganas atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat
cepat dan mendesak sel-sel disekitarnya. 2
Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi
pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang
dewasa.
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan
kista (rongga berisi cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh
lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker
ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang
melapisi tubulus renalis.2

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak
retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke
bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub
atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari kira-kira 1,3
juta nefron.1, 6,
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu
tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan
ureter menuju dan meninggalkan ginjal.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 3


klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm
(panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170
gram, atau kurag lebih 0,4% dari berat badan.

Gambar 1. Letak Ginjal

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan

medula ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di

dalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit

fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus

proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan duktus kolegentes.4,6,7

Gambar 2. Laju filtrasi glomerulus.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 4


Ginjal menerima sekitar 20 % dari aliran darah jantung atau sekitar

1 liter per menit darah dari 40 % hematokrit, plasma ginjal mengalir

sekitar 600 ml/menit. Normalnya 20 % dari plasma disaring di glomerulus

dengan LFG 120 ml/menit atau sekitar 170 liter per hari. Penyaringan

terjadi di tubular ginjal dengan lebih dari 99 % yang terserap kembali

meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5 liter per hari.1, 6, 7

Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan

cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan

melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem

arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai

anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat

kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya

iskemia/nekrosis pada daerah vaskularisasinya.4,6,7

Gambar 3. Pembuluh darah ginjal

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 5


Fungsi utama ginjal adalah sebagai organ pengatur dalam
mengekskresi bahan-bahan kimia asing tertentu (misalnya obat-obatan)
hormon dan metabolit lain, tetapi fungsi yang paling utama adalah
mempertahankan volume dan komposisi ECF dalam batas normal. Tentu saja
ini dapat terlaksana dengan mengubah ekskresi air dan zat terlarut, kecepatan
filtrasi yang tinggi memungkinkan pelaksanaan fungsi ini dengan ketepatan
tinggi. Pembentukan renin dan eritropoietin serta metabolisme vitamin D
merupakan fungsi nonekskretor yang penting. Sekresi renin berlebihan yang
mungkin penting pada etiologi beberapa bentuk hipertensi. Defisiensi
eritropoietin dan pengaktifan vitamin D yang dianggap penting sebagai
penyebab anemia dan penyakit tulang pada uremia.7

Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan


pembentukan sekelompok senyawa yang mempunyai makna endokrin yang
berarti, yaitu prostaglandin. Sekitar 20% insulin yang dibentuk oleh pankreas
didegradasi oleh sel-sel tubulus ginjal. Akibatnya penderita diabetes yang
menderita payah ginjal membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih sedikit.
Prostaglandin merupakan hormon asam lemak tidak jenuh yang terdapat
dalam banyak jaringan tubuh. Medula ginjal membentuk PGI dan PGE2 yang
merupakan vasodilator potensial. Prostaglandin mungkin berperan penting
dalam pengaturan aliran darah ke ginjal, pegeluaran renin dan reabsorpsi Na+.
Kekurangan prostagladin mungkin juga turut berperan dalam beberapa bentuk
hipertensi ginjal sekunder, meskipun bukti-bukti yang ada sekarang ini masih
kurang memadai.6

C. ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan
membelah secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali
dan menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini
akan menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan
berlebihan, yang dikenal sebagai tumor.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 6


Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas
disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak jaringan
di sekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran
darah atau sistem getah bening dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya
(proses ini dikenal sebagai metastase tumor).
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Tetapi penelitian telah
menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko
terjadinya kanker ginjal. Merokok merupakan faktor resiko yang paling dekat
dengan timbulnya kanker ginjal. Faktor resiko lainnya antara lain :
• Kegemukan
• Tekanan darah tinggi (hipertensi)
• Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
• Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun
memiliki resiko tinggi)
• Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan
faktor genetik.
Kurang dari 2 % terjangkit karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus
terjadi secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang
mempengaruhi perkembangan sel-sel di ginjal.

D. KLASIFIKASI TUMOR GINJAL


1. TUMOR JINAK
Tumor mulai pada sel-sel, blok-blok bangunan yang membentuk
jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan membentuk organ-organ tubuh.
Secara normal, sel-sel tumbuh dan membelah untuk membentuk sel-sel
baru ketika tubuh memerlukan mereka. Ketika sel-sel tumbuh menua,
mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka. Adakalanya
proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh
tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika mereka

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 7


seharusnya mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk suatu massa dari
jaringan yang disebut suatu pertumbuhan atau tumor.
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang
terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini
bukan merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai
hamartoma. Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan
menyebabkan terangkatnya simpai ginjal. Kadang tumor ini
ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan yang
multisentrik . Lima puluh persen dari hamartoma ginjal adalah pasien
Tuberous sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu kelainan
bawaan yang ditandai dengan retardasi mental, epilepsi, adenoma
seseum dan terdapat hamartoma di retina, hepar, tulang, pankreas dan
ginjal. Tumor ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria
dengan perbandingan 4 : 1.
Hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala dan kadang-
kadang didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin
dengan ultrasonografi abdomen(Basuki, .Gejala klinis yang mungkin
dikeluhkan adalah : nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi
saluran kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala perdarahan
rongga retroperitonial.
b. Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis
atau tumor sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya
ditemukan secara tidak sengaja sewaktu melakukan autopsi, tanpa
adanya tanda ataupun gejala klinis yang signifikan. Fibroma renalis
berupa benjolan massa yang kenyal keras, dengan diameter kurang
dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla. Tumor tersusun
atas sel spindel dengan kecenderungan mengelilingi tubulus di
dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 8


Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus
berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20
mm, yang terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan,
pada autopsi didapat sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan.
Secara histologis tidak jelas perbedaannya dengan karsinoma tubulus
renalis ; keduanya tersusun atas sel besar jernih dengan inti kecil.
Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan ukurannya ; tumor yang
berdiameter kurang dari 30 mm ditentukan sebagai tumor jinak.
Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat dipegang sebab karsinoma
stadium awal juga mempunyai diameter kurang dari 30 mm. Proses
ganas dapat terjadi pada adenoma korteks.
d. Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma
granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar
dan mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma kadang-
kadang dapat begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan
karsinoma sel renalis.
2. TUMOR GANAS
a. Adenokarsinoma Ginjal

Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang


berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari
seluruh keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering
ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru
meningkat setelah ditemukannya alat bantu diagnosa USG dan CT
scan.
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan
perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada
usia lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang usia
yang lebih muda. Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat
pada 2% kasus. Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 9


Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor.
Serupa dengan sel korteks adrenal tumor ini diberi nama hipernefroma
yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar adrenal yang embrionik.

Gambar 4. Adenokarsinoma

Klasifikasi stadium Robson


Kini sudah jarang dipakai, tapi literatur yang melaporkan kasus di masa lalu
sering memakai sistem klasifikasi ini.

Stadium I : tumor terlokalisasi dalam ginjal

Stadium II : tumor menginvasi lemak perirenal, tapi belum menembus fasia


Gerota

Stadium III : tumor telah menginvasi menembus fasia Gerota

IIIa : secara makroskopik tumor mengenai vena renal, vena kava


(supra dan subdiafragma serta atrium kanan)

IIIb : metastasis kelenjar limfe regional

IIIc : sekaligus terdapat invasi vena dan metastasis kelenjar limfe

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 10


Stadium IV : menginvasi organ sekitar atau metastasis jauh

IVa : menginvasi organ sekitar (kecuali kelenjar adrenal)

IVb : metastasis jauh

Gambar 5. Stadium adenokarsinoma

b. Nefroblastoma (tumor Wilms)

Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak


berusia kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur
3,5 tahun. Tumor ini merupakan tumor urogenitalia yang paling
banyak menyerang anak-anak. Kurang lebih 10% tumor ini
menyerang kedua ginjal secara bersamaan. Insiden puncaknya antara
umur 1- 4 tahun. Anak perempuan dan laki-laki sama banyaknya.
Tumor Wilms merupakan 10% dari semua keganasan pada anak.
Tumor ini mungkin ditemukan pada anak dengan kelainan aniridia,
keraguan genitalia pada anak dan sindrom Beckwith-Wiedemann
(makroglosi, omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia neonatal).
Satu persen dari tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 11


secara dominan autosomal. Onkogen tumor Wilms telah dilokasi pada
garis p 13 kromosom 11
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau
karsinoma sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan
bawaan berupa: anridia, hemihipertrofi dan anomali organ
urogenitalia.

Gambar 6. Massa pada Abdomen

The National Wilms Tumor Study Group (NWTSG) membagi 5


stadium tumor Wilms, yaitu :
1) Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.
Tumor ini dapat di reseksi dengan lengkap.
2) Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan
ginjal dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena
renalis dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi
dengan lengkap.
3) Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya
ke hepar, peritoneum dan lain-lain.
4) Stadium IV

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 12


Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-
paru,otak dan tulang.

Gambaran trifasik pada tumor Wilms, adanya epithel, blastema dan stroma.

Gambaran tumor Wilms dengan unfavorable histology.

Diagnosis tumor Wilms berdasarkan atas :


· Gejala klinik
Gejala dan tanda tumor Wilms.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 13


c. Tumor Pelvis Renalis

Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis

histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu (1)

karsinoma sel transitional dan (2) karsinoma sel skuamosa. Seperti

halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra

proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan

mempunyai kemungkinan untuk menjadi karsinoma transitional.

Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel

pelvis renalis karena adanya batu yang menahun pada pelvis renalis.

Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel

renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel

transitional yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena

pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini

akan ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi.

Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai

vena renalis.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 14


E. PATHWAY

F. PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks
maupun daerah medulla. Tumor dari daerah korteks cenderung meluas
kedarah sekitar ginjal. Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari
jaringan parenkim yang tertekan serta jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi.
Infiltrasi tumor ke daerah luar menyebabkan tonjolan yang dapat digunakan
sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT scan.
Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran
8-9 cm. Secara makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan atau orange
oleh karena mengandung banyak lemak. Permukaan tumor yang lebih kecil

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 15


tampak homogen sedang yang besar biasanya disertai kista sekunder di
dalamnya dengan daerah perdarahan dan daerah nekrosis serta kadang
ditemukan kalsifikasi didaerah perifer.

G. TANDA DAN GEJALA


Keluhan klinis ditentukan oleh besar dan invasi terhadap jaringan sekitar
seperti kelenjar getah bening, serta invasi ke dalam pembuluh darah terutama
pada vena renalis dan pada gilirannya memberikan keluhan dan gejala
metastasis tumor tersebut.
Tiga gejala khas dari tumor ginjal yang didapatkan 10-15% pasien pada
stadium lanjut :
1. Hematuria
Dibuktikan dengan diagnosis bukan karena batu, infeksi tuberkulosa,
dan kista
2. Nyeri pinggang
Nyeri ini bisa diakibatkan oleh tekanan balik yang oaleh kompresi
ureter perluasan tumor ke daerah perineal atau perdarahan ke dalan
jaringan ginjal. Nyeri kronik terjadi jika bekuan darah atau massa sel
tumor bergerak melalui ureter.
3. Massa didaerah ginjal.
Gejala lain tumor menimbulkan kelainan neoplasmatik dan
eritrositosis. Hipertensi dan kelainan hati, muncul juga sindrom
cushing hipoglikemia, genekomastia, anemia, hematuria dan
peningkatan laju endap darah, kelainan tulang yang diikuti
hiperkalsemia dan peningkatan hormon paratiroid.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 16


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT-Scan

CT scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma

ginjal. Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam

mengetahui adanya penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava,

ekstensi perirenal dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.

CT Scan berguna sebagai tambahan ketepatan dalam membedakan antara

kista atau tumor padat terutama dalam melakukan staging. Dapat juga

dilakukan untuk melihat adanya sisa tumor setelah pembedahan atau

adanya rekurensi tumor pasca bedah. CT scan merupakan pemeriksaan

pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal. Pemeriksaan ini

mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya

penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal dan

metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.

Gambar 3.1.1. CT scan abdomen pasien tumor Wilms

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 17


Gambar 3.1.2. Tumor wilms pada anak-anak 4 tahun dengan massa di
abdomen. Massa heterogenus di ginjal kiri (panah besar) dan metastase bepar
multipel (panah kecil). Metastase hepar multipel dengan thrombus tumor di
dalam vena porta.

Gambar 3.1.3 a) Adanya kalsifikasi fokal pada bagian atas dari ginjal
sebelah kanan. b) Adanya massa yang besar pada ginjal kanan disertai
dengan kalsifikasi, infasi ke lobus hepar. c) Adanya kalsifikasi fokal pada
bagian atas ginjal sebelah kanan (panah putih).

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 18


Gambar 3.1.4. sel ginjal karsinoma pada ginjal kanan yang didedikasikan
pada ct scan ginjal. sebelum peningkatan kontras ,. sel ginjal karsinoma .
dengan ct scan contrast ginjal dengan ukuran 101 . 7 hu

2. USG
Apabila terdapat keraguan antara kista atau tumor padat ginjal, maka
pemeriksaan tersederhana dan murah adalah pemeriksaan
ultrasonografi. Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa
ada massa solid atau kistik.
Pemeriksaan USG umumnya dapat membedakan karsinoma renal,
angioleiomiolipoma renal dan kista renal sederhana. Lemak
menunjukkan hiperekoik, karsinoma sel renal tidak mengandung
lemak sehingga USG dapat membedakan dengan baik karsinoma renal
dan angioleimiolipoma renal. Tapi angioleimiolipoma renal yang
mengandung sedikit lemak mudah didiagnosis keliru sebagai
karsinoma renal.

Gambar 3.2.1. Karsinoma ginjal yang diidentifikasi sebagai massa yang bulat
yang membentang dari bagian posterior ginjal ( anak panah ) .

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 19


Gambar 3.2.2. Karsinoma ginjal sebelah kanan. Menggunakan USG
Doppler.

Gambar 3.2.3. Pada potongan sagittal dari gambar diperoleh adannya


massa yang besar pada ginjal kanan , massa yang didominasi
hyperechoic , yang terletak di bagian dari posteroinferior ginjal dan
daerah yang berisi echotexture yang heterogen

Gambar 3.2.4. Karsinoma sel ginjal yang diidentifikasi sebagai massa yang bulat
yang membentang dari bagian posterior ginjal ( anak panah ) .

3. MRI
MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran
tumor. MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena
renalis dan vena cava tanpa membutuhkan kontras, tetapi

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 20


kelemahannya adalah kurang sensitif mengenali lesi solid yang
berukuran kurang dari 3 cm. MRI juga bermanfaat untuk magnetic
resonance venography untuk membantu diagnosis trombus pada vena
renalis. MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan
perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke
daerah intarkardial.

Gambar 3.3.1. Karsinoma renalis sinistra pada pasien yang menjalani


nephrectomy untuk sel ginjal karsinoma . Gambar magnetik resonansi aksial t1
weighted ( MRI )

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 21


Gambar 3.3.2. karsinoma sel ginjal yang besar sebelah kanan dengan
invasi vena kava inferior . potongan aksial t1 weighted MRI sebelum
peningkatan kontras . karsinoma sel ginjal yang besar sebelah kanan
dengan invasi vena kava inferior i . aksial t1 weighted contrast
enhanced MRI.

Gambar 3.3.3. wilms tumor pada anak laki-laki 3 tahun dengan


sebuah massa di perut . gambar MRI gadolinium enhanced koronal fat
suppressed t1 weighted menunjukkan massa yang besar, terdeteksi
dengan baik di sebelah kanan ginjal ( panah )

Gambar 3.3.4. karsinoma sel renalis sinistra pada pasien dengan


penyakit ginjal polycystic. aksial t1 weighted contrast enhanced MRI.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 22


I. PENATALAKSANAAN
1. Operasi pembedahan
Operasi adalah perawatan umum pada kanker ginjal. Umumnya operasi
akan dilakukan dengan mengangkat salah satu organ ginjal. Operasi
pengangkatan ini disebut dengan nephrectomy.
2. Arterial Embolization
Cara ini adalah terapi untuk menyusutkan tumor dnegan menyuntikkan
suatu senyawa ke dalam pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah
ke ginjal. Halangan ini akan mencegah tumor menjadi tumbuh lebih
besar.
3. Terapi radiasi
Pengobatan ini menggunakan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker
pada ginjal.
4. Terapi biologi
Terapi ini adalah metode penyembuhan menggunakan kemampuan alami
tubuh manusia yakni sistem imunitas untuk melawan kanker. Hal ini
dilakukan dengan menambah sel imun sehingga dapat menyerang sel
kanker.
5. Kemoterapi
Cara ini adalah dengan memasukkan obat-obatan kimia ke dalam tubuh
supaya dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Hal ini umumnya
dilakukan setelah terjadi pembedahan untuk menghancurkan sisa sel
kanker yang ada. Kemoterapi tentu saja memiliki efek samping yang
tidak menyenangkan sehingga cara ini seringkali dihindari oleh banyak
pasien pengidap kanker.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 23


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas
hanya 1 hari pertama sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan secara
head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat
dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat memproduksi
rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga mengakibatkan
hipertensi pada anak.
d. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1) Pola Nutrisi dan Metabolik.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium
dan air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual,muntah,dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit
dapat terjadi karena uremia.
2) Pola Eliminasi.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 24


Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali
air dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan
yang menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan hematuria.
3) Pola Aktivitas dan latihan.
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu
istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak
selama 2 minggu dan mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah
udah normal selama satu minggu. Adanya edema paru maka pada
inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot bantu napas, teraba
massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan pasien
terlihat lemah ( kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan
pembesaran jantung ), anemia, dan hipertensi yang di sebabkan oleh
spasme pembuluh darah.
4) Pola Tidur dan Istirahat.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremi, keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan
kehilangan tonus.
5) Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-
gatal karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi
apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
6) Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine
yang berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 25


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Pre Kemoterapi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Nyeri kronis Setelah dilakukan § Manajemen nyeri :
berhubungan tindakan § Administrasi 1. Intensitas,
dengan keperawatan selama analgetik : karakter,
pertumbuhan/ ……. x 24 jam klien 1. Kaji waktu
metastase mampu : pengalaman terjadinya,
tumor 1. Menurunkan klien ketika durasi faktor
level nyaeri berhadapan yang
2. Mengontrol dengan nyeri memperbera
nyeri untuk pertama t dan yang
3. Meningkatkan kali, jika mengurangi
rasa nyaman memungkinka nyeri harus
Dengan KH klien n lakukan dikaji dan di
mampu : intervensi dokumentasi
1. Mengukur untuk kan pada
nyerinya menurunkan saat setelah
dengan nyeri evaluasi
menggunakan awal
skala nyeri, 2. Anjurkan klien 2. Perhatian
menetapkan untuk mungkin
tujuan untuk menggambark memberikan
penurunan an efek
nyeri yang pengalamam terhadap
diharapkan dan yang telah lalu perasaan
membuat mengenai klien untuk
rencana nyeri dan melaporkan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 26


kegiatan untuk metode yang tentang
mengelola digunakan nyeri dan
nyerinya untuk penggunaan
2. Mendiskripsika menangani analgetik
n tentang nyerinya,
rencana termasuk
pengelolaan pengalaman
nyeri baik tentang efek
farmakologis samping, tipe
maupun non koping respon,
farmakologis dan bagaimana
termasuk ia
mengenali mengekspresik
keuntungan dan an nyeri
kerugian 3. Mendeskripsik 3. Intensitas
pengelolaan an tentang dari nyeri
nyeri efek yang dan ketidak
menggunakan merugikan nyamanan
obat dan non dari nyeri harus dikaji
obat yang tidak dan
3. Mendemontrasi tertahankan didokumenta
kan sikan setelah
kemampuan prosedur
untuk tenang, yang
beristirahat menyebabka
4. Menerima n nyeri
keadaan yang dengan
sedang dialami beberapa hal
dan mampu baru tentang
beraktifitas nyeri dan
dengan minimal interval dari

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 27


terjadinya nyeri nyeri,
4. Anjurkan klien 4. Untuk
untuk menolong
melaporkan merencanak
tentang lokasi, an
intensitas dan perawatan
kualitas dari nyeri,
nyeri ketika penggunaka
sedang n obat-
mengalami obatan yang
nyeri lalu
5. Minta klien
untuk
melakukan
pengelolaan
tingkat nyeri,
waktu,
pencetus,
pengobatan
dan perawatan
dan tindakan
yang lain yang
dapat
mengurangi
nyeri
6. Kolaborasi
penggunaan
obat yang
dibutuhkan
klien
Nyeri akut Setelah dilakukan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 28


berhubungan tindakan 1. Lakukan 1. Intensitas dari
dengan aktual keperawatan selama pengkajian nyeri dan ketidak
atau potensial 2 x 24 jam nyeri nyeri secara nyamanan harus
kerusakan berkurang dengan komprehensif dikaji dan
jaringan akibat KH : : lokasi, karek didokumentasika
metastase 1. Skala nyeri teristik, durasi, n setelah
tumor. menurun 1-3 frekuensi, prosedur yang
2. Klien kuali tas dan menyebabkan
melaporkan faktor nyeri dengan
nyeri predisposisi. beberapa hal baru
berkurang/hilan tentang nyeri dan
g interval dari
3. Klien nampak nyeri.
rileks 2. Gunakan 2. Pendekatan
4. Klien mampu teknik dengan teknik
beristirahat komunikasi komunikasi
terapeutik terapeutik akan
untuk meningkatkan
mengetahui kepercayaan
pengalama klien.
nyeri klien.
3. Evaluasi
pengalamam 3. Pengelamann
nyeri masa klien terhadap
lampau. nyeri masa
lampau dapat
dijadikan bahan
evaluasi awal
untuk
penanganan nyeri
saat ini.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 29


4. Kontrol faktor
lingkungan 4. Minimalisasi
yang pengaruh
mempengaruhi eksternal mampu
nyeri seperti membantu klien
suhu ruangan, untuk mengatasi
pencahayaan nyeri dan
dan mencegah
kebisingan. timbulnya nyeri.
5. Ajarkan teknik
relaksasi. 5. Dapat
memberikan
ketenangan
kepada klien dan
membuat klien
lebih relaks
sehingga nyeri
dapat berkurang.
6. Kolaborasi 6. Analgetik sangat
pemberian diperlukan pada
obat analgetik kondisi nyeri
sesuai yang berat dan
program tidak
tertahankan.
7. Kolaborasi 7. Respon klien
dengan dokter terhadap
jika ada prosedur dapat
komplain dan dijadikan bahan
tindakan nyeri evaluasi untuk
tidak berhasil. penaganan nyeri
selanjutnya.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 30


Ansietas Setelah dilakukan Berikan 1. Kontak yang
berhubungan tindakan kesempatan klien, sering oleh
dengan keperawatan keluarga untuk pemberi
lingkungan selama…..x 24 jam mengungkapkan perawatan
rumah sakit klien akan mampu perasaan (marah, menunjukan
yang tak mengontrol cemas, rasa bersalah, penerimaan dan
dikenal/ mengembangkan kehilangan, dan menumbuhkan
ketidakpastian koping yang adaptif nyeri) : rasa percaya klien.
tentang hasil dengan KH klien 1. Lakukan Klien mungkin
pengobatan mampu : kontak yang menolak untuk
kanker, 1. Mengidentifikasi sering dan didekati karena
perasan putus dan berikan suasana gangguan konsep
asa dan tak mengungkapkan yang diri, peraweat
berdaya/ kecemasa. meningkatkan tidak boleh
ketidak 2. Mengidentifikasi ketenagan dan membuat asumsi
cukupan , mengung rileks tentang reaksi
pengetahuan kapkan dan klien atau
tentang kanker mendemons keluarga;
dan trasikan teknik memvalidasi rasa
pengobatan mengontrol takut dan beban
ansietas. tertentu klien
3. Mengungkapkan membantu
terbebas/ meningkatkan
penurunan kesadaran,
distress yang perawat harus
dirasakan. sadar tentang
4. TTV memberi bagaimana klien
gambaran dan keluarga

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 31


terbebas dari bereaksi, dan
distress. bagaimana reaksi
5. Ekspresi tubuh, mereka
wajah, sikap mempengaruhi
terbebas dari perasaan dan
disstres perilaku perawat.
6. Mampu 2. Tunjukian 2. Agar klien merasa
berkonsentrasi sikap tidak diperhatikan oleh
dan akurasi menilai dan perawat.
perhatian mendengar
7. Mengidentifikasi dengan penuh
dan perhatian
mengungkapkan 3. Gali perasaan 3. Diskusi terbuka
faktor-faktor dan perilaku tentang hidup
yang sendiri dan setelah
menimbulkan dorong untuk terdiagnosis
kecemasan, mendiskusikan kanker dapat
konflik dan secara terbuka menumbuh kan
penanganannya tentang kanker, harapan dan
8. Mendemonstrasi pengalaman dorongan.
kan ketrampilan orang lain, dan
mengatasi potensial
masalah mengontrol dan
penyembuhann
ya.
4. Jelaskan 4. Klien mengetahui
rutinitas rumah rutinitas rumah
sakit dan sakit dan petugas
pertegas kesehatan yang
penjelasan ada didalamnya.
dokter tentang

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 32


jadwal
pemeriksaan
dan tujuan
rencana
pengobatan.
Fokuskan pada
apa yang
diharapkan
klien
5. Tingkatkan 5. Aktifitas fisik
aktifitas dan memberikan
latihan fisik pengalihan dan
rasa normal,
pasien yang
melakukan
aktifitas fisik
dapat
memperbaiki
kualitas hidup
mereka.

Perubahan Dalam waktu …x 24 1. Catat intake 1. Monitoring


Nutrisi jam, dan output asupan nutrisi
:Kurang dari kebutuhannutrisi makanan secara bagi tubuh
Kebutuhan tubuh dapat akurat
berhubungan terpenuhi dengan 2. Gangguan
dengan kriteria: 2. Kaji adanya nutrisi dapat
peningkatan 1. Klien mau tanda-tanda terjadi secara
kebutuhan makan perubahan berlahan
metabolime, 2. Tidak Terjadi nutrisi :

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 33


kehilangan penurunan berat Anoreksi,
protein dan badan Letargi,
penurunan 3. Porsi makan hipoproteinemi
intake habis a.
3. Beri diet yang 3. Diare sebagai
bergizi reaksi oedema
intestine dapat
memperburuk
status nutrisi
4. Beri makanan 4. Mencegah status
dalam porsi nutrisi menjadi
keciltapi sering lebih buruk
5. Beri suplemen 5. Membantu dalam
vitamin dan proses
besi sesuai metabolisme
instruksi
Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji TTV klien 1. Mengetahui
aktivitas perawatan selama keadaan
berhubungan …x 24 jam, umum klien
dengan pasiendapat istirahat 2. Pertahankan 2. Mengurangi
kurangnya dengan adekuat tirah baring bila pengeluaran
nutrisi tubuh dengan kriteria: terjadi edema energy
1. Klien tampak berat
segar 3. Seimbangkan 3. Mengurangi
bersemangat istrahat dan kelelahan pada
dalam aktivitas bila pasien
beraktivitas ambulasi
4. Intrusikan pada 4. Untuk
klien untuk menghemat
istrahat bila energy

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 34


klien merasa
lelah

b. Post Kemoterapi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Nyeri kronis Setelah dilakukan § Manajemen nyeri :
berhubungan tindakan § Administrasi 5. Intensitas,
dengan keperawatan selama analgetik : karakter,
pertumbuhan/ ……. x 24 jam klien 7. Kaji waktu
metastase mampu : pengalaman terjadinya,
tumor 4. Menurunkan klien ketika durasi faktor
level nyaeri berhadapan yang
5. Mengontrol dengan nyeri memperbera
nyeri untuk pertama t dan yang
6. Meningkatkan kali, jika mengurangi
rasa nyaman memungkinka nyeri harus
Dengan KH klien n lakukan dikaji dan di
mampu : intervensi dokumentasi
5. Mengukur untuk kan pada
nyerinya menurunkan saat setelah
dengan nyeri evaluasi
menggunakan awal
skala nyeri, 8. Anjurkan klien 6. Perhatian
menetapkan untuk mungkin
tujuan untuk menggambark memberikan
penurunan an efek
nyeri yang pengalamam terhadap
diharapkan dan yang telah lalu perasaan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 35


membuat mengenai klien untuk
rencana nyeri dan melaporkan
kegiatan untuk metode yang tentang
mengelola digunakan nyeri dan
nyerinya untuk penggunaan
6. Mendiskripsika menangani analgetik
n tentang nyerinya,
rencana termasuk
pengelolaan pengalaman
nyeri baik tentang efek
farmakologis samping, tipe
maupun non koping respon,
farmakologis dan bagaimana
termasuk ia
mengenali mengekspresik
keuntungan dan an nyeri
kerugian 9. Mendeskripsik 7. Intensitas
pengelolaan an tentang dari nyeri
nyeri efek yang dan ketidak
menggunakan merugikan nyamanan
obat dan non dari nyeri harus dikaji
obat yang tidak dan
7. Mendemontrasi tertahankan didokumenta
kan sikan setelah
kemampuan prosedur
untuk tenang, yang
beristirahat menyebabka
8. Menerima n nyeri
keadaan yang dengan
sedang dialami beberapa hal
dan mampu baru tentang

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 36


beraktifitas nyeri dan
dengan minimal interval dari
terjadinya nyeri nyeri,
10. Anjurkan klien 8. Untuk
untuk menolong
melaporkan merencanak
tentang lokasi, an
intensitas dan perawatan
kualitas dari nyeri,
nyeri ketika penggunaka
sedang n obat-
mengalami obatan yang
nyeri lalu
11. Minta klien
untuk
melakukan
pengelolaan
tingkat nyeri,
waktu,
pencetus,
pengobatan
dan perawatan
dan tindakan
yang lain yang
dapat
mengurangi
nyeri
12. Kolaborasi
penggunaan
obat yang
dibutuhkan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 37


klien
Nyeri akut Setelah dilakukan
berhubungan tindakan 8. Lakukan 8. Intensitas dari
dengan aktual keperawatan selama pengkajian nyeri dan ketidak
atau potensial 2 x 24 jam nyeri nyeri secara nyamanan harus
kerusakan berkurang dengan komprehensif dikaji dan
jaringan akibat KH : : lokasi, karek didokumentasika
metastase 5. Skala nyeri teristik, durasi, n setelah
tumor. menurun 1-3 frekuensi, prosedur yang
6. Klien kuali tas dan menyebabkan
melaporkan faktor nyeri dengan
nyeri predisposisi. beberapa hal baru
berkurang/hilan tentang nyeri dan
g interval dari
7. Klien nampak nyeri.
rileks 9. Gunakan 9. Pendekatan
8. Klien mampu teknik dengan teknik
beristirahat komunikasi komunikasi
terapeutik terapeutik akan
untuk meningkatkan
mengetahui kepercayaan
pengalama klien.
nyeri klien.
10. Evaluasi
pengalamam 10. Pengelamann
nyeri masa klien terhadap
lampau. nyeri masa
lampau dapat
dijadikan bahan
evaluasi awal
untuk

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 38


penanganan nyeri
saat ini.
11. Kontrol faktor
lingkungan 11. Minimalisasi
yang pengaruh
mempengaruhi eksternal mampu
nyeri seperti membantu klien
suhu ruangan, untuk mengatasi
pencahayaan nyeri dan
dan mencegah
kebisingan. timbulnya nyeri.
12. Ajarkan teknik
relaksasi. 12. Dapat
memberikan
ketenangan
kepada klien dan
membuat klien
lebih relaks
sehingga nyeri
dapat berkurang.
13. Kolaborasi 13. Analgetik
pemberian sangat diperlukan
obat analgetik pada kondisi
sesuai nyeri yang berat
program dan tidak
tertahankan.
14. Kolaborasi 14. Respon klien
dengan dokter terhadap
jika ada prosedur dapat
komplain dan dijadikan bahan
tindakan nyeri evaluasi untuk

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 39


tidak berhasil. penaganan nyeri
selanjutnya.

Mual Setelah dilakukan 1. Kaji penyebab 1. Dengan diketahui


berhubungan tindakan mual dan penyebab maka
dengan keperawatan selama muntah klien. perawat dapat
kemotherapi …… x 24 jam mual menentukan
klien akan berkurang tindakan yang
dengan KH : tepat untuk
1. Klien akan menangani
merasa lebih mual/muntah.
nyaman, 2. Berikan 2. Kebersihan dan
status cairan perawatan oral perawatan mulut
seimbang, setelah klien dapat
intake nutrisi muntah. menghilangkan
adekuat aroma dan rasa
dari muntahan,
dan mampu
mereduksi
stimulus terhadap
mual/muntah.

3. Jaga 3. Bau dari dapur,


lingkungan kamar mani dapat
yang bersih, merangsang mual/
tenang dan muntah.
ventilasi yang
baik.
4. Hindarkan 4. Pergerakan dapat

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 40


pergerakan merangsang lebih
yang tiba-tiba, jauh terhadap
biarkan klien timbulnya
tetap mual/muntah.
terlentang.

5. Kolaborasi 5. Pemberian
pemberian antiemetik lebih
antiemetik. efektif dalam
mengurangi/
mencegah mual
pada klien dengan
kemoterapi.
6. Pemberian
6. Berikan antiemetik lebih
antiemetik satu efektif dalam
jam sebelum mengurangi/
pemberian mencegah mual
khemoterapi. pada klien dengan
kemoterapi.
7. Makan/minum
7. Motifasi klien sedikit-sedikit tapi
untuk sering dapat
makan/minum mengurangi
sedikit-sedikit sensasi muntah
tetapi sering. akibat lambung
yang penuh.
8. Diit yang menarik
8. Berikan diit dan disukai oleh
yang disukai klien dapat
dalam kondisi menimbulkan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 41


hangat dan selera makan klien
sajikan dengan sehingga
menarik. kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi
PK: Reaksi Perawat akan 1. Tanyakan 1. Setiap obat
anafilaktik mengatasi dan tentang reaksi sitotoksik,
meminimalkan obat termasuk
komplikasi sebelumnya dan cisplastin,
kemoterapi catat TTV dan teniposide,
status mental nitrogen mustrad,
sebelum doksorubicin,
memberikan bleomisin,
kemoterapi ; tes metotrekaset, L-
kulit atau tes asparaginase,mera
dosis harus ngsang pelepasan
dilakukan sat histamin sehingga
memberikan merangsang
obat yang reaksi antigen
diketahui antibodi dan
memiliki mengakibatkan
peningkataninsi gejala kutaneus
den (urtikaria,
hipersensivita. pruritus) dan
gejala sistemik
(edema laring,
spasme bronkus,
dan dispnea).

2. Pantau terhadap 2. Langkah


gejala reaksi pengkajian ini
anafilaktik ; membantu

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 42


urtikaria, menentukan
pruritus, sensasi risiko komplikasi
benjolan di dan memberikan
tenggorok, dasar sebagai
napas pembanding
pendek/mengi. temuan
selanjutnya.

3. Bila timbul 3. Penghantian


gejala, hentikan segera mencegah
kemoterapi dan kemungkinan
pasang respon yang lebih
torniquet serius;
proksimal penggunaan
terhadap tempat torniquet
injeksi.berikan menghambat
obat-obatan absorbsi obat.
emergensi Obat emergensi
sesuai mengurangi
program/prptap pelepasan
(epinefrin,difen histamin,
hidramin, menghilangkan
hidrokortison edema, spasme,
dll) dan mencegah
syok..

4. Pantau TTV 4. Pengawasan


setiap 15 menit cermat dapat
sampai stabil. mendeteksi tanda
awal hipotensi
dan syok.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 43


PK : Depresi Perawat akan 1. Pantau tanda- 1. Kemoterapi
Sumsum mengatasi dan tanda depresi mengganggu
Tulang meminimalkan sumsum tulang: pembelahan sel
komplikasi dari sel-sel batang
kemoterapi sumsum tulang
yang membentuk
sel darah merah,
2. Penurunan SDP 2. Granulosit
dan SDM terutama adalah
neutrofil yang
merupakan
pertahanan
terdepan melawan
infeksi
(Burke,1991).
3. Penurunan 3. Trombosit
trombosit membentuk plak
sementara untuk
perdarahan dan
mengaktifkan
faktor
pembekuan;
penurunan
trombosit dapat
mempengaruhi
proses
pembekuan.
4. Penurunan 4. Penurunan
granulosit granulosit
5. Jelaskan risiko mengganggu

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 44


perdarahan dan pertahanan
infeksi fagositik tubuh
melawan
mikroorganisme

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 45


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat
ganas atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat
cepat dan mendesak sel-sel disekitarnya. Merokok merupakan faktor resiko
yang paling dekat dengan timbulnya kanker ginjal. Faktor resiko lainnya
antara lain :
• Kegemukan
• Tekanan darah tinggi (hipertensi)
• Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
• Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun
memiliki resiko tinggi)
• Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan
faktor genetik.
Penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
pembedahan, arterial Embolization, terapi radiasi, terapi biologi, dan
kemoterapi.

B. SARAN
Diharapkan semua orang terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit
tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit tersebut sehingga
bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindar terjadinya
kegawatan.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 46

Anda mungkin juga menyukai