TUMOR GINJAL
DI SUSUN OLEH
ADINDA RIZKI HEVEANA
2023207209015
2
penderita ini 6-12bulan,tanpa penanganan proses lokal ini meluas dengan
bertumbuh terus kedalam jaringan sekelilingnya dan bermetastasis
menyebabkan kematian. Progesititasnya berbeda beda karena itu periode
sakit total bervariasi anatara beberapa bulan dan beberapa tahun. Gambaran
histologiknya heterogen, di samping sel-sel(clear cell) dan eosinofil
glandular(granular cell) terdapat lebih bannyak sel polifrom,fusifrom dan
sel-sel raksasa. Bagian karsinoma sering terdapat disamping bagian – bagian
pseudosarkomatosa diselingi dengan nekrosis dan pendarahan.Penyebab
pasti dari kanker ginjal belum diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor
resiko diketahui mampu memicu kejadian kanker ginjal yaitu :
1. Merokok
Perilaku merokok aktif/pasif meningkatkan resiko terkena kanker
ginjal (40%). Anak yang sering menjadi perokok pasif (status
paparan) meningkatkan resiko terkena Tumor ginjal.
2. Obesitas pada wanita
Mungkin juga obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh
faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-sat adanya
perubahan hormonal tersebut.
3. Hormonal
Peningkatan kadar diethylstibestrol(berdasarkan uji eksperimen pada
hamster) mempengaruhi timbulnya adenoharsinoma pada ginjal. Dan
biasanya kanker ginjal dimulai setelah usia 40 tahun dan akan
memuncak pada usia antara 50 tahun sampai 60 tahun (Prabowo &
Pranata, 2014, hal. 76)
3
tanda pertama yang memberikan sinyal pada dugaan adanya keganasan
pada ginjal.
2. Nyeri
Merupakan alarm(sinyal) alamiah bagi tubuh akan adanya gangguan
fisiologis. Pada klien dengan kanker ginjal sering terjadi nyeri yang
konstan pada abdomen terlebih ketika kanker mengalami pendarahan.
3. Adanya massa
Pada palpasi akan teraba massa dengan jaringan yang
halus,berkumpul,dan adanya nyeri tekan(karena ada kompresi pada
jaringan abnormal)
4. Demam
Biasanya terjadi karena adanya perdarahan, sehingga volume
intravaskuler menurun atau karena adanya jaringan tumor yang nekrosis.
5. Anoreksia
Anoreksia suatu masalah kesehatan jiwa yang mana pengidapnya
terobsesi untuk memiliki tubuh kurus dan sangat takut jika terlihat
gemuk.
6. Penurunan berat badan drastis
7. Edema lengan
8. Nausea
9. Vormiting
10.Hipertensi
Jika terjadi tekanan pada arteri renalis dengan iskemia pada jaringan
parenkim ginjal.
11.Hiperkalsemia
Karena dorpongan sekresi hormon parathyroid oleh rangsangan tumor.
12.Retensi urine
4
D. Patofisiologi
Tumor ginjal meskipun memiliki angka yang tidak signifikan dengan
kanker yang lain namun memiliki tingkat prognosa yang buruk jika tidak
tertangani dengan baik. Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal
yang mula-mula berada di dalam kortex, dan kemudian menembus kapsul
ginjal.Beberapa jenis tumor ini disertai dengan pseudokapsul yang terdiri atas
perenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan jaringan fibrosa.Tidak
jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami
nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota merupakan barier yang menahan
penyebaran tumor ke organ sekitarnya.Pada irisan tampak berwarna kuning
sampai oranye sedangkan pada gambaran histopologik terdapat berbagai
jenis clear cell, granular, sarkomatoid, papiler dan berbentuk campuran.
(Prabowo & Pranata, 2014, p. 17)
E. Komplikasi Tumor Ginjal
a.Tumor bilateral
b.Ekstensi intracaval dan atrium
c.Tumor lokal yang lanjut
d.Obtruksi usus halus
e.Tumor maligna sekunder
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya
diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral
atau termasuk horseshoe kidney.
2. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan
tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan.Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat
di daerah ginjal.USG juga dapat digunakan sebagai
5
pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian
ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami
pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur
heterogenus.
1. CT-Scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor
Wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor
intrarenal yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma;
deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor,
termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi
dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan massa
heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple.
CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan
metastasishepar multipel dengan thrombus tumor di dalam
vena porta.
2. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang
untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase
(LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas
normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti
hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi,
terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler.Pasien
dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas
pada analisa serum.
3. Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan
pemeriksaan mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk
mengevaluasi sel dan diagnosis
6
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian
daging, bengkak sekitar perut.Tidak nafsu makan, mual,
muntah dan diare.Badan panas hanya 1 hari pertama sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal
sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap
kanker atau tumor sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan
pemeriksaan secara head to toe yang harus diperhatikan adalah
palpasi abdomen yang cermat dan pengukuran tekanan darah pada
klien.Tumor dapat memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi
vaskuler sehingga mengakibatkan hipertensi pada anak.
7
karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
2. Pola Eliminasi.
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan
sisa-sisa metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi
penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus ginjal
yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguri,anuria,proteinuria, dan hematuria.Pada klien
dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia.Dalam perawatan,klien
perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk di mulai
bila tekanan darah udah normal selama satu minggu.Adanya
edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi
dada,penggunaan otot bantu napas,teraba massa,auskultasi
terdengar rales,dispnea,ortopnea, dan pasien terlihat
lemah (kelebihan beban sirkulasi sehingga menyebabkan
pembesaran jantung,anemia,dan hipertensi yang di sebabkan
oleh spasme pembuluh darah.
4. Pola Tidur dan Istirahat.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan
gatal karena adanya uremi,keletihan,kelemahan
malaise,kelemahan otot dan kehilangan tonus.
5. Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik
kasar dan gatal-gatal karena adanya uremia.Gangguan
penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.
6. Persepsi Diri
8
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya
warna urine yang berwarna merah,adanya edema,serta
perawatan yang lama.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya
diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral
atau termasuk horseshoe kidney.
2. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan
tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan.Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di
daerah ginjal.USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada
biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang
terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih
predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan
menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
2. CT-Scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms.
Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang
biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa
multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan
pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. CT
scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri
danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang
lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar multipel
dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
3. Laboratorium
9
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang
untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH)
meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal.
Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED
meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada
pasien dengan perdarahan subkapsuler.Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada
analisa serum.
4. Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan
mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan
diagnosis.
10
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1. Resiko Ketidak Keseimbangan Manajemen cairan (I.03098)
seimbangan cairan meningkat Observasi
Cairan b.d
(L.03020) 1. Monitor status hidrasi (mis:
disfungsi ginjal frekuensi nadi, kekuatan nadi,
(D.0036) Kriteria hasil
akral, pengisian kapiler,
1.Asupan cairan kelembaban mukosa, turgor kulit,
meningkat tekanan darah)
2.Output urin 2. Monitor berat badan harian
meningkat 3. Monitor berat badan sebelum dan
3.Membrane sesudah dialisis
mukosa lembab 4. Monitor hasil pemeriksaan
11
meningkat laboratorium (mis: hematokrit,
4.Edema menurun Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN)
5.Dehidrasi 5. Monitor status hemodinamik (mis:
menurun MAP, CVP, PAP, PCWP, jika
6.Tekanan darah tersedia)
membaik
7.Frekuensi nadi Terapeutik
membaik
6. Catat intake-output dan hitung
8.Kekuatan nadi
balans cairan 24 jam
membaik
7. Berikan asupan cairan, sesuai
9.Tekanan arteri
kebutuhan
rata-rata membaik
8. Berikan cairan intravena, jika
10. Mata cekung
perlu
membaik
11. Turgor kulit Kolaborasi
membaik
9. Kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu
12
makan jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedomaan
diit
3. Sajiikan makan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan TKTP
6. Berikan suplemen makanan jika
perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi ;
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
13
menurun 4. Identifikasi faktor yang
3. Meringis memperberat dan memperingan
menurun nyeri
4. Gelisah 5. Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
5. Nafsu makan 6. Identifikasi pengaruh budaya
membaik terhadap respon nyeri
6. Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
7. Anoreksia 8. Monitor keberhasilan terapi
menurun komplementer yang sudah
8. Mual muntah diberikan
menurun 9. Monitor efek samping
9. Frrkuensi nadi penggunaan analgetik
membaik Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(hipnosis, akupresur, terapi musik,
aromaterapy, teknik imajinasi
terbimibng, kompres hangat
/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan
14
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Anjurkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
15
b.Kultur darah Anjurkan meningkatkan asupan cairan
c.Kultur urine Kolaborasi
d.Kultur sputum
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
e.Kultur area luka perlu
f.Kultur feses
g.Kadar sel darah
putih
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup
memburuk
16
menurun pasif
Frekuensi nafas 3. Berikan aktifitas distraksi yang
menurun
menyenankan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat
tidur, jika tidak berpindah atau
berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
3. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
17
6. Ansietas b.d Tingkat ansietas Reduksi ansietas (I.09314)
kurang terpapar menurun diberi
Observasi
informasi kode (L.09093)
Identifikasi saat tingkat ansietas
(D.0080) Kriteria hasil
berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
1. Verbalisasi Identifikasi kemampuan mengambil
kebingungan keputusan
menurun Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
2. Verbalisasi dan nonverbal)
khawatir akibat
Terapeutik
kondisi yang
dihadapi menurun Ciptakan suasana terapeutik untuk
3. Perilaku gelisah menumbuhkan kepercayaan
menurun Temani pasien untuk mengurangi
4. Perilaku tegang kecemasan, jika memungkinkan
menurun Pahami situasi yang membuat
5. Konsentrasi ansietas
membaik Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Pola tidur Gunakan pendekatan yang tenang
membaik dan meyakinkan
Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
18
Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Black. J dan Hawks, J ( 2014 ), Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinik Untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta : Salemba Emban
Patria.
Nurarif, A. H dan Kusuma. H ( 2015 ). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda, NIC, NOC , Jogjakarta : Media Action.
Prabowo,E. Pranata A.E, ( 2014 ), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan
Pendekatan Nanda, NIC dan NOC, Yogyakarta : Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI
19
20