Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi (1)
Karsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma) sering juga disebut sebagai Hipernefroma,
karsinoma alveolar, dan clear cell carcinoma. Kanker ginjal adalah suatu jenis kanker atau
pertumbuhan sel tidak terkendali pada ginjal. Klasifikasi termasuk limpagioma, limpoma,
fibroma medula, adenoma, leiomioma dan onkocitoma. Kanker ginjal pada dewasa
meliputi tumor malignan yang tumbuh dari parenkim dan pelvis ginjal. Kanker parenkim
ginjal adalah yang paling dominan penyebab kanker ginjal, mulai dari adenoma
karsinoma.
2. Etiologi (2)
1) Faktor genetik
2) Lingkungan pekerjaan (contoh : asbes, cadmium dan fosfat)
3) Penggunaan analgesik
4) Penyakit cystic
5) Gaya hidup (obesitas dan hipertensi)
3. Stadium(1)
Cara penentuan stadium kanker yang sering dipakai adalah cara Robson yang
membagi kanker dalam stadium :
1) Stadium I : Di mana kanker terbatas di antgara parenkim ginjal dan belum
mengenai jaringan perinefrik.
2) Stadium II : Kanker telah meluas ke jaringan lunak perinefrik tetapi masih
terbatas dalam fasia Gerota. Mungkin telah ada invasi pada kelenjar
suprerenal.
3) Stadium III A : Kanker telah menginvasi vena renalis.
4) III B : Kanker telah meluas ke kelenjar getah bening sekitarnya.
5) III C : Kanker telah mengenai arteria dan vena renalis serta kelenjar getah
bening sekitarnya.
6) Stadium IV A : Di samping metastasis kelenjar suprarenal, telah terjadi
penyebaran ke organ sekitar ginjal seperti kolon dan pankreas.
7) IV B : Telah terjadi metastasis jarak jauh.
a. Keterlibatan kelenjar getah bening yang dapat dibagi dalam :
N0 : Tidak ada metastasis pada kelenjar getah bening sekitar kanker.
N1 : Metastasis pada satu kelenjar getah bening dengan ukuran 2-5 cm.
N2 : Metastasis pada satu kelenjar getah bening ukuran 5 cm atau pada beberapa
kelenjar getah bening dengan ukuran kurang dari 5 cm.
N3 : Metastasis pada beberapa kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 5 cm.
4. Patofisiologi(3)
Pertumbuhan sel tumor pada karsinoma sel ginjal ini di mulai dari bagian korteks
ginjal yang lama-kelamaan sel tumor tersebut bisa tumbuh menjadi semakin besar
sehingga menekan sel parenkim ginjal. Tumor ini biasanya avaskular, cenderung
mengelilingi pembuluh darah dan menjadikannya konstriksi. Paru-paru dan mediastinum
merupakan area metastasis tumor yang paling sering. Hati, tulang, kulit, limpa, dan otak
adalah area metastasis lain dari tumor. Ginjal kehilangan fungsinya dan diambil alih oleh
sel-sel yang abnormal. Sel-sel abnormal pada ginjal ini memproduksi substansi humoral
dan faktor-faktor humoral yang tidak diproduksi oleh ginjal (ektopik maupun
heterotopik) yang dapat memunculkan sekumpulan gejala sebagai efeknya, kumpulan
gejala tersebut dikenal dengan sindrom paraneoplastik. Sindrom paraneoplastik mungkin
juga sebagai hasil dari respon jaringan lunak dalam melawan keganasan ginjal atau
karena ekspresi antigen oleh sel-sel tumor yang mengakibatkan respon antibodi. Sindrom
paraneplastik yang paling umum terjadi pada pasien dengan Renal Cell Carcinoma
adalah hiperkalsemia. Selain itu, gejala konstitusional atau gejala tidak spesifik juga
sering dikeluhkan oleh pasien dengan penyakit ini. Gejala tidak spesifik tersebut meliputi
demam, kehilangan berat badan, dan kelelahan. Anemia dan eritrositosis yang juga
muncul sebagai sindrom paraneoplastik pada kanker ginjal mungkin tampak
bertentangan. Eritositosis mungkin berasal dari produksi erythropoietin dari sel-sel
tumor. Sedangkan sindrom paraneoplastik lain yang muncul berupa gangguan fungsi
hati, dan efek hormonal miscelaneous lainnya seperti hiperglikemia sebagai akibat dari
peningkatan kadar human chorionic gonadotropin yang dihasilkan oleh sel tumor.
5. Manifestasi Klinis(4)

1) Hiperkalsemia
Mekanisme terjadinya hiperkalsemia diketahui karena adanya protein yang dihasilkan
oleh sel kanker ginjal yaitu parathyroid hormone-related peptide (PTHrP).
2) Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi pada kanker ginjal merupakan mekanisme renin-
angiotensin-aldosteron.
3) Polisitemia
Polisitemia merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah mengalami
peningkatan karena eritropoiesis yang berlebihan, proses eritropoiesis ini distimulasi
oleh hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin.
4) Gejala konstitusional.
Gejala konstitusional merupakan gejala non-spesifik yang seringkali dirasakan oleh
pasien dengan karsinoma sel ginjal. Gejala ini meliputi demam, kehilangan berat
badan, kelelahan.
5) Kelainan endokrin miscelaneous.
Produksi ACTH yang ektopik oleh sel tumor pada penyakit ini menstimulasi kelenjar
adrenal untuk mensekresi kortisol sehingga memungkinkan penderita mengalami
sindrom chusing.
6. Pemeriksaan Diagnostik(2)
1) Urin analisis
2) Tes darah
a. Nitrogen Urea darah (BUN) : tes ini mencerminkan masukan protein dan kapasitas
ekskresi ginjal dan membantu mengidentifikasi uremia. Kadar normal BUN 8-20
mg/dl
b. Kreatinin : tes ini merupakan pengukuran keruskan ginjal yang lebih sensitif
dibandingkan dengan kadar BUN karena kerusakan ginjal biasanya adalah satu-
satunya penyebab peningkatan kreatinin. Normal kreatinin pria 0,8-1,2 mg/dl wanita
0,6-0,9 mg/dl
3) Ultrasonografi (USG)
Gambar Posisi pasien untuk USG ginjal (Aziz et al, 2008)

Gambar intepretasi dugaan karcinoma ginjal (Aziz et al, 2008)

4) CT-Scan

Gambar sel ginjal karsinoma sebelum dan setelah pemberian kontras


(Bukowski M.R, 2003)
5) MRI
Gambar Karsinoma renalis sinistra pada pasien yang menjalani nephrectomy untuk sel ginjal
karsinoma (Bukowski M.R, 2003)

Gambar karsinoma sel ginjal yang besar sebelah kanan dengan invasi vena kava inferior
(Bukowski M.R, 2003)

6) Pielografi intravena (IVP)


7) BNO (Bulk Nier Oberzicht) atau KUB (Kidney Ureter Bladder) X-ray
8) Biopsi

7. Penatalaksanaan(1)

1) Nefrektomi (pengangkatan ginjal)


2) Kemoterapi
Pemberian kombinasi kemoterapi dengan vinkristin (Onkovin) dan daktinomisin
(Cosmegen) lebih baik dibanding terapi obat tunggal pada penderita tumor lokal.
Doksorubisin (Adriamycin) merupakan tambahan yang nyata berguna bagi
penderita dengan penyakit lanjut.
3) Hormonal
4) Terapi biologi dengan interkulin-2 (IL-2)
5) Imunoterapi
6) Radiasi Eksterna

8. Komplikasi(2)

Komplikasi kanker ginjal muncul ketika tumor bermetastasis ke organ lain melalui
saluran limfe atau melalui system vena. Lokasi yang paling sering adalah paru-paru,
tulang, hepar, dan otak.
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesa
1. Identitas
Nama , umur, jenis kelamin, alamat , agama, suku bangsa , no registrasi. Rata-rata
kanker terdapat pada usia 65 tahun tahun. Kanker ginjal mengenai dua kali lebih
banyak pada pria daripada wanita. Faktor resiko termasuk penggunaan tembakau,
pemajanan terhadap kimia industri ditempat kerja, obesitas dan dialisis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kencing disertai warna kemerahan menjadi perhatian pertama pada saat masih
stadium-stadium awal. Pada stadium lanjut nyeri pada bagian pinggang
biasanya menjadi keluhan utama pasien
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien dengan keluhan hematuria tanyakan dengan pertanyaan seperti
sejak kapan, apakah nyeri saat beremih, sering atau tidak. Hal tersebut dapat
membantu membedakan apakah dia mengalami kanker ginjal atau penyakit
kandung kemih lainnya
c. Riwayat penyakit dahulu
Iritasi akibat batu ginjal berulang, hipertensi, gagal ginjal kronis, dialisis.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mempunyai kelurga yang menderita kanker menpunyai resiko lebih besar
menderita Kanker ginjal
e. Riwayat konsumsi obat-obatan
Kaji riwayat konsumsi obat-obatan klien yang dapat bersifat nefrogenik.
f. Riwayat kesehatan klien
Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi klien serta
hospitalisasi klien meliputi terapi sampai operasi yang pernah dilakukan klien.
g. Riwayat diet klien
Kaji perubahan status nutrisi klien meliputi penurunan BB, pola makan serta
adanya mual muntah yang mungkin terjadi pada klien
h. Gaya hidup
Merokok, konsumsi makanan yang tidak terkontrol hingga mengalami
obesitas
b. Pemeriksaan Fisik
Review of sistem
B1 (Breathing) : Dispnea
B2 (Blood) : Anemia
B3 (Brain) : kesadaran kompos mentis
B4 (Bladder) : hematuria
B5 (Bowel) : mual dan muntah post kemoterapi
B6 (Bone) : lemah
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
1. Hb menurun karena kehilangan darah, infeksi, gros hematuria. Menurut
Corwin (2008) dapat ditemukan polisitemia yang menandakan adanya
gangguan kontrol ginjal pada hematopoiesis. Polisitemia terjadi akibat
menurunnya aliran darah ke JGA yang menyebabkan meningkatnya renin
dan eritropoietin
2. ACTH meningkat kanker paru
3. Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang ]
kanker hati, lymphoma, leukemia.
4. Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia,
lymphoma, multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati,
paratiroid.
5. LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut
6. SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.
Analisa Dat

Data Analisa data Masalah keperawatan

DS : pasien mengalami Ca of Kidney Gangguan pola nafas


dispnea, nafas pendek

DO : penurunan inspirasi/
ekspirasi, nafas cuping, Gg fungsi asam basa
hidung, penggunaan
otot-otot bantu untuk
bernafas ↓sekresi H+
CO2

Hiperventilasi

Gangguan pola nafas

DS: klien mengatakan sesak Ca Kidney D.0023


napas sejak dibawa ke ↓ Hipervolemia
rumah sakit Peningkatan retensi Na dan
H20
DO:
Edema perifer ↓
BB meningkat dalam waktu Kelebihan volume cairan
singkat
JVP dan CVP meningkat
Distensi vena jugular
Kadar HB dan HT turun
Kongesti paru
DS :.klien tidak nafsu Ca of kidney Defisit Nutrisi
makan,melaporkan
mual/muntah saat makan
ataupun tidak Mengalami replikasi

Mengambil nutrisi dari sel


DO : BB turun kurang dari tubuh
BMI, mual muntah
Hipermeta bolisme sel

Defisit Nutrisi

DS : melaporkan nyeri Ca of kidney Nyeri Akut


panggul.

Sel berpoliferasi
DO :
Menekan saraf nyeri pd
P: Kanker ginjal pinggang
Q:Tertusuk tusuk
R:daerah pinggang Nyeri pinggang
S:5
T: hilang timbul . Nyeri Akut

\Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan hiperventilasi paru paru
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunana asupan nutrisi dan penurunan
aktivitas.
3. Hipevolemia berhubungan dengan peningkatan retensi Natrium
4. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera biologis
Diagnosa Keperawatan: Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah (D.0019)
Luaran Intervensi
L.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan (5) Observasi
2. Pengetahuan tentang standar asupan 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi yang tepat(5) 2. Identifikasi makanan yang disukai
3. Frekuensi makan (5) 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan
4. Nafsu makan (5) jenis nutrien
L.03024 Nafsu Makan 4. Monitor asupan makanan
1. Keinginan makan (5) 5. Monitor berat badan
2. Asupan makanan(5) Terapeutik
3. Asupan cairan (5) 1. Sajikan makanan secara menarik
4. Asupan Nutrisi (5) 2. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
3. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
1. Ajarkan diet yang dianjurkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan

Diagnosa Keperawatan: Pola nafas tak efektif berhubungan dengan hiperventilasi paru paru
(D.0005)
Luaran Intervensi
L.01004 Pola Napas 1.01011 Manajemen Jalan Napas
1. Ventilasi semenit (1-5) Observasi
2. Kapasitas vital (1-5) 1. Monitor pola napas (frekuensi,
3. Diameter thoraks anterior posterior (1-5) kedalaman, usaha napas)
4. Tekanan ekspirasi (1-5) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
5. Tekanan inspirasi (1-5) Gurgling, mengi, wheezing)
6. Dispnea (1-5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
7. Penggunaan otot bantu napas (1-5) Terapeutik
8. Pemanjangan fase ekspirasi (1-5) 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
9. Pernapasan cuping hidung (1-5) dengan head tilt, chin lift
10. Frekuensi napas (1-5) 2. Posisikan pasien semifowler atau fowler
11. Kedalaman napas (1-5)
1.01014 Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor nilai AGD
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan

DAFTAR PUSTAKA
1. Linehan WM, Rathmell WK. Kidney cancer. Vol. 30, Urologic Oncology: Seminars
and Original Investigations. 2012. p. 948–51.
2. Cairns P. Renal cell carcinoma. Cancer Biomarkers. 2011;9(1–6):461–73.
3. Nabi S, Kessler ER, Bernard B, Flaig TW, Lam ET. Renal cell carcinoma: a review of
biology and pathophysiology. F1000Research. 2018 Mar 12;7:307.
4. Chow WH, Dong LM, Devesa SS. Epidemiology and risk factors for kidney cancer.
Vol. 7, Nature Reviews Urology. 2010. p. 245–57.

Anda mungkin juga menyukai