1. Konsep Dasar
1.1. Definisi
Kanker colon adalah suatu bentuk keganasan dari massa abnormal atau
neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon ( Brooker, 2001: 72 ).
Kanker colon adalah timbulnya sel kanker ganas dalam permukaan usus besar
atau rectum ( Boyle & Langman, 2000: 805 )
1.2. Klasifikasi
Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi
TNM, klasifikasi Dukes :
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Namun ada yang dicurigai
sebagai Faktor Predisposisi:
Faktor Resiko:
Awal gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala
umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung
beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan
keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi
tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang
gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala
umum, dan gejala penyebaran (metastasis).
Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat
buang air besar
Feses bercampur lendir
Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya
perdarahan di saluran pencernaan bagian atas
3) Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat
sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor
1) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling
umum di semua jenis keganasan)
2) Hilangnya nafsu makan
3) Anemia, pasien tampak pucat
4) Sering merasa lelah
5) Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang
1.5. Komplikasi
1.6. Penatalaksanaan
1.6.1. Pembedahan
1.6.3 .Radioterapi, jarang digunakan untuk kanker kolon karena memiliki efek
samping dan sulit untuk ditembakkan ke bagian yang spesifik pada kolon.
Radioterapi lebih sering pada kanker rektal saja.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
1) Pernafasan : Sesak
2) Sirkulasi : Anemia, palpitasi dan perubahan tanda-tanda vital
3) Neurologi : Somnolen, delirium
4) Perkemihan : Nyeri tekan perut bagian bawah
5) Pencernaan: Perubahan pada bising usus ( lemah atau tidak ada ), distensi
abdomen, teraba massa, turgor kulit menurun.
6) Muskuloskeletal: Kelemahan otot.
2.1.3. Pemeriksaan Penunjang
2.3. Perencanaan
DP 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi yang
tidak adekuat sekunder terhadap proses keganasan
Intervensi:
1) Pantau masukan makanan setiap hari.
R/ Mengidentifikasi defisiensi nutrisi
2) Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
R/ Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
3) Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan
kesehatan klien.
R/ Berperan dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang
adekuat.
4) Ciptakan suasana lingkungan yang mendukung.
R/ Dapat meningkatkan pemasukan asupan.
5) Kaji keluhan mual dan muntah
R/ Menentukan tindakan kolaborasi
6) Kolaborasi dalam pemberian antiemetic.
R/ Bekerja mempengaruhi stimulus pusat muntah.
DP. 2 Nyeri akut sehubungan dengan infiltrasi syaraf dan proses inflamasi.
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
DP. 3 : Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan kontrol kepatenan jalan
napas (lidah), penurunan kontrol batuk efektif dan muntah efek sekunder anestesi,
efel depresan dari medikasi dan agensi anestesi.
Tujuan : Pola napas kembali efektif sesuai dengan berkurangnya efek anestesi
umum dan pasien mampu melakukan latihan pernapasan pascabedah.
Kriteria Hasil : Frekuensi napas dalan batas normal (12-20 x/menit), pasien tidak
menggunakan oto bantu napas, saturasi oksigen 100%, oral airay sudah bisa
dilepas saat pasien kluar ruang pemulihan.
Intervensi :
1) Instruksikan pasien untuk napas dalam
R/ Meningkatkan ekspansi paru. Untuk memperbesar ekspansi paru dada dan
pertukaran gas. Sebagai contoh, menerima pasien untuk menguap atau
melakukan inspirasi maksimal.
2) Instruksikan untuk melakukan batu efektif
R/ Batuk juga didorong untuk melonggarkan sumbatan mucus. Pembebatan
dengan cermat pada abdomen atau insisi thorak membantu pasien mengatasi
ketakutan bahwa eksersi dari batuk dapt menyebabkan insisi bedah terbuka.
3) Pastikan fungsi pernapasan sudah optimal
R/ Tindakan evaluasi untuk menentukan dimulainya latihan pernapasan sesuai
yang diajarkan pada saat praoperatif.
4) Kaji dan monitor pernapasan
R/ obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernapasan. Oleh karena
itu, perawat harus mewaspadai pernapasan yang dangkal dan lambat serta
batuk yang lemah.
5) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, ventilasi pernapasan, kesimetrisan
gerakan dinding dada, bunyi napas, dan warna membrane mukosa.
R/ deteksi awal adanya perubahan terhadap kontrol pola pernapasan dari
medula oblongata untuk intervensi selanjutnya.
6) Dokumentasikan semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
status.
R/ sebagai bukti tindakan yang telah dilakukan
1) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan pasien kooperatif
2) Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.
R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang
digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas
3) Tingkatkan tirah baring atau duduk.
R/ aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah ke
kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati.
4) Ubah posisi dengan sering dan berikan perawatan kulit yang baik.
R/ Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.
5) Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen ansietas, contoh : diazepam
(valium), Lorazepam ( Ativan ).
R/ Membantu dalam manajeman kebutuhan tidur.
6) Aktivitas sesuai itoleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
R/ Tirah baring lama dapat menurunkan kamampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
7) Observasi tanda-tanda vital, respon terhadap peningkatan aktivitas.
R/ Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
8) Dokumentasikan semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
status
R/ sebagai bukti tindakan yang telah dilakukan
DP. 8 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status puasa
Tujuan : Kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi dan masalah tidak terjadi.
Kriteria Hasil : melaporkan badan tidak lemas, normalisasi nilai laboratorium, tak
ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien untuk menentukan rencana
pengobatan yang baik dengan mempertimbangkan usia, komplikasi penyakit
dan kualitas.
Terapi Persiapan:
Radiasi Penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang
menderita Ca Kolorektal yang besar, walaupun ini tidak
dilaksanakan secara rutin.
Kegunaan radiasi:
a. Menurunkan nyeri
b. Mengurangi perdarahan
c. Mencegah obstruksi usus besar
d. Menekan metastase ke paru-paru
Efek samping:
a. Diare
b. Kelelahan
Kemoterapi Obat yang digunakan:
a. 5 Fluorouracil ( 5-FU, Adrucil )
b. Levamisole ( ergamisol )
Post operatif:
a. Melakukan observasi: terhadap nekrose jaringan,
perdarahan yang tidak bisa, warna pucat yang
mengindikasikan kurang sirkulasi.
b. Melakukan observasi system kantung untuk
mengetahui kondisinya & tanda-tanda kebocoran.
c. Melakukan perawatan kolostomi dan kulit
disekitarnya.
Pemindahan Pre operatif:
Abdominal- Perawatan yang dilakukan sama dengan reseksi kolon.
Perineal
Post operatif:
Dilakukan pembuatan kolostomi sigmoid.
a. Melakukan perawatan luka operasi untuk mencegah
infeksi.
b. Menjelaskan fisiologi dari sensasi perineal pada
pasien
c. Observasi tanda-tanda infeksi,nanah,komplikasinya
d. Metode pelaksanaan membentuk pengeringan luka
dan kenyamanan.