PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor
kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer
Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
3
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
4
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan
kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala
dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan
berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah
kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala
yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan
dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan
distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan
dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
2.4 Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak
hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di
dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya
dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup,
serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor
dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih
sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih
sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
5
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau bahkan ke organ-organ lain.
2.5 Klasifikasi
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 Tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
6
liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-
paru.
2.6 Pencegahan
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi
dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
1. Endoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu
dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah
: foto dada dan foto kolon (barium enema).
3. Pemeriksaan dengan enema barium. Tes ini mungkin menggambarkan
adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran
tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dan colonoscopy.
4. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan
luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan
tempat yang jauh yang sudah metastasis.
5. Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya
metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan
pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada
suatu tempat atau suatu striktura.
6. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada
tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
7
7. Histopatologi. Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di
beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan
diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah
adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
8. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal,
walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu
diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah
CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma
kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab
ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III.
Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya
secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
9. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
10. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang,
kulit, organ dan sebagainya.
11. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
12. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
1. Pengkajian
1. Kaji riwayat keperawatan
2. Kaji pola aktifitas /istirahat, tanda-tanda vital, integritas ego, activity daily
living, pemeriksaan fisik.
2. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan
organ yang lain
2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan anoreksia.
8
3. Rencana Keperawatan
Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan
menekan organ yang lain
1. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
2. Beri oksigen nasal apabila skal nyeri ≥ 3 ( 0-4).
3. Atur posisi fisiologis
4. Ajarkan teknik relaxasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul
5. Lakukan manajemen sentuhan
9
5. Kaji kondisi dan toleransi gasxtrointestinal pasca reseksi kolon
6. Kolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi yang akan digunakan pasien.
4. Implementasi
Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan
menekan organ yang lain
1. Mengkaji nyeri dengan pendekatan PQRST
2. memberi oksigen nasal apabila skal nyeri ≥ 3 ( 0-4).
3. Mengatur posisi fisiologis
4. Mengajarkan teknik relaxasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul
5. Melakukan manajemen sentuhan
Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
1. Melakukan perawatan luka steril pada hari kedua pasca bedah dan diulang
setiap dua hari sekali pada luka abdomen
2. Melakukan perawatan luka pada sekitar drain
3. Membersihkan luka dan drainase dengan cairan antiseptic, jenis iodine
providium dengan caraswabbing dari arah dalam keluar.
4. Membersihkan bekas sisa iodine providium dengan alcohol 70% atau
normal salin dengan cara swabbing dari arah dalam keluar.
5. Menutup luka dengan kasa steril dan tuutp dengan plester adhesive yang
menyeluruh menutupi kasa.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
10
6. Mengkolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi yang akan digunakan pasien.
5. Evaluasi
1. Terjadi penurunan skala nyeri
2. Tidak terjadi infeksi
3. Mencapai tingkat nutrisi optimal
4. Tidak mengalami komplikasi
5. Tidak ada bukti perforasi atau pendarahan
6. Mempertahankan insisi tetap bersih,stoma dan luka perineal
11
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan
penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa
disembuhkan.Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat
setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang
mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih
parah. Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk
sembuh total pun akan semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-
satunya cara untuk mengubah kanker kolon.
Dari kasus diagnosa keperawatan yang muncul di antaranya :
v Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ
yang lain
v Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)
2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
4.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami
selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.
12
DAFTAR PUSTAKA
Brunner& Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
13