Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN CANCER COLON

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah stase Keperawatan Medikal
Bedah

Oleh :

DEFTI M ABDUL AZIZ

402022114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KANKER KOLON
1. Pengertian
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru massa yang tidak normal
akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan
tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut
juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling
sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan
kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak
ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal
dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam
stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
2. Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Faktor resiko yang telah
teridentifikasi adalah :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang


menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi
waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan
terjadinya kanker.
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Adapun Etiologi lainnya adalah sebagai berikut :
- Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan
ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
- Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu,
daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.
- Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
- Obesitas.
- Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaraan umum
- Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding
dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun
ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa
polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
- Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau
penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
3. Manifestasi klinik
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi,
darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus,
anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan
obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia
akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat
dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di
klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang
yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada
stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada
abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri, dan rectum cenderung menyebabkan perubahan
defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan
kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering
timbul gangguan obstruksi.
Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah
segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan
darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks
saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungkai
atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi
atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat
tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi
feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian,
serta feses berdarah (Gale, 2000).
4. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke
dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk
polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat
diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma
tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu
yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang
dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).

Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :

- Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam


kandung kemih.
- Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
- Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke
system portal.
- Penyebaran secara transperitoneal.
- Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan
kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus
dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan.
Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya
metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197)


diantaranya:

- Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan


dinding usus besar (lapisan mukosa).
- Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di
bawah lapisan mukosa.
- Stadium III bila sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe
yang banyak terdapat di sekitar usus.
- Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar
limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN
(Tambayong, 2000 : 143).
TIS          : Carcinoma in situ
T1           : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2           : Sudah mengenai otot dinding
T3           : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4           : Sama dengan T3 dengan fistula
N             : Limfonodus terkena
M            : Ada metastasis

5. Pemeriksaan diagnostic
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
- Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan
segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun
pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk
menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk
diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat
endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi.
Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus
biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan
berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus,
pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk
permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.
- Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada
dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah
ada metastasis kanker ke paru.
- Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati.
- Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan
diferensiansi sel.
- Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar
(occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah
pada tinja atau tidak.
- Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50
tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan
pada prostat.
- Barium Enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus
besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat
rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan,
mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan
kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip
yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan
ini tidak dapat dilakukan biopsi.
- Laboratorium.
Tidak ada pertanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb.
Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar
CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang
sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk
mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih
dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang
air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis
terhadap shigella dan juga amoeba.
- Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
- Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang,
kulit, organ dan sebagainya.
6. Pencegahan
Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
- Konsumsi makanan berserat
- Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman,
kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. Seperti
Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu, Kosentrasi
kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin, Susu yang mengandung
lactobacillus acidophilus
- Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur
untuk buang air besar.
- Hidup rileks dan kurangi stress.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau
imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker
kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal
Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan d.osis tinggi radiasi
pelvis.
7. Penatalaksanaan
Adapun beberapa penatalaksanaan dari kanker colon, yaitu sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna
terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker
kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi
ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini
sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas
terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU,
levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan
pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas
pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik
dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Apabila
tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat
dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi
c. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rectum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi
adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat
berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan
drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase
dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi
tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
d. Penatalaksanaan Keperawatan
- Dukungan adaptasi dan kemandirian.
- Meningkatkan kenyamanan.
- Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
- Mencegah komplikasi.
- Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
e. Penatalaksanaan Diet
- Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus,
karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi
racun yang memicu sel kanker.
- Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
- Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
- Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
- Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
- Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok.
Beberapa komplikasinya yaitu :
- Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
- Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
- Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemorragi.
- Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
- Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
- Pembentukan abses.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono,1994 : 10)
a. Identitas, Di dalam identitas meliputi nama,umur,jenis kelamin,alamat,
pendidikan, nomor regitrasi, status pekawinan, agama, pekerjaan, tinggi
badan, tanggal MR.
b. Keluhan utama : pada pasien Ca Colon biasanya nyeri hebat pada bagian
perut skala 10
c. Dapatkan riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan
lelah; adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi,
durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi
terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses,
mencakup adanya darah atau mukus.Informasi tambahan mencakup
riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip
kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup
masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat
penurunan berat badan adalah penting.
d. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rectal; pola eliminasi
yang lalu dan sekarang; terapi obat yang terbaru; riwayat medis yang lalu;
deskripsi warna, bau, konsistensi feses dan adanya darah atau mucus.
e. Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng
usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa
padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994). Meliputi:
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan
sekunder akibat obstruksi
3.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan
usus.Ditandai dengan:
a.  Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot
buruk
b.   Peningkatan  bunyi usus
c.    Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d.    Mual, muntah, diare.
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit
periostomal
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker.

Anda mungkin juga menyukai