PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. PENGERTIAN
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru massa yang tidak normal akibat proliferasi
sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak
atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa
optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus
besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh
sangat cepat). (www.republika.co.id).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kanker kolon adalah
tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering
timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu
penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru
( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak
diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk
mengubah kanker Colon.
2. ETIOLOGI
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Faktor resiko yang telah teridentifikasi
adalah :
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan
yang umum terjadi.
Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga
stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar
dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan
hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik).
Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan
mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri, dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi
kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi.
Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering
terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada
sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan
gejala – gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan
defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut.
Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).
4. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas
atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium
awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang
relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua
bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
- Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
- Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
- Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal.
- Penyebaran secara transperitoneal.
- Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan
perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
- Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar
(lapisan mukosa).
- Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
- Stadium III bila sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
- Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
bahkan ke organ-organ lain.
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN
(Tambayong, 2000 : 143).
TIS : Carcinoma in situ
T1 : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2 : Sudah mengenai otot dinding
T3 : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4 : Sama dengan T3 dengan fistula
N : Limfonodus terkena
M : Ada metastasis
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
- Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi
mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak
berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk
menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di
laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang
digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus
besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat
dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau
ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan
gambaran pembuluh darahnya.
- Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke
paru.
- Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
- Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon
adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
- Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan
(FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala,
untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak.
- Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
- Barium Enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui
dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini
hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti
dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan
polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak
dapat dilakukan biopsi.
- Laboratorium.
Tidak ada pertanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap
pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor)
yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan
karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer
lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar
lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga
amoeba.
- Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik,
identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
- Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
6. PENCEGAHAN
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau
terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk
pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker
rectal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan d.osis tinggi radiasi pelvis
7. PENATALAKSANAAN
b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat
dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan
porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi
c. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma)
pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini
memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan
dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada
jaringan sekitar.
d. Penatalaksanaan Keperawatan
- Dukungan adaptasi dan kemandirian.
- Meningkatkan kenyamanan.
- Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
- Mencegah komplikasi.
- Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
e. Penatalaksanaan Diet
- Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
- Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
- Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama
yang terdapat pada daging hewan.
- Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
- Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
- Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
2. KOMPLIKASI