3 A ILMU KEPERAWATAN
Salma salsabilla
Sisillia Oktaviani
Tati Hartati
Valencia Clara
Vicky Diana L
Wilysa Mania
Yana Apriyani
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
mencurahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas kelompok dalam membuat makalah yang berjudul “Perubahan Sistem Endokrin Pada
Lansia” Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi. Makalah ini disusun berdasarkan hasil
kerja kami dan pengumpulan data dari beberapa buku panduan yang ada, serta dengan bantuan
dari dunia maya yaitu melalui situs internet.
Kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu
dengan adanya bantuan dari Dosen yang terkait dalam penyusunan makalah ini kami sudah
berusaha menyajikan semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada makalah ini, maka kami mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen
pembimbing serta teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah kami agar
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Menurut Constantinides (1994, dalam Boedhi-Darmojo dan
Hadi Martono, 1999.
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menuntut makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut
sebagai penyakit degeneratif yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup
dengan episode terminal yang dramatic.
PEMBAHASAN
Lanjut usia menurut Stanley, Blair, & Beare (2005) terjadi pada setiap individu dapat
diprediksi terjadinya perubahan secara fisik dan perilaku, proses menua secara biologis yang
umum terjadi dan akan di alami oleh semua orang. Lansia adalah kenyataan kejadian biologi
yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu (Hayflick 1994 dalam Stanhope & Lancaster
2004). Menurut Fatmawati (2010) lanjut usia adalah proses alamiah dan berkesinambungan yang
mengalami perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh yang akan berpengaruh pada
fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.
Perubahan fisiologis bervariasi pada setiap lansia, perubahan fisiologis umum yang diantisipasi
pada lansia. Perubahan fisiologis ini bukan proses patologi. Perubahan ini terjadi pada semua
orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan bergantung keadaan dalam kehidupan.
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan
sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh
seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun
sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman
berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat pada perubahan
badan menjadi bungkuk, tulang menjadi keropos, masa dan kekuatannya berkurang dan mudah
patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ
didalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung
bekerja tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak
Berikut perubahan dan penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh
proses penuaan, yaitu:
1) Menopouse
a. Konsep
Dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono (1999), menopouse adalah
berhentinya haid. Menopouse menurut pengertian awam adalah perubahan masa
muda ke masa tua. Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium
merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Di Indonesia monepouse
terjadi antara 49-50 tahun (Samil dan Ichramsyah, 1991).
Periode mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan
psikologik. Hal tersebut mencerminkan perubahan normal yang terjadi di
ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan, periode ini sering dilupakan oleh
pasien maupun dokter. Gejala yang paling sering terjadi pada masa transisi pra-
menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.
Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah
terhentinya fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling dapat diidentifikasi,
namun periode sebelum dan 10 tahun setelah menopouse mempunyai arti klinis
yang lebih penting. Menurut Hurd, periode transisi ini biasanya berlangsung
sampai periode pasca menopouse. Periode pasca menopouse biasanya disertai
dengan insidensi kondisi kelainan yang erat hubungannya dengan usia lanjut.
Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan ginekologik pada wanita pasca
menopouse perlu mengetahui tentang seluk beluk pengobatan pengganti hormon.
2) Andropouse
a. Konsep
Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua, testis masih berfungsi
memproduksi sperma dan hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak
sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen berhenti mendadak,
sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya usia produksi testosteron turun
perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse pada laki-laki sedikit sulit.
Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun relatif stabil dan baru
setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti.
Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul.
Keluhan dapat muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, para
ahli berpendapat bahwa tidak ada hubungan langsung antara keluhan dengan
kadar hormon. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki masih saja aktif baik
secara fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang masih dapat mendapatkan
keturunan.
3) Diabetes Melitus
a. Konsep
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2
disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa.
Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistant terhadap
insulin, yang mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa.
Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta pankreas berkurang dan melambat. Hasil
dari kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa
yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia.
Diabetes tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal,
resistansi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan kegagalan
glukoneogenesis hepatic. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah
peningkatan resistansi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor
insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistansi dipercaya
terjadi setelah insulin berikatan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta
pulau Langerhans kurang sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang
memperlambat produksi glukosa di hati (http://aqies.wordpress.com, 2009).